PEMBIMBING :
dr. Rosmini Sp. THT-KL
dr.Agustina Sp. THT-KL
SMF THT
RSUD DOK II JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNCEN
Alat Untuk Pemeriksaan Telinga
13
d) Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya
tajam pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan
mendengar semua kata yang dibisikkan (100 %) dan bila pemeriksa mundur ke
jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80 % kata yang
dibisikkan.
Tes Suara Bisik
TES GARPU TALA
TES GARPU TALA
Tujuan : menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati hantaran udara bila
dibunyikan pada intensitas ambang normal.(± 25 dB)
Cara :
1. Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai frekuensi tertinggi atau
sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung
kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku, didengarkan terlebih dahulu oleh
pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang
normal/nilai ambang normal),
2. kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-
2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri.
Interpretasi Hasil
Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi
Tuli Konduksi : batas bawah naik (frekuensi rendah tak terdengar)
Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar)
KESALAHAN
• Garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada
frekuensi mana penderita tak mendengar.
TES RINNE
KESALAHAN
• Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal, sehingga penderita tidak mendengar atau
getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.
• Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar
lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah
berhenti.
TES WEBER
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.
• Prinsip :
• Untuk mengetahui arah lateralisasi bunyi terdengar dimana Garputala freq 512
digetarkan keras
• Ujung Garputala diletakkan pada kening penderita
Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinananya dapat lebih dari
satu.
• Contoh lateralisasi ke kanan, dapat diinterpretasikan:
KESALAHAN
Garpu tala tidak diletakkan dengan benar, kakinya tersentuh hingga bunyi
menghilang
Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.
Kesimpulan Tes Garpu Tala
TES AUDIOMETRI
Audiometri
NORMAL
AC dan BC sama atau < 25 db
AC dan BC berimpit, tidak ada gap
Audiometri
Tujuan : untuk menentukan sifat kelainan pendengaran
Merupakan earphone sederhana yang dihubungkan dengan
ossilator elektronik yang mampu memancarkan suara murni
dengan kisaran frekuensi rendahtinggi
Tingkat intensitas nol pada masing2 frekuensi adalah kekerasan
yang hampir tidak bisa didengar oleh telinga normal
Volume dapat ditingkatkan,bika harus ditingkatkan hingga 30
desibel dari normal org tsb dikatakan kehilangan
pendengaran 30 dB untuk frekuensi tertentu
Pada tiap pemeriksaan digunakan 8-10 frekuensi yang
mencakup spektrum pendengaran
Hasil audiogram
TES AUDIOMETRI
Audiogram pada tuli saraf
• 26 – 40 dB : tuli ringan
• 41 – 55 dB : tuli sedang
• 56 – 70dB : tuli sedang berat
• 71 – 90 dB : tuli berat
• > 90 dB : tuli sangat berat
Timpanometri
Definisi : pengukuran tekanan telinga yang
berhubungan dengan tuba saluran eustachius pada
membran tImpani
deteksi kehilangan pendengaran
instrumen diagnostik
Tujuan, mengetahui:
• Compliance/mobilitas membrana timpani
• Tekanan pada telinga tengah
• Volume canalis auditorius eksterna
Hasil timpanogram
Klasifikasi timpanogram :
• tipe A (normal)
• type B (menunjukkan adanya cairan di belakang
membrana timpani)
• tipe C (menunjukkan adanya disfungsi tuba
eustachius)
Berguna untuk diagnosis dan follow-up penyakit pada
telinga tengah (aling sering : otitis media pd anak-
anak)
Cara pemeriksaan: menggunakan probe dengan
frekuensi 226 Hz
Interpretasi :
• Compliance membrana tympani (normal volume:
0.2 to 2.0 mL),
• normal tekanan pada telinga tengah = +100 mm
H2O s/d -150 mm H2O
• Volume canalis auditorius eksternal = 0.2 s/d 2.0
mL).
IAN
EK
S AN SIH
D KA
M A
R I
TE