Anda di halaman 1dari 49

PEMERIKSAAN TELINGA

Grezia, Elfa, Fitriana, Namalau, Yehuda

PEMBIMBING :
dr. Rosmini Sp. THT-KL
dr.Agustina Sp. THT-KL

SMF THT
RSUD DOK II JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNCEN
Alat Untuk Pemeriksaan Telinga

Alat Penghisap Semprot telinga


TEKNIK PEMERIKSAAN TELINGA
Cara Duduk
a. Pasien duduk di depan pemeriksa.
b. Lutut kiri pemeriksa bersentuhan dengan lutut kiri pasien.
c. Kepala di sentuh dengan ujung jari.
d. Sewaktu memeriksa telinga yang kontralateral, hanya posisi kepala pasien yang
di ubah.
e. Kaki serta lutut pemeriksa dan pasien tetap pada keadaan semula.
Cara Memakai Lampu Kepala
a. Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada di antara kedua mata.
b. Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan,
sedangkan mata kiri di tutup.
c. Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan
saling bersinggungan.
d. Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 1 cm.
Cara Memegang Telinga
a. Kanan
• Aurikula di pegang dengan jari I dan II tangan kiri
• Jari III, IV dan V di planum mastoid.
• Aurikulum di tarik postero-superior untuk meluruskan MAE.
b. Kiri
• Aurikula di pegang dengan jari I dan II tangan kiri.
• Jari III, IV dan V di tragus atau anterior aurikulum.
• Aurikulum di tarik postero-superior
Cara Memegang Otoskop

a. Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE.


b. Nyalakan lampu otoskop.
c. Masukan spekulum telinga ke MAE.
Cara Memilin Kapas
a. Ambil sedikit kapas, letakkan pada pemilin kapas dengan ujung pemilin
berada di tepi kapas.
b. Pilin perlahan-lahan searah jarum jam.
c. Untuk melepasnya, ambil sedikit kapas, putar berlawanan dengan arah jarum
jam.
TES SUARA BISIK
Tes Suara Bisik

 Ada 3 syarat utama bila kita b) Syarat penderita.


melakukan tes bisik, yaitu : • Kedua mata penderita kita tutup
a)Syarat tempat. agar ia tidak melihat gerakan bibir
pemeriksa.
•Ruangannya sunyi.
• Telinga pasien yang diperiksa, kita
•Tidak terjadi echo / gema.
hadapkan ke arah pemeriksa.
•Jarak minimal 6 meter. • Telinga pasien yang tidak diperiksa,
kita tutup (masking). Caranya tragus
telinga tersebut kita tekan ke arah
meatus akustikus eksterna atau kita
menyumbatnya dengan kapas yang
telah kita basahi dengan gliserin.
• Penderita mengulangi dengan keras
dan jelas setiap kata yang kita
ucapkan.
c) Syarat pemeriksa.
• Pemeriksa membisikkan kata menggunakan cadangan udara paru-paru
setelah fase ekspirasi.
• Pemeriksa membisikkan 1 atau 2 suku kata yang telah dikenal penderita.
Biasanya kita menyebutkan nama benda-benda yang ada disekitar kita.
TEKNIK PEMERIKSAAN

a) Penderita dan pemeriksa sama-sama berdiri, penderita tetap ditempat,


sedang pemeriksa yang berpindah tempat.
b) Mulai pada jarak 1 m, dibisikkan 5 atau 10 kata (umumnya 5 kata)
c) Bila semua kata dapat didengar, pemeriksa mundur ke jarak 2 m
dibisikkan kata lain dalam jumlah yang sama, bila didengar semua,
mundur lagi sampai pada jarak dimana penderita mendengar 80% kata-
kata (mendengar 4 kata dari 5 kata yang dibisikkan), pada jarak itulah
tajam pendengaran telinga yang di tes.

13
 d) Untuk memastikan apakah hasil tes benar maka dapat di tes ulang. Misalnya
tajam pendengaran 3 m, maka bila pemeriksa maju ke arah 2 m penderita akan
mendengar semua kata yang dibisikkan (100 %) dan bila pemeriksa mundur ke
jarak 4 m maka penderita hanya mendengar kurang dari 80 % kata yang
dibisikkan.
Tes Suara Bisik
TES GARPU TALA
TES GARPU TALA

Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakukan:


1. Tes batas atas dan batas bawah
2. Tes Rinne
3. Tes Weber
4. Tes Schwabach
TES BATAS ATAS dan BATAS BAWAH

Tujuan : menentukan frekuensi garpu tala yang dapat didengar penderita melewati hantaran udara bila
dibunyikan pada intensitas ambang normal.(± 25 dB)
Cara :
1. Semua garpu tala (dapat dimulai dari frekuensi terendah berurutan sampai frekuensi tertinggi atau
sebaliknya) dibunyikan satu persatu, dengan cara dipegang tangkainya kemudian kedua ujung
kakinya dibunyikan dengan lunak (dipetik dengan ujung jari/kuku, didengarkan terlebih dahulu oleh
pemeriksa sampai bunyi hampir hilang untuk mencapai intensitas bunyi yang terendah bagi orang
normal/nilai ambang normal),

2. kemudian diperdengarkan pada penderita dengan meletakkan garpu tala di dekat MAE pada jarak 1-
2 cm dalam posisi tegak dan 2 kaki pada garis yang menghubungkan MAE kanan dan kiri.
Interpretasi Hasil
 Normal : mendengar garpu tala pada semua frekuensi
 Tuli Konduksi : batas bawah naik (frekuensi rendah tak terdengar)
 Tuli sensori neural : batas atas turun (frekuensi tinggi tak terdengar)

KESALAHAN
• Garpu tala dibunyikan terlalu keras sehingga tidak dapat mendeteksi pada
frekuensi mana penderita tak mendengar.
TES RINNE

 Tujuan : membandingkan hantaran tulang dan hantaran udara pada


satu telinga penderita
Cara I :
1. Bunyikan garpu tala frekuensi 512 HZ, letakkan tangkainya tegak
lurus pada planum mastoid penderita (posterior MAE) sampai
penderita tak mendengar
2. Kemudian cepat pindahkan ke depan MAE penderita.
3. Apabila penderita masih mendengar garpu tala di depan MAE
disebut rinne positif, bila tidak mendengar disebut rinne negatif.
INTERPRETASI HASIL
 Normal : Rinne positif
 Tuli Konduksi : Rinne negatif
 Tuli Sensori Neural : Rinne positif

KESALAHAN
• Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid atau miring, terkena
rambut, jaringan lemak tebal, sehingga penderita tidak mendengar atau
getaran terhenti karena kaki garpu tala tersentuh aurikulum.
• Penderita terlambat memberi isyarat waktu garpu tala sudah tak terdengar
lagi, sehingga waktu dipindahkan di depan MAE getaran garpu tala sudah
berhenti.
TES WEBER
• Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua telinga penderita.
• Prinsip :
• Untuk mengetahui arah lateralisasi bunyi terdengar dimana Garputala freq 512
digetarkan keras
• Ujung Garputala diletakkan pada kening penderita

• Penderita diminta membandingkan keras yang kanan / kiri


Tes Weber
Cara :
1. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan,
2. Kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus di garis median, biasanya di dahi
dengan kedua kaki pada garis horizontal.
3. Penderita diminta untuk menunjukkan telinga mana yang mendengar atau mendengar
lebih keras. Bila mendengar pada satu telinga disebut lateralisasi ke sisi telinga
tersebut. Bila kedua telinga tak mendengar atau sama-sama mendengar berarti tak ada
lateralisasi.
Interpretasi Hasil
 Normal : Tidak ada lateralisasi
 Tuli konduksi : mendengar lebih keras di telinga yang sakit
 Tuli sensori neural : mendengar lebih keras pada telinga yang sehat.

Karena menilai kedua telinga sekaligus maka kemungkinananya dapat lebih dari
satu.
• Contoh lateralisasi ke kanan, dapat diinterpretasikan:

1. Tuli konduksi kanan, telinga kiri normal


2. Tuli konduksi kanan dan kiri, tetapi kanan lebih berat
3. Tuli sensori neural kiri, telinga kanan normal
4. Tuli sensori neural kanan dan kiri, tetapi kiri lebih berat
5. Tuli konduksi kanan dan sensori neural kiri
TES SCHWABACH
Tujuan : membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa.
Cara :
1. Garpu tala frekuensi 512 Hz dibunyikan
2. kemudian tangkainya diletakkan tegak lurus pada planum mastoid
pemeriksa, bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala
dipindahkan ke mastoid penderita.
3. Bila penderita masih mendengar maka schwabach memanjang, tetapi bila
penderita tidak mendengar, terdapat 2 kemungkinan yaitu schwabach
memendek atau normal.
4. Untuk membandingkan kedua kemungkinan ini maka tes dibalik, yaitu
tes pada penderita dulu baru ke pemeriksa
 5. Garpu tala 152 Hz dibunyikan kemudian diletakkan tegak lurus pada
mastoid penderita, bila penderita sudah tidak mendengar maka secepatnya garpu
tala dipindahkan pada mastoid pemeriksa
 6. Bila pemeriksa tidak mendengar berarti sama-sama normal
 7. Bila pemeriksa masih mendengar berarti Scwabah penderita memendek.
INTERPRETASI HASIL

• Normal : Schwabach normal


• Pada tuli konduksi : Schwabach memanjang
• Pada tuli sensori neural : Schwabach memendek

KESALAHAN
 Garpu tala tidak diletakkan dengan benar, kakinya tersentuh hingga bunyi
menghilang
 Isyarat menghilangnya bunyi tidak segera diberikan oleh penderita.
Kesimpulan Tes Garpu Tala
TES AUDIOMETRI
Audiometri
NORMAL
AC dan BC sama atau < 25 db
AC dan BC berimpit, tidak ada gap
Audiometri
 Tujuan : untuk menentukan sifat kelainan pendengaran
 Merupakan earphone sederhana yang dihubungkan dengan
ossilator elektronik yang mampu memancarkan suara murni
dengan kisaran frekuensi rendahtinggi
 Tingkat intensitas nol pada masing2 frekuensi adalah kekerasan
yang hampir tidak bisa didengar oleh telinga normal
 Volume dapat ditingkatkan,bika harus ditingkatkan hingga 30
desibel dari normal org tsb dikatakan kehilangan
pendengaran 30 dB untuk frekuensi tertentu
 Pada tiap pemeriksaan  digunakan 8-10 frekuensi yang
mencakup spektrum pendengaran
 Hasil  audiogram
TES AUDIOMETRI
Audiogram pada tuli saraf

• Tuli saraf sebagian


• Pada frekuensi tinggi
• Kerusakan biasanya
pada basis koklea
• Biasa terjadi pada
orang tua
Audiogram pada tuli konduksi
• Paling sering : fibrosis
telinga tengah akibat
infeksi berulang atau
penyakit herediter
(otosklerosis)
• Pada beberapa kasus 
terankilosis pada bidang
depan stapes 
pertumbuhan tulang stapes
berlebihan ke tepi fenestra
ovalis  tuli total 
koreksi bedah
Pemeriksaan Audiometri
Derajat parameter ketulian:
• 0 - 25 dB: normal

• 26 – 40 dB : tuli ringan
• 41 – 55 dB : tuli sedang
• 56 – 70dB : tuli sedang berat
• 71 – 90 dB : tuli berat
• > 90 dB : tuli sangat berat
Timpanometri
 Definisi : pengukuran tekanan telinga yang
berhubungan dengan tuba saluran eustachius pada
membran tImpani
 deteksi kehilangan pendengaran
 instrumen diagnostik
 Tujuan, mengetahui:
• Compliance/mobilitas membrana timpani
• Tekanan pada telinga tengah
• Volume canalis auditorius eksterna
 Hasil  timpanogram
 Klasifikasi timpanogram :
• tipe A (normal)
• type B (menunjukkan adanya cairan di belakang
membrana timpani)
• tipe C (menunjukkan adanya disfungsi tuba
eustachius)
 Berguna untuk diagnosis dan follow-up penyakit pada
telinga tengah (aling sering : otitis media pd anak-
anak)
 Cara pemeriksaan: menggunakan probe dengan
frekuensi 226 Hz
 Interpretasi :
• Compliance membrana tympani (normal volume:
0.2 to 2.0 mL),
• normal tekanan pada telinga tengah = +100 mm
H2O s/d -150 mm H2O
• Volume canalis auditorius eksternal = 0.2 s/d 2.0
mL).
IAN
EK
S AN SIH
D KA
M A
R I
TE

Anda mungkin juga menyukai