Anda di halaman 1dari 28

DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2022


UNIVERSITAS HASANUDDIN

KONTRASEPSI PASCA PERSALINAN

Disusun oleh :
M.Salas Al Aldi
C014202093

Residen Pembimbing :
dr. Sebastianus Tannur

Supervisor :
dr. Sriwijaya Sp.OG (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:

Nama : M.Salas Al Aldi

NIM : C014202093

Judul Laporan Kasus : Kontrasepsi pasca persalinan

Adalah benar telah menyelesaikan laporan kasus berjudul “Kontrasepsi pasca


persalinan” yang telah disetujui dan dibacakan di hadapan pembimbing dan supervisor
dalam rangka kepaniteraan klinik pada department Obstetri dan Ginekologi Fakultas
Kedokteran Universitas Hasanuddin Periode 18 Juli - 25 September 2022.

Makassar, 25 Juli 2022

Supervisor Pembimbing Residen Pembimbing

dr. Sriwijaya Sp.OG (K) dr. Sebastianus Tannur

2
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................2

DAFTAR ISI..........................................................................................................................3

A. LAPORAN KASUS........................................................................................................5
B. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................8
I. Definisi.......................................................................................................................8
II. Jenis-Jenis Kontrasepsi..............................................................................................8
2.1 Kontrasepsi Non-hormonal..................................................................................8
A. Tanpa Alat
1. Senggama terputus (Koitus interruptus)..................................................8
2. Pembilasan senggama (Postcoital douche)..............................................8
3. Prolonged lactation..................................................................................9
4. Rhythm method........................................................................................9
B. Dengan Alat
1. Kondom....................................................................................................9
2. Diafragma vagina.....................................................................................9
3. Spermitisida.............................................................................................10
4. AKDR......................................................................................................11
5. Kontrasepsi mantap/sterilisasi.................................................................14
2.2 Kontrasepsi Hormonal.........................................................................................15
A. Kontasepsi oral
1. Pil kontrasepsi kombinasi ………………………………………………..15
2. Pil progestin……………………………………………………………...17
3. Pil sekuensi………………………………………………………………18
B. Kontrasepsi suntik
1. Suntikan tiap 3 bulan…………………………………………………….18
2. Suntikan tiap bulan………………………………………………………19
C. Kontrasepsi implan progestin
1. Levonergestrel……………………………………………………………19
2. Etonogestrel……………………………………………………………...19
III. Tatalaksana Kontrasepsi Postpartum.........................................................................21

3
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................26

Lampiran................................................................................................................................27

4
A. LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama : Ny. A
Tanggal Lahir : 21 Agustus 1991
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Makassar
Pekerjaan : IRT
Alamat : Makassar
No. Register : 00176488
Tanggal pemeriksaan : 23-07-2022
HPHT : 13-10-2021
Rumah sakit : RS UNHAS

II. Anamnesis
Keluhan utama
Gerakan janin berkurang
Anamnesis
Seorang pasien perempuan berusia 32 tahun (G2P1A0) masuk dengan keluhan
gerakan janin dirasakan berkurang sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri
perut ada dirasakan hilang timbul. Pelepasan lendir tidak ada, darah tidak ada, air
tidak ada. Riwayat ANC lebih dari 4 kali di puskesmas dan Sp.OG. Pasien berencana
untuk memakai alat kontrasepsi setelah persalinan karena dorongan dari suaminya
untuk menunda kehamilan. Pasien mengeluhkan bahwa dia sibuk dengan pekerjaan
nya sekarang. Pasien juga mengeluhkan bahwa dia mempunyai masalah sering lupa
karena terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Riwayat tetanus toksoid tidak pernah.
Riwayat kontrasepsi sebelumnya tidak pernah. Riwayat menikah 1 kali, selama 5
tahun. Riwayat DM, hipertensi, asma dan alergi tidak ada. Riwayat operasi fraktur
clavicula di RS Yogyakarta kapan?. Riwayat penggunaan obat-obatan selama
kehamilan tidak ada.

III. Pemeriksaan Fisis


III.1 Pemeriksaan Umum
a. Status Generalis
5
Keadaan umum : sakit sedang/compos mentis
b. Status Vitalis
Tekanan darah: 96/60 mmHg
Nadi : 82 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 36,50C

III.2 Pemeriksaan Regional


a. kepala : dalam batas normal
b. leher : dalam batas normal
c. thorax : dalam batas normal
d. ekstremitas : dalam batas normal

III.3 Pemeriksaan Obstetrik


a. Pemeriksaan Luar
 Abdomen
 Inspeksi : bentuk menonjol, striae tidak ada, luka bekas
operasi tidak ada
 Leopold I : TFU 30 cm. Fundus terasa bagian besar, lunak
dan tidak melenting. Kesan bokong
 Leopold II : teraba jelas, rata, cembung, kaku/tidak dapat
digerakkan, tahanan besar sebelah kiri.
Kesan punggung kiri
 Leopold III : diatas simfisis pubis teraba bagian bulat, keras,
melenting. Kesan kepala
Leopold IV : (5/5)
 TFU : 31 cm
 LP : 99 cm
 TBJ : 3069 gram
 Situs : memanjang
 His : (-)
 DJJ : 152x/menit
 Gerak janin : gerak aktif dapat dirasakan

6
 Anak : kesan tunggal
 Penurunan Kepala : 5/5
 Genitalia
 Bentuk : dalam batas normal
 Edema : tidak ada
 Massa/kista : tidak ada

IV. Pemriksaan Penunjang


IV.1 USG (10-09-2020)
Gravid tunggal hidup, intrauterine presentasi kepala, punggung kiri, placenta letak
fundus meluas ke posterior maturase grade III, SDP 2 cm, EFW 3229 gram, GA
sesuai usia 37 minggu 2 hari.

V. Diagnosis
G2P1A0 gravid 40 minggu 2 hari belum inpartu + Calon Akseptor AKDR

VI. Penatalaksanaan
Rencana induksi persalinan dengan misoprostol 25 mcg/vaginam
VT control bila HIS adekuat
Observasi HIS, DJJ, kemajuan persalinan
Rencana penggunaan kontrasepsi jangka panjang

7
B. TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi
Kontrasepsi adalah metode untuk mencegah kehamilan (sementara/permanen).
Kontrasepsi merupakan teknik memakai alat, obat, cara perhitungan/pengamatan, cara
operasi untuk menjarangkan (spacing) atau untuk pembatasan (limitation) kehamilan.
Keluarga berencana adalah usaha pengaturan jumlah kehamilan demi perbaikan
kesejahteraan (keadaan kesehatan dan ekonimi) manusia.1

II. Jenis-Jenis Kontrasepsi


Kontrasepsi dibagi menjadi kontrasepsi non hormonal dan kontrasepsi hormonal.1
2.1 Kontrasepsi Non-Hormonal
A. Tanpa Alat (Alamiah)
1. Senggama terputus (Koitus Interruptus)
Mekanisme: penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi
Kelebihan: cara ini tidak membutuhkan biaya, alat-alat ataupun persiapan
Kekurangan: butuh pengendalian yang besar oleh laki-laki. Dapat
menimbulkan neurasteni. Cara ini dianggap kurang berhasil, kegagalan
disebabkan oleh :
 Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (preejakculator fluid),
yakni dapat mengandung sprema, apalagi koitus yang berulang
(repeated coitus),
 Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina
 Pengeluaran semen dekat pada vulva (petting), oleh karena adanya
hubungan antara vulva dan kanalis servikalis uteri melalui benang
lendir serviks uteri yang pada masa ovulasi mempunyai spinnbarkeit
yang tinggi
2. Pembilasan senggama (Postcoital Douche)
Mekanisme: pembilasan vagina dengan air biasa atau tanpa tambahan
larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus.
Kelebihan: dapat dikeluarkannya sprema secara mekanik dari vagina
Kekurangan: hanya selama batasan waktu tertentu karena sebelum
dilakukan pembilasan, sprema dalam jumlah besar bisa saja sudah
memasuki serviks uteri.
8
3. Perpanjangan masa menyusui anak (Prolonged Lactation/Metode
Amenore Laktasi)
Mekanisme: pemberian ASI ekslusif dengan memperpanjang masa laktasi
Kelebihan: dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea
postpartum.
Kekurangan: bila ovulasi mendahului haid pertama setelah partus,
konsepsi dapat terjadi selagi wanita tersebut masih dalam keadaan
amenorea dan dapat terjadi kehamilan kembali setelah melahirkan bahkan
sebelum haid.
4. Metode Kalender (Rhythm Method)
Mekanisme: menggunakan table atau kalender perkiraan masa subur
(waktu ovulasi) yang umunya terjadi 14 + 2hari sebelum hari pertama haid
yang akan datang.
Kelebihan: cara ini tidak membutuhkan biaya dan alat.
Kekurangan: sulit menentukan waktu ovulasi yang tepat, siklus haid yang
tidak teratur akan sulit dinilai masa ovulasinya.

B. Dengan Alat
1. Kondom
Mekanisme: menghalangi sperma masuk vagina sehingga pembuahan
dicegah dan juga mencegah penularan infeksi seksual.
Kelebihan: efektif bila dipakai secara tetap dan tepat, mudah diperoleh
dan harga terjangkau, tidak butuh bantuan tenaga professional, ada
keterlibatan dan tanggungjawab suami, proteksi PMS, tidak memiliki efek
samping sistemis, bias mengurangi iritasi vagina.
Kekurangan: harus dipakai setelah ereksi sebelum penetrasi,
kemungkinan robek ada, alergi terhadap karet
2. Diafragma vagina
Mekanisme: diafragmaa dimasukkan kedalam vagina sebelum koitus
untuk menjaga jangan sampai sperma masuk ke dalam canalis servicalis.
Untuk memperkuat fungsi diafragma, spermatisida dimasukkan ke dalam
mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya. Cara kerjanya: terlebih dahulu
tentukan ukuran diafragma yang akan dipakai dengan mengukur jarak
9
antara simfisis bagian bawah dan forniks vagina posterior dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan dokter. Kemudian
pinggir mangkuk dijepit antara ibu jari dan jari telunjuk, dan diafragma
dimasukkan kedalam vagina sesuai dengan sumbunya. Setelah
pemasangan, akseptor harus meraba dengan jarinya bahwa portio serviks
uteri terletak diatas mangkuk, dan pinggir diafragma diatas forniks.
Kelebihan umunya tidak menimbulkan efek samping (sistemik maupun
lainnya), dapat menampung darah haid, dapat mengurangi risiko PMS,
paling cocok dipakai perempuan dengan dasar panggul yang tidak longgar
dan tonus dinding vagina yang baik.
Kekurangan: perlu keterampilan medis untuk menggunakannya,
diperlukan motivasi yang cukup kuat, tidak dapat digunakan secara umum,
tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau IUD, dan dapat
menimbulkan infeksi apabila terlalu lama terpasang.
Waktu penggunaan: keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik;
jika pemakaian pil, IUD, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu karena alasan tertentu; jika frekuensi koitus tidak terlalu sering,
sehingga tidak dibutuhkan perlindungan yang terus-menerus. Pasang
beberapa jam sebelum koitus. Tidak dibenarkan pemakaiannya dalam
keadaan-kadaan tertentu, misalnya: sistokel yang berat, prolapsus uteri,
fistula vagina, hiperantefleksio atau hiperretrofleksio, dan uterus.

3. Spermitisida
Mekanisme: menyebabkan sel membrane sperma terpecah,
memperlambat gerak sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan
sel telur. Makin erat hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi
efektivitas obat. Oelh sebab itu, obat spermatisida yang baik adalah yang
dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam vagina, sehingga
nantinya busa tersebut mengelilingi serviks dan menutup OUE.
Kelebihan: sederhana, aman, berfungsi sebagai pelumas saat koitus,
mencegah penularan PMS, dapat memberi sedikit proteksi terhadap
neoplasia serviks.

10
Kekurangan: reaksi akergi, memerlukan waktu tunggu antara pemakaian
dan mulainya senggama, hanya efektif untuk waktu yang singkat, rasa
kurang nyaman, jika digunakan >2x sehari akan merusak mukosa vagina.
Waktu penggunaan: umunya digunakan bersamaan dengan diafragma
vagina.
4. IUD/AKDR
 AKDR-Cu2
Mekanisme: alat dimasukkan ke dalam uterus untuk cegah kehamilan.
IUD memicu peradangan steril endometrium yang disertai sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastoksita atau sperma.
Kelebihan: efektivitas cukup tinggi, umunya hanya memerlukan satu
kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak ada
efeks samping sistemik, reversible, alat ekonomis dan cocok untuk
penggunaan secara umum, ukurannya kecil, kerangka plastic yang
fleksibel, bentuk T diselubungi kawat halus tembaga (Cu)
Kekurangan: terjadi perubahan siklus haid, haid jadi lebih banyak,
spotting, dan nyeri saat haid; risiko perforasi, bisa ekspulsi sendiri
sehingga posisi benang harus diperiksa secara berkala, tidak dapat
mencegah PMS, pemasangan dan pelepasan AKDR harus dilakukan
oleh petugas kesehatan terlatih.
Waktu pemasangan:
 Saat haid berlangsung karena serviks saat itu agak terbuka dan
lembek, perdarahan yang timbul bias dengan darah haid,
kemungkinan terpasang pada saat hamil tidak ada; dalam 12 hari
pertama siklus menstruasi terakhir: AKDR-Cu dapat dipasang pada
wanita, tidak hanya masa menstruasi; tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan sebagai proteksi. Lebih dari 12 hari dalam masa
menstruai: AKDR-Cu dapat dipasang pada wanita setelah
dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan sebagai proteksi.
 Post partum (menyusui dan tidak menyusui, temasuk setelah SC)
Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-Cu dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta dilahirkan. Jika persalinan secara

11
seksio sesaria, AKDR-Cu dapat dipasang setelah plasenta lahir,
sebelum uterus dijahit. Dalam 48 jam hingga 4 minggu
pascapersalinan: pemasangan AKDR-Cu tidak direkomendasikan
kecuali tidak tersedia atau tidak ada metode kontrasepsi lain
(Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi
Kategori 3). Lebih dari 4 minggu pascapersalinan dan belum
menstruasi: Menyusui: AKDR-Cu dapat dipasang bila wanita
tersebut yakin tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
sebagai proteksi. Dan jika Tidak menyusui: AKDR-Cu dapat
dipasang setelah dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan
kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. Pasca persalinan 4 minggu
atau lebih dan siklus menstruasi telah kembali: AKDR-Cu dapat
dianjurkan bagi wanita yang siklus menstruasi sudah kembali.
Wanita yang mengalami sepsis pascapersalinan tidak dianjurkan
untuk dipasang AKDR-Cu (Kriteria Kelayakan Medis untuk
Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).
 Post abortus, AKDR-Cu dapat dipasang segera setelah pasca
keguguran yang terjadi pada trimester pertama. AKDR-Cu
umumnya dapat dipasang segera setelah abortus yang terjadi pada
trimester kedua. AKDR-Cu sebaiknya tidak dipasang segera pada
kasus sepsis akibat keguguran (Kriteria Kelayakan Medis
Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).
 Saat Amenorea (non-persalinan), AKDR-Cu dapat dipasang kapan
saja setelah dipastikan seorang wanita tidak hamil. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi.
 Sebagai kontrasepsi darurat, Sebagai kontrasepsi darurat, AKDR-
Cu dapat dipasang dalam 5 hari setelah berhubungan seksual tanpa
pelindung. Apabila waktu ovulasi dapat diperkirakan, AKDR-Cu
dapat dipasang lebih dari 5 hari setelah berhubungan seksual,
selama pemasangan tidak lebih dari 5 hari setelah ovulasi. Wanita
yang menggunakan AKDR-Cu sebagai kontrasepsi darurat harus
memenuhi syarat kelayakan medis untuk insersi.

12
 AKDR-LNG2
Mekanisme: alat dimasukkan ke dalam uterus untuk cegah kehamilan.
IUD memicu peradangan steril endometrium yang disertai sebukan
leukosit yang dapat menghancurkan blastoksita atau sperma.
Kelebihan: efektivitas cukup tinggi, umunya hanya memerlukan satu
kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi, tidak ada
efeks samping sistemik, reversible, alat ekonomis dan cocok untuk
penggunaan secara umum, ukurannya kecil, kerangka plastic yang
fleksibel, bentuk T diselubungi kawat halus tembaga (Cu).
Kekurangan: terjadi perubahan siklus haid, haid jadi lebih banyak,
spotting, dan nyeri saat haid; risiko perforasi, bias ekspulsi sendiri
sehingga posisi benang harus diperiksa secara berkala, tidak dapat
mencegah PMS, pemasangan dan pelepasan AKDR harus dilakukan
oleh petugas kesehatan terlatih.
Waktu penggunaan:
 Dalam 7 hari pertama siklus menstruasi: AKDR-LNG dapat
dipasang pada pengguna, tidak hanya masa menstruasi. Tidak
diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai proteksi. Lebih dari 7
hari dalam masa menstruasi: AKDR-LNG dapat dipasang pada
pengguna setelah dipastikan pengguna tidak hamil. Pengguna tidak
diperbolehkan berhubungan seksual atau perlu menggunakan
kontrasepsi tambahan selama 7 hari setelah pemasangan AKDR-
LNG sebagai perlindungan.
 Post partum (menyusui dan tidak menyusui, temasuk setelah SC)
Dalam 48 jam setelah melahirkan: AKDR-LNG dapat dipasang,
termasuk segera setelah plasenta dilahirkan. Jika persalinan secara
seksio sesaria, AKDR-LNG dapat dipasang setelah plasenta lahir,
sebelum uterus dijahit.
Dalam 48 jam hingga 4 minggu pascapersalinan: pemasangan
AKDR-LNG tidak direkomendasikan kecuali tidak tersedia atau
tidak ada metode kontrasepsi lain (Kriteria Kelayakan Medis untuk
Penggunaan Kontrasepsi Kategori 3).

13
Lebih dari 4 minggu pascapersalinan dan belum menstruasi:
Menyusui: AKDR-LNG dapat dipasang bila wanita tersebut yakin
tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan sebagai
proteksi. Dan jika tidak menyusui: AKDR-LNG dapat dipasang
setelah dipastikan wanita tidak hamil. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan sebagai proteksi.
Pasca persalinan 4 minggu atau lebih dan siklus menstruasi telah
kembali: AKDR-LNG dapat dianjurkan bagi wanita yang siklus
menstruasi sudah kembali. Wanita yang mengalami sepsis
pascapersalinan tidak dianjurkan untuk dipasang AKDR-LNG
(Kriteria Kelayakan Medis untuk Penggunaan Kontrasepsi
Kategori 4).
 Post abortus, AKDR-LNG dapat dipasang segera setelah pasca
keguguran yang terjadi pada trimester pertama. AKDR-LNG
umumnya dapat dipasang segera setelah abortus yang terjadi pada
trimester kedua. AKDR-LNG sebaiknya tidak dipasang segera
pada kasus sepsis akibat keguguran (Kriteria Kelayakan Medis
Penggunaan Kontrasepsi Kategori 4).
 Saat Amenorea (non-persalinan), AKD-LNG dapat dipasang kapan
saja setelah dipastikan seorang wanita tidak hamil. Dia tidak boleh
melakukan hubungan seksual atau harus menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari ke depan.

5. Kontrasepsi Mantap (Sterilisasi)


 Tubektomi1
Mekanisme: pemotongan dan pengambilan sebagian saluran telur
(tuba) mengakibatkan wanita tersebut tidak dapat hamil.
Kelebihan: cara kontrasepsi yang paling efektif (aman dan tepat),
angka keberhasilan hamper 100%, tidak ada kegagalan dari pihak
pasien, prosedur pelaksanaan hanya 1x, tidak mempengaruhi libido
seksual, relative murah.
Kekurangan: tidak dapat melindungi pengguna dari infeksi menular
seksual (IMS), termasuk HIV.

14
 Vasektomi1,2
Mekanisme: dilakukan dengan pemotongan/penutupan pada kedua vas
deferens pria. Pada dasarnya tindakan ini adalah persetujuan dari pihak
suami yang bersedia melakukan tindakan kontrasepsi terhadap dirinya.
Kelebihan: tidak menimbulkan kelaianan baik fisik maupun mental,
tidak mengganggu libido seksual, dapat dikerjakan secara poliklinis.
Kekurangan: tidak dapat melindungi pengguna dari infeksi menular
seksual (IMS), termasuk HIV.

2.2 Kontrasepsi Hormonal


A. Kontrasepsi oral
1. Pil kontrasepsi kombinasi
Mekanisme: pil berisi steroid sintetik (bukan alamiah). Estrogen dalam pil
menekan sekresi FSH menghalangi maturasi folikel dalam ovarium.
Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak ada, maka
tidak terdapat pengeluaran LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu.
Komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen
untuk mendcegah ovulasi, sehingga dapat mencegah ovulasi tidak terjadi
sekitar 95-98%. Sselanjutnya, kandungan estrogen dalam dosis tinggi
dapat mempercepat perjalanan ovum yang kemudian dapat menyulitkan
terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah dibuahi.
Progestagen mempunyai khasiat sebagai berikut:
 Membuat lendir serviks uteri menjadi lebih kental, sehingga
menghalangi penetrasi spermatozoon untuk masuk dalam uterus
 Kapasitas spermatozoon yang perlu untuk memasuki ovum terganggu
 Beberapa progestagen tertentu mempunyai efek antiestrogenik
terhadap endometrium, sehingga dapat menyulitkan implantasi ovum
yang telah dibuahi.
*Efek kelebihan estrogen: mual dan rasa muntah, retensi cairan, sakit
kepala, nyeri mammae, four albus, dan dapat menimbulkan hipertensi
(ringan) pada perempuan yang sebelumnya tidak menderita penyakit
tersebut. Rendahnya dosis estrogen dalam pil dapat mengakibatkan
spotting, dan break through bleeding dalam masa intermenstruum.

15
*Efek kelebihan progesterone: perdarahan tidak teratur, bertambahnya
nafsu makan, disertai bertambahnya berat badan, acne, alopesia,
kadang mammae mengecil, flour albus, dan hipomenorea.
*Efek samping yang berat: dapat terjadi thromboemboli termasuk
tromboflebitis, emboli paru, dan thrombosis otak.
*Kontra indikasi: Mutlak dan relatif. Mutlak seperti adanya tumor-
tumor yang dipengaruhi estrogen, penyakit hati yang aktif baik akut
ataupun menahun; pernah mengalami tromboflebitis, kelainan
serebrovaskuler, DMG. Relatif seperti depresi, migraine, mioma uteri,
HT, oligomenorea, dan amenorea. Pemberian pil kombinasi jika
terdapat tanda-tanda tersebut harus diawasi sekurang-kurangnya tiga
bulan sekali.
Kelebihan: efektivitasnya yang tinggi (teoritis hamper 100%, pemakaian
95-98%), frekuensi koitus tidak perlu diatur, siklus haid teratur, keluhan
dismenore primer menjadi berkurang atau hilang sama sekali,
Kekurangan: pil harus diminum tiap hari, sehingga kadang-kadang
merepotkan, dibutuhkan motivasi yang kuat, ada efek samping yang cukup
mengganggu dan kurang nyaman walaupun sifatnya sementara, kadang
setelah berhenti minum pil dapat timbul amenorea persisten, untuk
golongan tertentu harganya masih tergolong mahal.
Waktu penggunaan: Ada pil komnbinasi yang dalam satu bungkus
berjumlah 21-22 pil ada juga yang berjumlah 28 pil.
*Pil yang berjumlah 21-22 diminum mulai hari ke-5 haid tiap hari satu
secara terus-menerus, dan kemudian berhenti jika sudah habis. Sebaiknya
diminum pada waktu tertentu misalnya malam sebelum tidur. Beberapa
hari setelah pil dihentikan, biasanya akan terjadi withdrawl bleeding dan
pil dalam bungkus kedua mulai diminum 7 hari setelah pil dalam bungkus
pertama habis.
*Pil yang dalam sebungkus berjumlah 28 diminum tiap malam secara terus
menerus. Pada hari pertama haid, pil yang inaktif mulai diminum, dan
dipilih pil menurut hari yang ditentukan dalam bungkus.

16
2. Progestin (KPP)2
Mekanisme: hanya mengandung progestin dan tidak mengandung
estrogen.
Waktu penggunaan:
 Dalam masa menstruasi, dalam 5 hari awal siklus menstruasi KPP
dapat dimulai. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
Lebih dari 5 hari awal siklus menstruasi KPP dapat dimulai setelah
dipastikan bahwa pengguna tidak hamil. Dalam 2 hari setelah
penggunaan, wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual atau
harus menggunakan perlindungan kontrasepsi.
 Pada keadaan amenorea, KPP dapat dimulai kapan saja setelah
dipastikan bahwa penguna tidak hamil. Dalam 2 hari setelah
penggunaan, wanita tidak boleh melakukan hubungan seksual atau
harus menggunakan perlindungan kontrasepsi.
 Post partum (menyusui)
Kurang dari 6 minggu pascapersalinan: KPP umumnya dapat dimulai
(MEC kategori 2). Jika pengguna sedang menyusui penuh,
perlindungan kontrasepsi tambahan tidak diperlukan.
Dalam 6 minggu hingga 6 bulan pascapersalinan dan belum
menstruasi: KPP dapat dimulai. Jika pengguna sedang menyusui
penuh, perlindungan kontrasepsi tambahan tidak diperlukan.
Lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan siklus menstruasi telah
kembali: KPP dapat dimulai seperti yang disarankan untuk wanita lain
yang memiliki siklus menstruasi (MEC kategori 1).
 Post partum (tidak menyusui), Kurang dari 21 hari pasca persalinan:
KPP dapat dimulai. Tidak diperlukan perlindungan kontrasepsi
tambahan. Dalam 21 hari pertama pascapersalinan, risiko terjadinya
ovulasi dan kehamilan sangat kecil. Namun, untuk alasan program
(yaitu tergantung pada protokol program nasional, regional dan / atau
lokal), beberapa metode kontrasepsi mungkin disediakan selama
periode ini. 21 hari atau lebih pascapersalinan dan siklus menstruasi
belum kembali: KPP dapat dimulai jika yakin bahwa wanita tidak
hamil. Dia tidak boleh berhubungan seksual atau menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 2 hari ke depan. Siklus
17
menstruasi telah kembali: KPP bisa diinisiasi seperti yang disarankan
untuk wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Post abortus, KPP dapat dimulai segera setelah keguguran. Tidak
diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.
3. Pil sekuensial
 Postcoital contraception (Morning After Pill)
Mekanisme: menghalangi implantasi blastokista dalam endometrium.
Estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika diberikan
segera setalh koitus yang tidak dilindungi.
Kelebihan: kegagalan hanya 2,4% dari jumlah kasus
Kekurangan: efek samping kelebihan estrogen yang membuat kurang
nayaman dan kemungkinan terjadi pembuahan masih bias jika
terlambat meminum pil.
 Amenorea Pascapil (Post Pill Amenorrhea)
Mwkanisme: ada dua kemungkinan penyebab amenore setelah
meminum pil; yakni pemakaian pil menghambat pengeluaran
gonadotrophinr releasing hormone dari hipotalamus, dan penyebab
yang semata-mata bukan karena pil.
B. Kontrasepsi suntik progestin
Kontrasepsi suntik ini termasuk depot medroxyprogesterone acetate
(DMPA) dan norethisterone enanthate (NET-EN).
Tiga formulasi terdiri dari:
 DMPA-IM = 150 mg DMPA diberikan secara intramuskular
 DMPA-SK = 104 mg DMPA yang diberikan secara subkutan1
 NET-EN = 200 mg NET-EN diberikan secara intramuskular.
Ada 2 jenis suntikan, yaitu :
1. Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera)
Mekanisme: obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan
menekan pembentukan gonadotropin releasing hoemone dari hipotalamus.
Lender serviks bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma
melalui serviks uteri. Kemudian implantasi ovum dalam endometrium
dihalangi. Ini juga memengaruhi transport ovum di tuba.

18
Kelebihan: efektivitas tinggi, pemakaiannya sederhana, cukup
menyenangkan bagi pengguna (injeksi hanya 4 kali setahun); reversible;
dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak.
Kekurangan: sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur
(spotting, breakthrough bleeding), dan lain-lain; dapat menimbulkan
amenore.
Waktu penggunaan: untuk program postpartum, Depo Provera
disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya sesudah air
susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai dengan hari ke-5,
disuntikkan dalam dosis 150mg/cc sekali dalam 3 bulan.
2. Suntikan setiap bulan (Monthly Injectable)
Mekanisme: mencegah keluaarnya ovum dari ovarium (ovulasi)
Kekurangan: tergantung waktu penyuntikan kemba;li
C. Kontrasepsi implant progestin
Implan progestin adalah jenis kontrasepsi jangka panjang. Berbagai jenis
implan progestin antara lain :
1. Levonorgestrel (LNG) adalah implan yang mengandung LNG, adalah
Norplant, Jadelle dan Sino-implant (II).
 Norplant adalah implan 6 batang, setiap batang mengandung 36 mg
LNG (tidak lagi diproduksi).
 Jadelle adalah implan 2 batang, setiap batang mengandung 75 mg
LNG.
 Sino-implant (II) adalah implan 2 batang, setiap batang mengandung
75 mg LNG.
2. Etonogestrel (ETG) adalah implan yang mengandung ETG adalah
Implanon® dan Nexplanon®. Keduanya terdiri dari implan satu batang
yang mengandung 68 mg ETG.
Mekanisme: jenis kontrasepsi jangka panjang
Kelebihan: efektivitas >99%, pemasangan dapat dimulai kapan saja
setelah pengguna sudah dipastikan tidak hamil. risiko rendah untuk ovulasi
dan menyebabkan risiko kehamilan yang rendah pula, tidak ada kunjungan
tindak lanjut rutin yang diperlukan, wanita disarankan kontrol kapan saja
untuk membahas efek samping atau masalah lain, atau jika ingin

19
mengubah metode kontrasepsi, wanita disarankan untuk kontrol kembali
ketika saatnya untuk melepas implan.
Kekurangan: menstruasi yang abnormal umum terjadi pada penggunaan
implant
Waktu penggunaan:
 Wanita yang sedang dalam masa menstruasi, dalam 7 hari awal siklus
menstruasi: Implan dapat dipasang. Tidak diperlukan perlindungan
kontrasepsi tambahan. Lebih dari 7 hari awal siklus menstruasi: Implan
dapat dipasang jika yakin bahwa pengguna tidak hamil. Dalam 7 hari
setelah pemasangan, pengguna tidak boleh melakukan hubungan
seksual atau harus menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Amenorea (bukan post partum), implan dapat dipasang kapan saja jika
yakin bahwa pengguna tidak hamil. Dalam 7 hari setelah pemasangan,
pengguna tidak boleh melakukan hubungan seksual atau harus
menggunakan perlindungan kontrasepsi tambahan.
 Post partum (menyusui), kurang dari 6 minggu pascapersalinan:
Implan dapat dipasang (kategori MEC 2). Dalam 6 minggu hingga 6
bulan pascapersalinan dan belum menstruasi: Implan dapat dipasang.
Jika perempuan menyusui, tidak ada perlindungan kontrasepsi
tambahan yang diperlukan. Lebih dari 6 minggu pascapersalinan dan
siklus menstruasi telah kembali: Implan dapat dipasang seperti yang
disarankan untuk wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Post partum (tidak menyusui), kurang dari 21 hari pascapersalinan:
Implan dapat dipasang (kategori MEC 1). Tidak diperlukan
perlindungan kontrasepsi tambahan. Selama 21 hari pertama
pascapersalinan, kecil kemungkinan bagi pengguna untuk mengalami
ovulasi dan hamil. Namun, untuk alasan program (yaitu tergantung
pada protokol program nasional, regional dan/atau lokal), beberapa
metode kontrasepsi diberikan selama periode ini. Dalam 21 hari
pascapersalinan atau lebih dan siklus menstruasi belum kembali:
Implan dapat dipasang jika cukup yakin bahwa wanita tidak hamil.
Wanita tidak boleh berhubungan seksual atau menggunakan
perlindungan kontrasepsi tambahan selama 7 hari ke depan. Siklus

20
menstruasi telah kembali: Implan dapat dipasang seperti yang
disarankan untuk wanita lain yang memiliki siklus menstruasi.
 Post abortus, implan dapat dipasang segera setelah keguguran. Tidak
diperlukan perlindungan kontrasepsi tambahan.

III. Tatalaksana Kontrasepsi Post Partus, Menyusui, dan dengan Hipertensi


Dalam penggunaan kontrasepsi, terdapat kriteria kelayakan medis (MEC) yang
terbagi menjadi 4 kategori, seperti yang terlampir dalam kotak di bawah ini:

21
22
Berdasarkan Summary Chart of U.S. Medical Eligibility Criteria for
Contraceptive Use, kontrasepsi yang direkomendasikan untuk kondisi postpartus
(termasuk SC) dan menyusui berdasarkan kriteria kelayakan medis adalah :
1. Kriteria 1
 <10 menit setelah kelahiran plasenta: AKDR-Cu
 ≥4 minggu: AKDR-Cu, AKDR-LNG

23
2. Kriteria 2
 <10 menit setelah kelahiran plasenta: AKDR-LNG
 10 menit setelah kelahiran plasenta hingga <4 minggu: AKDR-Cu, AKDR-
LNG

Berdasarkan Summary Chart of U.S. Medical Eligibility Criteria for


Contraceptive Use, kontrasepsi yang direkomendasikan untuk kondisi dengan
hipertensi berdasarkan kriteria kelayakan medis adalah :
1. Kriteria 1
 Hipertensi yang terkontrol secara adekuat: AKDR-Cu, AKDR-LNG, implant,
POP
 Sistolik 140-159 atau diastolic 90-99: AKDR-Cu, AKDR-LNG, implant, POP
 Sistolik ≥160 atau diastolic ≥100: AKDR-Cu
 Adanya penyakit vascular: AKDR-Cu
2. Kriteria 2
 Hipertensi yang terkontrol secara adekuat: DMPA
 Sistolik 140-159 atau diastolic 90-99: DMPA
 Sistolik ≥160 atau diastolic ≥100: AKDR-LNG, implant, POP
 Adanya penyakit vascular: AKDR-LNG, implant, POP

Berdasarkan kedua rekomendasi di atas, maka pada kondisi post partus dengan
menyusui serta didapatkan adanya hipertensi, maka jenis kontrasepsi yang
direkomendasikan adalah kontrasepsi nonhormonal, AKDR-Cu atau AKDR-LNG.
Pada pasien postpartus yang menyusui, penggunaan alat kontrasepsi hormonal
termasuk dalam kategori 4 kriteria kelayakan medis, yakni kondisi yang mewakili
risiko kesehatan yang tidak dapat diterima jika kontrasepsi digunakan. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya risiko fisiologis akan terjadinya teomboemboli vena
(VTE) pada 6 minggu pertama setelah persalinan. Tanpa adanya faktor risiko
tambahan untuk VTE, WHO merekomendasikan untuk menunggu setidaknya 21 hari
untuk yang tidak menyusui (MEC 2) dan 6 bulan bagi yang menyusui (MEC 2).
Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak disarankan pada pasien dengan
hipertensi, atau termasuk dalam kategori 4. Ini disebabkan oleh efek yang ditimbulkan
oleh kontrasepsi oral kombinasi pada peningkatan tekanan darah diakibatkan oleh

24
mekanisme estrogen yang melibatkan aktivasi sistem renin angiotensin aldosterone
(RAAS), kemungkinan pada retensi air dan natrium oleh interaksinya dengan reseptor
minelokortikoid, dan berkurangnya vasodilatasi bergantung-endotelium yang
dimediasi oleh nitrit oksida.6

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Edisi ke-3. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN). 2016. Rekomendasi Pratik Terpilih pada Penggunaan
Kontrasepsi. Edisi ke-3. Indonesia: WHO, IDI, POGI, dan IBI.
3. World Health Organization (WHO). 2015. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive
Use. 5th Ed. Switzerland: WHO Library Cataloguing Publication Data
4. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2016. Morbidity and Mortality
Weekly Report. Atlanta: Department of Health and Human Services.
5. Medical Eligibility Criteria (MEC). 2020. Summary Chart of U.S. Medical Eligibility
Criteria for Contraceptive Use. CDC
6. Zamané, H., Millogo, G.R., Ouedraogo, C., Sawadogo, Y.A., Nongkouni, E., Kiemtoré,
S., Kain, D.P., Kambiré, Y., & Lankoandé, J. (2016). Hormonal Contraception and
Hypertension at the Department of Obstetrics and Gynecology, Yalgado Ouédraogo
Teaching Hospital: Epidemiological, Clinical and Therapeutic Patterns. Open Journal of
Obstetrics and Gynecology, 06, 379-384.

26
LAMPIRAN DIAGRAM LINGKARAN KONTRASEPSI PADA APLIKASI KLOP KB

27
28

Anda mungkin juga menyukai