Anda di halaman 1dari 15

TES PENDENGARAN

&
AUDIOGRAM
OLEH:
MEGA RAHMAWATI
201810401011033
1. TES BISIK
1. Dilakukan dari samping
2. Telinga yang belum diperiksa ditutup terlebih dahulu dengan jari atau di masking dengan
cara menekan tragus dan pastikan pasien tidak membaca gerakan bibir pemeriksa
3. Angka atau kata yang digunakan terdiri dari 2 suku kata yang beraksen sama: “tiga lima; bola-
bata,dst”
4. Dimulai dari jarak 6 meter dan makin lama makin mendekat, maju tiap satu meter sampai
dapat mengulangi tiap kata dengan benar
5. Pasien diminta untuk mengulangi kata atau angka yang telah disebutkan
Interpretasi :
Normal : 6-8 meter
Tuli Ringan : 4m - <6m
Tuli Sedang : 1m - <4 m
Tuli Berat : 25 cm - < 1m
Tuli Total : <25cm
2. TES BATAS ATAS & BATAS BAWAH

• Tujuan : menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati hantaran udara
bila dibunyikan pada intensitas ambang normal.
• Cara Pemeriksaan : Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai
frekuensi tertinggi atau sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya
kemudian kedua ujung kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari kuku,
didengarkan terlebih dahulu oleh pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas
bunyi yang terendah bagi orang normal/nilai ambang normal), kemudian diperdengarkan pada
penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-2 cm dalam posisi tegak.
128 Hz  256 Hz  512 Hz  1024 Hz  2048 Hz
• Interpretasi
-Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi
-Tuli Konduksi : batas bawah naik (frekunsi rendah tak terdengar)
- Tuli Sensorineural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar)
3. TES RINNE
• Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang pada satu telinga
penderita
• Cara Pemeriksaan : Bunyikan garpu tala frekuensi 512 Hz, letakkan tangkainya
tegak lurus pada planum mastoid penderita (posterior dari MAE) sampai penderita
tak mendengar, kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita. Apabila
penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE disebut Rinne positif. Bila
tidak mendengar disebut Rinne negative
• Interpretasi :
Normal : Rinne posistif
Tuli Konduksi : Rinne negative
Tuli Neurosensori : Rinne Positif
4. TES WEBER
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita
• Cara Pemeriksaan :
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan, kemudian tangkainya diletakkan tegak
lurus di garis median, biasanya di dahi (dapat pula pada vertex, dagu atau pada gigi
insisivus) dengan kedua kaki pada garis horisontal. Penderita diminta untuk
menunjukkan telinga mana yang tidak mendengar atau mendengar lebih keras .
Bila mendengar pada satu telinga disebut laterisasi ke sisi telinga tersebut. Bila
kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada laterisasi.
• Interpretasi :
- Normal : Tidak ada lateralisasi
- Tuli konduksi : Mendengar lebih keras di telinga yang sakit
- Tuli sensorineural : Mendengar lebih keras pada telinga yang sehat
4. TES WEBER
• Contoh : lateralisasi ke kanan, dapat diinterpretasikan :
- Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal
- Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat
- Tuli sensorineural kiri, telinga kanan normal
- Tuli sensorineural kanan dcan kiri, tetapi kiri lebih berat
- Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri.
5. TES SCHWABACH
• Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara penderita dengan pemeriksa
• Cara pemeriksaan :
Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada planum
mastoid pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala dipindahkan ke
mastoid penderita. Bila penderita masih mendengar maka schwabach memanjang, tetapi bila
penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu Schwabah memendek atau
normal.Untuk membedakan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu tes pada penderita
dulu baru ke pemeriksa.
Garpu tala 512Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada mastoid penderita, bila
penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu tala dipindahkan pada mastoid
pemeriksa, bila pemeriksa tidak mendengar berarti sam-sama normal, bila pemeriksa masih masih
mendengar berarti schwabach penderita memendek.
• Interpretasi :
- Normal : Schwabach normal
- Tuli konduksi : Schwabach memanjang
- Tuli sensorineural : Schwabach memendek
6. TES AUDIOMETRI
• Persiapan tes audiometri:
1. Pasien harus duduk sedemikan rupa sehingga ia tidak dapat melihat panel kontrol atau
pemeriksanya.
2. Benda-benda yang dapat menggangu pemasangan earphone yang tepat atau dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan harus disingkirkan. Misalnya anting-anting, kacamata,
topi, wig, permen karet dan kapas dalam liang telinga
3. Lubang earphone harus tepat menempel pada lubang liang telinga, telinga kiri warna biru
sedangkan telinga kanan warna merah.
4. Instrusikan pada pasien dengan benar dan jelas bila mendengar suara pasien diminta
menekan tombol yang menghidupkan sinar cahaya.
5. Ubahlah selang waktu saat memberikan rangsangan agar pasien tidak membentuk pola
jawaban sehingga menimbulakan false positive
6. TES AUDIOMETRI

• Cara Pemeriksaan:
1. Periksalah telinga yang lebih baik terlebih dahulu menggunakan rangkaian frekuensi berikut:
1000Hz, 2000Hz, 4000 Hz, 8000Hz, 500 Hz, dan 250 Hz.
2. Mulailah dengan intensitas tingkat pendengaran 40 dB. Nada harus ditingkatkan 10 dB bila
pasien memberi jawaban, bila pasien tidak memberi jawaban nada perlu diturunkan dengan
penurunan masing-masing 5 dB hingga tidak lagi tidak terdengar.
3. Setelah menentukan ambang pendengaran untuk frekuensi pengujian awal, cantumkan simbol-
simbol yang sesuai pada audiogram.
4. Lanjutkan dengan frekuensi berikutnya dalam rangkaian.
5. Teknik ini dapat dipakai untuk menentukan ambang hantaran tulang maupun udara. Pada
audiometri ambang hantaran tulang, biasanya tidak terdapat frekuensi 6000 Hz dan 8000 Hz.
6. TES AUDIOMETRI
Interpretasi Audiogram
Dari audiogram dapat dilihat apakah pendengaran normal (N) atau tuli. Jenis ketulian terbagi atas:
• Tuli konduktif
• Tuli sensorineural
• Tuli Campur
Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz
4
Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang (BC). Pada interpretasi
audiogram harus ditulis:
• Telinga yang mana
• Apa jenis ketuliannya
• Bagaimana derajat ketuliannya
6. TES AUDIOMETRI

• Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung hanya ambang dengar hantaran udaranya
(AC) saja. Derajat ketulian ISO:
• 0 – 25 dB : normal
• > 25 – 40 dB : tuli ringan
• > 40 – 55 dB : tuli sedang
• > 55 – 70 dB : tuli sedang berat
• > 70 – 90 dB : tuli berat
• > 90 dB : tuli sangat berat
6. TES AUDIOMETRI
• Dari hasil pemeriksaan audiogram disebut ada gap bila antara AC dan BC terdapat perbedaan
lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi berdekatan.
• Contoh audiogram tuli sensorineural (telinga kanan)

Tuli sensorineural : AC dan BC lebih dari 25 dB


AC dan BC berimpit, tidak ada gap
6. TES AUDIOMETRI
• Contoh audiogram tuli konduktif (telinga kanan)

Tuli Konduktif : BC normal atau kurang dari 25 dB


AC lebih dari 25 dB
Antara AC dan BC terdapat gap
6. TES AUDIOMETRI
• Contoh audiogram tuli campur

Tuli Campur : BC lebih dari 25 dB


AC lebih besar dari BC, terdapat gap
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai