Anda di halaman 1dari 59

Laporan Kasus

CARCINOMA CORPUS UTERI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS

Oleh:
dr. Puspita Sari
Peserta PPDS Obstetri dan Ginekologi

Pembimbing:
dr.

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)


OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2021

i
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS (PPDS)
OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

LEMBARAN PENGESAHAN
Nama : dr. Puspita Sari
Semester :

Telah menyelesaikan presentasi kasus kematian judul:

Carcinoma Corpus Uteri


Padang, Desember 2021
Mengetahui / menyetujui
Pembimbing Peserta PPDS

dr. dr.Puspita Sari

Mengetahui
KPS PPDS OBGIN
FK UNAND RS. Dr. M. DJAMIL PADANG

Dr. dr. Bobby Indra Utama, SpOG(K)-Urogin

ii
LAPORAN HASIL PENILAIAN

Nama : dr. Puspita Sari


Semester :

Telah menyelesaikan Case Report dengan judul:


CARCINOMA CORPUS UTERI

Kriteria Penilaian Nilai Keterangan


Pengetahuan
Keterampilan
Attitude

Padang, 02 Desember 2021


Mengetahui/Menyetujui
Pembimbing

dr.

iii
DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN............................................................................. ii
LAPORAN HASIL PENILAIAN ....................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

BAB 2 LAPORAN KASUS .................................................................................. 2


BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 7
3.1. Uterus ....................................................................................................... 7

3.1.1. Anatomi Dinding Uters ..................................................................... 7


3.1.2. Perdarahan Uterus ............................................................................. 8
3.1.3. Pembuluh Limfe Uterus .................................................................... 9
3.1.4. Inervasi Uterus .................................................................................. 9
3.1.5. Bagian Uterus .................................................................................. 10
3.1.6. Dinding uterus ................................................................................. 11

3.2. Kanker Endometrium ............................................................................. 20

3.2.1. Definisi ............................................................................................ 20


3.2.2. Epidemiologi ................................................................................... 22
3.2.3. Patofisiologi .................................................................................... 23
3.2.4. Etiologi ............................................................................................ 25
3.2.5. Manifestasi Klinis ........................................................................... 30
3.2.6. Deteksi Kanker Endometrium ......................................................... 30
3.2.7. Klasifikasi Histopatologis ............................................................... 35
3.2.8. Klasifikasi Kanker Endometrium.................................................... 39
3.2.9. Penatalaksanaan .............................................................................. 41
3.2.10. Prognosa ...................................................................................... 49
3.2.11. Pencegahan .................................................................................. 51

BAB 4 KESIMPULAN ....................................................................................... 53


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 54

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker endometrium merupakan keganasan ginekologi yang paling umum
pada negara dengan pendapatan tinggi. Keganasan pada korpus uteri sering disebut
sebagai kanker endometrium yang berasal dari epitel kavum uteri. Lokasinya
berawal dari ekstensi yang berasal dari miometrium. Kanker yang berasal dari
jaringan stroma dan otot myometrium disebut dengan sarcoma.1,2
Kanker endometrium termasuk dalam enam kanker tersering di seluruh
dunia. Terdapat sekitar 320.000 kasus kanker endometrium baru setiap tahunnya.
Inside kanker korpus uteri meningkat pada negara berpenghasilan tinggi
dikarenakan angka obesitas yang cukup besar pada negara tersebut. Selain itu factor
inaktivitas juga berperan dalam hal ini. Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan estrogen. Penggunaan estrogen jangka panjang juga berkontribusi
dalam kejadian kanker endometrium.2
Kanker korpus uteri biasanya bermanifestasi sebagai perdarahan post
menopause yang biasanya memiliki prognosis yang baik namun tetap harus
ditatalaksana dengan protocol tatalaksana yang benar. Walaupun prognosis secara
keseluruhan relative baik, kanker endometrium derajat tinggi memiliki tendensi
untuk rekuren.2

Pengobatan pada kanker korpus uteri adalah histerektomi dengan atau tanpa
radioterapi. Beberapa percobaan klinik penggunaan terai hormone dan kemoterapi
sebagai terapi ajuvan pada stadium awal kanker, namun tidak menunjukkan
kelebihan dalam mortalitas dibandingkan pembedahan dan radiasi.2

1
BAB 2
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. AA
Umur : 55 tahun
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal masuk RS : 01 Desember 2021
Pendidikan :
No MR : 00.00.36.03

ANAMNESIS
Seorang pasien wanita berusia 55 tahun masuk ke poliklinik Onkologi
Bagian Kebidanan RSUP Dr. M Djamil Padang pada Tanggal 01 Desember 2021
dengan diagnosis adenomyosis pro laparotomi.

Riwayat Penyakit Sekarang


• Keluar darah dari kemaluan sejak 5 bulan terakhir
• Perut dirasa membesar (-)
• Nyeri pada perut (-)
• Nyeri haid (+)
• Riwayat penurunan BB (-)
• Riwayat post coital bleeding (-) dispareunia (-)
• Demam (-) trauma (-) keputihan (-)
• BAB dan BAK normal
• Riwayat menstruasi: Siklus teratur setiap 28 hari, menstruasi 4-5 hari, ganti
pembalut 3-4x/hari, nyeri saat haid (+)
• Pasien post menopause 5 tahun yang lalu, memiliki 3 orang anak, paling
kecil berusia 20 tahun

Riwayat Penyakit Dahulu

2
Tidak ada riwayat penyakit hipertensi, diabetes, jantung, paru, hati, ginjal.

Riwayat Penyakit Keluarga:

Tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat penyakit keturunan, penyakit


menular, dan penyakit kejiwaan.

Riwayat kehamilan/abortus/persalinan: 0/0/0


Riwayat kontrasepsi : (-)
Riwayat imunisasi : (-)
Riwayat Pendidikan : SMA
Riwayat Pekerjaan :-
Riwayat Kebiasaan : Tidak ada kebiasaan merokok, alkohol dan narkoba

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
- Keadaan umum : Sedang
- Kesadaran : CMC
- TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit (kuat angkat)
- Nafas : 19 x/menit
- Suhu : 37 C
- Kepala : Tidak ada kelainan
- Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
- Leher : JVP 5–2 CmH2O, kelenjar tiroid tidak membesar
- Thorax : Jantung/paru dalam batas normal
- Ekstremitas : Edem -/-, refleks fisiologis +/+, refleks patologis -/- -

Status Ginekologi
- Abdomen : Inspeksi : perut tampak membesar, sikatrik (-)
Palpasi : tenderness (-), rebound tenderness (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
- Genitalia : Inspeksi V/U normal, Perdarahan pervaginam (-)

3
- Inspekulo :
o Vagina : Tumor (-) laserasi (-) fluksus (-)
o Portio : MP, tumor (-) laserasi (-) fluksus (-) OUE tertutup
- VT bimanual :
o Vagina : Tumor (-)
o Portio : MP, permukaan licin. OUE tertutup
o CUT : Uterus AF, sebesar telur ayam
o A/P : Lemas
o CD : Tidak menonjol

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium

Parameter Hasil Nilai Normal


Hb 12,7 g/Dl 12-14 g/dL
Leukosit 5060/mm3 5000-10000 /mm3
Trombosit 267.000/ mm3 150000-400000 /mm3
Hematokrit 39% 28 – 40 %
Diff count 0/1/0/56/37/6
PT 10,3 detik 9,1 – 12,3 sec
aPTT 28,1 detik 20,5 – 27,7,0 sec
Total protein 6,7 g/dL 6,6 – 8,7 g/dL
Albumin 4,1 g/dL 3,8 – 5 g/dL
Globulin 2,6 g/dL 1,3 – 2,7 g/dL
Bilirubin total 0,4 mg/dL 0,3 - 1,0 g/dL
Bilirubin direk 0,2 mg/dL <0,2 mg/dL
Bilirubin indirek 0,2 mg/dL <0,6 mg/dL
Ureum 19 mg/dL 10-50 mg/dL
Creatinine 0,8 mg/dL 0,6-1,2 mg/dL
GDS 104 mg/dL 50-200 mg/dL
Natrium 138 mmol/L 136-145 mmol/L

4
Kalium 4,1 mmol/L 3,5-5,1 mmol/L
Klorida 109 mmol/L 97-111 mmol/L
Anti-HIV NR
HBaAg NR

USG

CT Scan Abdomen Kontras Oral anal

Hepar : bentuk dan ukuran normal dengan tepi rata dan sudut lancip.
Densitas homogen. Tidak tampak pelebaran sistem bilier
Gall bladder : bentuk dan ukuran normal, dinding tidak menebal, tidak tampak
gambaran batu, SOL (-), asites (-)
Tidak tampak efusi pleura
Pancreas : besar dan bentuk normal, tidak tampak SOL maupun kalsifikasi
Lien : bentuk dan ukuran normal, dengan densitas isodens, homogen
Aorta abdominal: kaliber normal, tidak tampak pembesaran KGB para aorta
abdominal, inguinal dan iliaka

5
Ginjal : ke 2 ginjal bentuk dan ukuran normal. Tidak tampak pelebaran
kalises. Tidak tampak gambaran batu maupun lesi patologi lainnya
Vesika urinaria: bentuk dan ukuran normal, dinding reguler, dan tidak menebal.
Tidak tampak gambaran batu
Distribusi usus merata dan tidak melebar
Rectum : tenang, tidak ada SOL
Uterus : tampak gambaran penebalan dinding uterus dengan densitas
isodens, batas tidak tegas. Tidak tampak infiltrasi ke organ sekitar
Kesan : Sugestif adenomysosis uteri

DIAGNOSA
Adenomiosis

PENATALAKSANAAN
Laparotomi

Konsul Pre Operasi


Penyakit Dalam
- Risiko kardiovaskular: risiko rendah
- Risiko paru: ringan
- Riisko metabolik: ringan
- Fungsi hemostatik: stabil
Anestesi
- ASA II
Konsul Bagian Jantung
Echocardiography untuk pemeriksaan lanjut

Konsul Bagian Paru


Tidak memenuhi kriteria Covid-19

6
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. Uterus
3.1.1. Anatomi Dinding Uters
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang
mirip buah pir terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis
wanita. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya
terdiri atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar di atas
5,25 cm, tebal 2,5 cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan
vagina, begitu pula korpus uteri ke depan membentuk sudut dengan serviks uteri. 1
Pada wanita yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr
sedangkan pada wanita yang pernah melahirkan, berat uterusnya adalah 75-100 gr.
uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat.
Derajat kepadatan tergantung dari beberapa faktor, diantaranya uterus lebih banyak
mengandung rongga selama fase sekresi siklus menstruasi, lebih lunak selama masa
hamil, dan lebih padat setelah menopause. 3
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan
endometrium, kehamilan, dan persalinan. 3 Uterus ini sebenarnya terapung-apung
di dalam rongga pelvis dengan jaringan ikat dan ligamentum yang menyokongnya,
sehingga terfiksasi dengan baik. 3
Ligamentum yang memfiksasi uterus adalah :
a. Ligamentum kardinale sinistra dan dekstra (Mackenrodt)
yakni ligamentum yang terpenting, mencegah agar uterus tidak turun, terdiri
atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah
lateral dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah,
antara lain vena dan arteri uterina. 3

b. Ligamentum sakro-uterinum sinistra dan dekstra,


yakni ligamentum yang menahan uterus agar tidak banyak bergerak,
berjalan dari serviks bagian belakang, kiri dan kanan, ke arah os sacrum kiri
dan kanan3

7
c. Ligamentum rotundum sinistra dan dekstra,
yakni ligamentum yang menahan uterus ke dalam antefleksi dan berjalan
dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal kanan dan kiri.
Pada kehamilan, terkadang terasa sakit di daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat, dan ligamentum rotundum menjadi
kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada persalinan
juga teraba kencang dan terasa sakit bila dipegang. 3

d. Ligamentum latum sinistra dan dekstra,


yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus ke arah sisi, tidak
banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya ligamentum ini adalah
bagian peritoneum viscerale yang meliputi uterus dan kedua tuba dan
berbentuk sebagai lipatan. Di bagian dorsal ligamentum ini ditemukan
indung telur (ovarium sinistra dan dekstra). Untuk memfiksasi uterus,
ligamentum latum ini tidak banyak artinya. 3
e. Ligamentum infundibulo-pelvikum,
yakni ligamentum yang menahan tuba Falopii berjalan dari arah
infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan syaraf, pembuluh
limfe, arteri dan vena ovarica. 3
Di samping ligamentum tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan
kanan belakang fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan
yang menahan ovarium. Ligamentum ovarii ini secara embriologis berasal
dari gubernaculums, sama seperti halnya ligamentum rotundum. 3

3.1.2. Perdarahan Uterus


Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina sinistra dan dekstra yang
terdiri dari ramus ascenden dan ramus descenden. Pembuluh darah ini berasal dari
a. iliaka interna (= a. hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum, masuk ke
dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm dari forniks vagina. 3
Pembuluh darah lain yang memvaskularisasi uterus adalah a. ovarika
sinistra et dextra. Ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum
infundibulo-pelvikum mengikuti tuba Falopii, beranastomosis dengan ramus
asendens arteri uterina di sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama

8
dengan arteri-arteri tersebut di atas terdapat vena-vena yang kembali melalui
pleksus vena ke vena hipogastrika. 3

3.1.3. Pembuluh Limfe Uterus


Pembuluh limfe yang berasal dari serviks akan mengalir ke daerah
obturatorial dan inguinal dan selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus uteri,
pembuluh limfe ini akan menuju daerah para-aorta atau para vertebra-dalam.
Kelenjar-kelenjar limfe penting artinya pada operasi karsinoma. 3

3.1.4. Inervasi Uterus


Inervasi uterus terdiri dari sistem saraf simpatik, tetapi sebagian juga terdiri
dari saraf parasimpatik dan serebrospinal. Sistem saraf parasimpatik berada di
dalam panggul sebelah kiri dan kanan os sacrum, berasal dari syaraf sacral 2, 3, dan
4, dan selanjutnya memasuki pleksus Frankenhauser. Saraf simpatik masuk ke
rongga panggul sebagai pleksus hipogastrikus melalui bifurcatio aorta dan
promontorium terus ke bawah menuju pleksus Frankenhauser. Pleksus ini terdiri
atas ganglion-ganglion berukuran besar dan kecil dan terletak terutama pada dasar
ligament sakro-uterina. Serabut-serabut syaraf tersebut di atas memberi inervasi
pada miometrium dan endometrium. Kedua sistem simpatik dan parasimpatik

9
mengandung unsur motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonis, syaraf
simpatik menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan syaraf
parasimpatik sebaliknya, mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi. 3
Syaraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung syaraf sensorik dari
uterus dan meneruskan perasaan sakit dari uterus ke serebrum. Syaraf sensorik dari
serviks dan bagian atas vagina melalui syaraf sakral 2, 3, dan 4, sedangkan dari
bagian bawah vagina melalui nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis. 3

3.1.5. Bagian Uterus

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
- Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian uterus proksimal, dimana merupakan tempat
kedua tuba Falopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk diketahui sampai
dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya kehamilan dapat diperkirakan
dengan perabaan pada fundus uteri. 3
- Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri. Korpus uteri
adalah bagian uterus yang terbesar. Pada kehamilan, bagian ini memiliki fungsi
utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada korpus uteri
disebut kavum uteri (rongga rahim). 3
- Serviks

10
Serviks uteri terdiri atas pars vaginalis services uteri yang disebut portio dan
pars supravaginalis services uteri adalah bagian serviks yang berada di atas vagina.
Saluran yang terdapat pada serviks disebut kanalis servikalis berbentuk sebagai
saluran lonjong dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar-kelenjar
serviks berbentuk sel-sel torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum
seminist. 3
Pintu saluran serviks sebelah dalam disebut ostium uteri internum, dan pintu di
vagina disebut ostium uteri eksternum. Kedua pintu ini penting dalam klinik,
misalnya pada penilaian jalannya persalinan, abortus, dan sebagainya. Secara
histologik, uterus terdiri atas endometrium di korpus uteri dan endoserviks di
serviks uteri, otot-otot polos, dan lapisan serosa yakni peritoneum viseral. 3

3.1.6. Dinding uterus


Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium,
dan perimetrium. 3

Gambar 3. 1 Dinding uterus

a. Endometrium

11
Selaput yang melapisi permukaan dalam miometrium disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium melapisi
seluruh kavum uteri dan memiliki arti penting dalam siklus haid seorang wanita
dalam masa reproduksi (childbearing age). Dalam masa haid, endometrium
sebagian besar dilepaskan, kemudian tumbuh lagi dalam masa proliferasi dan
selanjutnya dalam masa sekretorik (kelenjar-kelenjar telah berkelok-kelok dan
terisi dengan getah). Masa-masa ini dapat diperiksa dengan mengadakan biopsi
endometrium. 1
Lapisan otot polos di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapat lapisan otot oblik,
berbentuk anyaman. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena
sesudah plasenta lahir, otit akan berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-
pembuluh darah yang terbuka yang berada di tempat itu. Endometrium yang
banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan membrane mukosa yang
terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan tengah jaringan ikat
yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan endometrium
dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan
permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah
aliran menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus
endometrium, sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5
mm. 1
Endometrium mempunyai 3 fungsi penting yaitu sebagai 1 :
- Tempat nidasi
- Tempat terjadinya proses haid
- Petunjuk gangguan fungsional dari steroid seks

Pada usia reproduksi dan dalam keadaan tidak hamil, endometrium


mengalami berbagai perubahan siklik yang berkaitan dengan aktivitas ovarium.
Endometrium terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan basal dan lapisan fungsional. 1
• Lapisan Fungsional 1

12
Dibawah pengaruh estrogen, lapisan fungsional akan berploriferasi dan di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron, lapisan itu akan mengalami sekresi. Bilamana
terjadi fertilisasi dan implantasi, maka dari lapisan ini akan beradaptasi untuk
membentuk lingkungan optimum bagi embrio dengan terbentuknya desidua, dan
bilamana tidak terdapat fertilisasi, lapisan ini akan luruh dan terbentuk haid lagi.

• Lapisan Basal 1
Lapisan basal adalah lapisan yang berdekatan dengan endometrium dan
letaknya di bawah lapisan fungsional. Lapisan basal tidak luruh saat siklus
menstrusi. Lapisan fungsional berkembang dari lapisan basal.
Apabila kadar progesteron mencapai titik terendah, arteri yang menyuplai
darah ke lapisan fungsional akan berkonstriksi sehingga sel-sel dalam lapisan
tersebut akan iskemik dan mati, kemudian terjadi menstruasi. 1
Berikut ini adalah tabel perubahan endometrium berdasarkan fase
menstruasinya. 3

Dalam siklus haid dibedakan 4 fase endometrium yaitu :


1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan
perdarahan. Hanya lapisan tipis yang tinggal yang disebut dengan stratum basale,
stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah, potongan potongan
endometrium dan lendir dari serviks. Darah tidak membeku karena adanya fermen
yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan potongan potongan mukosa.
Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen tersebut tidak mencukupi hingga
timbul bekuan bekuan darah dalam darah haid. 4

13
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara berangsur
angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel
sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium ± 0,5 mm,
stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan berlangsung ± 4 hari. 4

3. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi


Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi dapat
dibagi dalam 3 subfase yaitu4 :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9. Fase ini
dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya regenerasi epitel, terutama dari
mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini
merupakan ciri khas fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian
sediaan masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat perubahan
perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk kuboid. Stroma padat dan
sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel selnya berbentuk bintang dan lonjong
dengan tonjolan tonjolan anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena
sitoplasma relatif sedikit4.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat dikenal
dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak mitosis. Inti epitel
kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma bertumbuh aktif dan padat 4

14
Gambar 3. 2. Perubahan kadar hormone gonadotropin dan steroid
4. Fase pramenstruum atau stadium sekresi
Fase ini mulai sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari ke 14 sampai ke 28. Pada
fase ini endometrium kira kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar berubah
menjadi panjang, berkeluk keluk dan mengeluarkan getah yang makin lama makin
nyata. Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang kelak
diperlukan sebagai makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan
ini adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase
ini dibagi atas4 :
1. Fase sekresi dini
Dalam fase ini endometrium lebih tipis daripada fase sebelumnya karena
kehilangan cairan, tebalnya ± 4 – 5 mm. Pada saat ini dapat dibedakan beberapa
lapisan, yaitu5 :
a. stratum basale, yaitu lapisan endometrium bagian dalam yang berbatasan
dengan lapisan miometrium. Lapisan ini tidak aktif, kecuali mitosis pada
kelenjar4.
b. stratum spongiosum, yaitu lapisan tengah berbentuk anyaman seperti spons. Ini
disebabkan oleh banyak kelenjar yang melebar dan berkeluk keluk dan hanya
sedikit stroma di antaranya4.
c. stratum kompaktum, yaitu lapisan atas yang padat. Saluran saluran kelenjar
sempit, lumennya berisi sekret dan stromanya edema. 4

15
2. Fase sekresi lanjut
Endometrium dalam fase ini tebalnya 5 – 6 mm. Dalam fase ini terdapat
peningkatan dari fase sekresi dini , dengan endometrium sangat banyak
mengandung pembuluh darah yang berkeluk keluk dan kaya dengan glikogen. Fase
ini sangat ideal untuk nutrisi dan perkembangan ovum. Sitoplasma sel sel stroma
bertambah. Sel stroma menjadi sel desidua jika terjadi kehamilan 4

Gambar 3. 3 Perubahan endometrium dalam silus menstruasi

Gambar 3. 4. Perubahan endometrium dalam silus menstruasi 2

16
Vaskularisasi Endometrium saat Haid

Cabang cabang arteri uterine berjalan terutama dalam stratum vaskulare


endometrium. Dari sini sejumlah arteri radialis berjalan langsung ke endometrium
dan membentuk arteri spiralis. Pembuluh pembuluh darah ini memelihara stratum
fungsional endometrium yang terdiri dari stratum kompaktum dan sebagian stratum
spongiosum. Stratum basale dipelihara oleh arteriola arteriola miometrium di
dekatnya. Mulai dari fase proliferasi terus ke fase sekresi pembuluh pembuluh
darah berkembang dan menjadi lebih berkeluk keluk dan segera setelah mencapai
permukaan, membentuk jaringan kapiler yang banyak. Pada miometrium kapiler
kapiler mempunyai endotel yang tebal dan lumen yang kecil. Vena vena yang
berdinding tipis membentuk pleksus pada lapisan yang lebih dalam dari lamina
propria mukosa dan membentuk jaringan anastomosis yang tidak teratur dengan
sinusoid sinusoid pada semua lapisan. 4
Hampir sepanjang siklus haid pembuluh pembuluh darah menyempit dan
melebar secara ritmis, sehingga permukaan endometrium memucat dan berwarna
merah karena penuh dengan darah, berganti ganti. Bila tidak terjadi pembuahan,
korpus luteum mengalami kemunduran yang menyebabkan kadar progesterone dan
estrogen menurun. 4
Penurunan kadar hormon ini mempengaruhi keadaan endometrium ke arah
regresi, dan pada suatu saat lapisan fungsionalis dari endometrium terlepas dari
stratum basale yang di bawahnya. Peristiwa ini menyebabkan pembuluh pembuluh
darah terputus, dan terjadilah pengeluaran darah yang disebut haid4

b. Miometrium4
Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling
tebal di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks. 5
Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling
banyak ditemukan di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi
pada persalinan. Pada lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang
memicu kerja hemostatis. Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk
mencegah regurgitasi darah menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja

17
sfingter di sekitar ostium serviks interna membantu mepertahankan isi uterus
selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat memperlemah ostium interna dan
menyebabkan ostium interna serviks inkompeten. 5
Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium yang
memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi4 :
- Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan
mendorong janin ke luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan
paling besar4.
- Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi
pembuluh darah ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau
persalinan. Karena kemampuannya untuk menutup (irigasi) pembuluh darah
yang berada di antara serabut tersebut, maak serabut otot polos disebut
sebagai ikatan hidup. 4

c. Perimetrium
Perimetrium adalah lapisan serosa yang merupakan bagian viseral dari peritoneum.
4

3.1.7. Kimia Dan Fungsi Hormon Steroid Ovarium 1


a. Estrogen
Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dibentuk terutama dari
17-ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah estradiol
(E2), estron (E1), dan estriol (E3). Secara biologis, estradiol adalah yang paling
aktif. Perbandingan khasiat biologis dari ketiga homon tersebut E2:E1:E3 = 10:5:1.
Selain di Ovarium, estrogen juga disintesis di adrenal, plasenta, testis, jaringan
lemak dan susunan saraf pusat. 1
Estrogen yang dihasilkan oleh adrenal disebut estrogen residu.
Metabolismenya terutama melalui esterifikasi ke glukoronida atau sulfida, dan
pengeluarannya melalui tinja. Pada organ sasaran seperti uterus,vagina, serviks,
payudara, maupun hipofisis, hipotalamus, estrogen diikat oleh reseptor yang
terdapat di dalam sitoplasma dan diangkut ke inti sel. 1

18
Fungsi umum : Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang
sintesis DNA melalui RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan
sintesis protein. 1
Fungsi pada endometrium: Estradiol memicu proliferasi endometrium dan
memperkuat kontraksi otot uterus. 1

b. Progesteron
Progesteron merupakan steroid dengan 21 atom C dan terutama dibentuk di
dalam folikel dan plasenta. Selain itu dapat berasal dari metabolisme pregnandiol,
dan disebut progesteron residu, serta dibentuk pula di dalam adrenal. Dengan
demikian tampak bahwa progesteron tidak hanya merupakan hormon dasar,
melainkan juga sebagai hasil antara pada ogan-organ yang membentuk steroid. 1
Penghancuran progesteron terjadi setelah pengubahan menjadi pregnandiol
sebagai glukoronida atau sulfat. Selama fase folikuler kadar progesteron plasma
sekitar 1 ng/ml, sedangkan pada fase luteal 10-20 mg/ml1
Fungsi Umum: Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan,
sehingga merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat
progesteron terjadi karena ada pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol
mensintesis reseptor untuk progesteron. 1
Fungsi Khusus
- Endometrium
Terhadap endometrium, progesteron menyebabkan perubahan sekretorik.
Perubahan ini mencapai puncaknya pada hari ke 22 siklus haid normal.
Bilamana progesteron terlalu lama mempengaruhi endometrium, maka akan
terjadi degenerasi endometrium, sehingga tidak cocok lagi menerima nidasi. 1
- Miometrium
Progesteron menurunkan tonus miometrium, sehingga kontraksi berjalan
lambat. Dalam kehamilan khasiat ini bermanfaat karena membuat uterus
menjadi tenang. 1

19
3.2. Kanker Endometrium
3.2.1. Definisi
Kanker endometrium merupakan tumor ganas primer yang berasal dari
endometrium atau miometrium. Sebagian besarnya merupakan adenokarsinoma
(90%). Karsinoma endometrium terutama adalah penyakit pada wanita
pascamenopause, walaupun 25% kasus terdapat pada wanita yang berusia kurang
dari 50 tahun dan 5% kasus terdapat pada usia dibawah 40 tahun. Umur rata-rata
penderita kanker endometrium adalah 55-66 tahun. Insidensi kanker endometrium
pada wanita premenopause 5 kali lebih rendah daripada wanita yang telah
mengalami menopause, Insidensi ini meningkat sesuai bertambahnya usia
kemudian menetap setelah umur 70 tahun. 6

Gambar 3. 5. Kanker endomterium


Sebagian besar kanker endometrium adalah adenokarsinoma (75 %), yang
berasal dari lapisan tunggal dari sel-sel epitel yang melapisi endometrium dan
membentuk kelenjar endometrium. Ada banyak subtipe mikroskopis karsinoma
endometrium, termasuk jenis common endometrioid, di mana sel kanker
menyerupai gambaran endometrium normal, Papillary serous carcinoma yang
agresif serta clear cell carcinoma. 6
Kanker endometrium adalah neoplasma yang mempunyai 2 tipe dengan
patogenesis berbeda pada masing-masing tipenya. Tipe pertama adalah estrogen
dependen dan tipe kedua estrogen independen. Perubahan genetik molekular yang

20
terdapat pada karsinoma endometrium tipe I dan tipe II berbeda dan mungkin dapat
membantu dalam menjelaskan sifat-sifat klinisnya. 4
- Tipe I Estrogen dependen
Tipe I berhubungan dengan meningkatnya kadar estrogen dalam darah, yang
umumnya menyerang wanita pre dan perimenoupause. Pada anamnesis didapatkan
riwayat terpapar estrogen dan berasal dari atipikal endometrial hiperplasia. Tipe ini
berdiferensiasi baik, minimal invasif, sehingga mempunyai prognosis yang baik.
Pada beberapa kasus mungkin didapatkan diabetes, penyakit liver, hipertensi,
obesitas, infertilitas, dan gangguan menstruasi. Pada kenyataannya, lesi tipe I
berpotensi dapat diecegah melalui pengenalan risiko pada pasien, diagnosis lesi
prekursor (hiperplasia endometrium atipikal), dan pengobatan yang sesuai. 6
- Tipe II Estrogen Independen
Tipe ini bisanya didapatkan pada wanita postmenopause, kurus, dan fertil
atau wanita dengan siklus hormonal yang normal. Tipe II lebih agresif dan
mempunyai prognosis lebih buruk daripada tipe I. Tipe II paling sering didapat pada
wanita Afro-Amerika. Yang termasuk kanker endometrium tipe II adalah6 :
• high-grade endometrioid cancer,
• uterine papillary serous carcinoma,
• uterine clear cell carcinoma.
Terdapat 3 lokasi dimana kanker endometrium sering terjadi yaitu fundus,
tuba dan isthmus. Hal ini berkaitan dengan pengaruh hormonal pada lapisan uterine
di lokasi tersebut6.

Gambar 3. 6. Gambaran histologi kanker endometrium


Gambaran histologik endometrioid adenocarcinoma yang merupakan kanker
endometrium yang paling sering terjadi.

21
Tabel 3. 1. Karsinoma endometrium tipe I dan tipe II: gambaran khas pada tumor

3.2.2. Epidemiologi
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan
angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Di seluruh dunia, setiap
tahun, 142,000 perempuan terdiagnosis, dan sebanyak 42.000 perempuan
meninggal karena penyakit ini (Amant, 2005). Selama tahun 2005, diperkirakan di
Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi
karena kanker endometrium. Pada tahun 2007, diperkirakan 1 dari 38 perempuan
di Amerika Serikat terdiagnosis kanker endometrium. 7 AS dan Kanada memiliki
rerata insidensi tertinggi di seluruh dunia, sementara negara berkembang dan
Jepang memiliki rerata insidensi 4-5 kali lebih rendah. 8
Insiden kanker endometrium berdasarkan data dari Office of National
Statistic meningkat dari dua per 100.000 perempuan per tahun di bawah usia 40
tahun sampai 40-50 per 100.000 perempuan per tahun pada dekade ke-6, ke-7 dan
ke-8. Angka kematian di Amerika Serikat meningkat dua kali antara tahun 1988
dan 1998. Di regional Asia Tenggara di mana Indonesia termasuk di dalamnya
insiden kanker endometrium mencapai 4,8 persen dari 670.587 kasus kanker pada
perempuan. Sementara kanker payudara sebanyak 30,9%; serviks 19,8% dan
ovarium 6,6%. 8

22
Gambar 3. 7. Gambar menunjukkan angka kematian yang disebabkan oleh
kanker endometrium per 100.000 penduduk di seluuh dunia.
3.2.3. Patofisiologi
Fibroblas Growth Factor Reseptor 2 (FGFR2) adalah reseptor tirosin
kinase yang berperan dalam proses biologikal. Mutasi pada FGFR telah dilaporkan
pada 10-12% dari kanker endometrium identik dengan penemuan yang didapatkan
dari kelainan kraniofasial kongenital. Inhibisi pada FGFR2 diharapkan akan
menjadi terapi masadepan bagi penderita kanker endometrium. Beberapa peneliti
menduga terdapat dua peran FGFR2 dalam mempengaruhi endometrium, yaitu
dengan menghambat proliferasi sel endometrium pada siklus menstruasi dan
sebagai onkogen pada karsinoma endometrial. 9

23
Selain itu, kadar hormon sex estrogen yang tinggi juga dapat menyebabkan
peningkatan masa dan jumlah sel lapisan uterus jika tidak terdapat cukup
progesteron, salah satu hormon sex yang penting pada wanita. 9
Siklus menstrual normal, rata-rata berlangsung 28 hari, terdapat 2 fase. Pada
2 minggu pertama, estrogen adalah hormon seks yang dominan. Estrogen
menyebabkan lapisan sel uterus bertumbuh dan bertambah jumlahnya. Pada 14 hari
selanjutnya, hormon sex yang dominan adalah progesteron. Progesteron
menyebabkan kematangan sel sehingga lapisan uterus dapat menerima dan
menutrisi ovum yang sudah difertilisasi. 9
Apabila tidak terdapat cukup progesteron, sel pada lapisan uterus
(epitelium) akan bertumbuh dan bermultiplikasi semakin banyak. Hal ini disebut
hiperplasia simpleks. Apabila situasi ini terus berlanjut, akan terbentuk kelenjar
baru pada lapisan uterus. Hal ini disebut hiperplasia kompleks. Akhirnya, sel
menjadi atipikal dan menunjukkan perilaku yang menyimpang. 10
Kadar estrogen yang tinggi tanpa diimbangi progesteron dapat ditemukan
pada beberapa kondisi seperti : anovulasi dalam jangka waktu yang lama,
mengkonsumsi estrogen dalam waktu lama, tumor penghasil estrogen, malfungsi
tiroid, penyakit hepar. 10
Kanker endometrium mungkin berasal di area minoris (misalnya, sebuah
polip endometrium) atau multifokal difus. Pertumbuhan awal dari tumor dicirikan
oleh pola eksofitik yang menyebar. Pertumbuhan tumor ditandai dengan kerapuhan
dan perdarahan spontan, bahkan pada tahap awal. Kemudian pertumbuhan tumor
ditandai oleh invasi miometrium dan pertumbuhan menuju leher rahim. 9 Empat
rute penyebaran terjadi di luar rahim:
1. Langsung
Penyebaran adenokarsinoma endometrium biasanya lambat terutama pada
yang differensiasi baik. Penyebarannya ke arah permukaan kavum uteri dan
endoserviks. Dari kavum uteri menuju ke stroma endometrium ke miomterium ke
ligamentum latum dan organ sekitarnya. Jika telah mengenai endoserviks,
penyebaran selanjutnya seperti pada adenokarsinoma serviks10.

2. Melalui kelenjar limfe

24
Penyebarannya melalui kelenjar limfe ovarium akan sampai ke para aorta
dan melalui kelenjar limfe uterus akan menuju ke kelenjar iliaka interna, eksterna
dan iliaka komunis serta melalui kelenjar limfe ligamentum rotundum akan sampai
ke kelenjar limfe inguinal dan femoral. 10

3. Melalui aliran darah


Biasanya proses penyebarannya sangat lambat dan tempat metastasenya adalah
paru, hati dan otak. 10

4. Intraperitoneal atau melalui tuba.


Biasanya disertai pappilary serous carcinoma (UPSC), serupa dengan penyebaran
kanker ovarium. 10

3.2.4. Etiologi
Penyebab pasti kanker endometrium tidak diketahui. Kebanyakan kasus
kanker endometrium dihubungkan dengan endometrium terpapar stimulasi
estrogen secara kronis. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang
pembentukan lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan
pada hewan percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan
kanker. 11
Adanya hubungan antara pajanan estrogen dengan kanker endometrium
telah diketahui selama lebih dari 50 tahun. Satu faktor risiko yang paling sering dan
paling terbukti untuk adenokarsinoma uterus adalah obesitas. Jaringan adiposa
memiliki enzim aromatase yang aktif. Androgen adrenal dengan cepat dikonversi
menjadi estrogen di dalam jaringan adiposa pada individu yang obes. Estrogen yang
baru disintesis ini juga memiliki bioavailabilitas yang sangat baik karena perubahan
metabolik yang berhubungan dengan obesitas menghambat produksi globulin
pengikat hormon seks oleh hati. Individu yang obes mungkin mengalami
peningkatan drastis pada estrogen bioavailabel yang bersirkulasi dan pajanan ini
dapat menyebabkan penumbuhan hiperplastik pada endometrium. 11
Dasar pemikiran yang menganggap estrogen sebagai faktor etiologis berasal
dari tiga sumber11:
(i) aktivitas biologis estrogen dan progesteron pada endometrium

25
(ii) data pada hewan dan manusia mengenai pengaruh dietilstilbestrol (DES)
terhadap karsinogenesis
(iii) hubungan antara kanker endometrium dengan hiperplasia endometrium
dalam kaitannya dengan hubungan antara hiperplasia dengan pajanan
estrogen yang tidak dihambat dan bcrlangsung lama.
Bukti yang paling kuat untuk sensitivitas endometrium yang tinggi
terhadap hormon steroid ovarium adalah perubahan dramatis yang terjadi pada
jaringan ini selama siklus menstruasi. Pada siklus wanita normal: endometrium
mengubah morfologinya setiap hari. 11
Pada fase folikular siklus: estrogen menstimulasi proliferasi epitel yang
menutupi kelenjar endometrium dan stroma di bawahnya. Estrogen menginduksi
produksi reseptorya sendiri dan reseptor progesteron selama fase ini. Progesteron
yang disekresi dengan cepat setelah ovulasi menahan aktivitas proliferasi pada
kelenjar-kelenjar dan mengkonversi epitel menjadi keadaan sekretorik. Stroma
merespons progesteron dengan angiogenesis dan maturasi fungsional. Jika
kehamilan terjadi, perubahan-perubahan ini akan mempersiapkan endometrium
untuk implantasi. Dipercaya bahwa efek mitogenik yang poten dari estrogen pada
epitel kelenjar endometrium mempercepat tingkat mutasi spontan dari onkogen
yang merupakan predisposisi dan/atau gen penekan tumor. Hal ini mengarah pada
suatu transformasi neoplastik. 11
Data pada hewan dan manusia yang dikumpulkan setelah berkembangnya
pajanan DES menambah bukti biologis untuk potensi karsinogenik dari estrogen di
saluran reproduksi. DES adalah agonis estrogen nonsteroid yang merupakan salah
salu estrogen sintetik pertama yang dikembangkan. DES tersebut diberikan kepada
lebih dari dua juta wanita pada tahun 1940-1970 sebagai pengobatan terhadap
ancaman keguguran spontan (miscarriage). 11
Pada tikus. pajanan neonatal terhadap DES menghasilkan kanker
endometrium pada 95% binatang saat berusia 18 bulan. Pada wanita, pajanan DES
pranatal mengarah pada kelainan struktur saluran reproduksi dan pada
adenokarsinoma sel jemih vagina dan serviks. Aktivitas karsinogenik pada DES
tampaknya dimediasi sebagian oleh aktivasi reseptor estrogen. Apakah pajanan
DES pranatal akan menyebabkan kanker endometrium pada manusia akan

26
ditentukan setelah penelitian kohort pada wanita-wanita ini berlangsung sampai
menopause. Mekanisme genetik molekular mengenai bagaimana DES
menyebabkan karsinoma sel jernih mungkin sama dengan bagaimana estroge alami
menyebabkan kanker endometrium tipe I. Ketidakstabilan genetik telah
ditunjukkan pada kedua tumor ini. 11

FAKTOR RESIKO
1. Faktor resiko reproduksi dan menstruasi.
Kebanyakan peneliti menyimpulkan bahwa nulipara mempunyai risiko 3x
lebih besar menderita kanker endometrium dibanding multipara. Hipotesis bahwa
infertilitas menjadi factor risiko kanker endometrium didukung penelitian-
penelitian yang menunjukkan resiko yang lebih tinggi untuk nulipara dibanding
wanita yang tidak pernah menikah. 7
Perubahan-perubahan biologis yang berhubungan dengan infertilitas
dikaitkan dengan risiko kanker endometrium adalah siklus anovulasi ( terpapar
estrogen yang lama tanpa progesteron yang cukup), kadar androstenedion serum
yang tinggi (kelebihan androstenedion dikonversi menjadi estron), tidak
mengelupasnya lapisan endometrium setiap bulan (sisa jaringan menjadi
hiperplastik) dan efek dari kadar estrogen bebas dalam serum yang rendah pada
nulipara. Salah satu fungsi estrogen yang normal adalah merangsang pembentukan
lapisan epitel pada rahim. Sejumlah besar estrogen yang disuntikkan kepada hewan
percobaan di laboratorium menyebabkan hiperplasia endometrium dan kanker. 7
2. Usia menarche dini (<12 tahun) berkaitan dengan meningkatnya risiko kanker
endometrium walaupun tidak selalu konsisten. Benyak penelitian
menunjukkan usia saat menopause mempunyai hubungan langsung terhadap
meningkatnya kanker ini. Sekitar 70% dari semua wanita yang didiagnosis
kanker endometrium adalah pakcamenopause. Wanita yang menopause secara
alami diatas 52 tahun 2,4 kali lebih beresiko jika dibandingkan sebelum usia
49 tahun. 7
3. Hormon.
a. Hormone endogen.
Risiko terjadinya kanker endometrium pada wanita-wanita muda

27
berhubungan dengan kadar estrogen yang tinggi secara abnormal seperti polycystic
ovarian disease yang memproduksi estrogen.
b. Hormone eksogen pascamenopause.
Terapi sulih hormone estrogen menyebabkan risiko kanker endometrium
meningkat 2 sampai 12 kali lipat. Peningkatan risiko ini terjadi setelah pemakaian
2-3 tahun. Risiko relatif tinggi setelah pemakaian selama 10 tahun.
4. Kontrasepsi oral. Peningkatan risiko secara bermakna terdapat pada pemakaian
kontrasepsi oral yang mengandung estrogen dosis tinggi dan rendah progestin.
Sebaliknya pengguna kontrasepsi oral kombinasi estrogen dan progestin
dengan kadar progesterone tinggi mempunyai efek protektif dan menurunkan
risiko kanker endometrium setelah 1-5 tahun pemakaian.
5. Tamoksifen. Beberapa penelitian mengindikasikan adanya peningkatan risiko
kanker endometrium 2-3 kali lipat pada pasien kanker payudara yang diberi
terapi tamoksifen. Tamoksifen merupakan antiestrogen yang berkompetisi
dengan estrogen untuk menduduki reseptor. Di endometrium, tamoksifen
malah bertindak sebagai faktor pertumbuhan yang meningkatkan siklus
pembelahan sel.
6. Obesitas. Obesitas meningkatkan risiko terkena kanker endometrium.
Kelebihan 13-22 kg BB ideal akan meningkatkan risiko sampai 3 x lipat.
Sedangkan kelebihan di atas 23 kg akan meningkatkan risiko sampai 10x lipat.
obesitas adalah penyebab paling umum dari kelebihan produksi estrogen
endogen. Jaringan adiposa berlebihan akan meningkatkan aromatisasi
androstenedion perifer menjadi estrone. Pada wanita premenopause, tingkat
estrone memicu umpan balik peningkatan abnormal pada aksis-hipofisis-
ovarium hipotalamus. Hasil klinisnya adalah oligo-atau anovulasi. Dengan
tidak adanya ovulasi, endometrium terkena stimulasi estrogen hampir terus
menerus tanpa efek progestasional berikutnya dan terjadi gangguan menstruasi.
7. Faktor diet. Perbedaan pola demografi kanker endometrium diperkirakan oleh
peran nutrisi, terutama tingginya kandungan lemak hewani dalam diet.
Konsumsi sereal, kacang-kacangan, sayuran dan buah terutama yang tinggi
lutein, menurunkan risiko kanker yang memproteksi melalui fitoestrogen.

28
8. Kondisi medis. Wanita premenopause dengan diabetes meningkatkan 2-3 x
lebih besar berisiko terkena kanker endometrium jika disertai diabetes.
Tingginya kadar estrone dan lemak dalam plasma wanita dengan diabetes
menjadi penyebabnya. Hipertensi menjadi faktor risiko pada wanita
pancamenopause dengan obesitas.
9. Faktor genetik. Seorang wanita dengan riwayat kanker kolon dan kanker
payudara meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium. Begitu juga
dengan riwayat kanker endometrium dalam keluarga.
10. Merokok. Wanita perokok mempunyai resiko ½ kali jika dibandingkan yang
bukan perokok (faktor proteksi) dan diperkirakan menopause lebih cepat 1-2
tahun.
11. Ras. Kanker endometrium sering ditemukan pada wanita kulit putih.
12. Faktor risiko lain. Pendidikan dan status sosial ekonomi diatas rata-rata
meningkatkan risiko terjadinya kanker endometrium akibat konsumsi terapi
pengganti estrogen dan rendahnya paritas.

Risk Factors for Endometrial Cancer

Factors Influencing Risk Estimated Relative Riska

Obesity 2–5

Polycystic ovarian syndrome >5

Long-term use of high-dose menopausal estrogens 10–20

Early age of menarche 1.5–2

Late age of natural menopause 2–3

History of infertility 2–3

Nulliparity 3

Menstrual irregularities 1.5

Residency in North America or northern Europe 3–18

Higher level of education or income 1.5–2

White race 2

29
Older age 2–3

High cumulative doses of tamoxifen 3–7

History of diabetes, hypertension, or gallbladder disease 1.3–3

Long-term use of high-dose combination oral contraceptives 0.3–0.5

Cigarette smoking 0.5

3.2.5. Manifestasi Klinis


Keluhan utama yang dirasakan pasien kanker endometrium adalah
perdarahan pasca menopause bagi pasien yang telah menopause dan perdarahan
intermenstruasi bagi pasien yang belum menopause. Keluhan keputihan merupakan
keluhan yang paling banyak menyertai keluhan utama7.
Gejalanya bisa berupa7:
• Perdarahan rahim yang abnormal
• Siklus menstruasi yang abnormal
• Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi (pada wanita yang masih
mengalami menstruasi)
• Perdarahan vagina atau spotting pada wanita pasca menopause
• Perdarahan yang sangat lama, berat dan sering (pada wanita yang
berusia diatas 40 tahun)
• Nyeri perut bagian bawah atau kram panggul
• Keluar cairan putih yang encer atau jernih (pada wanita pasca
menopause)
• Nyeri atau kesulitan dalam berkemih
• Nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

3.2.6. Deteksi Kanker Endometrium


Sebagian besar kanker endometrium terdiagnosis pada stadium dini. Hal ini
dikarenakan wanita menopause cenderung memeriksakan dirinya ke dokter apabila
terdapat perdarahan vaginal. Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik termasuk melakukan pap smear dan pemeriksaan
pelvik. 7

30
Pemeriksaan pelvik merupakan langkah awal pemerikasaan fisik pada
kanker endometrium. Pada pemeriksaan pelvik, dokter memeriksa daerah
sepanjang kandungan apakah terdapat lesi, benjolan, atau mengetahui daerah mana
yang terasa sakit jika diraba. Untuk daerah kandungan bagian atas dokter
menggunakan alat spekulum. Teknik pemeriksaan ini sebenarnya harus rutin
dilakukan oleh wanita untuk mengetahui kondisi vaginanya7
Biopsi endometrial diperlukan untuk menegakkan diagnosis kanker
endometrium. Pada pemeriksaan biopsi, akan diambil sebagian kecil dari lapisan
uterus (endometrium) kemudian dilihat sediaan tersebut di mikroskop. Karena
kanker endometrium dimulai di dalam uterus, kelainannya tidak selalu dapat
dideteksi dengan pap smear. Karena itu, sampel dari jaringan endometrium harus
diambil dan dilihat dengan mikroskop untuk dideteksi apakah terdapat sel kanker
atau tidak. Salah satu prosedur dibawah ini dapat dilakukan 7
- Biopsi endometrium : Mengambil sebagian kecil jaringan endometrium,
dengan memasukkan selang yang kecil dan fleksibel melalui serviks
kedalam uterus. Selang ini kemudian akan mengikis sebagian kecil jaringan
endometrium sehingga kemudian didapatkan sampel jaringan. Patolog
kemudian akan memeriksa sampel sel kanker di bawah mikroskop7.
- Dilatasi dan kuretase : Caranya yaitu leher rahim dilebarkan dengan
dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.
Memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan
juga pengambilan sampel untuk di PA-kan. Sampe jaringan endometrium
yang didapatkan dari kuretase kemudian diperiksa di mikroskop. 7

31
Gambar diatas menunjukkan sebuah spekulum yang dimasukkan ke vagina
untuk memudahkan melihat serviks. Kemudian kuret dimasukkan lewat
serviks ke uterus untuk mengikis jaringan yang abnormal agar dapat diperiksa7.

Tes tambahan untuk menegakkan diagnosis meliputi :

- USG transvaginal. Transvaginal ultrasound, adalah suatu alat yang


dimasukkan ke dalam rahim dan berfungsi untuk mengetahui ketebalan dinding
rahim. Ketebalan dinding yang terlihat abnormal akan dicek lanjutan dengan
pap smear atau biopsi. Pada pemeriksaan USG didapatkan tebal endometrium
di atas 5 mm pada usia perimenopause. Pemeriksaan USG dilakukan untuk
memperkuat dugaan adanya keganasan endometrium dimana terlihat adanya
lesi hiperekoik di dalam kavum uteri/endometrium yang inhomogen bertepi
rata dan berbatas tegas dengan ukuran 6,69 x 4,76 x 5,67 cm. Pemeriksaan USG
transvaginal diyakini banyak penelitian sebagai langkah awal pemeriksaan
kanker endometrium, sebelum pemeriksaan-pemeriksaan yang invasif seperti
biopsi endometrial, meskipun tingkat keakuratannnya yang lebih rendah,
dimana angka false reading dari strip endometrial cukup tinggi. Sebuah meta-
analisis melaporkan tidak terdeteksinya kanker endometrium sebanyak 4%
pada penggunaan USG transvaginal saat melakukan pemeriksaan pada kasus
perdarahan postmenopause, dengan angka false reading sebesar 50%. USG
transvaginal dengan atau tanpa warna, digunakan sebagai tehnik skrining.
Terdapat hubungan yang sangat kuat dengan ketebalan endometrium dan
kelainan pada endometrium. Ketebalan rata-rata terukur 3,4±1,2 mm pada
wanita dengan endometrium atrofi, 9,7±2,5 mm pada wanita dengan
hiperplasia, dan 18,2±6,2mm pada wanita dengan kanker endometrium. Pada
studi yang melibatkan 1.168 wanita, pada 114 wanita yang menderita kanker
endometrium dan 112 wanita yang menderita hiperplasia, mempunyai tebal
endometrium 5 mm. Metode non-invasif lainnya adalah sitologi namun
akurasinya sangat rendah. 7,8
- Papanicolau Test

32
adalah metode skrining ginekologi, dicetuskan oleh Georgias Papanicolau,
untuk mendeteksi kanker rahim yang disebabkan oleh human papilomavirus.
Pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop
(PA). Cara untuk mendapatkan sampel adalah dengan aspirasi sitologi dan
biopsy hisap (suction biopsy) menggunakan suatu kanul khusus. Alat yang
digunakan adalah novak, serrated novak, kovorkian, explora (mylex), pipelly
(uniman), probet. Pap smear tidak sensitif untuk mendiagnosa kanker
endometrium. Pada pemeriksaan pap smear, 50% dari penderita kanker
endometrium menunjukkan hasil yang normal. Sel endometrium yang jinak
terkadang ditemukan saat pemeriksaan pap smear pada wanita diatas 40 tahun
Bia sel ini ditemukan, maka resiko kanker pada wanita tersebut adalah 3-5%.
Pada wanita premenopause, temuan ini kurang akurat, terutama bila hasil
didapatkan saat penderita sedang haid. Pada penderita yang memakai terapi
hormon, resiko keganasan berkurang (1-2%).7

Pada pemeriksaan kanker endometrium dapat ditemukan hiperplasia


endometrium. Hiperplasia endometrium bukan kanker namun dapat
berkembang menjadi kanker. Salah satu tipe hiperplasia, atypical adenomatous
hyperplasia, berkembang menjadi kanker pada 1 dari 3 penderita. 7

Untuk menentukan stadium kanker endometrium, serangkaian pemeriksaan


dibawah ini harus dilakukan sebelum operasi7 :

- Cek darah lengkap untuk memeriksa anemia dan kelainan darah.


- Antigen kanker 125. Pemeriksaan CA-125 diperlukan untuk mengetahui
apakah kanker telah bermetastasis atau belum.
- Intravenous Pyelogram untuk memeriksa fungsi ginjal
- Foto roentgen untuk mengetahui apakah sel kanker telah bermetastasis ke
uterus.

Pemeriksaan imaging dilakukan sebelum operasi untuk melihat apakah kanker telah
menyebar ke abdomen dan pelvis. Ini dilakukan juga untuk membuat perencanaan
terapi. Pemeriksaan imaging meliputi7 :

- Computed Tomography (CT) scan abdomen dan pelvis

33
- Magnetic Resonance Imaging (MRI) abdomen dan pelvis. MRI juga dapat
membedakan kanker endometrium dari penyebaran servikal primary
endocervical adenocarcinoma.

Gambar 3. 8. Potongan aksial pada CT scan penderita kanker endometrium


didapatkan uterus membesar dan inhomogen (panah) di atas pelvis
Setelah diagnosis kanker endometrium ditegakkan, operasi dilakukan untuk
mengangkat uterus, serviks, ovarium, tuba falopi. Prosedur ini dinamakan
Histerektomi dengan bilateral salphingo-oophorectomy. Kadang kelenjar limfe
pelvis juga diangkat. Jaringan yang diangkat kemudian diperiksa untuk menentukan
stadium kanker7.

Deteksi Dini Kanker Endometrium

American Cancer Society mengatakan bahwa wanita yang telah mendekati


menopause harus diedukasi mengenai gejala dan resiko kanker endometrium7

- Apabila terdapat perdarahan atau spotting atau cairan vagina yang tidak
normal, segera periksakan diri ke dokter
- Wanita dengan resiko hereditary nonpolyposis colon cancer (HNPCC)
diedukasi untuk memeriksakan diri setiap tahun dimulai pada usia 35 tahun.

34
Wanita dengan HNPCC juga memiliki resiko tinggi kanker ovarium dan
uterus. Wanita dengan resiko tinggi kanker endometrium dan tidak
mempunyai rencana untuk hamil dapat melakukan pencegahan dengan
mengangkat uterus, tuba fallopi, dan ovarium7.

3.2.7. Klasifikasi Histopatologis


Sembilan puluh persen tumor ganas endometrium/ korpus uterus adalah
adenokarsinoma. Sisanya ialah karsinoma epidermoid, adenoakantoma, sarcoma,
dan karsino-sarkoma. 7
Endometrioid Adenocarcinoma
Tipe histologi kanker endometrium yang paling sering ditemui adalah endometrioid
adenokarsinoma (75% dari total kasus). Karakteristik tumor ini adalah terdapat
kelenjar yang mirip dengan endometrium normal. Hiperplasia endometrium
berhubungan dengan tumor grade rendah dan jarang menginvasi endometrium.
Apabila kelenjar berkurang dan digantikan sel yang padat, tumor diklasifikasikan
sebagai grade yang lebih tinggi. Apabila terdapat endometrium yang atrofik, sering
dihubungkan dengan grade tinggi dan sering bermetastasis. 12

Endometrioid adenocarcinoma yang berasal dari hiperplasia endometrium

35
Gambaran makroskopis polyploid endometrioid adenocarcinoma
Serous Carcinoma
5-10% kanker endoetrium adalah tipe serous carcinoma. Serous carcinonma adalah
tumor tipe II yang sangat agresif dan berasal dari endometrium yang atrofik. Tipe
ini biasanya terdapat pada wanita berusia lanjut. Terdapat pola pertumbuhan papiler
yang kompleks ditandai dengan nulkear atipik. Sering disebut uterine papillary
serous carcinoma (UPSC), secara histologis menyerupai kanker ovarium epitelial,
dan terdapat psammoma bodies pada 30 persen pasien. 7

Gambaran histologik uterine papillary serous carcinoma (UPSC)

Biasanya, tumor eksofitik dengan penampakan papiler muncul dari uterus yang
kecil dan atrofik. Terkadang, tumor ini dibatasi polip dan tidak menyebar. UPSC
berpotensi menginvsi miometrium dan menginvasi kelenjar. UPSC dan kanker
ovarium epitel dapat dibedakan lewat pembedahan. Seperti kanker ovarium, tumor
ini juga mengsekresi CA125, pengukuran serum ini juga dapat digunakan sebagai
monitor postoperasi. UPSC adalah tipe sel yang agresif. 7

36
Gambaran makroskopis UPSC

Clear Cell Carcinoma

Kurang dari 5 % kanker endometrium adalah tipe clear cell carcinoma. Penampakan
mikroskopik didominasi oleh sel padat, kistik, tubular atau papiler. Biasanya
merupakan gabungan dari 2 atau 3 tipe tersebut. Endometrial clear cell
adenocarcinoma adalah serupa dengan jenis clear cell yang terdapat di ovarium,
vagina, dan serviks. Tidak ada karakteristik khusus, namun seperti UPSC,
cenderung ganas, dan invasif. Pasien biasanya terdiagnosis saat penyakitnya sudah
lanjut dan prognosisnya buruk. 7

Clear cell carcinoma tipe solid

37
Clear cell carcinoma tipe papiler

Mucinous Carcinoma

Sekitar 1 sampai 2 persen kanker endometrium adalah tipe mucinous. Sebagian


besar endometrioid adenocarcinoma mempunyai komponen fokal. Umumnya,
tumor mucinous mempunyai gambaran glandular dengan sel yang kolumnar dan
stratifikasi minimal. Hampir semua aadalah stadium 1 dan grade 1 dengan
prognosis yang baik. Karena epitelium endoservikal menyatu dengan segmen
bawah uterus, diagnosis masih sulit dibedakan dengan adenokarsinoma yang
primer. Oleh sebab itu, dibutuhkan imuno-staining, selain ini MRI juga dapat
digunakan untuk membedakan asal tumor.

Gambaran histologi mucinous carcinoma

Karsinoma Campuran

38
Kanker endometrium dapat berupa kombinasi dari dua atau lebih tipe histologik.
Karsinoma campuran, terdiri dari paling tidak dua tipe dengan masing –masing tipe
minimal melingkupi 10 % dari seluruh tumor. Kecuali tipe serous dan clear cell,
kombinasi lain biasanya tidak signifikan. Karsinoma campuran biasanya
merupakan campuran antara kanker endometrium tipe I dan tipe II.

Undifferentiated Carcinoma

Pada 1-2 % kanker endometrium, tidak ada bukti adanya diferensiasi glandular,
sarkomatous, atau squamous. Tumor yang tidak berdeferensiasi ini mempunyai
karakteristik proliferasi epitel monotonous, ukurannya medium tumbuh dari sel
yang padat dan tidak mempunyai pola yang spesifik. Prognosisnya lebih buruk dari
endometrioid adenokarsinoma diferensiasi buruk.

Tipe yang jarang

Kurang dari 100 kasus squamous cell carcinoma endometrium telah dilaporkan.
Diagmosis ditegakkan dari tidak adanya komponen adenokarsinoma dan tidak ada
hubungan dengan squamous epithelium serviks. Biasanya prognosisnya buruk.
Transisional cell carcinoma endometrium juga adalah kasus yang jarang, dan untuk
menegakkan diagnosis, tidak boleh ada metastasis dari kandung kemih dan
ovarium. 7

3.2.8. Klasifikasi Kanker Endometrium


Saat ini, stadium kanker endometrium ditetapkan berdasarkan surgical
staging, menurut The International Federation of Gynecology and Obstetrics
(FIGO) 20107 :

39
40
Kanker endometrium juga dibagi menurut grade. Grade adalah derajat
diferensiasi tumor. Sel yang normal mampu bermultiplikasi dengan kecepatan yang
teratur dan mampu berinteraksi dengan sel lainnya. Sel kanker tidak mempunyai
sifat seperti sel normal dan lebih jarang berdiferensiasi. Sel yang mempunyai sifat
seperti sel normal dikatakan berdiferensiasi baik. 7

Jika suatu tumor glandular terdiri dari kurang dari 5% bagian yang padat
dikatakan grade I. Jika tumor terdiri dari lebih dari 50% bagian yang padat
dikatakan grade III. Diantara grade I dan III adalah grade II. Lapisan endometrium
normal terdiri dari sel glandular yang mensekresi mukus yang berguna untuk
menutrisi sel telur yang sudah difertilisasi sebelum implantasi. 7

3.2.9. Penatalaksanaan
Radiasi atau histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis merupakan
pilihan terapi untuk adenokarsinoma endoserviks yang masih terlokalisasi,
sedangkan staging surgical yang meliputi histerektomi simple dan pengambilan
contoh kelenjar getah bening para-aorta adalah penatalaksanaan umum
adenokarsinoma endometrium8

1. Pembedahan
Kebanyakan penderita akan menjalani histerektomi (pengangkatan rahim).
Kedua tuba falopii dan ovarium juga diangkat (salpingo-ooforektomi bilateral)
karena sel-sel tumor bisa menyebar ke ovarium dan sel-sel kanker dorman (tidak
aktif) yang mungkin tertinggal kemungkinan akan terangsang oleh estrogen yang

41
dihasilkan oleh ovarium. Jika ditemukan sel-sel kanker di dalam kelenjar getah
bening di sekitar tumor, maka kelenjar getah bening tersebut juga diangkat. Jika sel
kanker telah ditemukan di dalam kelenjar getah bening, maka kemungkinan kanker
telah menyebar ke bagian tubuh lainnya. Jika sel kanker belum menyebar ke luar
endometrium (lapisan rahim), maka penderita tidak perlu menjalani pengobatan
lainnya. 8

2. Radioterapi

Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel


kanker. Terapi penyinaran merupakan terapi lokal, hanya menyerang sel-sel kanker
di daerah yang disinari. Pada stadium I, II atau III dilakukan terapi penyinaran dan

42
pembedahan. Angka ketahanan hidup 5 tahun pada pasien kanker endometrium
menurun 20-30% dibanding dengan pasien dengan operasi dan penyinaran.
Penyinaran bisa dilakukan sebelum pembedahan (untuk memperkecil ukuran
tumor) atau setelah pembedahan (untuk membunuh sel-sel kanker yang tersisa).
Stadium I dan II secara medis hanya diberi terapi penyinaran. Pada pasien dengan
risiko rendah (stadium IA grade 1 atau 2) tidak memerlukan radiasi adjuvan pasca
operasi. 7

Radiasi adjuvan diberikan kepada :

• Penderita stadium I, jika berusia diatas 60 tahun, grade III dan/atau invasi
melebihi setengah miometrium.
• Penderita stadium IIA/IIB, grade I, II, III.
Penderita dengan stadium IIIA atau lebih diberi terapi tersendiri
(Prawirohardjo, 2006). 7

Ada 2 jenis terjapi penyinaran yang digunakan untuk mengobati kanker


endometrium: 7

• Radiasi eksternal : digunakan sebuah mesin radiasi yang besar untuk


mengarahkan sinar ke daerah tumor. Penyinaran biasanya dilakukan
sebanyak 5 kali/minggu selama beberapa minggu dan penderita tidak perlu
dirawat di rumah sakit. Pada radiasi eksternal tidak ada zat radioaktif yang
dimasukkan ke dalam tubuh. 7
• Radiasi internal (AFL): digunakan sebuah selang kecil yang mengandung
suatu zat radioaktif, yang dimasukkan melalui vagina dan dibiarkan selama
beberapa hari. Selama menjalani radiasi internal, penderita dirawat di rumah
sakit. 7
3. Kemoterapi
Adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Kemoterapi
merupakan terapi sistemik yang menyebar keseluruh tubuh dan mencapai sel
kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain. 7

A. Tujuan Kemoterapi

Kemoterapi bertujuan untuk:

43
1. Membunuh sel-sel kanker.
2. Menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
3. Meningkatkan angka ketahanan hidup selama 5 tahun.
B. Jenis kemoterapi:
1) Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan setelah operasi, dapat sendiri atau
bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel yang telah
bermetastase. 7
2) Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum operasi untuk mengecilkan
massa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi. 7
3) Kemoterapi primer
Digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan
kecil untuk diobati, dan kemoterapi digunakan hanya untuk mengontrol
gejalanya. 7
4) Kemoterapi induksi
Digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya. 7
5) Kemoterapi kombinasi
Menggunakan 2 atau lebih agen kemoterapi. 7
C. Cara Pemberian Kemoterapi
(1) Per oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral,
diantaranya chlorambucil dan etoposide (VP-16). 7
(2) Intra-muskulus
Pemberian ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak
diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali
berturut-turut. Yang dapat diberikan secara intra-muskulus antara lain
bleomicin dan methotreaxate. 7
(3) Intravena
Pemberian ini dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau
diberikan secara infus (drip). Cara ini merupakan cara pemberian
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan. 7

44
(4) Intra arteri
Pemberian intra arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana
yang cukup banyak, antara lain, alat radiologi diagnostik, mesin, atau
alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri. 7
(5) Intra peritoneal
Cara ini juga jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus
(kateter intraperitoneal) serta kelengkapan kamar operasi karena
pemasangan perlu narkose. 7
D. Cara Kerja Kemoterapi
Suatu sel normal akan berkembang mengikuti siklus pembelahan sel yang
teratur. Beberapa sel akan membelah diri dan membentuk sel baru dan sel yang lain
akan mati. Sel yang abnormal akan membelah diri dan berkembang secara tidak
terkontrol yang pada akhirnya akan terjadi suatu massa yang disebut tumor7.

Siklus sel secara sederhana dibagi menjadi 5 tahap:


1. Fase G0: Fase istirahat
2. Fase G1: Sel siap membelah diri yang diperantarai oleh beberapa protein
penting untuk bereproduksi. Berlangsung 18-30 jam
3. Fase S: DNA sel akan dicopy,18-20 jam
4. Fase G2: Sintesa sel terus berlanjut,2-10 jam
5. Fase M: sel dibagi menjadi 2 sel baru,30-60 menit
Siklus sel sangat penting dalam kemoterapi sebab obat kemoterapi
mempunyai target dan efek merusak bergantung pada siklus selnya. Obat
kemoterapi aktif pada saat sel bereproduksi, sehingga sel tumor yang aktif
merupakan target utama dari kemoterapi. Namun, efek samping obat kemoterapi
yaitu dapat mempengaruhi sel yang sehat. 7

E. Persiapan Kemoterapi
- Darah tepi : HB, Leukosit, hitung jenis, trobosit.
- Fungsi hepar : bilirubin, SGOT, SGPT, alkali fosfatase.
- Fungsi ginjal : ureum, kreatinin, dan creatinine clearance test (bila
serum kreatinin meningkat).
- Audiogram (terutama pada pemberian cis-platinum).
- EKG (terutama pemberian adriamycin, epirubicin). 7

45
F. Syarat Pemberian Kemoterapi7
(1) Syarat yang harus dipenuhi
▪ Keadaan umum cukup baik.
▪ Penderita mengerti tujuan pengobatan dan mengetahui efek
samping yang akan terjadi.
▪ Faal ginjal dan hati baik.
▪ Diagnosis histopatologik.
▪ Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
▪ Riwayat pengobatan (radioterapi atau kemoterapi) sebelumnya.
▪ Pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb > 10 gr%, leukosit
> 5000/mm3, trombosit > 150.000/mm3.
(2) Syarat yang harus dipenuhi oleh pemberi pengobatan.
▪ Mempunyai pengetahuan kemoterapi dan menejemen kanker
pada umumnya
▪ Sarana laboratorium yang lengkap.
G. Efek samping7:
1) Pada kulit.
 Alopesia.
 Berbagai kelainan kulit lain.
2) Gangguan di mukosa.
 Stomatitis.
 Enteritis yang menyebabkan diare.
 Sistitis hemoragik.
 Proktitis
3) Pada saluran cerna.
 Anoreksia.
 Mual muntah.
4) Depresi sumsum tulang.
 Pansitopenia atau anemia.

46
 Leukopenia.
 Trombositopenia.
5) Menurunnya imunitas.
6) Gangguan organ.
 Gangguan faal hati.
 Gangguan pada miokard.
 Fibrosis paru.
 Ginjal.
7) Gangguan pada saraf.
 Neuropati.
 Tuli.
 Letargi.
8) Penurunan libido.
9) Tidak ada ovulasi pada wanita.
H. Kemoterapi pada Kanker Endometrium
Adjuvan AP (Doxorubicin 50-60 mg/m2,
Cisplatinum 60 mg/m2 dengan
interval 3 minggu)
Kemoradiasi Cis-platinum 20-40 mg/m2 setiap
minggu (5-6 minggu)
Xelloda 500-1000mg/hari (oral)
Gemcitabine 300mg/m2
Paclitacel 60-80 mg/m2, setiap
minggu (5-6 minggu)
Docetaxel 20 mg/m2setiap minggu
(5-6 minggu)

Peran kemoterapi dalam pengobatan kanker endometrium sedang dalam


penelitian clinical trial fase II . Kemoterapi yang dipakai antara lain Daxorubicin,
golongan platinum, fluorouracil, siklofosfamid, ifosfamid, dan paclitaxel. Hasil
penelitia menunjukkan kanker endometrium pasca operasi yang diikuti kemoterapi
kombinasi memiliki angka survival lebih tinggi.Berikut ini rekomendasi pemberian

47
kemoterapi7:
Karakteristik penderita Rekomendasi
Tumor stadium lanjut atau Kemoterapi
rekuren (cisplatin/doxorubicin/paclitaxel)
Tumor stadium lanjut atau Hormonal therapy (oral progestin
rekuren dengan reseptor positif atau magestrol asetat)
dan/atau grade 1 atau 2
Tumor stadium III-IVA Operasi diikuti kemoterapi

4. Terapi Hormonal
- Terapi primer
Salah satu keunikan kanker endometrium adalah merespon terapi hormon.
Progestin digunakan sebagai terapi primer wanita yang mempunyai resiko tinggi
operasi. Namun terapi ini jarang dilakukan. Ini bisa saja merupakan satu-satunya
pilihan terapi paliatif dalam beberapa kasus. Pada kasus yang jarang lainnya, pada
adenocarcinoma stadium 1 yang sulit di operasi, intrauterine progestional dapat
membantu. Namun terapi ini harus digunakan dengan hati-hati. 7,8

- Terapi Hormonal Adjuvan


Single-agent progestin telah menunjukkan aktifitas pada penderita dengan
stadium lanjut. Tamoxifen memodulasi ekspresi dari progesteron reseptor dan
meningkatkan efikasi progestin. Tamoksifen dan progestin sebagai terapi adjuvan
telah menunjukkan tingkat respon yang tinggi. Secara umum, toksisitas sangat
rendah, kombinasi ini paling sering digunakan untuk penyakit rekuren7.

- Terapi Pengganti Estrogen


Karena dugaan kelebihan estrogen sebagai penyebab perkembangan kanker
endometrium, ada kekhawatiran bahwa penggunaan estrogen pada wanita dengan
kanker endometrium dapat meningkatkan resiko kekambuhan atau kematian.
Namun, efek seperti itu belum ada penelitiannya. Gog meneliti efek terapi
pengganti estrogen secara acak pada 1236 wanita yang telah menjalani operasi
kanker stadium I dan II dengan memberikan estrogen atau plasebo. Hasilnya
terdapat kekambuhan yang rendah. Karena beresiko dan keamanannya belum

48
terbukti, pasien harus diberi konseling hati-hati sebelum memulai rejimen estrogen
pasca operasi. 7

5. Terapi adjuvan

Pemakaian postoperatif radiasi pada wanita dengan kanker endometrium


stadium 1 masih kontroversial karena rendahnya tingkat kekambuhan pada stadium
1 dan data-data penelitian yang masih kurang. Beberapa penelitian mendukung
pemberian postoperative external beam pelvic radiotherapy pada penderita stage
IC, dan grade III. Sebagian besar data retrospektif, pengalaman institusim dan
beberapa penelitian mendukung pemberian external beam pelvic radiation, vaginal
brachytherapy pada penderita stadium II. Pada stadium III, tumor directed
postoperative external beam radiation diindikasikan dengan atau tanpa kemoterapi.
Kebanyakan terapi radiasi ditujukan spesifik pada penyakit pelvis namun dapat juga
ditujukan ke area para aortic bila ada metastasis. Beberapa pasien dengan stadium
IV radioterapi bertujuan sebagai terapi kuratif. Namun pada penyakit stadium IV B
dimana metastasis intraperitoneal berada di luar jangkauan radiasi radioterapi, tidak
disarankan untuk dilakukan radiasi di seluruh bagian abdomen. Oleh sebab itu, pada
stadium ini radioterapi dimaksudkan sebagai terapi paliatif bukan kuratif. 7

3.2.10. Prognosa
Sejumlah faktor prognosa dibawah ini digunakan untuk menilai kekambuhan dan
keberhasilan pengobatan penyakitnya. 7

1. Umur penderita
Secara umum penderita karsinoma endometrium yang berusia muda lebih
baik prognosanya dari penderita berusia tua. Dari beberapa penelitian didapatkan
angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang berusia > 70 tahun sebesar 60,9 %
dan penderita yang berusia < 50 tahun sebesar 92,1 %. Dan didapati juga
kekambuhan penyakitnya sebesar 33 % pdda usia > 75 tahun, 12 % pada usia 50 -
75 tahun dan tidak dijumpai pada pender;eta yal-lg berus;ia < 50 tahun. Angka
ketahanan hidup penderita berusia tua berhubungan dengan peningkatan
penyebaran tumor ke luar uterus dan peningkatan kekambuhannya berhubungan

49
dengan tingginya angka kejadian tumor grade 3 atau jenis histologi tumor yang
sangat ganas. 7
2. Jenis histologi
Kira-kira 10 % karsinoma endomethum adalah bukan jenis endometrioid
dan didapati peningkatan kekambuhan dan penyebarannya. Sebesar 92 % angka
ketahanan hidup penderita yang mempunyai jenis histologinya endomethoid. 7
3.Differensiasi histologi
Didapati kekambuhan penyakitnya sebesar 7,7 % pada tumor grade 1, tumor
grade 2 sebesar 10,5 % dan 36,1 % pada tumor grade 3. Dan angka keberhasilan 5
tahun pada grade 1 sebesar 92 %, grade 2 sebesar 86 % dan pada grade 3 adalah
64%7
4.lnvasi ke miometrium
Umumnya angka ketahanan hidup 5 tahun penderita yang mengidap tumor
yang hanya invasi ke permukaan saja sebesar 80. - 90 % dan 60 % pada tumor yang
invasinya febih dalam. 7
5.Sitologi peritoneum
Dari beberapa penelitian didapati angka kekambuhan yang tinggi pada
sitologi peritoneumnya positif. 7
6.Metastase kelenjar limfe
Dari penderita yang didapati metastase kelenjar limfe paraaorta mempunyai
angka kekambuhan 6 kali dibanding tanpa metastase kelenjar limfe. 7
7.Metastase adneksa
8.Reseptor hormon
9.Ukuran tumor
10. Lymph vascular space invasion

50
Tabel 3. 2. Variabel prognosis yang buruk pada kanker endometrium

3.2.11. Pencegahan
Pemeriksaan Rutin
Pada awal menopause, wanita harus diberitahu mengenai resiko dan gejala
awal kanker endometrium. Mereka harus didorong untung melaporkan apabila
terdapat perdarahan vagina ataupun spotting ke dokter. skrining tahunan dengan
sampling endometrium harus dimulai pada usia 35 tahun pada wanita berisiko
tinggi untuk kanker endometrium karena HNPCC . Screening terutama harus
dilakukan jika mereka memiliki anggota keluarga yang didiagnosis dengan kanker
endometrium, usus besar, atau kanker ovarium. 7
Operasi Profilaksis
Karena wanita dengan HNPCC memiliki seperti risiko tinggi terkena kanker
endometrium (40 sampai 60 persen), histerektomi profilaksis adalah salah satu
pilihan. Dalam stdui kohort dari 315 pembawa mutasi HNPCC, Schmeler dan rekan
(2006) mengkonfirmasikan manfaat melaporkan pengurangan risiko 100-persen
dari histerektomi profilaksis ini . Secara umum, BSO juga harus dilakukan karena
risiko kanker ovarium sebesar 10-12 persen pada wanita pembawa mutsi HPNCC7
Konsumsi Fitoestrogen
Kanker endometrium sebagian besar terkait dengan paparan estrogen.
Phytoestrogen (yaitu, estrogen lemah yang ditemukan dalam makanan nabati)

51
memiliki efek antiestrogenik. Peneliti mengevaluasi asosiasi antara asupan
makanan dari tujuh senyawa tertentu yang mewakili tiga kelas phytoestrogen
(isoflavon, coumestans, dan lignan) dan risiko kanker endometrium. Dari ketiga
kelas tersebut yang tertinggi kandungan phytoestrogennya adalah isoflavon. 12
Isoflavon, tanaman nonsteroid berbasis polifenol yang sering ditemukan
dalam kacang-kacangan, terutama dalam kedelai, mengurangi risiko kanker
endometrium. Peneliti memeriksa apakah konsumsi kacang-kacangan, kedelai, atau
tahu dan perkiraan asupan isoflavon total atau daidzein isoflavon tertentu, genistein,
atau glycitein dikaitkan dengan risiko kanker endometrium pada perempuan.
Sebagaimana dilaporkan dalam Journal of National Cancer Institute, risiko untuk
kanker endometrium secara signifikan menurun dikaitkan dengan asupan isoflavon
total. Wanita dengan asupan isoflavon tinggi mempunyai faktor resiko 34% lebih
rendah terkena kanker endometrium. Demikian pula, wanita dengan asupan
tertinggi daidzein dan genistein (≥ 3,54 ≥ 3,40 dan mg/1000 kkal per hari, masing-
masing) memiliki faktor resiko 34% lebih rendah dibandingkan dengan intake
terendah (<0,70 dan <0,69 mg/1000 kkal per hari, masing-masing). 13
Wanita postmenopause dengan obesitas yang mengkonsumsi phytoestrogen
dengan jumlah yang relatif rendah memiliki risiko tertinggi kanker dibandingkan
dengan non-obesitas wanita postmenopause yang mengkonsumsi jumlah yang
relatif tinggi isoflavon. Namun, interaksi antara obesitas dan asupan phytoestrogen
secara statistik tidak signifikan. 12

52
BAB 4
KESIMPULAN
1. Kanker korpus uteri disebut juga dengan kanker endometrium, merupakan
salah satu keganasan ginekologi dengan kejadian tertinggi khususnya di negara
maju
2. Tipe kanker endometrium adalah tipe estrogen dependent dan tipe enstrogen
independent.
3. Keluhan utama pasien kanker korpus uteri adalah perdarahan pasca menopause
(bagi pasien yang telah menopause) atau perdarahan di luar siklus menstruasi
bagi pasien yang masih mengalami menstruasi
4. Pemeriksaan yang dapat dilakukan meliputi pemeriksaan fisik pelvis dan
biopsy untuk menegakkan diagnosis kanker. Pemeriksaan lain seperti USG
transvaginal, papanicolau test, maker kanker, (CA-125), pyelogram intravena
(fungsi ginjal), rontgen thorak, MRI dan CT-Scan juga dilakukan untuk
menentukan stadium kanker.
5. Pilihan terapi yang dapat diberikan pada pasien diantaranya adalah radiasi atau
histerektomi radikal, kemoterapi, terapi hormonal.
6. Pencegahan kanker korpus uteri dapat dilakukan dengan pemeriksaan rutin dan
operasi profilaksis pada pasien risiko tinggi terkena kanker endometrium.
Fitoestrogen diketahui dapat menurunkan risiko terkena kanker endometrium.

53
DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar M, Baziad S, Prabowo R. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011
2. Amant F, Mirza MR, Koskas M, Creutzberg CL. Cancer of the corpus uteri.
Int J Gynecol Obstet 2018; 143 (Suppl. 2): 37–50.
3. Ameer MA, Fagan SE, Sosa-Stanley JN, et al (2021). Anatomy, Abdomen
and Pelvis, Uterus. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470297/.
Diakses pada Desember 2021.
4. Gasner A, P A A (2021). Physiology, Uterus.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557575/. Diakses pada
Desember 2021
5. Critchley HOD, Maybin JA, Armstrong GM, Williams ARW. Physiology
of the Endometrium and Regulation of Menstruation. Physiol Rev. 2020;
100: 1149-79.
6. Anderton.C. Uteri Cancer Map. Diunduh dari
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ad/Corpus_uteri_cance
r_world_map_-_Death_-_WHO2004.svg . Diakses Desember 2021
7. Schorge JO, et al. Endometrial Cancer. Dalam: Schorge JO, Schaffer JI,
Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. Williams
Gynecology. USA:McGraw-Hill. 2008;9.
8. Braun MM, Overbeek-Wager EA, Grumbo RJ. Diagnosis and Management
of Endometrial Cancer. Am Fam Physician. 2016 Mar 15;93(6):468-74.
9. Felix AS, Brinton LA. Cancer Progress and Priorities: Uterine
Cancer. Cancer Epidemiol Biomarkers Prev. 2018;27(9):985-994.
doi:10.1158/1055-9965.EPI-18-0264
10. Koplajar M. Uterine Cancer for Laymen and Student. Diunduh dari
http://www.cancerlinks.org/Endometrial/index.html tanggal 21 Diakses
pada Desember 2021
11. Jukic S et al. [Pathology of the female reproductive system]. Zagreb, AGM;
1995.
12. Dean L. Isoflavon May Reduce Endometrial Cancer Risk. Diunduh dari
http://www.medwire-

54
news.md/46/96687/Oncology/Isoflavones_may_reduce_endometrial_canc
er_risk.html Diakses pada Desember 2021
13. Lee. M.Phytoestrogen Intake and Endometrial Cancer Risk. Diunduh dari
http://jnci.oxfordjournals.org/content/95/15/1158.short Diakses pada
Desember 2021

55

Anda mungkin juga menyukai