HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Oleh
Surya Pratiwi Muhammad
C014202099
Residen Pembimbing
dr. Sebastianus Tannur
Supervisor Pembimbing
dr.Sriwijaya, Sp.OG(K).
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Obstetrik dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Mengetahui,
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Departemen Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dr.Sriwijaya, Sp.OG(K).
2
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS
Benar telah membacakan laporan kasus dengan judul :”Hiperemesis Gravidarum” pada :
Hari/Tanggal : Rabu/ 2022
Pukul : 11.00 WITA
Minggu dibacakan : II
Nilai :
Dengan ini dibuat untuk digunakan sebaik-baiknya dan digunakan sebagai mana mestinya.
Mengetahui,
Mengetahui,
Koordinator Pendidikan Mahasiswa
Departemen Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
dr.Sriwijaya, Sp.OG(K)
3
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS
N
o Tanda
. Nama Minggu Tangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
4
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................................................ii
SURAT KETERANGAN PEMBACAAN LAPORAN KASUS..........................................................................iii
DAFTAR HADIR PEMBACAAN LAPORAN KASUS....................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................................................vi
BAB I......................................................................................................................................................1
LAPORAN KASUS...................................................................................................................................1
1. Identitas Pasien..........................................................................................................................1
1. Anamnesis..................................................................................................................................1
1. Pemeriksaan Fisis.......................................................................................................................2
1. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................................................3
1. Diagnosis....................................................................................................................................4
1. Tatalaksana................................................................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................5
1. Definisi...................................................................................................................................5
1. Epidemiologi..........................................................................................................................5
1. Etiologi...................................................................................................................................6
1. Faktor Risiko..........................................................................................................................6
1. Patofisiologi...........................................................................................................................7
1. Klasifikasi...............................................................................................................................8
1. Diagnosis...............................................................................................................................9
1. Penatalaksanaan..................................................................................................................10
1. Terapi alternatif...................................................................................................................16
1. Diagnosis Banding................................................................................................................17
1. Komplikasi...........................................................................................................................19
1. Prognosis.............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................21
5
BAB I
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 27 tahun
Pekerjaan : IRT
Alamat : Gowa
Agama : Islam
No. RM : 379468
2. Anamnesis
Autoanamnesis
b. Anamnesis Terpimpin : Pasien Ibu Hamil Usia 27 Tahun dating kerumah sakit
dengan keluahn mual dan muntah dirasakan memberat sejak 2 hari terakhir terutama
saat makan dan minum, mual dirasakan > 6 jam, muntah 3 kali seluruh yang dimakan
dan diminum dan biasanya timbul tiba-tiba juga saat bangun pagi, berkurang ketika
istirahat. Pada muntahan tidak ada darah. Rasa ingin muntah tanpa disertai keluar
muntah sebanyak 4 kali. Nyeri ulu hati ada, badan terasa lemas sehingga tidak mampu
melakukan aktivitas sehari-hari. Riwayat Maag ada , Nafsu makan dan minum
menurun karena pasien takut muntah. BAK dan BAB dirasakan menurun
c. Riwayat Penyakit Dahulu: hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit
jantung (-) Maag(+)
1
d. Riwayat Penyakit Keluarga: hipertensi (-), diabetes mellitus (-), asma (-), penyakit
jantung (-)
g. Riwayat haid: menarke usia 14 tahun, siklus teratur 28 hari, selama 7 hari, banyaknya
2-3 kali ganti pembalut/hari dan tidak ada nyeri haid, HPHT: 23i 2022
j. Riwayat Sosial Ekonomi: suami bekerja sebagai swasta, ibu sebagai ibu rumah
tangga, hasil kerja suami cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
3. Pemeriksaan Fisis
a. Keadaan Umum
Tampak sakit sedang
b. Kesadaran
Composmentis (E4M6V5)
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 100/60 mmHg
Frek. Nadi : 104x/menit
Frek. Nafas : 24x/menit
Suhu : 37.50C
TB : 157 cm
BB : 56 kg
IMT : 22.8 kg/m2
d. Status Generalis
· Kepala: mata: anemis -/-, icterus -/-, mata cekung +/+
2
· Leher : tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening
· Thorax:
Paru : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung: dalam batas normal
· Abdomen: status obstetrikus
· Genitalia: status obstetrikus
· Ekstrmitas: edema pada kedua tungkai -/-, CRT 2 detik, akral hangat
e. Status Generalis
· Muka: kloasma gravidarum (-)
· Mammae: hiperpigmentasi aerola mammae (-)
· Abdomen
Inspeksi: datar
Palpasi: TFU tidak teraba, supel, nyeri tekan epigastrium (+), nyeri lepas (-),
tanda akut abdomen (-)
Genitalia eksterna: inspeksi/palpasi: V/U tenang
Genitalia interna: inspekulo: tidak dilakukan
VT/bimanual palpasi: tidak dilakukan
4. Pemeriksaan Penunjang
5. Diagnosis
6. Tatalaksana
Edukasi :
Mual muntah pada masa kehamilan normal
Makan : frekuensi sering dengan kuantitas sedikit
Hindari Makanan pedas, asam dan minuman bersoda
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Mual dan muntah sering terjadi pada pada minggu-pertama kehamilan, dan hal
tersebut merupakan hal yang normal yang biasa disebut dengan emesis gravidarum. Mual dan
muntah yang biasa dapat berlanjut menjadi suatu keadaan yang jarang terjadi, yaitu menolak
semua makanan dan minuman yang masuk, hal tersebut dapat menyebabkan dehidrasi,
segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit
berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuria.6 Sedangkan dari literatur lain
menyebutkan bahwa hiperemesis gravidarum adalah muntah yang cukup parah sehingga
menyebabkan kehilangan berat badan, dehidrasi, asidosis dari kelaparan, alkalosis dari
2. Epidemiologi
beragam mulai dari 1-3% di Indonesia, 0,3% di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada,
10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki. Literatur juga
4:1000 kehamilan. Dari data yang ada tersebut menegaskan bahwa hiperemesis gravidarum
merupakan suatu penyakit yang jarang terjadi. Mual dan muntah pada kehamilan adalah
peristiwa normal yang dapat berubah menjadi suatu penyakit yang lebih serius yaitu
hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ini banyak terjadi pada orang Asia
5
3. Etiologi
Penyebab pasti mual dan muntah yang dirasakan ibu hamil belum diketahui, tetapi
terdapat beberapa teori yang mengajukan keterlibatan faktor-faktor biologis, sosial dan
psikologis. Faktor biologis yang paling berperan adalah perubahan kadar hormon selama
kehamilan. Menurut teori terbaru, peningkatan kadar human Chorionic gonadotropin (hCG)
akan menginduksi ovarium untuk memproduksi estrogen, yang dapat merangsang mual dan
muntah. Perempuan dengan kehamilan ganda atau mola hidatidosa yang diketahui memiliki
kadar hCG lebih tinggi daripada perempuan hamil lain mengalami keluhan mual dan muntah
yang lebih berat. Progesteron juga diduga menyebabkan mual dan muntah dengan cara
menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot polos lambung. Penurunan
biasa.2
4. Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko penyakit hiperemesis gravdarum antara lain adalah usia ibu,
usia gestasi, jumlah gravida, tingkat sosial ekonomi, kehamilan ganda, kehamilan mola,
kondisi psikologis ibu dan adanya infeksi H.pilory. Usia ibu merupakan faktor risiko dari
hiperemesis gravidarum yang berhubungan dengan kondisi psikologis ibu hamil. Literatur
menyebutkan bahwa ibu dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun lebih
sering mengalami hiperemesis gravidarum. Usia gestasi atau usia kehamilan juga merupakan
faktor risiko hiperemesis gravidarum, hal tersebut berhubungan dengan kadar hormon
korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron di dalam darah ibu. Kadar hormone
korionik gonadotropin merupakan salah satu etiologi yang dapat menyebabkan hiperemesis
6
gravidarum. Kadar hormon gonadotropin dalam darah mencapai puncaknya pada trimester
pertama, tepatnya sekitar minggu ke 14-16. Oleh karenaitu, mual dan muntah lebih sering
terjadi pada trimester pertama.4 Peningkatan kadar hCG mengakibatkan perubahan atau
gangguan (dismotilitas) sistem pencernaan serta gangguan sistem imun humoral yang diduga
Faktor risiko lain adalah jumlah gravida. Hal tersebut berhubungan dengan kondisi
psikologis ibu hamil dimana ibu hamil yang baru pertama kali hamil akan mengalami stress
yang lebih besar dari ibu yang sudah pernah melahirkan dan dapat menyebabkan hiperemesis
gravidarum, ibu primigravida juga belum mampu beradaptasi terhadap perubahan korionik
gonadotropin, hal tersebut menyebabkan ibu yang baru pertama kali hamil lebih sering
hiperemesis gravidarum. Pekerjaan berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi yang juga
5. Patofisiologi
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena keluhan ini mucul pada 6
minggu pertama kehamilan yang dimulai dari hari pertama haid terakhir dan berlangsung
progesteron ini masih belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat
Secara umum berdasarkan berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual,
muntah dan penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus-
menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya kadar elektrolit dalam darah.
Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
7
terpakai untuk keperluan energi karena energi yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu
karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan oksigen berkurang dan juga
mengakibatkan penimbunan zat metabolik yang bersifat toksik di dalam darah. Kemudian,
hiperemesis gravidarum juga dapat menyebabkan kekurangan kalium akibat dari muntah dan
ekskresi lewat ginjal, yang menambah frekuensi muntah yang lebih banyak, dan membuat
6. Klasifikasi
gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat I ditandai oleh muntah yang
terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu makan dan minum. Terdapat penurunan berat
badan dan nyeri epigastrium. Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir
beserta sedikit cairan empedu, dan dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut.
Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan mata cekung, lidah kering, penurunan turgor kulit dan
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua yang dimakan
dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus yang hebat. Frekuensi nadi
berada pada rentang 100-140 kali/menit dan tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg.
Pasien terlihat apatis, pucat, lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin
dalam urin.11
8
Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini merupakan
kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai dengan muntah yang
berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran pasien menurun (delirium sampai koma).
Pasien dapat mengalami ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin
7. Diagnosis
Pada diagnosis harus ditentukan adanya kehamilan dan muntah yang terus menerus,
sehingga mempengaruhi keadaan umum (sering muntah lebih dari 10 kali per 24 jam).
Pemeriksaan fisik pada pasien hiperemesis gravidarum biasanya tidak memberikan tanda-
tanda yang khusus. Lakukan pemeriksaan tanda vital, keadaan membran mukosa, turgor kulit,
nutrisi dan berat badan. Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai dehidrasi, turgor kulit yang
menurun, perubahan tekanan darah dan nadi. Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan
antara lain, pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan kadar elektrolit, keton urin, tes fungsi
hati, dan urinalisa untuk menyingkirkan penyebab lain. Pada pemeriksaan laboratorium
pasien dengan hiperemesis gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan
hematokrit, hiponatremia dan hipokalemia, badan keton dalam darah dan proteinuria. Bila
9
8. Penatalaksanaan
Tatalaksana awal dan utama untuk mual dan muntah tanpa komplikasi adalah istirahat
dan menghindari makanan yang merangsang, seperti makanan pedas, makanan berlemak,
atau suplemen besi. Perubahan pola diet yang sederhana, yaitu mengonsumsi makanan dan
minuman dalam porsi yang kecil namun sering cukup efektif untuk mengatasi mual dan
muntah derajat ringan. Satu Jenis makanan yang direkomendasikan adalah makanan ringan,
kacang-kacangan, produk susu, kacang panjang, dan biskuit kering. Minuman elektrolit dan
suplemen nutrisi peroral disarankan sebagai tambahan untuk memastikan terjaganya
keseimbangan elektrolit dan pemenuhan kebutuhan kalori. Menu makanan yang banyak
mengandung protein juga memiliki efek positif karena bersifat eupeptic dan efektif
meredakan mual. Manajemen stres juga dapat berperan dalam menurunkan gejala mual.
Adapun pembagian diet untuk hiperemesis :
- Diet Hiperemesis I
Diberikan pada hiperemesis grade III diamana makanan berupa roti kering dan buah
buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan makanan tapi 1-2 jam sesudahnya.
Makanan ini kurang mengandung zat gizi kecuali vitamin C sehingga hanya
diberikan beberapa hari
- Diet Hiperemesis II
Diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi kecuali vitamin A dan D
- Diet Hiperemesis III
Diberikan pada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan
penderita, makanan dan minuman boleh diberikan secara bersamaan. Makanan ini
cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.2
2.8.2 Farmakologi
Pasien hiperemesis gravidarum harus dirawat inap dirumah sakit dan dilakukan
rehidrasi dengan cairan natrium klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan
per oral selama 24-48 jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Penambahan glukosa,
10
multivitamin, magnesium, pyridoxine, atau tiamin perlu dipertimbangkan. Cairan dekstrosa
dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi vitamin, tiamin 100
pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium.
Pemberian obat secara intravena dipertimbangkan jika toleransi oral pasien buruk.
Obat-obatan yang digunakan antara lain adalah vitamin B6 (piridoksin), antihistamin dan
sebagai farmakoterapi lini pertama yang aman dan efektif. Dalam sebuah randomized trial,
kombinasi piridoksin dan doxylamine terbukti menurunkan 70% mual dan muntah dalam
terjadi, tetapi perlu diwaspadai jika terdapat muntah berat yang disertai dengan gejala okular,
keadaan defisiensi tiamin; karenanya, setiap hari dekstrosa intravena diberikan, dosis tinggi
(mis. 100 mg) tiamin parenteral harus diberikan untuk mencegah ensefalopati Wernicke.12
Antiemetik konvensional, seperti fenotiazin dan benzamin, telah terbukti efektif dan
penyakit kardiovaskuler berat, penurunan kesadaran berat, depresi sistem saraf pusat, kejang
yang tidak terkendali, dan glaucoma sudut tertutup. Namun, hanya didapatkan sedikit
11
Fenotiazin atau metoklopramid diberikan jika pengobatan dengan antihistamin gagal.
Prochlorperazine juga tersedia dalam sediaan tablet bukal dengan efek samping sedasi yang
lebih kecil. Dalam sebuah randomized trial, metoklopramid dan prometazin intravena
memiliki efektivitas yang sama untuk mengatasi hiperemesis, tetapi metoklopramid memiliki
efek samping mengantuk dan pusing yang lebih ringan. Studikohort telah menunjukkan
badan lahir rendah, persalinan preterm, atau kematian perinatal. Namun, metoklopramid
memiliki efek samping tardive dyskinesia, tergantung durasi pengobatan dan total dosis
kumulatifnya. Oleh karena itu, penggunaan selama lebih dari 12 minggu harus dihindari. 1,2
tetapi efek samping sedasi ondansetron lebih kecil. Ondansetron tidak meningkatkan risiko
efektif untuk mual dan muntah dalam kehamilan, tetapi sekarang jarang digunakan karena
sebelum, selama dan tiga jam setelah pemberian droperidol perlu dilakukan.7,8
muntah dalam kehamilan. Efek samping metilprednisolon sebagai sebuah glukokortikoid juga
patut diperhatikan. Dalam sebuah metaanalisis dari empat studi, penggunaan glukokortikoid
sebelum usia gestasi 10 minggu berhubungan dengan risiko bibir sumbing dan tergantung
dosis yang diberikan. Oleh karena itu, penggunaan glukokortikoid direkomendasikan hanya
12
Gambar 1.2 Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam kehamilan 2
13
Tabel 1.3 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan
Tabel 1.4 Obat-obatan untuk tata laksana mual dan muntah dalam kehamilan dan nama
dagangnya
9. Terapi alternatif
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk penatalaksanaan mual
dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber officinale Roscoe) adalah salah satu
pilihan nonfarmakologik dengan efek yang cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat
menghambat pertumbuhan seluruh galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene
(Cag) A+ yang sering menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa
ekstrak jahe lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek
15
samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian, tetapi tidak
ditemukan efek samping signifikan terhadap keluaran kehamilan Dosisnya adalah 250 mg
kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali sehari. Terapi akupunktur untuk meredakan
gejala mual dan muntah masih menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik
akupuntur Neiguan P6 di pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan
penelitiannya masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang
besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan acupressure,
pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini dapat mengurangi risiko mual. Terapi
stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan
kehamilan multipel karena mungkin juga termasuk mual dan muntah yang parah pada
trimester pertama kehamilan. Pemeriksaan dapat dimulai dengan USG obstetris, yang akan
memastikan diagnosis dalam banyak kasus. Masalah kebidanan trimester pertama lainnya
termasuk kehamilan ektopik, yang lebih mungkin termasuk sakit perut, sinkop, atau
perdarahan vagina dan sekali lagi dapat dievaluasi dengan USG kebidanan dan kadar B-hCG.
Timbulnya mual dan muntah setelah sembilan minggu harus memicu perhatian untuk
diagnosis alternatif. Preeklamsia, HELLP (hemolisis, peningkatan enzim hati, dan trombosit
rendah), dan perlemakan hati akut pada kehamilan biasanya muncul dengan sendirinya
16
Penyebab mual dan muntah non-obstetris juga dapat terjadi selama kehamilan dan
harus selalu dibedakan, mengingat bahwa pasien hamil dianggap berisiko lebih tinggi untuk
mengalami pembekuan darah; oleh karena itu diagnosis yang menyebabkan iskemia atau
Pielonefritis, infeksi saluran kemih, batu ginjal, dan torsi ovarium juga bisa termasuk muntah.
hiperparatiroidisme juga dapat memiliki gejala yang serupa. Gangguan neurologis seperti
migrain, perdarahan intrakranial, pseudotumor cerebri, dan trombosis sinus vena juga dapat
menyebabkan muntah, tetapi cenderung disertai sakit kepala atau defisit neurologis.
Gangguan kejiwaan seperti kecemasan dan depresi juga dapat menyebabkan muntah, seperti
diagnosis eksklusi. Daftar diagnosis banding potensial untuk pasien dengan gejala serupa
· Kehamilan ganda
· Kehamilan ektopik
· Preeklampsia
· Gastroenteritis
· Gastroparesis
· Pielonefritis
· Torsi ovarium
11. Komplikasi
dapat menyebabkan dehidrasi. Jika terus berlanjut, pasien dapat mengalami syok. Dehidrasi
yang berkepanjangan juga menghambat tumbuh kembang janin.11 Oleh karena itu, pada
pemeriksaan fisik harus dicari apakah terdapat abnormalitas tanda-tanda vital, seperti
peningkatan frekuensi nadi (>100 kali per menit), penurunan tekanan darah, kondisi
subfebris, dan penurunan kesadaran. Selanjutnya dalam pemeriksaan fisis lengkap dapat
dicari tanda-tanda dehidrasi, kulit tampak pucat dan sianosis, serta penurunan berat badan.10
Selain dehidrasi, akibat lain muntah yang persisten adalah gangguan keseimbangan
elektrolit seperti penurunan kadar natrium, klor dan kalium, sehingga terjadi keadaan
gravidarum yang berat juga dapat membuat pasien tidak dapat makan atau minum sama
sekali, sehingga cadangan karbohidrat dalam tubuh ibu akan habis terpakai untuk pemenuhan
kebutuhan energi jaringan. Akibatnya, lemak akan dioksidasi. Namun, lemak tidak dapat
hidroksibutirik, dan aseton, sehingga menyebabkan ketosis. Salah satu gejalanya adalah bau
aseton (buah-buahan) pada napas. Pada pemeriksaan laboratorium pasien dengan hiperemesis
gravidarum dapat diperoleh peningkatan relatif hemoglobin dan hematokrit, hiponatremia dan
Robekan pada selaput jaringan esofagus dan lambung dapat terjadi bila muntah terlalu
sering. Pada umumnya robekan yang terjadi kecil dan ringan, dan perdarahan yang muncul
dapat berhenti sendiri. Tindakan operatif atau transfusi darah biasanya tidak diperlukan.3
18
Perempuan hamil dengan hiperemesis gravidarum dan kenaikan berat badan dalam
kehamilan yang kurang (<7 kg) memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilan, prematur, dan nilai APGAR
Anemia megaloblastic dan neuropati perifer (kebas pada ujung- ujung jari) merupakan
ataksia. Hal tersebut dapat terjadi pada HEG yang berat. Wernicke’s encephalopathy timbul
akibat resusitasi cairan menggunakan dextrose (oral atau IV). Hindari penggunaan resusitasi
12. Prognosis
Tujuan terapi emesis atau hiperemesis gravidarum adalah untuk mencegah komplikasi
seperti ketonuria, dehidrasi, hipokalemia dan penurunan berat badan lebih dari 3 kg atau 5%
berat badan. Penilaian keberhasilan terapi dilakukan secara klinis dan laboratoris. Secara
klinis, keberhasilan terapi dapat dinilai dari penurunan frekuensi mual dan muntah, frekuensi
dan intensitas mual, serta perbaikan tanda-tanda vital dan dehidrasi. Parameter laboratorium
Literatur lain menyebutkan, prognosis hiperemesis gravidarum umumnya baik, namun dapat
menjadi fatal bila terjadi deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat
dan cepat.12. Sebagian kecil pasien, sekitar 3%, akan terus mengalami muntah selama
trimester ketiga. Sekitar 10% pasien dengan hiperemesis gravidarum akan terkena selama
kehamilan.13
19
DAFTAR PUSTAKA
2. Mansjoer A. Kapita Selekta Kedokteran Jilid Pertama. Edisi ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI. 2015. hal 259-260
5. Achadiat CM. Prosedur tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC: 2014. hal 72-74
6. Manuaba IBD. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Jakarta: EGC. 2015. hal 397-401
7. Hartanto H. Penyakit Saluran Cerna. Dalam: Cunningham FG. Obstetric Williams. Edisi
ke-24. Jakarta: EGC. 2017. hal 1424-1425
8. Swenson KL, Chisholm C. Renal, Hepatic, and Gastrointestinal Disorders and Systemic
Lupus Erythematous in Pregnancy. Dalam: Brandon J, dkk. The John Hopkins Manual
of Gynecology and Obstetrics Edisi ke 2. USA: Lippincott Williams & Wilkins
Publishers. 2014
10. Bottomley C, Bourne T. Management strategies of Hyperemesis. Best Pract Res Chin
Obstet Gynaecol. Aug 2016
11. Goodwin, TM. Hyperemesis Gravidarum. Obstet Gynecol Clin N Am. Sept 2014
12. RCOG. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis
Gravidarum. 2016;(69).
13. Goodwin TM. Hyperemesis gravidarum. Obstet. Gynecol. Clin. North Am. 2008
Sep;35(3):401-17, viii.
20
15. Mullin, P M, Bray, A, Schoenberg F, Macgibbon K W, & Romero, R.(2011). Prenatal
exposure to hyperemesis gravidarum linked to increased risk of psychological and
behavioral disorders in adulthood. Obstetrics & Gynecology.
16. Rukiyah AY, Yulianti L. Asuhan Kebidanan IV. Jakarta. Trans Info Media; 2010.p.120-
122
21