Anda di halaman 1dari 23

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI LAPORAN KASUS I

FAKULTAS KEDOKTERAN NOVEMBER 2020


UNIVERSITAS HASANUDDIN

REST PLASENTA

OLEH:

Sesilia Cindy Hongdyanto

C014182090

RESIDEN PEMBIMBING :

dr. Elia Tombe

SUPERVISOR:

Dr. dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2020

HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :

Nama : Sesilia Cindy Hongdyanto

NIM : C014182090

Judul Laporan Kasus : Rest Plasenta

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, 25 November 2020

Mengetahui,

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Elia Tombe Dr. dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG (K)

Mengetahui,

Koordinator Pendidikan Mahasiswa Bagian Obstetri & Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG (K)

ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Sesilia Cindy Hongdyanto
NIM : C014182090
Benar telah membacakan laporan kasus dengan judul “Rest Plasenta” pada :

Hari/Tanggal : Rabu / 25 November 2020


Tempat : Zoom Meeting
Minggu dibacakan :1
Nilai :

Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebaga mana mestinya.

Makassar, 25 November 2020

Mengetahui,

Pembimbing Residen Pembimbing Supervisor

dr. Elia Tombe Dr. dr. Imam Ahmadi Farid, Sp.OG (K)

Mengetahui,

Koordinator Pendidikan Mahasiswa Bagian Obstetri& Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ii
Dr. dr. Elizabeth C. Jusuf, M.Kes, Sp.OG(K)

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS..........................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iv
BAB 1 LAPORAN KASUS..................................................................................................5
I.1 Identitas pasien.....................................................................................................5
I.2 Anamnesis............................................................................................................5
I.3 Pemeriksaan fisik.................................................................................................6
I.4 Pemeriksaan penunjang.......................................................................................8
I.5 Diagnosis..............................................................................................................9
I.6 Planning...............................................................................................................10
I.7 Tatalaksana..........................................................................................................10
I.8 Prognosis..............................................................................................................10
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................11
2.1 Pendahuluan.........................................................................................................11
2.2 Definisi.................................................................................................................12
2.3 Etiologi.................................................................................................................12
2.4 Faktor Predisposisi...............................................................................................14
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................15
2.6 Manifestasi Klinis................................................................................................16
2.7 Diagnosis..............................................................................................................17
2.8 Diagnosis Banding...............................................................................................17
2.9 Pencegahan..........................................................................................................18
2.10 Tatalaksana..........................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................22

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1. IDENTITAS
Nama : Ny. P
Tempat tanggal lahir : 23 Maret 1998
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tanggal MRS : 24 September 2020
Alamat : Cendrawasih

2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang ibu P1A0 dirujuk dari Puskesmas dengan keluhan keluar darah dari jalan
lahir sejak 2 jam SMRS. Pasien sebelumnya melahirkan secara spontan di dukun beranak.
Pasien mengaku melahirkan tanggal 23 September 2020 pukul 23.49. Darah yang keluar
berwarna merah dan bergumpal, perdarahan dirasakan terus menerus. Nyeri perut tidak
ada. Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, riwayat operasi tidak ada, riwayat demam
tidak ada, riwayat batuk tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Hipertensi : disangkal
• Diabetes mellitus : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


• Hipertensi : disangkal
• Diabetes mellitus : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal
5
Riwayat Psikososial :
 Merokok disangkal
 Alkohol disangkal

Riwayat Operasi :
 Riwayat operasi disangkal

Riwayat Pernikahan :
 Pernikahan pertama, masih menikah, lama menikah 10 bulan

Riwayat Haid :
 Haid pertama kali umur 12 tahun
 Frekuensi haid : lamanya 7 hari, siklus 28 hari teratur dan tidak sakit.
 HPHT : 24 Desember 2019
 HPL : 29 September 2020

Riwayat Persalinan:
Gravida (0), Aterm (+), Premature (-), Abortus (-), Anak Hidup (1), SC (-)

N Tempat Jenis Anak


Penolong Tahun Aterm Penyulit
o bersalin persalinan Sex BB Keadaan

1 Puskesmas Dukun 2020 Aterm spontan Rest pr 3400 Hidup


Plasenta gram

3. PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 98 x/menit

6
Respirasi : 22 x/menit
Suhu : 36,5oC
Antropometri:
Berat badan : 71 Kg
Tinggi badan : 152 cm

Status generalis
 Kepala : Normocephal, deformitas (-)
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(+/+), reflex cahaya (+/+)
 Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-)
 Mulut : Mukosa oral basah, lidah kotor (-), tremor (-), faring
hiperemis (-)
 Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
 Pemeriksaan Thorax
 Paru 
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung 
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midcalvicularis
sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra
Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Pemeriksaan Abdomen
 striae gravidarum (+), linea nigra (+), , nyeri tekan abdomen (-), bising usus
(+) dalam batas normal, TFU 1 jari dibawah pusat.
 Genitalia :
 Vulva/Vagina : darah (+)

7
 Pemeriksaan dalam : stolsel (+), pembukaan portio cervix 4 jari

 Ekstremitas :
 Atas : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik
 Bawah : Udem (-/-), turgor kulit baik, akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik

STATUS OBSTETRI
Abdomen
 Mammae : tak/tak
 Asi : ada/ada
 TFU : 1 jari dibawah pusat
 Kontraksi : baik
 Luka perineum : terjahit
 Lokoa : rubra
 BAB : biasa
 BAK : lancar

Pemeriksaan Dalam
 Vulva/Vagina : tak/tak
 Portio : lunak tebal
 OUE/OUI : terbuka /terbuka
 Uterus : kesan membesar
 Adneksa : kesan tidak ada kelainan
 Cavum douglasi : kesan tidak ada kelainan
 Pelepasan : darah

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 24 September 2020

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan

8
Pembekuan
- Massa perdarahan 2’30” menit 1-3
- Massa pembekuan 4’30” menit 2-6

Hematologi
- Hemoglobin 9,2 ↓ g/dl L=13.8-17,0
P=11.3-15.5
- Leukosit 15.900 ↑ /mm3 L=4.5-10.8
P=4.3-10.4
- Hematokrit 28.0 %
L=40.0-54.0
P=38.0-47.0
- Trombosit 233 ribu/mm3
L=185-402
P=132-440

USG

● Kesan:
Uterus antefleksi, tampak gambaran hiperekhoik dalam cavum uteri dengan
endometrial line ukuran +- 4,6 x 5,2 cm kesan sisa jaringan. Tidak tampak kelainan pada
adneksa dan cavum douglasi.

9
5. DIAGNOSIS KERJA
 P1A0 dengan HPP ec Rest Plasenta

6. PLANNING
Kuretase

7. PENGOBATAN/TINDAKAN
 IVFD RL 500cc + oxytocin 10 IU 28 tpm
 Cefadroxil 2x1
 As. Mefenamat 3x1
 Methylergometrin 3x1
 SF 1x1
 Observasi KU, TTV, dan perdarahan

8. PROGNOSIS

ad vitam : dubia ad bonam

ad sanationam : dubia ad bonam

ad functionam : dubia ad bonam

10
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2007 sebesar 228 namun pada tahun 2012
menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015. Tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan 28%,
eklampsia 24% dan infeksi 11%.1

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang atau hilangnya darah 500 cc atau
lebih setelah bayi lahir. Perdarahan dalam kehamilan dan persalinan terdiri dari
pendarahan Antepartum (sebelum persalinan), Intrapartum (selama persalinan) dan
Postpartum (pasca persalinan). Walaupun angka kematian maternal telah menurun dari
tahun ke tahun dengan adanya pemeriksaan dan perawatan kehamilan, persalinan di
rumah sakit serta adanya fasilitas transfusi darah, namun perdarahan masih tetap
merupakan faktor utama dalam kematian ibu. Walaupun seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun ia akan rentan menderita
akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan.2

Menurut waktu terjadinya, perdarahan postpartum dibagi atas dua bagian: 1)


Perdarahan Pasca Persalinan Dini (Early postpartum Haemorrhage) atau Perdarahan
postpartum primer, atau Perdarahan Pasca Persalinan Segera. Perdarahan pasca
persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan pasca
persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir
dan inversio uteri. 2) Perdarahan Pasca Persalinan Lambat (Late postpartum
Haemorrhage) atau Perdarahan postpartum Sekunder. Perdarahan pasca persalinan
sekunder terjadi setelah 24 jam.3

11
Banyak faktor potensial yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum, faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah atonia uteri, perlukaan jalan lahir, retensio plasenta,
kelainan pembekuan darah, subinvolusio uteri dan sisa plasenta (Rest plasenta) seperti
yang terjadi pada kasus diatas dan akan dibahas lebih lanjut pada laporan kasus ini.

2.2 DEFINISI

Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membrannya dalam cavum
uteri. Rest plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam rongga rahim yang
dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini atau perdarahan postpartum lambat yang
biasanya terjadi dalam 6 hari sampai 10 hari pasca persalinan.4,5

2.3 ETIOLOGI

Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks , kelemahan
dan tidak efektifnya kontraksi uterus. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak
rendah atau plasenta previa, implantasi dari cornu dan adanya plasenta akreta, dan
kesalahan manajemen aktif kala III persalinan, seperti manipulasi dari uterus yang tidak
perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak
ritmik, pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan
serviks kontraksi dan menahan plasenta, serta pemberian anastesi terutama yang
melemahkan kontraksi uterus.5

Faktor Risiko6

Perdarahan post partum merupakan komplikasi dari 5-8% kasus persalinan


pervaginam dan 6% dari kasus SC.

1. Faktor risiko prenatal:

a. Perdarahan sebelum persalinan

b. Solusio plasenta

c. Plasenta previa

d. Kehamilan ganda

e. Preeklampsia

12
f. Khorioamnionitis

g. Hidramnion

h. IUFD

i. Anemia (Hb< 5,8)

j. Multiparitas

k. Mioma dalam kehamilan

l. Gangguan faktor pembekuan dan

m. Riwayat perdarahan sebelumnya serta obesitas

2. Faktor risiko saat persalinan pervaginam:

a. Kala tiga yang memanjang

b. Episiotomi

c. Distosia

d. Laserasi jaringan lunak

e. Induksi atau augmentasi persalinan dengan oksitosin

f. Persalinan dengan bantuan alat (forseps atau vakum)

g. Sisa plasenta, dan bayi besar (>4000 gram)

3. Faktor risiko perdarahan setelah SC :

a. Insisi uterus klasik

b. Amnionitis

c. Preeklampsia

d. Persalinan abnormal

e. Anestesia umum

f. Partus preterm dan postterm

13
2.4 FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor penyebab utama perdarahan baik secara primer maupun sekunder adalah
grande multipara, jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun, persalinan yang
dilakukan tindakan, pertolongan kala III sebelum waktunya, pertolongan persalinan oleh
dukun, persalinan dengan tindakan paksa, pengeluaran plasenta yang tidak hati-hati.7

 Umur Ibu
Usia ibu hamil terlalu muda (<20 tahun) dan terlalu tua (>35 tahun)
mempunyai resiko yang lebih besar untuk melahirkan bayi kurang sehat. Hal ini
dikarenakan pada umur kurang dari 20 tahun, dari segi biologis fungsi organ
reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna untuk menerima
keadaan janin dan segi psikis belum matang dalam menghadapi tuntutan beban
moril, mental dan emosional. Sedangkan pada umur diatas 35 tahun dan sering
melahirkan, fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami kemunduran atau
degenerasi dibandingkan fungsi normal, sehingga kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan lebih besar. Perdarahan
postpartum yang mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada umur dibawah 20 tahun, 2-5 kali lebih tinggi dari pada perdarahan
postpartum yang terjadi pada usia 20-29 tahun. Perdarahan postpartum meningkat
kembali setelah usia 30-35 tahun.5
 Paritas
Uterus pada saat persalinan, setelah melahirkan plasenta sukar untuk
berkontraksi dan beretraksi kembali sehingga pembuluh darah maternal pada
dinding uterus akan tetap terbuka. Hal inilah yang dapat menyebabkan
meningkatnya kejadian perdarahan postpartum. Jika kehamilan Terlalu muda,
Terlalu tua, Terlalu banyak dan Terlalu dekat (4T) dapat meningkatkan resiko
berbahaya pada proses reproduksi karena kehamilan terlalu sering dan terlalu dekat
menyebabkan intake makanan atau gizi menjadi lebih rendah. Ketika tuntutan dan
beban fisik terlalu tinggi mengakibatkan wanita tidak punya waktu untuk

14
mengembalikan kekuatan diri dari tuntunan gizi, juga anak yang telah dilahirkan
perlu mendapat perhatian yang optimal dari kedua orang tuanya sehingga sangat
perlu mengatur kapan sebaiknya waktu yang tepat untuk hamil.4,5

 Anemia dalam kehamilan


Adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester
satu dan tiga atau kadar hemoglobin dibawah 10,5 gr% pada trimester dua. Dengan
nilai batas tersebut dan perbedaannya dengan wanita tidak hamil, dapat
menyebabkan terjadinya hemodilusi, terutama pada trimester dua, Darah akan
bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidramia atau
hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut, plasma 30%, sel darah 18% dan hemoglobin 19%.
Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan 10 minggu dan
mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 hingga 36 minggu, Secara
fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang
semakin berat dengan adanya kehamilan.4,5

2.5 PATOFISIOLOGI

Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan


retraksi otot - otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih
tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung continue, miometrium menebal secara
progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukurannya juga mengecil. Pengecilan
mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika
jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi
mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkan menyebabkan lapisan
desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat
itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara serat - serat otot
miometrium yang saling bersilang. Kontraksi serat – serat otot ini menekan pembuluh
darah dan retraksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit sehingga perdarahan
berhenti. Pengamatan terhadap persalinan kala III dengan menggunakan pencitraan
ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru tentang mekanisme kala III
persalinan. Kala III yang normal dapat dibagi dalam empat fase yaitu :4

15
a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas plasenta, namun
dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta melekat
(dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi kurang 2 cm).
c. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan pemisahannya dari
dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus
dengan plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang
pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang
mengurangi permukaan tempat melekatnya plasenta.
d. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak turun. Saat plasenta bergerak turun,
daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil darah terkumpul didalam
rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan plasenta lebih
merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan
oleh lamanya fase kontraksi. Dengan mengguanakan ultrasonografi pada kala III,
89% plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-tanda
pelepasan plasenta adalah sering ada pancaran darah yang mendadak, uterus menjadi
globuler dan konsistensinya menjadi semakin padat, uterus meninggi kearah abdomen
karena plasenta yang telah berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar
lebih panjang.
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan
oleh dinding rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini
oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi
terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya,
dibutuhkan tindakan artifisal untuk menyempurnakan persalinan kala tiga.4

Tertinggalnya plasenta atau selaput janin yang menghalangi kontraksi uterus


sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap terbuka sewaktu suatu bagian plasenta
(satu atau lebih lobus) tertinggal maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan
keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan.8

2.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis dari plasenta rest yaitu :9

 Pada perdarahan postpartum dini akibat sisa plasenta ditandai dengan perdarahan
dari uterus setelah plasenta lahir dan kontraksi rahim baik.
16
 Pada perdarahan postpartum lambat gejalanya sama dengan subinvolusi uteri, yaitu
perdarahan yang berulang atau berlangsung terus dan berasal dari uterus. Perdarahan
terjadi karena uterus tidak bisa berkontraksi secara efektif.
 Tinggi fundus uteri tidak berkurang walaupun uterus berkontraksi
 Pusing, gelisah, letih, ekstremitas dingin dan dapat terjadi syok hipovolemik.

2.7 DIAGNOSIS

Seperti pada umumnya, suatu diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis,


pemeriksaan fisis dan pemeriksaan penunjang. Langkah-langkah sistematis dalam
mendiagnosis Rest plasenta adalah sebagai berikut :10

a. Anamnesis : Riwayat obsetri dan riwayat perdarahan pervaginam


b. Pemeriksaan Fisis :
1) Palpasi uterus : Bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri.
2) Memeriksa plasenta apakah lengkap atau tidak
3) Melakukan eksplorasi cavum uteri untuk mencari sisa plasenta dan ketuban,
robekan rahim dan plasenta succenturiata.
4) Inspekulo : Melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah.
c. Pemeriksaan Penunjang :
1) Laboratorium : Bleeding time, Hb, Clot Observation test (COT) dan lain-lain.
2) USG
2.8 DIAGNOSIS BANDING11

GEJALA DAN TANDA DIAGNOSIS KERJA

 Uterus tidak berkontraksi dan lembek


 Perdarahan segera setelah anak lahir
Atonia Uteri
 Dapat terjadi syok
 Bekuan darah pada serviks
 Darah segar mengalir segera setelah
bayi lahir
 Uterus kontraksi dan keras Robekan Jalan Lahir
 Plasenta lengkap
 Pucat, lemah dan menggigil

17
 Plasenta belum lahir setelah 30 menit
 Perdarahan segera Retensio Plasenta
 Uterus berkontraksi dan keras
 Uterus tidak teraba
 Lumen vagina terisi massa
 Tampak tali pusar (bila plasenta Inversio Uteri
belum lahir)
 Syok neurogenic
 Proses mengecilnya uterus terganggu
 Lochia bertambah banyak dan tidak
jarang terdapat pula perdarahan
 Pada pemeriksaan bimanual Sub Involusi Uteri
ditemukan ukuran uterus lebih besar
dan lebih lembek yang seharusnya
sesuai dengan masa nifas
 Perdarahan tidak berhenti, encer,
tidak terlihat gumpalan darah
 Kegagalan terbentuknya gumpalan
pada uji pembekuan darah sederhana
 Terdapat faktor predisposisi: Gangguan
-Solutio plasenta Pembekuan Darah
-Kematian Janin Dalam Rahim
-Eklampsia
-Emboli air ketuban

2.9 PENCEGAHAN
Pencegahan terjadi perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga
dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi. Upaya preventif dapat
dilakukan dengan:9

a. Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia dalam kehamilan.


b. Meningkatan usaha penerimaan KB.

18
c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang
mengalami perdarahan post partum.

2.10 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan Komprehensif (Plan) 6

Penatalaksanaan Awal

• Segera memanggil bantuan tim

• Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.

• Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan penatalaksanaan syok.

Pendekatan Tim

1. Berikan oksigen.

2. Pasang infus intravena dengan kanul berukuran besar (16 atau 18) dan mulai pemberian
cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan
kondisi ibu.

Tabel 1 Jumlah cairan infus pengganti berdasarkan perkiraan volume kehilangan darah

3. Lakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.

4. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri.

19
5. Periksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika ada,
misal: robekan serviks atau robekan vagina).

6. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

7. Pasang kateter Folley untuk memantau volume urin dibandingkan dengan jumlah
cairan yang masuk. Catatan: produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau sekitar 30
ml/jam)

8. Jika kadar Hb< 8 g/dl rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis obgyn)

9. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
(pemeriksaan hematologi rutin) dan penggolongan ABO.

10. Tentukan penyebab dari perdarahannya dan lakukan tatalaksana spesifik sesuai
penyebab

Tatalaksana lanjutan pada perdarahan post pasrtum ec rest plasenta/sisa plasenta 6

a. Berikan 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit IM. Lanjutkan infus Oksitosin 20 unit
dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40m
tetes/menit hingga pendarahan berhenti.

b. Lakukan eksplorasi digital (bila serviks terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan
jaringan. Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan evakuasi sisa
plasenta dengan aspirasi vakum manual atau dilatasi dan kuretase.

c. Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan Metronidazol 500


mg).

d. Jika perdarahan berlanjut, tata laksana seperti kasus atonia uteri.

 Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Dalam kondisi
tertentu apabila memungkinkan, sisa plasenta dapat dikeluarkan secara manual.
Kuretase harus dilakukan dirumah sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif
tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus.

20
 Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan dengan pemasangan
infus dan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau peroral. untuk
mempertahankan keadaan umum ibu dan merangsang kontraksi uterus.
 Antibiotika dalam dosis pencegahan sebaiknya diberikan.
 Observasi tanda - tanda vital dan perdarahan
 Bila kadar Hb <8 gr % berikan tranfusi darah. Bila kadar Hb >8 gr%, dapat diberikan
sulfas ferosis 600 mg/hari selama 10 hari.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Profil kesehatan Indonesia


tahun 2017. Jakarta: Kemenkes RI
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil kesehatan Indonesia
tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Rencana strategis
kementerian kesehatan tahun 2010-2014. Jakarta: Kemenkes RI.
4. Saifuddin, Abdul, et.al. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta : YBPSP
5. Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka.
6. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.2017.Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter Di Fasilitas Kesehatan Primer Edisi 1
7. Rukiyah. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuah Medika
8. Maame Yaa A B Yiadom, MD, MPH; Chief Editor: Bruce M Lo, MD, MBA,
CPE, RDMS, FACEP, FAAEM,  Postpartum Hemorrhage in Emergency
Medicine. Available https://emedicine.medscape.com/article/796785-overview
Updated: Jan 02, 2018  Cited Jan 22,2019 .
9. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. Edisi
Pertama. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, World Health
Organization (Who), Himpunan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia -
Perkumpulan Obstetri Dan Ginekologi Indonesia (Hogsi-Pogi), Ikatan Dokter
Indonesia.
10. Manuaba I.B.G. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB Untuk
Pendidikan Bidan.Ed. 2.Jakarta : EGC
11. Arulkumaran S, Karoshi M, Keith LG, Balonde AB, B-Linch. 2012. A
comprehensive textbook of postpartum hemorrhage: an essential clinical
reference for effective management 2nd ed. London : Sapiens.

22

Anda mungkin juga menyukai