Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir Kepaniteraan Klinik
Madya SMF Obstetri dan Ginekologi RSUD Jayapura
Oleh :
Anggun Anugrah Layuk
0130840014
Pembimbing :
dr. Fitri Ria Dini, Sp.OG (K)
Telah diterima, disetujui dan dipresentasikan di hadapan penguji, Laporan Kasus dengan
judul “P2A0 partus maturus dengan SC a/i BSC 1x + anemia”
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik Madya di SMF
Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura.
Hari :
Tanggal :
Tempat :
Menyetujui Dokter
Penguji/Pembimbing
Hari/Tgl Presentasi :
Tanda tangan
JUDUL :
“P2A0 partus maturus dengan SC a/i BSC 1x + anemia”
7 Daftar Pustaka
8 Total Angka
9 Rata-rata
2.2.11 Riwayat KB
Tidak ada
Tanda Vital
Tekanan Denyut Laju Suhu Saturasi
Darah Nadi Nafas Tubuh Oksigen
(mmHg) (kali/menit) (kali/menit) (°C) (%)
120/80 98 21 36.7 98
Pemeriksaan Fisik
Kepala – Leher
Mata konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
Pemeriksaan Dalam :
- v/v : tidak ada kelainan
- portio : tebal, kaku, arah posterior
- pembukaan : 1 cm
- Ketuban : (+)
- Presentasi : -
LABORATORIUM
Parameter Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hemoglobin 9,5 11.0 – 14.7 g/dL
Hematokrit 29,4 35.2 – 46.7 %
Leukosit 8,30 3.37 – 8.38 x 103 Unit/ Liter
Trombosit 161 140 – 400 x 10 3
Unit/Liter
Eritrosit 4,06 3.69 – 5.46 x 10 6
Unit/Liter
PT 10,2 10,2 – 12,1 Detik
APTT 25,1 24,8 – 34,4 Detik
GDS 107 < 140 mg/dL
HbSAg Non Reaktif
P: - Terapi dilanjutkan
- Lepas kateter
- Lepas infus
- Mobilisasi
P:
- Ganti verban besok, bila baik boleh pulang
- Cefadroxyl 2x500 mg
- Asam Mefenamat 3x500 mg
- SF 1x1 tab
Tanggal 23 Desember 2019 Jam 11.05 WIT
P: - Ganti verban
- Boleh pulang
- Konsul poli
BAB III
PEMBAHASAN
Sectio sesarea adalah kelahiran bayi melalui insisi pada dinding abdomen
(laparatomi) dan dinding uterus (histerotomi).
Persalinan secara seksio sesarea sebenarnya diindikasikan untuk menghindari
kematian ibu dan bayi terutama bila terdapat kontraindikasi selama persalinan atau
bila persalinan pervaginam menghadapi hambatan atau beresiko. Dari penelitian yang
dilakukan didapatkan indikasi yang paling sering menyebabkan seksio adalah seksio
sebelumnya dan distosia pada pasien tersebut, selain itu fetal distress juga merupakan
penyebab hanya dalam proporsi yang lebih kecil. Di sini kita mengenal indikasi ibu
dan indikasi janin.
Pada bekas SC tidak harus selalu diikuti dengan tindakan SC pada persalinan
berikutnya. Suatu persalinan ditetapkan sebagai persalinan pervaginam pasca seksio
sesarea apabila cara persalinan dinyatakan sebagai persalinan pervaginam pasca
seksio sesarea atau sebagai persalinan pervaginam seksio sesarea dengan bantuan alat
(misalnya persalinan yang dibantu dengan forsep atau vakum).
Dalam “ACOG VBAC Guidelines”, dinyatakan bahwa apabila tidak terdapat
kontraindikasi pada wanita dengan riwayat persalinan seksio sesarea dengan insisi
segmen bawah rahim, maka wanita tersebut adalah kandidat untuk persalinan
pervaginam pasca seksio sesarea dan harus diberi penyuluhan dan dianjurkan untuk
menjalani persalinan percobaan.
Insisi pada segmen bawah rahim diterapkan pada lebih dari 90% kasus. Tipe insisi
ini banyak dipilih karena tidak membahayakan segemen bagian atas uterus dan
memberikan kemungkinan pilihan persalinan percobaan pada kehamilan berikutnya.
Apabila insisi diperlebar ke lateral, maka laserasi dapat terjadi pada salah satu atau
kedua arteri uterina. Pada umumnya insisi transversal pada segmen bawah rahim: (1)
menyebabkan lebih sedikit perdarahan, (2) lebih mudah diperbaiki, (3) lokasinya pada
tempat dengan kemungkinan ruptur paling kecil pada kehamilan selanjutnya, dan (4)
tidak menyebabkan perlengketan ke usus atau omentum pada garis insisi. Daerah
segmen bawah rahim memiliki vaskularisasi lebih sedikit dan pada saat persalinan
mengalami peregangan secara perlahan-lahan, sehingga memiliki kecenderungan
yang lebih kecil untuk terjadinya ruptur.
Insisi vertikal dilakukan bila segmen bawah rahim tidak terbentuk dengan
baik atau apabila janin dalam posisi backdawn transverse. Insisi vertikal
merupakan pilihan yang bijaksana kecuali bila segmen bawah rahim telah
terbentuk dengan baik. Insisi klasik adalah insisi yang melibatkan segmen
uterus bagian atas. Kekurangannya adalah bahwa insisi klasik memiliki
kecenderungan terjadinya perlengketan yang lebih besar dan memiliki resiko ruptur
yang lebih besar pada kehamilan selanjutnya. Dalam kehamilan berikutnya, ruptur
lebih sering terjadi pada insisi vertikal yang melebar ke miometrium bagian atas
daripada segmen bawah rahim, khususnya pada saat persalinan. Insisi vertikal atau
insisi klasik memiliki jaringan parut yang lebih tebal dan terletak pad asegmen atas
uterus yang lebih kontraktil.
Vermont /New Hampshire VBAC Guidelines membagi pasien-pasien kandidat
TOLAC menjadi tiga kelompok berdasarkan resiko:
1. Kelompok resiko rendah, yaitu pasien-pasien dengan:
a. satu kali persalinan SCTPP
b. saat mulainya persalinan berlangsung spontan
c. tidak memerlukan augmentasi persalinan
d. tidak terdapat kelainan pola denyut jantung anak yang berulang
e. riwayat persalinan pervaginam pasca seksio sesarea
2. Kelompok resiko sedang, yaitu pasien-pasien dengan :
a. induksi persalinan secara mekanik atau dengan oksitosin
b. augmentasi persalinan dengan oksitosin
c. ≥ 2 kali persalinan SCTPP
d. Jarak antara SC sebelum kehamilan ini dengan waktu persalinan
saat ini < 18 bulan.
Kelompok resiko tinggi, yaitu pasien-pasien dengan :
a. Kelainan pola DJA yang meragukan dan berulang yang tidak
responsif terhadap intervensi pengobatan
b. Perdarahan yang menunjukkan tanda-tanda terjadinya solusio
plasenta
c. Dua jam tanpa perubahan serviks dalam fase aktif walaupun his
adekuat.
Komplikasi yang dapat terjadi pada riwayat pelahiran caesar adalah ruptur uteri,
yaitu robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau
tanpa robeknya peritoneum viserale.
Pada kasus pasien memiliki resiko sedang untuk melahirkan pervaginam yaitu
jarak antara SC sebelum kehamilan ini dengan waktu persalinan saat ini < 18 bulan,
nilai VBAC score menurut Flamm and Geiger adalah 3 (angka keberhasilan (59-
60%), dapat terjadi komplikasi ruptur uteri akibat bekas sectio sesarea, sehingga
tindakan SC merupakan tindakan yang tepat pada kasus ini.
Yang menjadi faktor risiko asfiksia pada kasus ini ialah faktor risiko ibu yaitu
anemia dalam kehamilan; faktor risiko intra partum yaitu kelainan tali pusat (adanya
lilitan tali pusat), mekoneum dalam ketuban, seksio sesarea.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Tatalaksana pada kasus ini sudah tepat, yaitu dilakukan tindakan SC karena pasien
memiliki resiko sedang untuk melahirkan pervaginam yaitu jarak antara SC sebelum
kehamilan ini dengan waktu persalinan saat ini < 18 bulan, nilai VBAC score menurut
Flamm and Geiger adalah 3 (angka keberhasilan (59-60%), dapat terjadi komplikasi
ruptur uteri akibat bekas sectio sesarea
2. Faktor risiko terjadinya asfiksia pada kasus ini ialah faktor risiko ibu yaitu anemia
dalam kehamilan; faktor risiko intra partum yaitu kelainan tali pusat (adanya lilitan
tali pusat), mekoneum dalam ketuban, seksio sesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Vagina Birth After Previous Caesarean Delivery. ACOG Practice Bulletin. 5, 1999
Flamm BL, Geiger AM. Vaginal Birth After Caesarean Delivery. An Admission Scoring
System. Obstet Gynecol 1997; 90: 907-10