Anda di halaman 1dari 135

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SELF MANAGEMENT


DIABETES DENGAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETES
MELLITUS YANG MENJALANI DIET

Usulan Penelitian untuk Skripsi Sarjana Keperawatan

Indriani Anggesti Ningrum


NIM. 1907031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
JANUARI 2023
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SELF MANAGEMENT


DIABETES DENGAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETES
MELLITUS YANG MENJALANI DIET

Unsulan Penelitian untuk Skripsi Sarjana Keperawatan

Indriani Anggesti Ningrum


NIM. 1907031

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEPERAWATAN, BISNIS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
JANUARI 2023

ii
FORMULIR No Dokumen:
No Revisi
PERSETUJUAN SIAP Tgl berlaku
UJIAN SKRIPSI
Halaman 1 dari 1

PERSETUJUAN SIAP UJIAN SKRIPSI

Judul Proposal : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management Diabetes


Dengan Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani
Diet

Nama Mahasiswa : Indriani Anggesti Ningrum


NIM : 1907031

Telah pertahankan di depan


Tim Penguji pada tanggal 2023

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ns. Chandra Hadi P., S.Kep., M.Kes Ns. Maulidta Karunianingtyas W.,
S.Kep., M.Kep
NIDN: 0615028501 NIDN: 0614118601

iii
FORMULIR No Dokumen:
No Revisi
PENGESAHAN SKRIPSI Tgl berlaku
Halaman 1 dari 1

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management


Diabetes Dengan Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus
Yang Menjalani Diet
Nama Mahasiswa : Indriani Anggesti Ningrum
NIM : 1907031

Telah pertahankan di depan


Tim Penguji pada tanggal 2023

Menyetujui,

Ketua Penguji : Ns. Niken Sukesi., S.Kep., M.Kep (............)

Anggota Penguji I : Ns. Chandra Hadi P., S.Kep., M.Kes (............)

Anggota Penguji II : Ns. Maulidta Karunianingtyas W., S.Kep., M.Kep (............)

Mengetahui,

Fakultas Keperawatan, Bisnis dan Program Sarjana Studi Keperawatan


Teknologi

Dekan Ketua

Dr. Ari Dina Permana Citra, Ns. Niken Sukesi, S.Kep.M.Kep


SKM.,M.Kes
NIDN: 0622068201 NIDN: 0607037806

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama Mahasiswa : Indriani Anggesti Ningrum
Tempat, tanggal lahir : Pati, 22 Agustus 2002
NIM : 1907031
Program Studi : Program Studi Sarjanan Keperawatan

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :


1. Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management
Diabetes Dengan Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani
Diet” adalah hasil karya saya, dan dalam naskah ini tidak terdapat karya
ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar Sarjana
di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain baik sebagian atau keseluruhan,
kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan diterbitkan dalam sumber
kutipan atau daftar pustaka.
2. Apabila ternyata dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur plagiat, saya bersedia skripsi ini digugurkan dan gelar akademik yang
telah saya peroleh dibatalkan, serta diproses dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
3. Skripsi ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan hak bebas royalty
non ekslusif. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya
untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, Juni 2023


Yang menyatakan,

( )

v
CURICULUM VITAE / RIWAYAT HIDUP

A. Identitas :
Nama : Indriani Anggesti Ningrum
Tempat, Tanggal Lahir : Pati, 22 Agustus 2002
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Ds. Sinomwidodo DK Lembahbang Kec.
Tambakromo Kab. Pati
Nomor Telp : 081221288310
Email : anggestiindriani@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan : 1. SD Sinomwidodo 02 lulus tahun 2013


2. SMP Satap N Sinomwidodo lulus tahun 2016
3. SMA Nasional Patu lulus tahun 2019

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan Judul ”
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management Diabetes Dengan Tingkat
Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet”. Penelitian ini disusun
dalam rangka memenuhi syarat dalam pembuatan skripsi. Penelitian ini dapat
terselesaikan atas bantuan dan imbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:
1. Dr. Hargianti Dini Iswandari, drg., M.M. selaku Rektor Universitas Widya
Husada Semarang
2. Dr. Ari Dina Permana Citra, SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Bisnis dan Teknologi
3. Ns. Niken Sukesi, S.Kep.M.Kep selaku Ketua Program Studi Keperawatan
4. Ns. Niken Sukesi., S.Kep., M.Kep selaku penguji utama yang selalu
memberikan amasukan untuk skripsi .
5. Ns. Chandra Hadi P., S.Kep., M.Kes selaku pembimbing pertama yang selalu
memberikan motivasi dan dukungan hingga sampai saya mendapatkan ilmu
yang sangat bermanfaat bagi saya.
6. Ns. Maulidta Karunianingtyas W., S.Kep., M.Kep selaku pembimbing kedua
yang selalu memberikan arahan dengan penuh sabar serta mendidikan dan
mendampingi saya sampai saat ini.
7. RS Permata Medika Semarang yang telah bersedia memberikan tempat untuk
saya melakukan penelitian
8. Terimakasih kepada orang tua saya yang sangat saya cintai dan sayangi
terimakasih atas dukungan yang diberikan selama ini dan sampai mencapai
suksesnya kuliah
9. Teman-teman mahasiwa sarjana keperawatan yang saling memberi semangat
dalam proses penyusunan skripsi ini

vii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyususnan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangaun sebagai masukan guna melengkapi dan memperbaiki lebih lanjut.

Semarang, 23 Juni 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.............................................................iii

PERNYATAAN SIAP UJIAN SKRIPSI............................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

CURICULUM VITAE / RIWAYAT HIDUP

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR BAGAN

DAFTAR LAMPIRAN

ABSTRAK

ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

ix
B. Konsep Self Management

C. Stres

D. Kerangka Teori

BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

B. Hipotesa Penelitian

C. Jenis dan Desain Penelitian

D. Waktu dan Tempat Penelitian

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

F. Definisi Operasional

G. Instrumen Penelitian

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

I. Teknik Pengumpulan Data

J. Pengolahan data

K. Analisis data

BAB IV HASIL

A. Deskripsi Penelitian

B. Data Demografis

C. Analisis Univariat

D. Analisis Bivariat

BAB V PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

x
B. Analisis Univariat

C. Analisis Bivariat

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus................................................... 15

Tabel 2.2 Kuisioner Self Management.................................................................. 29

Tabel 2.3 Kuisioner Tingkat Pengetahuan.............................................................32

Tabel 3.1 Definisi Operasional.............................................................................. 48

Tabel 3.2 Kuisioner Tingkat Pengetahuan.............................................................49

Tabel 3.3 Kuisioner Self Management.................................................................. 49

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RS Permata

Medika Semarang Bulan Juni 2023....................................................................... 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................62

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................62

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................63

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Menderita Diabetes

Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.................................64

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendamping di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................65

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi Berobat di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................66

xii
Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Diabetes Mellitus di

RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023...................................................66

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Self Management Pasien Penderita Diabetes Mellitus

di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023...............................................67

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Stress Pasien Penderita Diabetes Mellitus di RS

Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023.........................................................67

Tabel 4.11 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress Pada

Pasien Penderita Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni

2023........................................................................................................................69

Tabel 4.12 Hubungan Antara Self Management Dengan Tingkat Stress Pada

Pasien Penderita Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni

2023........................................................................................................................69

xiii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori..................................................................................... 42

Bagan 3.1 Kerangka Konsep..................................................................................43

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner

xv
Program Studi Keperawatan
Universitas Widya Husada Semarang
Semarang, November 2023

ABSTRAK
Indriani Anggesti Ningrum
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SELF MANAGEMENT
DIABETES DENGAN TINGKAT STRESS PASIEN DIABETES
MELLITUS YANG MENJALANI DIET
Xvii + 102 Hal + 12 Tabel + 2 Bagan + 3 Lampiran
Latar Belakang: Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan
prevalensi yang tinggi di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Tingginya kasus
DM di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal, diantaranya gaya hidup. Kontrol
gula darah yang meliputi perubahan diet dan pembatasan makanan dapat
berhubungan dengan stress yang dihadapi pasien. Untuk pengelolaan gaya hidup
dan diet pada pasien DM, dibutuhkan tingkat pengetahuan serta self management
yang baik mengenai penyakit yang dideritanya. Self management merujuk pada
tingkat kemampuan individu untuk mengendalikan penyakitnya, terutama dalam
aspek mengendalikan pola diet sehari-harinya. Tingkat pengetahuan dan self
management yang baik dapat menurunkan dampak negatif dari stress pada pasien
dengan DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan dan self management dengan tingkat stress pada pasien diabetes
mellitus yang menjalani diet di RS Permata Medika Semarang.
Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan pendekatan potong
lintang. Responden penelitian berjumlah 41 orang di RS Permata Medika
Semarang. Penelitian ini menggunakan survei analitik dengan instrument yang
digunakan berupa lembar kuesioner yang telah di uji validitas dan reabilitiasnya
oleh peneliti dengan uji Analisa Spearman’s Rank.
Hasil: Hasil uji Spearman’s Rank pada variabel tingkat pengetahuan dan tingkat
stress menunjukkan p value = 0,000 (<0,05) dan nilai Rho = -0,843, sehingga
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat stress. Pada variabel
self management dan tingkat stress, didapatkan p value = 0,000 (<0,05) dan nilai
Rho = -0,866, sehingga terdapat hubungan antara self management dengan tingkat
stress.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan self management cukup dengan
tingkat stress sedang pada pasien diabetes mellitus yang menjalani diet di RS
Permata Medika Semarang.
Kata Kunci: Pengetahuan, Self Management, Tingkat Stress
Daftar Pustaka: 65 (2015-2023)

xvi
Nursing Study Program
Widya Husada University, Semarang
Semarang, November 2023

ABSTRACT
Indriani Anggesti Ningrum
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEVEL OF DIABETES KNOWLEDGE
AND SELF MANAGEMENT WITH STRESS LEVEL OF DIABETES
MELLITUS PATIENTS WHO ARE UNDERGOING DIET
Xvii + 102 Pages + 12 Tables + 2 Figures + 3 Attachments
Background: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease with high prevalence
throughout the world, especially Indonesia. The high number of DM cases in
Indonesia is influenced by various things, one of which is lifestyle. Blood sugar
control, which includes diet changes and food restrictions, can be related to the
stress experienced by patients. To manage lifestyle and diet in DM patients, a
good level of knowledge and self-management regarding the disease is highly
required. Self-management refers to the level of an individual's ability to control
their illness, especially regarding aspects of controlling their daily dietary
patterns. A good level of knowledge and self-management can reduce the negative
impact of stress in patients with DM. This study aims to determine the
relationship between the level of knowledge and self-management and the level of
stress in diabetes mellitus patients who are on a diet at Permata Medika Hospital,
Semarang.
Research Method: This type of research is quantitative with a cross-sectional
approach. There were 41 research respondents at Permata Medika Hospital
Semarang. This research uses an analytical survey, with instrument used in the
form of a questionnaire whose validity and reliability have been tested by
researchers using Spearman's Rank Analysis test.
Results: The results from the Spearman's Rank test on the variables level of
knowledge and level of stress showed p value = 0.000 (<0.05) and Rho value = -
0.843, indicating that there is a relationship between level of knowledge and level
of stress. For the variables of self management and stress level, results showed p
value = 0.000 (<0.05) and Rho value = -0.866, indicating that there is a
relationship between self management and stress level.
Conclusion: Based on the results obtained, it can be concluded that there is a
relationship between sufficient levels of knowledge and self-management and
moderate levels of stress in diabetes mellitus patients who are on a diet at Permata
Medika Hospital Semarang.
Keywords: Pengetahuan, Self Management, Tingkat Stress
Bibliography: 65 (2015-2023)

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi saat

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Hal ini biasanya menyebabkan

hiperglikemia pada pasien DM (Mubarak, 2021). Hiperglikemia pada DM

yang tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan kerusakan serius pada

sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah. Selain menimbulkan

komplikasi yang berat DM juga membuat penderita tidak mampu

beraktivitas atau bekerja seperti biasa, dan memberikan beban bagi

keluarga, serta merugikan dari segi ekonomi, karena memerlukan perawatan

dan pengobatan seumur hidup. DM dapat berhasil dikelola dan dicegah

komplikasinya, terutama ketika terdeteksi lebih awal. Bahkan lebih baik,

melakukan pencegahan dengan membuat perubahan gaya hidup, seperti

meningkatkan diet dan latihan fisik (International Diabetes Federation, 2021).

Prevalensi penderita diabetes mellitus di seluruh dunia sangat tinggi dan


i i i i i i i i

cenderung semakin melonjak setiap tahunnya. WHO menyatakan pada tahun


i i i i i i

2022 jumlah penduduk dunia yang menderita diabetes sudah mencapai


i i i i i i

171.230.000 orang, dan pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai jumlah i i

366.210.100 orang atau naik sebesar 114 % pada kurun waktu 30 tahun.
i i

Secara global, lebih dari 422 juta orang dewasa hidup dengan diabetes pada
i i i i i i

tahun 2021, dibandingkan dengan 108 juta di tahun 1980. Prevalensi diabetes
i i i i i

1
2

di dunia (menggunakan usia yang distandarisasi) telah meningkat hamper dua


i i i i

kali lipat Dari tahun 1980, berasal 4,7% menjadi 8,5% pada populasi orang i i

dewasa (WHO, 2022).


i

Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia sekitar 10,7 juta pada tahun


i i i i i i i

2022, Indonesia berada di peringkat ke-7 diantara 10 negara dengan jumlah i i i i i i

penderita terbanyak yaitu sebesar 10,7 juta. Indonesia menjadi satu-satunya


i i i i i i i

Negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut, sehingga dapat diperkirakan


i i i i i i

besarnya kontribusi Indonesia terdapat prevalensi kasus diabetes di Asia


i i i i i i i

Tenggara (Kemenkes RI, 2021). Penderita diabetes mellitus penduduk


i i i i i i i i i i

berumur ≥ 15 tahun. Berdasarkan diagnosa dokter pada umur ≥ 15 tahun


i i i

sebesar 2%. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan prevalensi


i i i i i i

diabetes mellitus pada penduduk ≥ 15 tahun sebesar 1,5% (RIKESDA, 2022).


i i i i i i i

Prevalensi diabetes mellitus menurut hasil pemeriksaan gula darah pada


i i i i i i i i

tahun 2018 meningkat dari 6,9% 8,5% di tahun 2022. Angka ini menunjukkan i i

bahwa baru sekitar 25% penderita diabetes yang mengetahui bahwa dirinya i i i i i i i

menderita diabetes (RIKESDA, 2022). Angka kejadian di Jawa Tengah pada


i i i i i i i

tahun 2022 prevelensi diabetes mellitus sekitar 1,7 % dari jumlah penduduk i i i i i i i i

Indonesia yang berjumlah 264 juta jiwa, sekitar 4,5 juta jiwa yang menderita
i i i i i

diabetes. Sedangkan di Kota Semarang penderita diabetes mellitus menjapai


i i i i i i i i i i

17.663 jiwa pada tahun 2022 (Dinkes Jateng, 2022). i i

Tingginya kasus diabetes mellitus di Indonesia dapat dipengaruhi oleh i i i i i i

beberapa hal, diantaranya gaya hidup. Diabetes Melitus dapat terjadi karena
i i i i i i i

kurangnya kontrol kadar gula darah, kadar gula darah pada pasien DM i
3

berhubungan dengan stres yang dihadapinya. stres yang timbul dan lamanya
i i i i

mereka mengalami stres, ditentukan oleh berbagai faktor kesulitan yang


i i i i i i i i

dialami penderita, seperti adanya pembatasan makanan, jumlah makanan yang


i i i i i

harus diukur, dan pola kebiasaan makan yang salah sebelum sakit (Darmojo, i i i

2019). Cara penanganan yang dilakukan penderita dalam menangani stres i i i i i

ketika menjalankan diet dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam


i i i i i i i i i

mematuhi program diet serta pengendalian kadar gula darah (Arimbi et al.,
i i i i i i

2020).

Pengobatan diabetes yang paling utama adalah mengubah gaya hidup


i i i i

terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Penerapan diet
i i i i i i i

merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan


i i i i i

diabetes, akan tetapi sering kali menjadi kendala dalam pelayanan diabetes
i i i i i i i i i

karena dibutuhkan kepatuhan dan motivasi dari pasien itu sendiri (Khasanah
i i i i

et al., 2019). Kepatuhan penderita DM terhadap pengaturan dan perencanaan


i i i i i i i i

pola makan merupakan salah satu kendala pada pasien diabetes. Penderita i i i i i i i

diabetes banyak yang merasa jenuh dan stres karena harus menaati program
i i i i i i i

diet yang dianjurkan selama hidupnya. Penelitian sebelumnya menunjukkan


i i i i i i i

bahwa pasien diabetes mengalami stress sebanyak 46 % (Livana, 2018).


i i i i i i

Pasien DM banyak yang telah mengetahui anjuran diet, akan tetapi


i i i i i i

banyak pula yang tidak mematuhinya. Pasien DM banyak yang menganggap i i i

bahwa makanan diet cenderung tidak menyenangkan sehingga mereka makan i i i i i i i i

sesuai dengan keinginan bila belum menunjukkan gejala serius. Oleh karena
i i i i i i i i i

itu maka diperlukan pengetahuan yang harus dimiliki oleh penderita tersebut,
i i i i i i i i
4

karena pengetahuan merupakan dasar untuk melakukan suatu tindakan,


i i i i i

sehingga setiap penderita yang akan melakukan suatu tindakan biasanya


i i i i i

didahului dengan tahu, selanjutnya mempunyai inisiatif untuk melakukan i i i i

suatu tindakan berdasarkan pengetahuannya. Perilaku yang didasari oleh i i i i i

pengetahuan akan bersifat lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari
i i i i i

oleh pengetahuan (Perkeni, 2019).


i i i i i

Tingkat pengetahuan sangat diperlukan dalam pengelolaan diet DM i i i i i i

akan tetapi kemampuan individu dalam mengelola kehidupan sehari-hari,


i i i i i i

mengendalikan serta mengurangi dampak penyakit yang dideritanya dikenal


i i i i i i i

dengan Self-management diperlukan dalam pengendalian DM. Self-


i i i i i i i i

management memungkinkan pasien untuk mengembangkan keterampilan


i i i i i i i i

dalam memecahkan masalah, meningkatkan keyakinan diri (self-efficacy) dan


i i i i i i

mendukung aplikasi pengetahuan dalam kehidupan nyata (Amanda et al.,


i i i i i

2020). Penelitian sebelumnya menunjukan bahwa perilaku selft management


i i i i i i i i i

berdasarkan diet pada kategori sedang sebanyak 48,6%, perilaku self


i i i i i i i

management berdasarkan pengobatan pada kategori baik 44,2%, perilaku self


i i i i i i i

management berdasarkan latihan fisik pada kategori sedang 98,6%, perilaku


i i i i i i

self management berdasarkan pemantauan gula darah pada kate gori sedang
i i i i i i i

50% dan perilaku self management berdasarkan perawatan kaki pada kategorii i i i i i i

sedang 94,9% (Wardani, 2019).


i

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9 Juni i i i i

2023 melalui observasi dan wawancara yang dilakukan di RS Pe rmata Medika


i i i i

Semarang pada 7 pasien diabetes mellitus, didapatkan 3 pasien mempunyai


i i i i i i i
5

tingkat pengetahuan baik didukung dengan pasien mengatakan mengetahui i i i i i i i

tentang penyakit diabetes mellitus dan penyebab diabetes mellitus, 2 pasien


i i i i i i i i i i i

dengan tingkat self management baik didukung dengan pasien mengatakan


i i i i i i i

tahu cara membagi porsi dalam makanannya dan sudah me nghindari i i

makanan-makanan yang direbus, sedangkan 2 pasien dengan tingkat stress i i i i i

ringan mengatakan stress ditunjukan dengan mengubah pola makan yang telah
i i i i i

pasien lakukan selama berpuluh-puluh tahun yang lalu, kemudian harus


i i i i

terpaksa dirubah secara drastis agar penyakit yang pasien derita tidak semakin
i i i i i i

memburuk. i

Sehubungan dengan latar belakang masalah di atas, maka penulis


i i i i

tertarik
i mengadakan i penelitian
i i guna mengetahui
i i hubungan tingkat

pengetahuan dan self management diabetes dengan tingkat stres menjalani


i i i i i i i i i i

diet pada penderita DM. Berdasarkan fenomena diatas sehingga penelitian


i i i i i i i i i

tersebut dilakukan untuk meneliti tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan


i i i i i i i

Dan Self Management Diabetes Dengan Tingkat Stress Pasien Diabetes


i i i i i i i i i i

Mellitus Yang Menjalani Diet.


i i i

B. Rumusan masalah

Diabetes mellitus adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh factor genetic,
i i i i i i i i i i i i i i

karena kesalahan pola akan, atau gaya hi dup yang tidak sehat. Pengetahuan
i i i i i i i

diperlukan penderita DM untuk meningkatkan self management diabetes untuk


i i i i i i i i i i i i i

mencegah stress jangka panjang. Rumusan permasalahan dari penelitian ini


i i i i i i i i i i i

adalah : “Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management Diabetes i i i i i i i i i

Dengan Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet?”


i i i i i i i i i i i i i i
6

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian
i i i i ini i i bertujuan i untuk menganalisa i i Hubungan Tingkat
i

Pengetahuan Dan Self Management Diabetes Dengan Tingkat Stress


i i i i i i i i i i i

Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet.


i i i i i i i i i i i

2. Tujuan khusus

a. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat i i i i i i i i

stres menjalani diet pada penderita DM i i i i i i i i

b. Menganalisis hubungan antara self management diabetes dengan i i i i i i i i i i

tingkat stres menjalani diet pada penderita DM


i i i i i i i i i

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Rumah Sakit i i

Hasil penelitian diharapkan dapat i i i i i i dijadikan i i dasar untuk

mengembangkani i profesi i i keperawatan


i i dan meningkatkan i i ilmu i

pengetahuan tentang kesehatan serta teknologi yang berkembang dalam


i i i i i i i i i i

keperawatan.
i i

2. Bagi Institusi i i i i

Penelitian ini dilakukan dengan berharap mampu dijadikan


i i i i i i i i i i i

pedoman serta dijadikan sebagai bahan pengetahuan tentang hubungan


i i i i i i i i i

tingkat pengetahuan dan self management diabetes dengan tingkat stress


i i i i i i i i i i i i

menjalani diet pada penderita DM.


i i i i i i i

3. Bagi Peneliti i i i i i

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menerapkan pelajaran yang


i i i i i i i i i i i
7

didapat selama perkuliahan juga sebagai pengetahuan tersendiri bagi


i i i i i i i i i i i i i

penulis dan dijadikan sebagai syarat kelulusaan untuk program S1


i i i i i i i

Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang


i i i i i i i

4. Bagi Keluarga i i

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengetahuan


i i i i i i i i i i i i

bagi keluarga yang lain dalam hal menangani tingkat pengetahuan dan self
i i i i i i i i i

management diabetes deng sehingga diharapkan tingkat stress dapat


i i i i i i i i i i i

berkurang.
i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi baik


i i i i i i i i i i i

saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak i i i i i i i i

dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. Insulin


i i i i i i i i i i i

adalah hormon penting yang diproduksi di kelenjar pankreas, yang i i i i i i i i

mengatur transport gula darah dari aliran darah ke sel tubuh dengan
i i i i i i

mengubah i glukosa menjadi i i energi.


i i i Kurangnya insulin i i atau

ketidakmampuan sel untuk merespon insulin menyebabkan kadar


i i i i i i i i i

glukosa darah tinggi atau hiperglikemia, yang merupakan ciri khas i i i i i i i i i i

diabetes. Hiperglikemia, jika dibiarkan tidak terkendali maka bisa


i i i i i i i i i i i i i i i i

menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh, yang mengarah pada


i i i i i i

komplikasi i i kesehatan i i yang mengancam i jiwa i seperti i i i penyakit i i

kardiovaskular, neuropati, nefropati, dan penyakit mata (Soegondo,


i i i i i i i i

2019).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus
i i i i i diklasifikasikan menjadi 4 yaitu (International
i i i i i i i i i i

Diabetes Federation, 2021) :


i i i i i i

a. Diabetes tipe-1 i i i i i

8
9

Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi autoimun dimana


i i i i i i i i i i i i

sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta penghasil insulin di


i i i i i i i i i i i i i

pankreas. Akibatnya, tubuh tidak menghasilkan insulin atau i i i i i i i

kekurangan insulin yang dibutuhkan. Penyebab dari proses


i i i i i i i i

destruktif ini tidak sepenuhnya diketahui tetapi kombinasi


i i i i i i i i i i i i i i

kerentanan genetik dan lingkungan seperti infeksi virus, toksin atau


i i i i i i i i i i i i i i

beberapa faktor makanan bisa menjadi faktor pemicunya. Penyakit


i i i i i i i i i

ini bisa berkembang pada semua usia tetapi diabetes tipe-1 paling
i i i i i i i i i i i i i i i

sering terjadi pada anak-anak dan remaja.


i i i i i

Orang dengan diabetes tipe-1 memerlukan suntikan insulin i i i i i i i i i i i

setiap hari agar bisa mempertahankan kadar glukosa dalam kisaran


i i i i i i i

yang normal. Tanpa insulin pasien tidak akan bisa bertahan hidup. i i i i i i i i

Orang dengan i kebutuhan i pengobatan i insulin i i sehari-hari,i i i

pemantauan glukosa darah secara teratur dan pemeliharaan diet


i i i i i i i i

sehat dan gaya hidup sehat bisa menunda atau menghindari


i i i i i i i i

terjadinya komplikasi diabetes.


i i i i i i i

b. Diabetes tipe-2 i i i i i

Diabetes tipe-2 adalah diabetes yang paling umum ditemukan,


i i i i i i i i i i i

terhitung sekitar 90% dari semua kasus diabetes. Pada diabetes tipe-
i i i i i i i i i i i i i i

2, hiperglikemia adalah hasil dari produksi insulin yang tidak


i i i i i i i i i i i

adekuat dan ketidakmampuan tubuh untuk merespon insulin, yang


i i i i i i i

didefinisikan sebagai resistensi insulin. Selama keadaan resistensi


i i i i i i i i i i i i i i i i i i i

insulin, insulin tidak efektif yang awalnya meminta untuk


i i i i i i i i i i
10

meningkatkan produksi insulin untuk mengurangi peningkatan


i i i i i i i i i

glukosa darah tetapi semakin lama keadaan relative tidak adekuat i i i i i i i i i i

pada perkembangan produksi insulin. Diabetes tipe-2 paling sering i i i i i i i i i i i i i

terjadi pada orang dewasa, namun remaja dan anak-anak bisa juga
i i i i i

mengalaminya i i karena i meningkatnya i i tingkat i obesitas, i i

ketidakefektifan aktivitas fisik dan pola makan yang buruk.


i i i i i i i i i

c. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)


i i i i i i i

Hiperglikemia (peningkatan kadar glukosa darah)


i i i i i i i yang

pertama kali dideteksi saat kehamilan bisa diklasifikasikan sebagai


i i i i i i i i i i i i i i i

Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau hiperglikemia pada


i i i i i i i i i i i i

kehamilan. GDM dapat didiagnosis pada trimester pertama


i i i i i i i i i

kehamilan tetapi dalam kebanyakan kasus diabetes kemungkinan


i i i i i i i i i i

ada sebelum kehamilan, tetapi tidak terdiagnosis. i i i i i i i i i i

d. Impaired glucose tolerance and impaired fasting glucose


i i i i i i i i i i i

Meningkatnya kadar glukosa darah di atas batas normal dan


i i i

dibawah ambang diagnostik diabetes merupakan kriteria dari


i i i i i i i i i i i

gangguan toleransi glukosa (IGT) dan gangguan glukosa puasa i i i

(IFG). Kondisi ini juga disebut intermediate hiperglikemia atau


i i i i i i i i i i i i i i i i i

pradiabetes. Di IGT, kadar glukosa lebih tinggi dari biasanya, tetapi


i i i i i i i i i i i i i

tidak cukup tinggi untuk membuat diagnosis diabetes yaitu antara


i i i i i i i i i i

7,8-11,0 mmol/L (140-199 mg/dl) pada dua jam setelah Tes i i i

Toleransi Glukosa Oral (TTGO). IFG adalah keadaan ketika kadar


i i i i i i

glukosa puasa lebih tinggi dari biasanya yaitu antara 6,1-6,9 mmol/ i i i i i i i
11

L (110-125 mg/dl). Orang dengan pradiabetes berisiko tinggi untuk i i i i i i i i i

berkembang menjadi diabetes tipe-2.


i i i i i i i i i

3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus

Faktor risiko dari DM (Santi Damayanti, 2018) : i i i i i

a. Riwayat keluarga diabetes atau genetika


i i i i i i i i

b. Usia yang lebih tua i i i

c. Obesitas atau kenaikan berat badan yang berlebihan selama


i i i i i i i i i

kehamilan. i i

d. Pola makan dan nutrisi yang buruk i i

e. Kurangnya aktivitas fisik i i i i

f. Riwayat Diabetes gestasional.


i i i i i i

g. Merokok, infeksi dan pengaruh lingkungan.


i i i i i i

h. Faktor-faktor lain termasuk asupan buah dan sayuran yang ti dak i i i

memadai, serat makanan dan asupan makanan yang tinggi lemak


i i i i i i

jenuh.
i

Menurut Trisnawati (2017) faktor risiko kejadian penyakit Diabetes


i i i i i i i i i i i i

Mellitus antara lain usia, aktifitas fisik, terpapar asap, indeks massa
i i i i i i i i i i i

tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup, adanya riwayat keluarga,
i i i i i i

kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan, riwayat ketidaknormalan


i i i i i i i i i i i

glukosa dan kelainan lainnya. Riwayat keluarga, aktifitas fisik, umur, i i i i i i i i i

stres, tekanan darah serta nilai kolesterol berhubungan dengan


i i i i i i i i i

terjadinya DM, dan orang yang memiliki berat badan dengan tingkat
i i i i i i i i i
12

obesitas berisiko 7,14 kali terkena penyakit DM jika dibandingkan


i i i i i i i i i i i i i

dengan orang yang berada pada berat badan ideal atau normal.
i i i i i

4. Tanda Dan Gejala Klinis Diabetes Mellitus

Tanda dan gejala klinis DM sebagai berikut (Ernawati, 2018) : i i i i i i i i i

a. Diabetes tipe-1 i i i i i

Selalu merasa haus dan mulut kering (polidipsia), sering buang


i i i i i i i i i

air kecil (poliuria), kekurangan tenaga, kelelahan, selalu merasa


i i i i i i i i i i i

lapar (polifagia), penurunan berat badan, penurunan daya i i i i i

penglihatan.i i

b. Diabetes tipe-2 i i i i i

Gejala diabetes tipe-2 mungkin sama dengan diabetes tipe-1


i i i i i i i i i i i i i

namun seringkali kurang dapat diketahui atau bisa juga tidak ada i i i i i i i i

gejala awal yang muncul dan pe nyakit ini terdiagnosis beberapa


i i i i i i i i i i

tahun setelah onsetnya atau saat komplikasi sudah ada. Berikut i i i i i i i

adalah gejala diabetes tipe-2: Selalu merasa haus (polidipsia), sering i i i i i i i i i i i i i

buang air kecil (poliuria), kelelahan, penyembuhan luka yang i i i i i i i i i

lambat dan sering infeksi, sering kesemutan atau mati rasa di tangan i i i i i i i i i i i

dan kaki, penglihatan kabur. i i i

c. Gestational Diabetes Mellitus (GDM)


i i i i i i i

Biasanya i gejala i hiperglikemia i i i i i yang berlebihan i i i selama i

kehamilan jarang terjadi dan mungkin sulit untuk diketahui, untuk


i i i i i i i i i

itu perlu dilakukan tes toleransi glukosa oral (OGTT) antara


i i i i i i
13

minggu ke- 24 dan 28 kehamilan, tetapi untuk perempuan yang


i i i i i i i i

berisiko tinggi bisa dilakukan skrining lebih awal.


i i i i i i i i i i i

Secara umum keluhan DM bisa dikategorikan sebagai berikut:


i i i i i i i i i i

a. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan


i i i i i i i i i i

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.


i i i i i

b. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan


i i i i i

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita


i i i i i i i i i

(Perkeni, 2019). i i i

5. Komplikasi Diabetes Mellitus

Berikut adalah komplikasi DM (International Diabetes Federation,


i i i i i i i i i i i i i

2021):

a. Diabetic Eye Disease (DED)


i i i i i i i i i

Penyakit mata diabetes (DED) terjadi secara langsung akibat


i i i i i i i i i i

kadar glukosa darah tinggi kronis yang menyebabkan kerusakan i i i i i i

kapiler retina, yang mengarah ke kebocoran dan penyumbatan


i i i i i i i i

kapiler. Akhirnya menyebabkan hilangnya penglihatan sampai


i i i i i i i i i

kebutaan. DED terdiri dari diabetic retinopathy (DR), diabetic


i i i i i i i i i i i i i i

macular edema (DME), katarak, glukoma, hilangnya kemampuan i i i i i

fokus mata atau penglihatan ganda. i i

b. Chronic Kidney Disease (CKD) i i i i i i

Diabetes adalah salah satu penyebab utama gagal ginjal,


i i i i i i

namun frekuensinya bervariasi antar populasi dan juga terkait dengan i i i i i i i i i i

tingkat keparahan dan lamanya penyakit. CKD pasien diabetes bisa


i i i i i i i i i i
14

disebabkan oleh nefropatik diabetik, polineuropati disfungsi kandung


i i i i i i i i i i i i i

kemih,i i peningkatan i i kejadian i i infeksi i i i kandung kemih i i atau

macrovascular angiopathy. i

c. Penyakit jantung
i i

Faktor risiko penyakit jantung pada penderita DM meliputi i i i i i i i i i i

merokok, tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi dan obesitas.


i i i i i i i i i i

Komplikasi yang bisa terjadi seperti angina, coronary artery diseases


i i i i i i i i i i i i i

(CADs), myocardial infarction, stroke, peripheral arteri disease i i i i i i i i i i i i

(PAD), gagal jantung.

d. Neuropati diabetic
i i i i i

Neuropati diabetic mungkin merupakan komplikasi DM yang


i i i i i i i i i

paling umum. Faktor risiko utama dari kondisi ini adalah tingkat dan
i i i i i i i i i

durasi peningkatan glukosa darah. Neuropati dapat menyebabkan


i i i i i i i

kehilangan fungsi otonom, motorik, dan sensorik pada tubuh.


i i i i i i

Neuropati diabetik dapat menyebabkan perasaan abnormal dan mati


i i i i i i i i i

rasa progresif pada kaku yang menyebabkan timbulnya ulkus karena i i i i i i

trauma eksternal atau tekanan internal tulang. Neuropati juga i i i i i i i

menyebabkan disfungsi ereksi, masalah saluran pencernaan dan


i i i i i i i i i

saluran kencing, serta disfungsi otonom jantung. i i i i i

e. Oral Health i

Penderita diabetes mengalami peningkatan risiko radang gusi


i i i i i i i i i i i i i

(periodontitis) atau hyperplasia gingiva jika glukosa darah tidak


i i i i i i i i i i

dikelola dengan benar. Kondisi mulut terkait diabetes lainnya


i i i i i i i i i i i i
15

termasuk pembusukan gigi, kandidiasis, gangguan neurosensorik


i i i i i i i i i i

(burning mouth syndrome), disfungsi saliva. i i i i i

6. Kriteria Diagnostic Diabetes Mellitus

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa


i i i i i i i

darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan i i i i i i i

glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah ve na. Sementara i i i i i i i i

itu pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan


i i i i i i i

pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer dan diagnosis


i i i i i i i i i i

tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria (Perke ni, 2019).
i i i i i i i

Kriteria diagnostic diabetes telah diperdebatkan dan diperbarui selama


i i i i i i i i i i i i i i i i

beberapa decade tetapi kriteria saat ini dari Organisasi Kesehatan Dunia
i i i i i i i i i i i i i i i i i

(WHO) menyatakan bahwa diabetes didiagnosis dengan mengamati i i i i i i i i i i

peningkatan kadar glukosa dalam darah. Lebih rincinya adalah sebagai


i i i i i i i i

berikut: i i

Tabel 2.1 Kriteria Diagnostik Diabetes Mellitus

Diabetes bisa didiagnosis jika satu Impaired Glucose Tolerance Impaired Fasting
atau lebih masuk dalam kriteria (IGT) bisa didiagnosis jika Glucose (IFG) bisa
berikut: kedua kriteria berikut didiagnosis jika kedua
terpenuhi kriteria
berikut terpenuhi
Glukosa plasma puasa ≥7 mmol/ L Glukosa plasma puasa <7 Glukosa plasma puasa
(126 mg/dl) mmol/L (126 mg/ dl) 6,1-6,9 mmol/L (110-125
mg/dl)
Glukosa plasma 2 jam ≥11,1 Glukosa plasma dua jam ≥7,8 Glukosa plasma dua jam
mmol/L (200 mg/dl) setelah Tes i i i <11,1 mmol/L (≥140 hingga i <7,8 mmol/L (140 mg/dl)
Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
i i <200 mg/dl) setelah Tes i i i setelah Tes Toleransi
i i i i i

dengan beban glukosa 75 gr


i i Toleransi Glukosa Oral (TTGO) i i Glukosa Oral (TTGO)
dengan beban glukosa 75 gr
i i dengan beban glukosa 75
i i

gr
Glukosa acak ≥11,1 mmol/L (200
mg/dl) atau HbA1c ≥48 mmol/mol
(setara hingga 6,5%)
i i

Sumber: (International Diabetes Federation (IDF), 2021)


i i i i i i i i i i i
16

Keterangan :
i i

a. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. i i i i i i

b. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu disertai dengan keluhan klasik:


i i i i i i i i i i

poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak


i i i i i i i i i i

dapat dijelaskan sebabnya. i i i

c. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang


i i i i i i i

terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program


i i i i i i i i i

(NGSP). Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi i i i i i i i i i i i i

standard NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi i i i i i i i i i

terhadap hasil pemeriksaan HbA1c. pada kondisi tertentu seperti:


i i i i i i i i i i i i

anemia, hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir,


i i i i i i i i i

kondisi-kondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi


i i i i i i i i i i i

ginjal maka HbA1c tidak dipakai sebagai alat diagnosis maupun


i i i i i i i i

evaluasi (Perkeni, 2019).


i i i i i

d. Cara pelaksanaan TTGO (Perke ni, 2019) : i i i i

1) Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan


i i i i i i i i i i i

karbohidrat yang cukup) dan melakukan kegiatan jasmani seperti i i i i i i i i

kebiasaan sehari-hari.
i i i i i

2) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari sebelum


i i i i i i i i i

pemeriksaan, minum air putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan.


i i i i i i i i i i

3) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.


i i i i

4) Diberikan glukosa 75 gr (orang dewasa), atau 1,75 gr/kgBB (anak-


i i i i

anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 i i i i


17

menit. i i

5) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk


i i i i i i i

pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai


i i i i i i i i i

6) Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban


i i i i i i

glukosa.

7) Selama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat


i i i i i i i i i i i i

dan tidak boleh merokok. i i i

7. Penatalaksanaan Diabetes mellitus

Tujuan penatalaksanan secara umum adalah meningkatkan i i i i

kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi:


i i i i i i i i i i

a. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki i i i i i i i i i

kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.


i i i i i i i i

b. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas i i i i i i

penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.


i i i i i i i

c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas i i i i i i

DM (Maulana & Muhsin, 2018). i

Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian i i i i i i i i i

glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui i i i i i i i

pengelolaan pasien secara komprehensif. Penatalaksanaan DM dimulai


i i i i i i i i i i i

dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan aktivitas
i i i i i i i i i i i i i

fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti


i i i i i i i i i i i

hiperglikemia secara oral dan atau suntikan. Obat anti hipeglikemia oral
i i i i i i i i i i i i i

dapat dibeikan sebagai terapi tunggal atau kombinasi. Pada keadaan


i i i i i i i i i i
18

emergensi
i i i i dengan i dekompensasi i i i metabolik i i berat, i misalnya: i

ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau
i i i i i i i i i

adanya ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan i i i i i i i i i

Sekunder atau Tersier (Marasabessy, 2020).


i i i i i i

Empat pilar penatalaksanaan pada penderita diabetes yaitu


i i i i i i i i i i

edukasi, terapi nutrisi medis, latihan jasmani, dan terapi farmakologis.


i i i i i i i i i i i i i

a. Edukasi i i

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu


i i i i i i i i

dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan


i i i i i i i i

bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistic.


i i i i i i i i i

Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi
i i i i i i i i i i i i i i i

edukasi tingkat lanjutan. Materi edukasi pada tingkat awal


i i i i i i i i

dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer yang meliputi: materi


i i i i i i i i i i i i

tentang perjalanan penyakit DM, penyulit DM dan risikonya,


i i i i i i i i

interaksi antara asupan makanan, aktivitas, dll. Materi edukasi pada


i i i i i i i i i

tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Sekunder atau


i i i i i i i i

Tersier yang meliputi: penatalaksanaan DM selama menderita


i i i i i i i i i i i

penyakit lain, pemeliharaan atau perawatan kaki, dll (Soegondo,


i i i i i i i i i

2019).

b. Terapi Nutrisi Medis (TNM) i i i i i i

Kunci i keberhasilan i i i TNM adalah keterlibatan i i i secara i

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan


i i i i i i i i i i i

yang lain serta pasien dan keluarganya). Guna mencapai sasaran i i i i i i i


19

terapi TNM sebaiknya diberikan sesuai dengan kebutuhan setiap


i i i i i i i i i i i i i

penyandang DM. Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM


i i i i i

hampir sama dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yai tu


i i i

makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan i i i i i i i

zat gizi masing- masing individu. Penyandang DM perlu diberikan


i i i i i i i i i i i i

penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis


i i i i i i i i i i i

dan jumlah kandungan kalori, terutama pada mereka yang i i i i

menggunakan obat yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi


i i i i i i i i i i

insulin itu sendiri (Marasabessy, 2020).


i i i i i i i

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari: karbohidrat i i i i i i i i

yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi terutama i i i i i i i

karbohidrat yang berserat tinggi, asupan lemak dianjurkan sekitari i i i i i i i i

20- 25% kebutuhan kalori, protein dibutuhkan sebesar 10-20% i i i i i i i

total asupan energi, anjuran asupan natrium untuk penyandang DM i i i i i

sama dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari, penyandang DM i i i i i i

dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan


i i i i i

sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, pemanis aman i i i i i i i i

digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily


i i i i i i i i i i

Intake/ ADI) (Bilous, 2021).


i i i i

c. Latihan jasmani i i

Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan


i i i i i i i i i

secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45


i i i i i i i i i

menit, dengan total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak
i i i i i i i i i i
20

lebih dari 2 hari berturut-turut. Dianjurkan untuk melakukan


i i i i i i i

pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. Apabila kadar


i i i i i i i i

glukosa darah <100 mg/dl pasien i i harus mengkonsumsi i i

karbohidrat terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk i i i i i i

menunda latihan jasmani. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-


i i i i i i i i i i i i

hari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan


i i i i i i i

untuk selalu aktif setiap hari. Latihan jasmani selain untuk menjaga i i i i i i i i i i

kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki


i i i i i i i

sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa


i i i i i i i i i i i i i i

darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang i i i i i i

bersifat aerobic dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung


i i i i i i i i i i

maksimal) seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan


i i i i i i i i i i

berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara


i i i i i i i

mengurangi angka 220 dengan usia pasien. Latihan jasmani


i i i i i i i i

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani


i i i i i i i i i

(Anani, 2017). i

d. Terapi farmakologis
i i i

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan


i i i i i i i i i

makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis i i i i i i i

terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat antihiperglikemia


i i i i i i i i i i i i

oral dibagi menjadi 5 golongan: pemacu sekresi insulin (insulin i i i i i i i i i i i i

Secretagogue;
i i i seperti i i i sulfonylurea i dan glinid), i i peningkat i i

sensitivitas terhadap insulin; seperti metformin dan tiazolidindion


i i i i i i i i i i i i i i i i
21

(TZD), penghambat Absorbsi Glukosa di saluran pencernaan; i i i i i

seperti i i i penghambat i alfa glukosidase, i i penghambat i DPP-IV i

(Dipeptidyl Peptidase-IV); seperti sitagliptin dan linagliptin,


i i i i i i i i i i i i i i i i

penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Co-transporte 2); seperti


i i i i i i i

canagliflozin dan empagliflozin (Waspadji, 2019).i i i i i i

8. Tujuan Terapi Diet DM

Tujuan dari terapi diet DM yang dilakukan adalah sebagai berikut:


i i i i i i i i i i

a. Memperbaiki kesehatan umum dari penderita DM


i i i i i i i i i i

b. Mengontrol berta badan untuk menuju normal dan ideal sesuai


i i i i i i i

perhitungan status gizi penderita


i i i i i i i

c. Mempertahankan glukosa darah dalam batas normal


i i

d. Menekan atau menunda timbulnya penyakit komplikasi seperti


i i i i i i i i i i i

penyakit pada jantung atau pembuluh darah otak, dan penyakit


i i i i i

ginjal
i

e. Memberikan modifikasi diet dan penentuan makan sesuai dengan


i i i i i i i i i i i i i

kondisi penderita yang disertai dengan penyakit lain, dan


i i i i i i i i i i i i

sebagainya.
i i

f. Menjadikan kehidupan sosial penderita DM sama dengan


i i i i i i i i i

kehidupan sosial orang lain yang hidup tanpa diabetes (Fatmawati


i i i i i i i i i

et al., 2020).
i

9. Syarat Diet DM

Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama


i i i i i

dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang


i i
22

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
i i i i i i i i i i

masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai


i i i i i i i i i i i i i i

pentingnya keteraturan 3J yaitu Jadwal makan, Jenis dan Jumlah


i i i i i i i

kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang i i i i i

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Almaini &
i i i i i i i i i i i i i i i i i

Heriyanto, 2019). Diet yang sehat sebagai berikut:


i i i i i i i i i

a. Memilih air, sebagai pengganti kopi, teh, juz buah, soda dan
i i i i i i i i i i

minuman manis lainnya.


i i i

b. Makan tiga kali sehari dengan makan sayuran dan buah setiap i i i i i i i

harinya. i

c. Memilih kacang, sepotong buah segar atau yogurt yang tidak manis
i i i i i i i

untuk camilan. i

d. Menghindari minum alcohol i i i i

e. Memilih daging yang mengandung sedikit lemak, daripada unggas


i i i i i i i i i i

atau seafood. i

f. Memilih mentega kacang daripada cokelat.


i i i i i i i

g. Memilih makan nasi merah daripada nasi putih.


i i i i i i i i

h. Memilih minyak rendah lemak daripada mentega, minyak hewani


i i i i i i i i i i i i

atau minyak kelapa (International Diabetes Federation, 2021).


i i i i i i i i i i i

10. Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan Tidak Dianjurkan

Dalam menjalankan diet DM, pengetahuan tentang jenis bahan i i i i i i i i

makanan yang boleh maupun yang tidak boleh sangat diperlukan guna i i i i i

mencapai kesehatan yang optimal pada penderita DM.


i i i i i i i i
23

a. Bahan makanan yang dianjurkan; i

1) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mie, kentang,


i i i i i i i i i i i

singkong, ubi, dan sagu.


i i

2) Sumber protein rendah lemak, seperti ikan, ayam tanpa kulit,


i i i i i i i i i i

susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.


i i i

3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas, yaitu bentuk makanan


i i i i i

yang mudah dicerna, dan terutama diolah dengan cara dikukus, i i i i i i

direbus, dan dipanggang.


i i i

b. Bahan makanan yang tidak dianjurkan sebaiknya dibatasi/ dihindari i i i i i i i i i

1) Mengandung banyak gula sederhana seperti gula pasir, gula


i i i i i i i

jawa, gula sirup, selai, jeli, buah-buahan yang diawetkan i i i i i i i

dengan gula, susu kental manis, soft drink, es krim, kue-kue


i i i i i i i i

manis, dan sebagainya. i i i

2) Mengandung banyak lemak seperti makanan siap saji, daging


i i i i i i i i

dengan lemak, goring-gorengan, dan lain-lain.


i i i i i i

3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin,


i i i i i i i i i

makanan yang diawetkan (Almatsier, 2019). i i i i

11. Pedoman Diet DM Dengan 3J (Jadwal, Jenis, Jumlah)

Prinsip pengaturan makan bagi penderita diabetes adalah


i i i i i i i i i i

prinsip 3J, yaitu jadwal, jenis, dan jumlah, dalam arti pendrita diabetes
i i i i i i i i i i i

harus mengatur jadwal makan, mengatur jenis sumber energi, dan


i i i i i i i i

mengatur jumlah kebutuhan energi.


i i i i i
24

a. Jadwal

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori dan


i i i i i

komposisi yang terhitung, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan


i i i i i i i i

pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
i i i i i

makanan ringan (10-15%) diantaranya (Perkeni, 2019). i i i i i

b. Jenis i i

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari: karbohidrat i i i i i i i i

yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi terutama


i i i i i i i

karbohidrat yang berserat tinggi, asupan lemak dianjurkan sekitar 20-


i i i i i i i i i

25% kebutuhan kalori, protein dibutuhkan sebesar 10-20% total


i i i i i i i

asupan energi, anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama


i i i i i

dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari, penyandang DM


i i i i i i

dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah dan


i i i i i

sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat, pemanis aman i i i i i i i i

digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily


i i i i i i i i i i

Intake/ ADI) (Perkeni, 2019).


i i i i i i

c. Jumlah

Jumlah makanan yang dikonsumsi oleh penderita diabetes i i i i i i i i i

harus sesuai dengan kebutuhan energy hariannya. Kelebihan asupan


i i i i i i i i i i

energy secara berangsur-angsur dapat menyebabkan kegemukan, dan


i i i i i i i i

kekurangan asupan energy secara berangsur-angsur juga dapat


i i i i i

menurunkan berat badan pada penderita diabetes. Besarnya


i i i i i i i i i

kebutuhan energy bagi penderita diabetes dapat dihitung setelah


i i i i i i i i i i i i i i
25

diketahui Berat Badan Ideal (BBI) dan indeks masa tubuhnya,


i i i i i i i i i

(Perkeni, 2019) :
i i i

1) Penentuan Berat Badan Ideal (BBI) menggunakan rumus Broca


i i i i i i i

yang dimodifikasi: i i i i

a) Berat badan ideal= 90% x (TB dalam cm-100) x 1 kg


i i i

b) Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita


i i i i i i i

di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:


i i i i i i i

Berat Badan Ideal (BBI) = (TB dalam cm-100) x 1 kg


i i i i

BB Normal: BB ideal ±10% i i

Kurus: kurang dari BBI -10% i i

Gemuk: lebih dari BBI +10% i i i i i

2) Indeks Massa Tubuh (IMT)


i i i

Indeks Massa Tubuh dapat dihitung dengan rumus:


i i i i i

IMT= BB (kg)/ TB (m2)


i

Klasifikasi IMT: i i i i

a) BB kurang <18,5

b) BB Normal 18,5-22,9

c) BB Lebih ≥23,0 = i i

(1) Dengan risiko 23-24,9 i i i

(2) Obes I 25-29,9 i i

(3) Obes II ≥30 (Perkeni, 2019). i i i i i i

12. Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebutuhan Kalori

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori (Perkeni, 2019) : i i i i i i i


26

a. Jenis kelamin
i i i i

Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar 25


i i i i i i i i

kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB i i i i

b. Umur

1) Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5%


i i i i i i i i

untuk setiap decade antara 40 dan 59 tahun. i i i i

2) Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%. i i i i i i

3) Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%. i i i i i i i

c. Aktivitas fisik atau pekerjaan


i i i i i i

1) Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas


i i i i i i i i i

aktivitas fisik. i i i i

2) Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan


i i i i i i i

pada keadaab istirahat. i i i

3) Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan aktivitas


i i i i i i i

ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga.


i i i i

4) Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang: pegawai


i i i i i i i

industry ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang.


i i i i i i i i i

5) Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh,


i i i i i i i

atlet, militer dalam keadaan latihan.


i i i i i i

6) Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat: tukang


i i i i i

becak, tukang gali.


i i

d. Stres Metabolik
i i i

Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya stres metabolik


i i i i i i i
27

(sepsis, operasi, trauma).


i i i i

e. Berat Badan i

1) Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi


i i i i i i

sekitar 20-30% tergantung kepada tingkat kegemukan.


i i i i i i i

2) Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20-


i i i i i i

30% sesuai kebutuhan untuk meningkatkan BB. i i i i i

3) Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kal i i i i i i i i

perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk pria.


i i i i i i

C. Konsep Self Management

1. Pengertian Self Management

Self-management (pengelolaan diri) adalah prosedur pengaturan


i i i i i i i i i

perilaku oleh individu sendiri. Pada strategi ini, individu terlibat pada
i i i i i i i i i i i i i i i i i i

beberapa atau keseluruhan komponen dasar yaitu: menentukan perilaku


i i i i i i i i i i

sasaran, memonitor perilaku tersebut, memilih prosedur yang akan i i i i i i i i i i

diterapkan, melaksanakan prosedur tersebut, dan mengevaluasi efektifitas


i i i i i i i i i i i i i

prosedur tersebut (Isnaini, 2018).


i i i i i i

Self management adalah suatu perilaku terampil, menekankan pada


i i i i i i i i i

peran, serta tanggung jawan individu dalam pengelolaan penyakitnya


i i i i i i i i i

sendiri. Proses ini biasanya difasilitasi oleh tenaga kesehatan yang


i i i i i i i i i i i i i i i

sudah terlatih dalam menangani program terkait self management,


i i i i i i i i i

dukungan keluarga merupakan bagian terpenting dari terlaksananya i i i i i i i i

program (Isomah, 2018). i


28

2. Teori self management Diabetes Melitus

Self Management DM adalah suatu cara yang dilakukan kepada


i i i i i

seseorang yang menderita penyakit kronis DM. Untuk dapat melakukan


i i i i i i i i i

self menagement orang harus mempunyai sumber daya pribadi dan


i i i i i i i i i

lingkungan yang cukup seperti pengetahuan, dukungan sosial, kondisi


i i i i i i i i i

ekonomi yang stabil, kepercayaan atau self efficacy dan self care agency.
i i i i i i i i i i i

Diabetes knowledge, self care agency, dan self efficacy merupakan


i i i i i i i i i i i i

faktor internal pada manajemen diri DM yang berhubungan langsung i i i i i i i

terhadap kontrol glikemik, sedangkan social support dan sosial ekonomi


i i i i i i i i i

(financial) merupakan faktor eksternal manajemen diri DM (Damayanti,


i i i i i i i i i i

2018). Kalau seseorang sudah mempunyai faktor-faktor tersebut diatas i i i i i i i

maka orang akan mulai bekerja untuk self management DM sehingga i i i i i i i i

mereka dapat mencapai kesehatan yang diinginkan. Tujuan dari self


i i i i i i i i i i i

management Diabetes Melitus adalah untuk memelihara glukosa normal i i i i i i i i i i

dan kemampuan pasien untuk melakukan pertolongan pada diri sendiri i i i i i i i i i i

yang meliputi diet, latihan, monitoring glukosa dan penggunaan OHO i i i i i i i i i

atau insulin. i i

3. Instrumen Self Management

Instumen self management merupakan alat ukur yang digunakan untuk


i i i i i i i

penilaian self management yaitu dengan menggunakan kuesioner DSMQ


i i i i i i i i i i i i

(Diabetes Self Management Questionnaire) yang dikembangkan oleh


i i i i i i i i i i i i i

Schmitt, et.al 2018. Unsur yang dinilai antara lain self management pada
i i i i i i i i i

pasien diabetes mellitus. Pada kuesioner ini terdiri dari 16 pertanyaan.


i i i i i i i i i i i i i i i i i
29

Kueisioner ini dikembangkan, berdasarkan pertimbangan teoritis dan


i i i i i i i i i i i i i i

proses perbaikan empiris. Kueisioner ini dikembangkan, berdasarkan


i i i i i i i i i i i i i i i

pertimbangan teoritis dan proses perbaikan empiris. Terdapat 4 subskala,


i i i i i i i i i i i i

subskala dalam masing-masing i i skala pada self management akan i i i

dijelaskan dalam tabel, sebagai berikut:


i i i i i i i

Tabel 2.2 Kuisioner Self Management

No Sub Skala Item Total


1 Manajemen Glukosa (GM) i i 1,4,6,10,12 5
2 Kontrol Diet (DC) i i 2,5,9,13 4
3 Aktivitas Fisik (PA) i i i i 8,11,15 3
4 Penggunaan Perawatan
i i 3,7,14,16 3
Kesehatan (HU) i i

4. Faktor Yang Mempengaruhi Self Management

Kemampuan seseorang dalam melakukan self management tentu


i i i i i i i i

didasari oleh kemampuan dalam self management. Agar kemampuan self


i i i i i i i i i

management pasien dapat tumbuh dan berkembang dalam diri pasien i i i i i i i i i i

DM, maka ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam rangka i i i

meningkatkan self management, Dengan melakukan langkah-langkah


i i i i i i i

tersebut diatas diharapkan dapat terbentuk self management dengan baik.


i i i i i i i i i i i

Self care management dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yaitu


i i i i i i i i i i i

diabetes Tingkat Pengetahuan (knowledge), Efikasi Diri (self efficacy),


i i i i i i i i i i i i i i i i

Kemampuan Aktivitas (self care agency), Dukungan Keluarga (social


i i i i i i i i

support), dan sosial ekonomi (finansial). Diabetes knowledge, self care i i i i i i i i i i i i

agency, dan self efficacy merupakan faktor internal pada manajemen diri
i i i i i i i i i i i

DM yang berhubungan langsung terhadap kontrol glikemik, sedangkan i i i i i i

social support dan sosial ekonomi (financial) merupakan faktor eksternal


i i i i i i i i i
30

manajemen diri DM (Damayanti, 2018). Menurut penelitian Gao (2018)


i i i i i i i i i i

didapatkan hasil perawatan mandiri (self care agency) dan efikasi diri
i i i i i i i i i i i i i

memiliki efek langsung pada kontrol glikemik yang merupakan


i i i i i i i i i i

manajemen diri DM. Pendidikan diabetes (Diabetes Knowledge), dan


i i i i i i i i i i i i i i i

perawatan mandiri (self-care agency) berdampak pada tingkat HbA1c


i i i i i i i i

(glikemic control) pada pasien diabetes. Faktor yang mempengaruhi Self


i i i i i i i i i i i i

Management DM antara lain : (Shao, 2017)


i i i

a. Diabetes knowledge (Pengetahuan DM)


i i i i i i i

1) Konsep Tingkat Pengetahuan DM i i i i

Pengetahuan didefinisikan sebagai hasil penginderaan manusia atau


i i i i i i i i i i i i i i

hasil tau seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya


i i i i i i i i i i i i i

(Mata, hidung, i telinga i i dan sebagainya). i i Sebagian i i besar i

pengetahuan seseorang didapatkan melalui indera penglihatan


i i i i i i i i i i i

(Mata), dan indera pendengar (Telinga), Namun pengetahuan i i i i i i i i

seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas atau tingkatan


i i i i i i i i i i

yang berbeda-beda. Diabetes Knowledge pada pasien dengan i i i i i i i i i i i

diabetes tentang manajemen diri juga sangat penting dalam


i i i i i i i i i i

mengontrol kadar gula darah (Kurniawan, 2018).


i i

2) Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien DM i i i i i i i i

a) Pendidikan i i i

b) Umur

c) Ketersediaan informasi, i i i i i i

d) Kejelasan informasi, komunikasi dokter/petugas kesehatan. i i i i i i i i i i


31

e) Sosisal Budaya i

f) Lingkungan i

Dengan pengetahuan dan pendidikan kesehatan akan dapat


i i i i i i i i

dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi dan penyulit DM


i i i i i i i i i i

serta dapat meningkatkan kemampuan pasien dalam perawatan diri


i i i i i i i i i

sendiri. Dalam konsep self care management diabetes, yang


i i i i i i i i i i i

dimaksud i diabetes knowledge adalah pengetahuan individu


i i i i i i i i i i

tentang penyakitnya yaitu pengetahuan tentang diet DM, exercise,


i i i i i i i i i i i i i

monitor glukosa darah, pengobatan OHO atau penggunaan insulin.


i i i i i

Pengetahuan DM merupakan jalan bagi seseorang dalam


i i i i i i

mengevaluasi dirinya sendiri dan untuk melakukan intervensi yang


i i i i i i i i i i i i i

dibutuhkan dan i pencegahannya i i atau mencegah terjadinya i i i i

komplikasi jangka panjang akibat Diabetes Melitus. i i i i i i i i

3) Instrumen Tingkat Pengetahuan


i i i i i

Instrumen
i i Tingkat i pengetahuan i i DM digunakan i untuk

mengetahui tingat pengetahuan pada pasien DM Tipe 2 dengan


i i i i i i i i i i i

instrumen DKT (Diabetes Knowledge Test) yang berisi 20


i i i i i i i i i i i

pertanyaan, dengan bentuk soal benar atau salah. Pengetahuan


i i i i i i

adalah tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan perawatan i i i i i i i i i

DM. Terdapat 7 subskala, subskala dalam masing- masing skala i i i

pada Tingkat Pengetahuan akan dijelaskan pada tabel berikut: i i i i i i i i


32

Tabel 2.3 Kuisioner Tingkat Pengetahuan

No Subkala Item Total


1 Tanda Gejala DM i 1,6,11,14 4
2 Pola Diet i i 2,15,16 3
3 Latihan Jasmani i i 3,17,18 3
4 Monitoring i i 8,19 2
5 Komplikasi i i 5,10,12 3
6 Pengobatan i 4,7 2
7 Perawatan Sehari-Hari
i i i i 9,13 Dan 20 3

D. Stres

1. Definisi Stres

Ada beberapa pembahasan tentang stres diantaranya :


i i i i i i

a. Stres i dapat didefinisikan i i i i i sebagai i i situasi i i yang cenderung


i i

mengganggu i keseimbangan i i i antara makhluk hidup i dan

lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak situasi stres


i i i i i i i i i

seperti stres tekanan kerja, pemeriksaan, stres psikososial dan stres


i i i i i i i i i i i i i

fisik akibat trauma, operasi dan berbagai gangguan kesehatan


i i i i i i i i i

(Ermawati., 2020). i i

b. Stres yang ada saat ini adalah sebuah atribut kehidupan modern. Hal
i i i i i i i i

ini dikarenakan stres sudah menjadi bagian hidup yang tidak bisa
i i i i i i i i i i i

terelakkan. Baik di lingkungan sekolah, kerja, keluarga, atau


i i i i i i i i

dimanapun, stres bisa dialami oleh seseorang. Stres juga bisa


i i i i i i i i i i

menimpa siapapun termasuk anak-anak, remaja, dewasa, atau yang


i i i i i i

sudah lanjut usia. Dengan kata lain, stres pasti terjadi pada siapapun i i i i i i i i

dan dimanapun. Yang menjadi masalah adalah apabila stres itu i i i i i i

banyak dialami i i oleh i seseorang, i i maka dampaknya adalah

membahayakan kondisi fisik dan mentalnya (Reetu., 2021).


i i i i i i i i
33

2. Sumber Stres / Stresor

Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan, di


i i i i i i i i

antaranya adalah lingkungan fisik, seperti : populasi udara, kebisingan i i i i i i i i i i

dan lingkungan kontak social yang bervariasi serta kompitisi hidup yang
i i i i i i i i i i

tinggi. Selain itu, sumber stres yang lain meliputi hal-hal berikut
i i i i i i i i i i i i i

(Asikin, 2018):
i i

a. Dalam Diri Individu seseorang i i i i i i i

Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan
i i i i i

umur individu, selain itu stres juga akan muncul dalam dalam diri
i i i i i i i i i

seseorang melalui dorongan-dorongan yang saling berlawanan.


i i i i i i

Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik yaitu sebagai


i i i i i i i i i i i i i

berikut : i i

1) Konflik pendekatan-pendekatan (approach-avoidance). Yaitu i i i i i i i i

kondisi yang mengharuskan individu mengambil keputusan


i i i i i i i i i

antara 2 hal tetapi individu mengalami ketakutan untuk i i i i i i i i

menentukan keputusannya karena akibat yang di timbulkan.


i i i i i i i

2) Konflik pendekatan ganda (approach-aprpoach), yaitu kondisi i i i i i i

yang mengharuskan individu memilih satu hal walaupun kedua- i i i i i i i i

duanya sangat di senangi, sikap berlebihan dalam mencapai cita- i i i i i i i i i i

cita dan mematuhi norma- norma yang di anut. Tekanan dari


i i i i i i

luar berupa tuntutan dari lingkungan. i i i

3) Konflik penolakan ganda (avoidance-avoidance), yaitu kondisi i i i i i i i i i

yang mengharuskan individu memilih salah satu dan kedua hal i i i i i i i i


34

tersebut tidak disenangi.


i i i i i i

b. Dalam keluarga i

Stres yang muncul dapat bersumber dari interaksi diantara para


i i i i i i i i

anggota keluarga, yaitu hubungan antara anggota keluarga serta


i i i i

segala permasalahan yang di hadapi, antara orang tua dan anak, adi k
i i i i i

dan kakak, hal tersebut yang dapat memicu timbulnya stres : i i i i i i

1) Dalam komunitas dan lingkungan i i

Interaksi individu di luar lingkungan keluarga dapat menjadi


i i i i i i i i i i i

sumber stres, baik interaksi antara teman sebaya maupun


i i i i i i i i

dengan orang yang lebih tua. Keadaan stres dapat pula


i i i i i

bersumber pada hal berikut :


i i i i

a) Frustasi i

Frustasi timbul bila ada hambatan dalam mencapai tujuan i i i i i

individu. Frustasi dapat berasal dari luar seperti bencana


i i i i i i i i i i

alam, kecelakaan dan kegagalan dalam usaha sehingga i i i i i

penilaian diri menjadi buruk karena kebutuhan rasa harga diri


i i i i i i i i i i i

kurang terpenuhi. i i i

b) Konflik i

Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling


i i i i i i i i i i i

berbenturan, di mana masing-masing perilaku tersebut butuh


i i i i i i i i i

untuk diekspresikan atau malah saling memberatkan. i i i i i i i


35

c) Tekanan (strain) i i

Tekanan dapat menimbulkan masalah penyesuaian baik


i i i i i i i

tekanan kecil yang terjadi sehari-hari. Tekanan dapat berasal


i i i i i i i i i i

dari dalam berupa sikap berlebihan dalam mencapai cita-cita


i i i i i i i i i i

dan mematuhi norma-norma yang di anut tekanan dari luar i i i i i

berupa i tuntunan dari i lingkungan


i untuk menentukan i i

keputusan. i

2) Dampak Stres i

Stres dapat berpengaruh pada kesehatan dengan dua cara.


i i i i i i

Pertama, perubahan yang diakibatkan oleh stres secra langsung


i i i i i i i

mempengaruhi fisik sistem tubuh yang dapat mempengaruhi


i i i i i i i i i i

kesehatan. Kedua, secara tidak langsung stres mempengaruhi


i i i i i i i i i

perilaku individu sehinggga menyebabkan timbulnya penyakit


i i i i i i i i i i i i

atau memperburuk kondisi yang sudah ada (Nasriati, 2018). i i i i i i

Kondisi dari stres memiliki dua aspek: fisik/biologis i i i i i i i i i i i i i

(melibatkan materi atau tantangan yang menggunakan fisik) dan


i i i i i i i

psikologis (melibatkan bagaimana individu memandang situasi


i i i i i i i i i i i

dalam hidup mereka) yaitu : i i i i

a) Aspek Biologis i i i

Ada beberapa gejala fisik yang dirasakan ketika seseorang i i i i i i i i i i

sedang mengalami stres, diantaranya adalah sakit kepala yang


i i i i i i i

berlebihan, i i i tidur i menjadi i i tidak i nyenyak, i gangguan

pencernaan, hilangnya nafsu makan.


i i i
36

b) Aspek Psikologis i i i

Ada 3 gejala psikologis yang dirasakan ketika seseorang i i i i i i i i

sedang mengalami stres. Ketika gejala tersebut adalah gejala


i i i i i i i i i i

kognisi, gejala emosi, dan gejala tingkah laku (Nasriati, i i i i i i i i i

2018).

3. Mekanisme Terjadinya Stres

Stres baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu.


i i i i i i i i i

Artinya kita baru bisa mengalami stres manakala kita mempersepsi


i i i i i i i i i i i

tekanan dari stresor melebihi daya tahan yang kita punya untuk
i i i i i i i i

menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita memandangkan diri kita


i i i i i i i i i i i i

masih bisa menahankan tekanan tersebut (yang kita persepsi lebih ringan
i i i i i i i i i i i i i

dari kemampuan kita menahannya) maka cekaman stres belum nyata.


i i i i i i i

Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (baik dari


i i i i i i i i i i

stresor yang sama atau dari stresor yang lain secara bersaman) maka
i i i i i i

cekaman menjadi nyata, kita kewalahan dan merasakan. Ada 3 faktor-


i i i i i i

faktor yang mempengaruhi stres yaitu : i i i i i

a. Faktor-faktor lingkungan i

Yang termasuk dalam stresor lingkungan di sini yaitu:


i i i i i i i

1) Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan


i i i i i i i i i

itu memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-


i i i i i i i i i i i i i i

masing i individu
i i i sesuai i i pemahaman i kelompok i dalam

masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat i i i i i

individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan


i i i i i i i i i i i i
37

pandangan masyarakat di lingkungan tersebut. i i i i

2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang i i i i i

sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat


i i i i i i i i i

akan kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang i i i i i i

dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu


i i i i i i i i i i

tersebut. i i

3) Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),


i i i i i i i i i

tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman i i i i i

membuat sebagian individu berlomba untuk menjadi yang


i i i i i i i i i

pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan te rsebut juga


i i i i

terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.


i i i i i i i i i

b. Diri sendiri, terdiri dari :


i i i i i i i i i

1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang


i i i i i i i i

ingin dicapai
i i i i

2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus- i i i i i i i i i i i

menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan


i i i i i i i i i i i

perkembangan.
i i

c. Pikiran
i i

1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan


i i i i i i i i i i i

pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.


i i i i i i i i

2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian


i i i i i i i i i i i i

yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan i i i i i i i

(Musradinur., 2017). i
38

4. Tahapan Stres

Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari,


i i i i i i i i i i i i i

karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat. Dan


i i i i i

mengganggu fungsi kehidupannya sehari-hari bahwa tahapan stres dibagi


i i i i i i i i i i

sebagai berikut :
i i i i

a. Stres tahap I (pertama) i i i

Merupakan tahapan stres yang paling ringan dan biasanya disertai


i i i i i i i i

perasaan-perasaan semangat bekerja yang besar dan berlebihan (over


i i i i i i i i i i

acting), merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya


i i i i i i i i i i i i

tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki dan rasa gugup yang i i i i i i i i

berlebihan, penglihatan menjadi tajam tidak sebagaimana mestinya.


i i i i i i i i i i i i

b. Stres tahap II (kedua) i i i i

Dalam tahap ini dampak stres yang semula menyenangkan mulai i i i i i i i

menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena


i i i i i i i i

cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan-keluhan i i i i i i i i i

yang sering dikemukakan oleh orang yang berada pada stres tahap II
i i i i i i i i i

adalah merasa letih waktu bangun pagi yang seharusnya merasa i i i i i i

segar, merasa lekas capek pada saat menjelang sore, merasa mudah
i i i i i i i i

lelah setelah makan, tidak dapat rileks (santai), lambung atau perut
i i i i i i i i

tidak nyaman, detakan jantung lebih keras dan berdebar-debar, otot


i i i i i i i i

tengkuk dan punggung tegang.


i i
39

c. Stres tahap III (ke tiga) i i i i i i

Bila seseorang tetap memaksakan diri dan tidak menghiraukan


i i i i i i i i i i

keluhan-keluhan yang dirasakan maka yang bersangkutan akan


i i i i

menunjukkan i keluhan-keluhan i i yang semakin i i nyata dan

mengganggu, yaitu gangguan lambung, dan usus semakin nyata


i i i i

(misalnya keluhan maag, buang air besar tidak teratur), ketegangan


i i i i i i i i

otot semakin terasa, perasaan ketidak tenangan dan ketegangan i i i i i i i i i

emosional semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia),


i i i i i i i i i

koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa maui i i i i

pingsan). Pada tahapan ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada


i i i i i i i

dokter untuk memperoleh terapi, atau bisa juga beban stres


i i i i i i i i i

hendaknya dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk


i i i i i i i i

beristirahat guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.


i i i i i i i i i i i i i

d. Stres tahap IV (ke empat) i i i i

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter


i i i i i i i i i i

sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas, oleh


i i i i i i i i i i

dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-


i i i i i i i i i i

kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang
i i i i i i i i i

bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal


i i i i i i i i i

istirahat, maka gejala stres tahap IV akan muncul : tidak mampu


i i i i i i

untuk bekerja sepanjang hari (loyo), aktifitas pekerjaan terasa sulit i i i i i i i i i i

dan membosankan, respon tidak adekuat, kegiatan rutin terganggu, i i i i i i i i

gangguan pola tidur disertai mimpi- mimpi yang menegangkan, i i i i i i i i i i


40

sering menolak ajakan karena tidak semangat dan tidak bergairah,


i i i i i i i i i

konsentrasi dan daya ingat menurun, timbul ketakutan dan i i i i i i

kecemasan. i i

e. Stres tahap V (ke lima) i i i

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang akan jatuh dalam stres tahap
i i i i i i

V yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental yang semakin i i i i i i i i i i

mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari


i i i i i i i i i i i i

yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan semakin i i i i i i i i i

berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin


i i i i i i i i

meningkat, bingung dan panik.i i i i

f. Stres tahap VI (ke enam) i i i i

Tahapan ini merupakan tahapan klimaks, seseorang mengalami i i i i i i i i

serangan panic dan perasaan takut mati. Tidak jarang orang yang
i i i i i

mengalami stres tahap ini berulang kali dibawa ke IGD bahkan ke


i i i i i i i i i i i

ICCU
i meskipun i i pada akhirnya i dipulangkan i karena i tidak i

ditemukan kelainan-kelainan fisik organ tubuh. Gambaran stres


i i i i i i i i i

tahap VI ini adalah debaran jantung teramat keras, sesak nafas, i i i i i i i

badan gemetar dingin dan berkeringat, loyo dan pingsan (kolaps) i i i i i i i i

(Putri, 2019). i

5. Strategi mengurangi stres pada pasien

Ada beberapa strategi untuk mengurangi stres yaitu:


i i i i i i i i

a. Beri kesempatan pasien untuk mempertahankan identitas.


i i i i i i i i i i i

b. Berikan informasi yang dibutuhkan oleh pasien. Stres yang dialami


i i i i i i i i i i i
41

oleh pasien sering disebabkan kurangnya informasi yang diterima oleh


i i i i i i i i i i i i i

pasien. i i

c. Berikan kesempatan pada pasien untuk dapat mengungkapkan


i i i i i i i

perasaan dan fikirannya.


i i i

d. Beri reinforcement tentang aspek positif yang dapat dilakukan oleh


i i i i i i i i i i i i

pasien. i i

e. Rencanakan kunjungan dengan pasien lain yang mempunyai masalah


i i i i i i i

yang sama. Hal ini dapat dilakukan agar pasien dapat saling tukar i i i i i i

informasi dan berbagai pengalaman dalam upayanya menurunkan


i i i i i i

stres (Putri, 2019).i i

6. Alat Ukur Tingkat Stres

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat stres yaitu dengan i i i i i i

menggunakan kuesioner DASS (Depression Anxiety Stres Scale). Unsur


i i i i i i i i i i i

yang dinilai antara lain skala stres. Pada kuesioner ini terdiri dari 14
i i i i i i i i i i i i i i

pertanyaan. Penilaian dapat diberikan dengan menggunakan 0: Tidak


i i i i i i i i i i

pernah, 1: Kadang- kadang, 2: Sering, 3: Hampir setiap saat. Untuk


i i i i i i

penilaian tingkat stres dengan ketentuan sebagai berikut:


i i i i i i i i i i i i

Normal : 0-14

Ringan : 15-18
i

Sedang : 19-25
i

Berat : 26-33
i

Sangat berat : >34 i


42

E. Kerangka Teori

Diabetes Mellitus

Pilar Pelaksanaan

Edukasi Terapi nutrisi medis Latihan fisik Farmakologis

Tingkat Pengetahuan

Pemahaman terhadap
informasi - Status
glikemik
Manajemen diri baik terkontrol
Sikap pasien - Komplikasi
minimal

Manajemen diri DM : Anjuran diet DM


1. Diet berdasarkan 3J
2. Latihan fisik (Jadwal, Jenis,
3. Medikasi Jumlah)
4. Monitoring gula Timbul
darah perasaan jenuh,
5. Perawatan kaki Manajemen diri buruk bosan dan
kesulitan dalam
mengikuti
anjuran diet

Stress

- Status
glikemik
terkontrol
- Komplikasi
Bagan 2.1 Kerangka Teori (Bilous, 2021))(Amanda et al., 2020)
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan yang telah menghubungkan


i i i i

secara teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu, antara variabel


i i i i i i i i i i i i i i i

independen dengan variabel dependen yang akan diamati atau diukur melalui
i i i i i i i i i i i i i i i

penelitian yang akan dilaksanakan (Hardani, 2017). Dalam penelitian ini


i i i i i i i i i i i i

sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Peneliti membahas tentang


i i i i i i i i i i i i i i

Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Self Management Diabetes Dengan i i i i i i i i i i

Tingkat Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet


i i i i i i i i i i i i i

Variabel Independen Variabel Dependen


Tingkat Pengetahuan Tingkat stress
dan Self Management
Diabetes

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

1. Variabel Penelitian i i i i i i

Variabel adalah objek penelitian atau media terfokus dari dalam suatu
i i i i i i i i i i i

penelitian yang berbentuk abstrak maupun real (Anjani et al., 2021).


i i i i i i i i i

Variabel mengandung pengertian ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki


i i i i i i i i i i i i i

seseorang atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda atau penciri antara
i i i i i i i i i i

yang satu dengan yang lainnya (Hardani, 2017). Dalam penelitian ini i i i i i i i i i

terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel


i i i i i i i i i i i i i

terikat (dependen).
i i i i i

43
44

a. Variabel Bebas (Variabel Independent) adalah variabel yang dapat i i i i i i i i i i i

mempengaruhi variabel lain apabila variabel independen berubah


i i i i i i i i i i i i i i

maka dapat menyebabkan variabel lain berubah. Nama lain dari i i i i i i i i

variabel independen atau variabel bebas adalah predictor, resiko,


i i i i i i i i i i i i i

determinan, kuasa. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel


i i i i i i i i i i i i i

independent adalah tingkat pengetahuan dan self management


i i i i i i i i i i

diabetes i i i

b. Variabel Terikat (Variabel Dependent) adalah variabel dipengaruhi i i i i i i i i i i i i i i

oleh variabel independen, artinya variabel dependen berubah karena


i i i i i i i i i i i i i i i

disebabkan oleh perubahan pada variabel independen. Dalam


i i i i i i i i i i

penelitian ini yang menjadi variabel dependent adalah tingkat stress


i i i i i i i i i i i i i i i

B. Hipotesa Penelitian

Ha1 : Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress Pasien i i i i i i i i

Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet


i i i i i i i i i

Ho1 : Tidak Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress


i i i i i i i

Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet


i i i i i i i i i i i

Ha2 : Ada Hubungan Self Management Diabetes Dengan Tingkat Stress i i i i i i i i i

Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet


i i i i i i i i i i i

Ho2 : Tidak Ada Hubungan Self Management Diabetes Dengan Tingkat


i i i i i i i i i

Stress Pasien Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet


i i i i i i i i i i i i

C. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah


i i i i i i i i i i i i i

penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian cross


i i i i i i i i i i i i i i i
45

sectional merupakan jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran


i i i i i i i i i i i i

atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada i i i i i i i i i i i i

suatu saat. Variabel dinilai secara simultan pada satu saat, jadi tidak ada i i i i i i i i i

tindak lanjut (Anjani et al., 2021). Dalam penelitian ini peneliti menganalisis
i i i i i i i i i i i i i i i i

hubungan antara variabel tingkat pengetahuan dan self management diabetes i i i i i i i i i i i

dengan tingkat stres menjalani diet penderita DM.


i i i i i i i i i i

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2023 Di RS Permata Medika


i i i i i i i i i i

Semarang. i

E. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi i

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau suatu i i i i i i i i i i

subyek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang


i i i i i i i i i

ditetapkan
i i oleh i peneliti i i i i untuk dipelajari i i i dan kemudian i i ditarik i i

kesimpulannya (Anjani et al., 2021). Populasi yang digunakan dalam


i i i i i i

penelitian ini didapatkan data pasien di Ruang Arimbi dan DK pada bulan
i i i i i i i i i i i i

Juli 2023 sejumlah 46 pasien.diruangan Arimbi dan Dewi Khunti


i i i i i i i i i i

2. Sampel i

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki i i i i i i i i i i i

oleh populasi. Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang


i i i i i i i i i

dimiliki oleh populasi yang digunakan untuk penelitian. sampel yang di


i i i i i i i i i i i i i

ambil dari populasi harus betul-betul mewakili dan harus valid, yaitu bisa
i i i i i i i i i i i
46

mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Penentuan jumlah sampel


i i i i i i i

menggunakan Rumus Slovin, sebagai berikut (Dahlan, 2020) :


i i i i i i

n : N1+N.e2 i

Keterangan :
i i

n : Ukuran Sampel i

N : Ukuran Populasi sampel i i

e :
i Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan (0,05)
i i i i i i i i

n = 46(1+46(0,05.0,05))

n = 46(1+46(0,0025))

n = 46(1,115)

n = 41,25

n = 41 orang

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, sampel didapatkan berjumlah 41


i i i i i i i i i

responden. Pengambilan sampel mengacu pada kriteria yang ditentukan


i i i i i i i i i i i

oleh peneliti, sehingga dapat diambil sebagai sampel.


i i i i i i i i i i i i

a. Kriteria Inklusi i i i i i

1) Pasien mamapu membaca, menulis dan berbahasa Indonesia


i i i i i i i i i

2) Pasien lama menderita DM 5-10 Tahun i i i i i

3) Pasien bersedia mengikuti penelitian i i i i i i i i i i i i

b. Kriteria Eksklusi i i i i i

1) Pasien yang menderita penyakit lain seperti komplikasi HHF,


i i i i i i i i i i i i i

CKD, CHF dan Diabetes Mellitus Gangren i i i i i i


47

3. Teknik sampling i i i

Teknik sampling adalah suatu proses yang digunakan dalam


i i i i i

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dengan


i i i i i i i i i i

keseluruhan subjek penelitian. Teknik pengambilan sampel yang


i i i i i i i i i i i i

digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling


i i i i i i i i i i i

peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-


i i i i i i i i i i i i i i

ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan


i i i i i i i i i i i i

dapat menjawab permasalahan penelitian (Nursalam, 2016) i i i i i i

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalalah membatasi ruang lingkup atau pengertian


i i i i i i i i i i i i

variabel-variabel yang diamati atau diteliti, definisi operasional ini juga


i i i i i i i i i i i i i i i i i i

bermanaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap


i i i i i i

variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrument (alat


i i i i i i i i i i

ukur) (Anjani et al., 2021). i i


48

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Hasil Skala Ukur


Ukur Ukur
Tingkat
i Pemahaman i Kuesioner i i i Ordinal i Hasil skor : 0-20 i

Pengetahuan i i responden mengenai


i i i i i Diabetes i i i Kriteria skor : i i i

informasi diet DM
i i i i Knowledd i 1. Jawaban benar skor : 1 i

berdasarkan ketepatan i i i ge Test i i 2. Jawaban saah skor : 0


jadwal makan, jenis i i (DKT) interpretasi hasil :
i i i i i

makanan, dan jumlah 1. Baik : ≥ 75% i

makanan yang 2. Cukup : 56-74%


dikonsumsi i i 3. Kurang : ≤55%
Self i Perilaku yang i i Kuesioner i i i Ordinal i Kriteria skor : i i i

Management i i dilakukan i oleh i DSMQ 1. Selalu (SL) : 1 i

Diabetes i i i penderita DM dalam i i i (Diabetes i i i 2. Sering (SR) : 2 i i

pengaturan pola makan i Self- i 3. Kadang-kadang (KK) : 3


(diet) berdasarkan i i i Managem i 4. Tidak pernah (TP) : 0 i i

ketepatan jadwal, jenis,i i i i ent i Interpretasi hasil :


i i i i i

dan jumlah makanan Questionn i i 1. Baik : 76-100% i

yang dikonsumsi i i air) i 2. Cukup : 56-75%


3. Kurang : <55%
Tingkat stres
i i Ungkapan perasaan i Kuesioner i i i Ordinal i Interpretasi hasil :
i i i i i

menjalani i i ketidakmampuan i i DASS 1. Normal : 0-14


diet
i i dalam mengatasi i i (Depressi i i i 2. Stress ringan :15-18 i i

masalah kejenuhan, i i on 3. Stress sedang : 19-25 i i

bosan, dan tertekan i i Anxiety i i 4. Stress berat : 26-33 i i

yang dirasakan pasien i i i Stress i 5. Stress sangat berat :>34 i i

DM Scale) i

dalam menjalankan i

anjuran diet DM i i

G. Instrumen Penelitian

Jenis instrument penelitian ilmu keperawatan yang dapat digunakan


i i i i i i i i i i i i

diklasifikasikan menjadi lima bagian, yang meliputi pengukuran biofisiologis,


i i i i i i i i i i i i i i i i

observasi, wawancara, kuesioner, dan skala (Nursalam, 2016). Pada penelitian


i i i i i i i i i

ini, peneliti menggunakan instrument berupa kuesioner. Pengukuran dengan


i i i i i i i i i i i i i i i

kuesioner ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk
i i i i i i i i i i i i i

menjawab pertanyaan yang tertulis. Kuesioner yang digunakan yaitu :


i i i i i i i i i

1. Tentang Tingkat Pengetahuan (Diabetes Knowledge Test) i i i i i i i i i i

Instrumen Tingkat pengetahuan DM digunakan untuk mengetahui tingat


i i i i i i i i i i

pengetahuan pada pasien DM. Instrumen terdapat 20 pertanyaan, dengan


i i i i i i i i i
49

bentuk soal multiple choice. Pengetahuan adalah tingkat pengetahuan


i i i i i i i i i i

pasien tentang penyakit dan perawatan DM Terdapat 7 subskala, subskala


i i i i i i i

dalam masing-masing skala pada Tingkat Pengetahuan akan dijelaskan i i i i i i i

pada tabel berikut: i i i

Tabel 3.2 Kuisioner Tingkat Pengetahuan

No Subkala Item Total


1 Tanda Gejala DM i 1,6,11,14 4
2 Pola Diet i i 2,15,16 3
3 Latihan Jasmani i i 3,17,18 3
4 Monitoring i i 8,19 2
5 Komplikasi i i 5,10,12 3
6 Pengobatan i 4,7 2
7 Perawatan Sehari-Hari
i i i i 9,13 Dan 20 3

2. Tentang Self Management Pasien DM


i i i i i i

Instumen self management merupakan alat ukur yang digunakan untuk


i i i i i i i

penilaian self management yaitu dengan menggunakan kuesioner DSMQ


i i i i i i i i i i i i

(Diabetes Self Management Questionnaire) yang dikembangkan oleh


i i i i i i i i i i i i i

Schmitt, et.al 2013. Unsur yang dinilai antara lain self management pada
i i i i i i i i i

pasien diabetes mellitus. Instrumen Self Management. Terdapat 4


i i i i i i i i i i i i i

subskala, subskala dalam masing-masing skala pada self management i i i i i

akan dijelaskan dalam tabel, sebagai berikut:


i i i i i i i

Tabel 3.3 Kuisioner Self Management

No Sub Skala Item Total


1 Manajemen Glukosa (GM) i i 1,4,6,10,12 5
2 Kontrol Diet (DC) i i 2,5,9,13 4
3 Aktivitas Fisik (PA) i i i i 8,11,15 3
4 Penggunaan Perawatan
i i 3,7,14,16 3
Kesehatan (HU)
i i
50

3. Tentang Tingkat Stress


i i i

Dalam penilitian ini menggunakan kuesioner DASS 42 diaplikasikan i i i i i i i i i i i i i

dengan format rating scale (skala penilaian). Tingkat stres dalam


i i i i i i i i

penelitian ini berupa normal, ringan, sedang, berat, sangat berat, untuk
i i i i i i i i i i i

mengetahui tingkat stres pada pasien Diabetes Mellitus dengan jumlah


i i i i i i i i i i i i i

pertanyaan sebanyak 14 pertanyaan. Kemudian responden menjawab


i i i i i i i i

pertanyaan dengan memberikan tanda check list (atau centang) pada


i i i i i i i i

jawaban yang dipilih oleh responden pada pertanyaan yang ada dalam i i i i i i i

kuesioner. Dan pada kuesioner ini yang berisi pertanyaan stress normal,
i i i i i i i i i i i i i

stress ringan, stress sedang, stress berat, stress sangat berat (Hiidayat,
i i i i i i i i

2022)

H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur


i i i i i i

tersebut benar-benar valid dalam melakukan pengukuran apa yang diukur


i i i i i i i i

(Masturoh, 2018). Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana i i i i i i i i

ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam me lakukan pengukuran


i i i i i i

serta untuk mengetahui apakah ada pertanyaan dalam kuesioner yang


i i i i i i i i

harus di buang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Reliabilitas i i i i i i i i i i i i

merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
i i i i i

dipercaya dan dapat diandalkan (Masturoh, 2018). Alat pengukur dianggap


i i i i i

reliable jika digunakan dua kali atau lebih untuk mengukur gejala yang
i i i i i i i i i i

sama dan hasilnya relatif konsisten. i i i i i

Instrumen Tingkat Pengetahuan adopsi dari penelitian Hidayat (2022)


i i i i i i i i i i i i
51

yang sudah di Uji Validitas dan Reliabilitas ulang oleh peneliti dengan i i i i i i i i i i i i i i

hasil Cronbach alpha 0.989 untuk 20 pertanyaan valid. Pengetahuan adalah


i i i i i

tingkat pengetahuan
i i i pasien tentang penyakit dan perawatan DM. i i i i i i

Instrumen self management merupakan alat ukur yang digunakan untuk


i i i i i i i

penilaian self management yaitu dengan menggunakan kuesioner DSMQ


i i i i i i i i i i i i

(Diabetes Self Management Questionnaire) yang dikembangkan oleh


i i i i i i i i i i i i i

Schmitt, et.al 2018. Unsur yang dinilai antara lain self management pada
i i i i i i i i i

pasien diabetes mellitus. Instrumen Self Management. Sudah di Uji


i i i i i i i i i i i i i i

Validitas dan Reliabilitas ulang oleh peneliti dengan hasil Cronbach


i i i i i i i i i i i i i

alpha 0.977 untuk 16 pertanyaan valid. Pada kuesioner ini terdiri 16 i i i i i i i i i i

pertanyaan. Instrumen tingkat stress adopsi dari penelitian Duhan (2021)


i i i i i i i i i i i

yang sudah di Uji Validitas dan Reliabilitas ulang oleh peneliti dengan i i i i i i i i i i i i i i

hasil Cronbach alpha 0.889 untuk pertanyaan valid.


i i i

I. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengambilan data yang digunakan, yaitu :


i i i i i i i i i i i i

1. Jenis Data
i i

a. Data Primer i i

Data primer adalah data yang diambil langsung dari lapangan atau i i i i i

lokasi penelitian oleh peneliti sendiri (Masturoh, 2018). Data primer


i i i i i i i i i i i i i i i

dalam penelitian ini adalah hasil pengamatan dan wawancara (usia, i i i i i i i i i

jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan)


i i i i i i i i i
52

b. Data Sekunder i i

Data sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari tangan


i i i i i i

pertama, dan tidak mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap


i i i i i i i

informasi atau data tersebut. Data sekunder yang akan dikumpulkan


i i i i i i i

adalah data pendukung yang terkait dengan tujuan penelitian yang i i i i i i i i

diperoleh dari literatur buku, internet, dan surat survey yang


i i i i i i i i i i

dikumpulkan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang


i i i i i i i i i

diperoleh dari RS Permata Medika Semarang berupa rekam medis


i i i i i i i i i i i i

pasien DM yang dirawat tahun 2023.


i i i

2. Prosedur pengambilan data melalui tahapan- tahapan sebagai berikut:


i i i i i i i i i

a. Persiapan Orientasi
i i i i i

1) Peneliti meminta izin dari Universitas Widya Husada Semarang


i i i i i i i i i i i i i i

tentang rekomenadasi surat survey awal penelitian. Peneliti


i i i i i i i i i i i i i

mendapatkan surat ijin untuk kemudian melakukan survey data


i i i i i i i

ke RS Permata Medika Semarang.


i i i i i

2) Selanjutnya, peneliti melakukan studi pendahuluan berupa


i i i i i i i i i

wawancara terstruktur kepada 10 responden di RS Permata i i i i i i

Medika Semarang i i i

3) Data populasi penelitian yang telah diketahui dari RS Permata i i i i i i i i i i i

Medika i i Semarang i kemudian i i di i data ulang berdasarkan i

perhitungan sampel dan disesuaikan dengan kriteria penelitian


i i i i i i i i i i i i i i

yang telah ditentukan untuk dijadikan sebagai calon responden i i i i i i i i i

penelitian i i i i
53

4) Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah melakukan ujian


i i i i i i i i i i i i i i

proposal dan uji etik. Penelitian ini sebelumnya sudah melewati i i i i i i i i i i i i i i

tahap uji etik sehingga sudah dinyatakan layak etik dan i i i i i i i i

penelitian. i i i i

5) Selanjutnya peneliti mempersiapkan instrument penelitian berupa


i i i i i i i i i i i i i i i

kuesioner yang terdiri dari kuesioner identitas responden,


i i i i i i i i i i i i i i i

kuesioner tingkat pengetahuan diet, kuesioner self management


i i i i i i i i i i i i i i

diet, dan kuesioner tingkat stress menjalani diet. Kuesioner


i i i i i i i i i i i i i i

tersebut telah melalui tahap uji validitas dan uji reliabilitas


i i i i i i i i i i i i i

sehingga layak untuk dipakai dalam penelitian.


i i i i i i i i

6) Sebelum melakukan penelitian, peneliti juga telah melakukan


i i i i i i i i i i i i i

permohonan ijin penelitian ke bagian Program Studi Fakultas


i i i i i i i i i i

Keperawatan, untuk mendapatkan surat tembusan yang akan


i i i i

ditujukan kepada Direktur RS Permata Medika Semarang sebagai


i i i i i i i i i i

tempat penelitian.
i i i i i

b. Pelaksanaan Kerja
i i

1) Setelah melakukan pemilihan responden dari daftar pasien yang


i i i i i i i i i i i

telah diberikan oleh RS Permata Medika Semarang, peneliti


i i i i i i i i i i i i i

selanjutnya melakukan penelitian dengan cara memperkenalkan


i i i i i i i i i i

diri kepada responden, melakukan informed consent sebagai


i i i i i i i i i i i

persetujuan menjadi responden penelitian, menjelaskan manfaat


i i i i i i i i i i i i

dan tujuan serta menjelaskan bahwa responden hanya diharuskan i i i i i i

untuk mengisi kuesioner sehingga tidak ada bahaya yang i i i i i i i i i


54

mungkin ada dari penelitian kepada responden. i i i i i i i i i

2) Calon responden i i diberikan i i i hak kebebasan i i untuk ikut


i

berpartisipasi atau menolak dalam penelitian.


i i i i i i i i i

3) Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan


i i i i i i i i i i i

pengukuran tingkat pengetahuan diet, self management diet, dan


i i i i i i i i i i i

tingkat stres menjalani diet pasien DM. pengumpulan data yang


i i i i i i i i i

dilakukan peneliti ini melalui pengisian kuesioner oleh responden


i i i i i i i i i i i i i i i i i i

dengan di dampingi oleh peneliti, karena tidak menutup


i i i i i i i i i i i i

kemungkinan peneliti harus membantu menjelaskan saat klien


i i i i i i i i i i i

mengalami kesulitan dalam memahami pertanyaan.


i i i i i i i

4) Setelah kuesioner penelitian diisi oleh responden, maka peneliti


i i i i i i i i i i i i i i i i i i i

memberikan insentif berupa souvenir sebagai tanda terima kasih


i i i i i i i i i i i i i i

dan apresiasi dari peneliti. i i i i i i i i

5) Setelah dilakukan pengumpulan data dari kuesioner dalam batas


i i i i i i i i

waktu yang telah ditentukan, peneliti melakukan analisis data dan i i i i i i i i i i

menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukannya


i i i i i i i i i i i

J. Pengolahan data

Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan


i i i i i i

penelitian setelah kegiatan pengumpulan data. Data yang masih mentah (raw
i i i i i i i i i i i

data) akan mengalami tahapan yang akan dilalui yaitu:


i i i i i

1. Editing i i i

Hasil wawancara, kuesioner, atau pengamatan dari lapangan harus


i i i i i i

diedit terlebih dahulu. Editing adalah pekerjaan memeriksa validitas data


i i i i i i i i i i i i i i i i
55

yang masuk seperti memeriksa kelengkapan hasil wawancara dan i i i i i i i i i

observasi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pengetahuan.


i i i i i i i i i i i i i

2. Coding i

Setelah semua, kuesioner telah diedit, dan kemudian pengkodean


i i i i i i i i i i i i i i

dilakukan, yaitu, mengubah data dalam bentuk kalimat atau huruf


i i i i i

menjadi data numerik atau angka. Coding adalah kegiatan untuk


i i i i i i i

mengklasifikasikan data dan jawaban dari wawancara dan observasi


i i i i i i i

mengenai seperti usia, jens kelamin, dan tingkat kecemasan.


i i i i i i i i i i i i i

A. Data Demografis

1) Usia

a) 36-45 tahun :1

b) 46-55 tahun :2

c) 56-65 tahun :3

d) >65 tahun :4

2) Pendidikan

a) Tidak sekolah :1

b) SD :2

c) SMP :3

d) SMA/SMK :4

e) Perguruan tinggi :5

3) Penghasilan

a) < Rp. 1.500.000 :1

b) Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 :2
56

c) Rp 2.500.000 – Rp 3.500.000 :3

d) > Rp 3.500.000 :4

4) Pendamping saat berobat atau konsul

a) Sendiri :1

b) Anak :2

c) Suami/istri :3

d) Keluarga :4

e) Teman/lainnya :5

5) Frekuensi berobat atau konsul

a) Tidak rutin :1

b) Rutin berobat 1 minggu sekali :2

c) Rutin berobat 1 bulan sekali :3

d) Rutin berobat 2 bulan sekali :4

e) Rutin berobat 3 bulan sekali :5

B. Variabel Penelitian

1) Tingkat pengetahuan

a) Kurang :1

b) Cukup :2

c) Baik :3

2) Self management

a) Kurang :1

b) Cukup :2

c) Baik :3
57

3) Tingkat stress

a) Stress ringan :1

b) Stress sedang :2

c) Stress berat :3

d) Stress sangat berat :4

3. Entry
i

Data adalah jawaban dari setiap responden dalam bentuk "kode" i i i i i i i

(angka atau huruf) yang dimasukkan ke dalam program komputer atau i i i

"software". Entry adalah kegiatan memasukkan data wawancara dan i i i i i

observasi mengenai seperti usia, jens kelamin, tingkat pengetahuan diet,


i i i i i i i i i i i i i i i i i

self management diet, dan tingkat stres menjalani diet pasien DM.
i i i i i i i i i i i i i

4. Cleaning i i

Jika semua data dari masing-masing sumber data atau responden


i i i i i i i i

selesai, perlu diperiksa lagi untuk melihat kemungkinan kesalahan kode,


i i i i i i i i i i i i i i

ketidaklengkapan, dan lainnya. Pada tahap ini, data variabel dari


i i i i i i i i i

wawancara dan observasi mengenai seperti usia, jens kelamin, tingkat i i i i i i i i i i i i i

pengetahuan diet, self management diet, dan tingkat stres menjalani diet
i i i i i i i i i i i i i i i

pasien DM melalui tabel menjadi lebih mudah untuk dianalisis.


i i i i i i i i i i i i

5. Tabulating Data i

Membuat tabel dari hasil observasi yang telah dikategorikan yang


i i i i i i i i i i

sebelumnya telah dimasukan dalan tabel pemindahan.


i i i i i i i

K. Analisis data

Analisis data merupakan suatu proses analisis yang digunakan secara


i i i i i i i i
58

sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan. Peneliti mengolah data


i i i i i i i i i i i

yang terkumpul dan melakukan penilaian pada kuesioner dengan memberikan


i i i i i i i i i i i i

nilai pada masing-masing pertanyaan.


i i i i i

1. Analisis univariat i i i i

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan setiap variabel


i i i i i i i i i i i i i

yang akan diteliti. Pendeskripsian tersebut dapat dilihat pada gambaran i i i i i i i i i i i i

distribusi frekuensi dari variabel independen (tingkat pengetahuan dan


i i i i i i i i i i i i i i i i

self management diabetes) dan variabel dependen (tingkat stres menjalani


i i i i i i i i i i i i i i i

diet DM), masing-masing variabel ditampilkan dalam bentuk frekuensi.


i i i i i i i i i i i i

2. Analisis bivariat i i i i

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya


i i i i i i i i i

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel i i i i i i i i i i

dependen. Analisis bivariat ini menggunakan uji korelasi rank spearmen.


i i i i i i i i i i i i i i i

Korelasi Spearmen digunakan pada data yang berskala ordinal semuanya


i i i i i i i i

atau sebagian data adalah ordinal. Data ordinal yaitu data yang
i i i i i

mempunyai urutan atau rangking (Masturoh, 2018) :


i i i

a. Signifikansi Korelasi i i i i i i

1) Tingkat kemaknaan p < 0,05 artinya ada hubungan antara i i i

variabel independen dengan variabel dependen, maka H1 i i i i i i i i i i i i

diterima. i i i

2) Tingkat kemaknaan p > 0,05 artinya tidak ada hubungan antara i i i i

variabel independen dengan variabel dependen maka H1 ditolak.


i i i i i i i i i i i i i

b. Kekuatan hubungan antar variabel ditunjukkan melalui nilai korelasi.


i i i i i i i i i i
59

Berikut adalah tabel nilai korelasi beserta makna nilai tersebut:


i i i i i i i i i i i i i

1) Nilai 0,00-0,19 yang bermakna sangat rendah/sangat lemah


i i i i i

2) Nilai 0,80-1,00 yang bermakna sangat tinggi/sangat kuat


i i i i i

c. Arah korelasi dilihat pada angka koefisien korelasi sebagaimana


i i i i i i i i i i i i

tingkat kekuatan korelasi. Besarnya nilai koefisien korelasi terletak


i i i i i i i i i i i i i i i

antara + 1 sampai – 1. Jika koefisien korelasi bernilai positif, maka i i i i i i i i i i i i i

hubungan kedua variabel dikatakan searah. Arti dari hubungan yang


i i i i i i i

searah adalah jika variabel X meningkat maka variabel Y juga akan


i i i i i i i i

meningkat. Sebaliknya, jika koefisien korelasi bernilai negative maka


i i i i i i i i i i i i i i i i i

hubungan kedua variabel tidak serah. Tidak searah artinya jika


i i i i i i i i i

variabel X meningkat maka variabel Y akan menurun.


i i i i i i i
BAB IV
HASIL
A. Deskripsi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2023 di RS Permata Medika

Semarang. RS Permata Medika adalah Rumah Sakit Umum swasta yang terletak

di wilayah Ngaliyan, Semarang. Rumah sakit ini beralamat di Jalan Moch. Ichsan

No. 93-97 Ngaliyan, Semarang 50181. Rumah sakit ini memberikan pelayanan di

bidang kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi masyarakat Kota

Semarang dan sekitarnya. RS Permata Medika Semarang memiliki visi yaitu

menjadi rumah sakit yang unggul, manusiawi, dan terpilih. Sementara itu

misinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu,

mengutamakan keamanan dan keselamatan dalam proses pelayanan, menerapkan

manajemen professional yang efektif dan efesien, serta senantiasa melengkapi

dan meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan sesuai perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan.

RS Permata Medika termasuk dalam klasifikasi Madya Plus atau setara

dengan type C Plus. Meskipun bertipe C, rumah sakit ini memiliki beberapa

fasilitas pelayanan di antaranya Instalasi Rawat Inap, Instalasi Rawat Jalan,

Instalasi Gawat Darurat, Medical Check Up (MCU), Terapi Hemodialisa, dan

Trans Arterial Chemo Infusion (Taci). Rumah sakit ini juga dilengkapi dengan

sarana dan prasarana seperti USG 4 dimensi dan CTScan, Program

Pengembangan Pegawai, serta Program ”Quality Assurance” untuk menjamin

60
61

kualitas pelayanan serta keselamatan bagi pasien.

Beberapa jenis fasilitas pelayanan yang dimiliki Instalasi Rawat Jalan

antara lain adalah beberapa pelayanan poliklinik unggulan, meliputi Klinik

Kebidanan dan kandungan, Penyakit Anak, Penyaklit Dalam, Bedah, Orthopedi,

Klinik Bedah Digesif, Bedah Onkologi, Penyakit saraf, Penyakit THT, Penyakit

Kulit dan Kelamin, Kosmetik Medik, Rehabilitasi Medik, Gigi, Jantung, Paru,

Psikiatri, Radiologi, dan Klinik Umum. Sementara itu dari sisi layanan instalasi

rawat inap, rumah sakit ini dilengkapi dengan kapasitas sebanyak 134 kamar

perawatan.

Rumah sakit Permata Medika Semarang juga yang didukung oleh tenaga

medis yang terdiri dari 29 dokter spesialis, beberapa dokter subspesialis, 12

dokter umum serta lebih dari 100 orang tenaga keperawatan.

Sementara itu fasilitas penunjang di RSPMS meliputi tersedianya food

court, minimarket, ruang aula yang juga disewakan bagi masyarakat yang ingin

mengadakan suatu acara.

B. Data Demografis

Pada penelitian ini, terdapat total jumlah responden sebanyak 41 sampel

yang telah memenuhi kriteria penelitian. Data responden akan dilampirkan

sebagai berikut pada studi dibawah.


62

1. Usia

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia di RS


Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Usia Frekuensi Persentase (%)


36 – 45 tahun 3 7.32
46 – 55 tahun 8 19.51
56 – 65 tahun 11 26.83
> 65 tahun 19 46.34
Total 41 100

Distribusi usia diklasifikasikan sesuai dengan pedoman Kementrian

Kesehatan RI, dimana usia 36–45 tahun termasuk dalam kategori dewasa

akhir, 46–55 tahun termasuk dalam masa lansia awal, 56–65 tahun termasuk

dalam masa lansia akhir, dan usia lebih dari 65 tahun termasuk dalam

kategori manula. (Hakim, 2020)

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang berusia lebih

dari 65 tahun yaitu sebanyak 19 (46.34%) pasien, diikuti oleh usia 56-65

tahun yaitu sebanyak 11 (26.83%) pasien, dan usia 46-55 yaitu sebanyak 8

(19.51%) pasien. Kelompok usia paling sedikit adalah 36-45 tahun yaitu

sebanyak 3 pasien (7.32%).

2. Jenis Kelamin
63

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 12 29.27
Perempuan 29 70.73
Total 41 100

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dapat dilihat bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang berjenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 29 (70.73%) pasien, sementara penderita

yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 12 (29.27%) pasien.

3. Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat


Pendidikan di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


Tidak sekolah 15 36.59
SD 2 4.89
SMP 8 19.51
SMA/SMK 6 14.63
Perguruan tinggi 10 24.39
Total 41 100

Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penderita diabetes

mellitus di RS Permata Medika Semarang tidak bersekolah, yaitu sebanyak

15 (36.59%) pasien. Sebanyak 10 (24.39%) pasien memiliki tingkat

pendidikan setinggi perguruan tinggi, diikuti oleh tingkat pendidikan setinggi


64

SMP yaitu sebanyak 8 (19.51%) pasien, dan SMA/SMK sebanyak 6

(14.63%) pasien. Tingkat pendidikan paling sedikit diantara penderita

diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang adalah SD, yaitu

sebanyak 2 (4.89%) pasien.

4. Penghasilan

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan di


RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Penghasilan (Rp) Frekuensi Persentase (%)


< 1.500.000 19 46.34
1.500.000 – Rp 2.500.000 9 21.95
2.500.000 – Rp 3.500.000 8 19.51
> 3.500.000 5 12.19
Total 41 100

Menurut BPS, golongan pendapatan penduduk dibedakan menjadi 4 yaitu

golongan pendapatan sangat tinggi dengan rata-rata lebih dari Rp 3.500.000

per bulan, golongan pendapatan tinggi dengan rata-rata antara Rp 2.500.000

– Rp 3.500.000 per bulan, golongan pendapatan sedang dengan rata-rata

antara Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per bulan dan golongan pendapatan

rendah dengan rata-rata kurang dari Rp 1.500.000 per bulan. (Rakasiwi,

2021)

Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar penderita diabetes

mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki penghasilan kurang dari


65

Rp 1.500.000, yaitu sebanyak 19 (46.34%) pasien. Sebanyak 9 pasien

memiliki rerata penghasilan Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per bulan,

sebanyak 8 (19.51%) pasien memiliki rerata penghasilan antara Rp 2.500.000

– Rp 3.500.000 per bulan, dan sebanyak 5 (12.19%) pasien memiliki rerata

penghasilan perbulan lebih dari Rp 3.500.000.

5. Lama Menderita Diabetes Mellitus

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama


Menderita Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan
Juni 2023 (n=41)

Lama Menderita Frekuensi Persentase (%)


5 tahun 17 41.46
6 tahun 5 12.19
7 tahun 4 9.76
8 tahun 7 17.07
9 tahun 4 9.76
10 tahun 4 9.76
Total 41 100

Tabel 4.5 menunjukkan distribusi lama menderita diabetes mellitus pada

pasien di RS Permata Medika Semarang. Sebagian besar pasien yaitu

sebanyak 17 (41.46%) pasien telah menderita diabetes mellitus selama 5

tahun. Sebanyak 7 (17.07%) pasien telah menderita diabetes mellitus selama

8 tahun, dan sebanyak 5 (12.19%) pasien menderita diabetes mellitus selama

6 tahun. Jumlah pasien yang menderita diabetes mellitus selama 7, 9, dan 10

tahun masing-masing adalah sebanyak 4 (9.76%) pasien.

6. Pendamping
66

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendamping


Saat Berobat di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Pendamping Frekuensi Persentase (%)


Anak 13 31.71
Suami / istri 5 12.19
Keluarga 4 9.76
Teman / lainnya 8 19.51
Sendiri 11 26.83
Total 41 100

Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa sebagian besar pasien diabetes

mellitus pada di RS Permata Medika Semarang datang berobat atau kontrol

dengan ditemani oleh anaknya, yaitu sebanyak 13 (31.71%) pasien, diikuti

oleh sebanyak 11 (26.83%) pasien yang datang berobat sendiri. Sebanyak 8

(19.51%) pasien datang berobat dengan ditemani oleh teman atau kerabat

lainnya, sebanyak 5 (12.19%) pasien datang berobat dengan ditemani suami

atau istri, dan sebanyak 4 (9.76%) pasien datang dengan ditemani oleh

keluarganya.

7. Rutin Berobat

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Frekuensi


Berobat di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Rutin Berobat Frekuensi Persentase (%)


67

Rutin berobat 1 minggu sekali 5 12.19


Rutin berobat 1 bulan sekali 26 63.41
Rutin berobat 2 bulan sekali 8 19.51
Rutin berobat 3 bulan sekali 1 2.44
Tidak rutin 1 2.44
Total 41 100

Tabel 4.7 menunjukkan frekuensi berobat pada pasien diabetes mellitus

pada di RS Permata Medika Semarang. Sebagian besar pasien yaitu sebanyak

26 (63.41%) pasien rutin berobat 1 bulan sekali. Sebanyak 8 (19.51%) pasien

rutin berobat 2 bulan sekali dan sebanyak 5 (12.19%) pasien rutin berobat 1

minggu sekali. Sementara itu pasien yang rutin berobat 3 bulan sekali dan

pasien yang tidak rutin berobat masing-masing berjumlah 1 (2.44%) pasien.

C. Analisis Univariat

1. Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Tabel 4.8 Distribusi Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Diabetes


Mmellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


Baik 2 4.88
Cukup 22 53.66
Kurang 17 41.46
Total 41 100

Berdasarkan tabel 4.8, diketahui bahwa sebagian besar pasien diabetes

mellitus pada di RS Permata Medika Semarang yaitu sebanyak 22 (53.66%)

pasien memiliki tingkat pengetahuan yang cukup, 17 (41.46%) pasien


68

memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, dan hanya 2 (4.88%) pasien yang

memiliki tingkat pengetahuan baik.

2. Tingkat Self Management Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Tabel 4.9 Distribusi Tingkat Self Management Pasien Penderita


Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023
(n=41)

Self Management Frekuensi Persentase (%)


Baik 5 12.19
Cukup 20 48.78
Kurang 16 39.02
Total 41 100

Tabel 4.9 menunjukkan distribusi tingkat self management pada pasien

diabetes mellitus pada di RS Permata Medika Semarang. Sebanyak 20

(48.48%) pasien memiliki tingkat self management cukup, sebanyak 16

(39.02%) pasien memiliki tingkat self management kurang, dan hanya

sebanyak 5 (12.19%) pasien memiliki tingkat self management baik.

3. Tingkat Stress Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Tabel 4.10 Distribusi Tingkat Stress Pasien Penderita Diabetes Mellitus


di RS Permata Medika Semarang Bulan Juni 2023 (n=41)

Tingkat Stress Frekuensi Persentase (%)


Stress ringan 2 4.88
Stress sedang 18 43.90
Stress berat 15 36.59
69

Stress sangat berat 6 14.63


Total 41 100

Dari tabel 4.10, diketahui bahwa sebagian besar pasien diabetes mellitus

pada di RS Permata Medika Semarang yaitu sebanyak 18 (43.90%) pasien

memiliki tingkat stress sedang, diikuti oleh stress berat yaitu sebanyak 15

(36.29%) pasien. Sebanyak 6 (14.63%) pasien memiliki tingkat stress sangat

berat dan sebanyak 2 (4.88%) memiliki tingkat stress ringan.


70

D. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress

Tabel 4.11 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress


Pada Pasien Penderita Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang
Bulan Juni 2023 (n=41)

Tingkat stress Tingkat Pengetahuan p- Koefisien


value Korelasi
Baik Cukup Kurang
n (%) n (%) n (%)
Stress ringan 2 0 0
(4,88%) (0%) (0%)
Stress sedang 15 3 0
(36,59%) (7,32%) (0%)
0.000 -0.843
Stress berat 0 15 0
(0%) (36,59%) (0%)
Stress sangat 0 4 2
berat (0%) (9,76%) (4,88%)

Tabel 4.11 menunjukkan hasil uji korelasi rank Spearman yang

digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan yang bermakna antara

variabel independen dengan variabel dependen. Dapat dilihat bahwa sebagian

besar pasien yang menderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang

memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan tingkat stress berat, serta tingkat

pengetahuan baik dengan stress sedang, dengan jumlah pasien masing-masing

sebanyak 15 (36.59%).

Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan p-value 0.000. Nilai ini

menggambarkan nilai kemaknaan yang lebih kecil dari 0.05, yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat

stress pada pasien diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang.


71

Didapatkan juga koefisien korelasi senilai 0.843. Nilai ini berada dalam rentang

0.80 – 1.00 yang berarti hubungan ini memiliki kemaknaan yang sangat tinggi

atau kuat. Selain itu, koefisien korelasi memiliki nilai yang negatif. Hal ini

berarti peningkatan pengetahuan akan menurunkan tingkat stress, dan sebaliknya

penurunan pengetahuan akan meningkatkan tingkat stress.

2. Hubungan Antara Self Management Dengan Tingkat Stress

Tabel 4.12 Hubungan Antara Self Management Dengan Tingkat Stress Pada
Pasien Penderita Diabetes Mellitus di RS Permata Medika Semarang Bulan
Juni 2023 (n=41)

Tingkat stress Self Management p- Koefisien


value Korelasi
Baik Cukup Kurang
Stress ringan 2 0 0
(4,88%) (0%) (0%)
Stress sedang 14 4 0
(34,15%) (9,76%) (0%)
0.000 -0.866
Stress berat 0 15 0
(0%) (36,59%) (0%)
Stress sangat 0 1 5
berat (0%) (2,44%) (12,19%)

Pada tabel 4.12, dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien yang

menderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki tingkat

self management baik dengan tingkat stress sedang, serta tingkat self

management cukup dengan stress berat, dengan jumlah pasien masing-masing

sebanyak 14 (34.15%) dan 15 (36.59%) pasien.

Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan p-value 0.000. Nilai ini

menggambarkan nilai kemaknaan yang lebih kecil dari 0.05, yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self management dengan


72

tingkat stress pada pasien diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang.

Didapatkan juga koefisien korelasi senilai 0.866. Nilai ini berada dalam rentang

0.80 – 1.00 yang berarti hubungan ini memiliki kemaknaan yang sangat tinggi

atau kuat. Selain itu, koefisien korelasi memiliki nilai yang negatif. Hal ini

berarti peningkatan self management akan menurunkan tingkat stress, dan

sebaliknya penurunan self management akan meningkatkan tingkat stress.


BAB V
PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

1. Usia

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang berusia lebih dari

65 tahun yaitu sebanyak 19 (14.34%) pasien, diikuti oleh usia 56-65 tahun yaitu

sebanyak 11 (26.83%) pasien, dan usia 46-55 yaitu sebanyak 8 (19.51%) pasien.

Kelompok usia paling sedikit adalah 36-45 tahun yaitu sebanyak 3 pasien.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien termasuk dalam

kategori manula atau manusia lanjut usia, sesuai dengan klasifikasi oleh

Kementrian Kesehatan per tahun 2017. Rerata usia penderita diabetes mellitus di

RS Permata Medika Semarang adalah 61.95 ± 10.61 tahun, dengan distribusi

yang berkisar antara 41 hingga 77 tahun.

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Yan et al.,

2023), dimana ditemukan bahwa usia merupakan salah satu prediktor utama

terhadap kejadian diabetes, dengan faktor risiko yang meningkat populasi dewasa

akhir dan lansia. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Chen et al., 2023)

menemukan bahwa populasi berusia diatas 55 tahun memiliki peningkatan risiko

terhadap kejadian diabetes sebanyak 2 kali lipat dibandingkan dengan populasi

usia dibawah 40 tahun.

73
74

Prevalensi diabetes sendiri secara global sendiri umumnya terjadi pada

individu berusia lebih dari 40 tahun dengan prevalensi sekitar 11%, dan angka ini

terus meningkat hingga 23,9% pada populasi berusia 60-69 tahun. Pertambahan

usia menyebabkan perubahan dalam faktor sosiodemografik dan manifestasi

klinis pada pasien dengan diabetes. Seiring dengan bertambahnya usia, terjadi

juga peningkatan dalam kadar trigliserida serum dan perubahan dalam

metabolisme glukosa. Hal ini menyebabkan populasi lansia lebih rentan untuk

memiliki penyakit metabolik. Seiring dengan bertambahnya usia, tubuh juga

akan mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, maupun imunologis.

Sistem imun khususnya akan mengalami penurunan terhadap kemampuannya

untuk meregenerasi sel. Bersamaan dengan ini, terdapat juga peningkatan

intensitas dan durasi dari respons inflamasi sehingga populasi lansia khususnya

lebih rentan terhadap penyakit inflamatori tertentu. Diabetes khususnya

menyebabkan inflamasi derajat ringan yang bersifat kronis. Karena inflamasi ini

berlangsung terus menerus selama bertahun tahun, sistem imun yang menurun

pada populasi lansia akan kehilangan kemampuannya untuk melawan inflamasi

tersebut. Maka demikian dapat disimpulkan bahwa prevalensi diabetes secara

signifikan lebih tinggi pada populasi lansia.

2. Jenis Kelamin

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang berjenis kelamin

perempuan yaitu sebanyak 29 (70.73%) pasien, sementara penderita yang

berjenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 12 (29.27%) pasien.


75

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Homoud

Alanazi et al., 2017) dimana ditemukan bahwa wanita memiliki peningkatan

risiko diabetes lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini berkaitan

dengan perbedaan dalam faktor hormonal. Penelitian lainnya oleh (Aregbesola et

al., 2017) juga menunjukkan prevalensi diabetes tipe II yang lebih tinggi pada

wanita dibandingkan dengan pria, dengan rasio 2,34 : 1,10.

Secara umum, prevalensi diabetes khususnya diabetes tipe II ditemukan

lebih tinggi pada wanita karena terdapat perbedaan dalam toleransi glukosa

setelah makan, dimana pada wanita ditemukan bahwa kemampuan adaptif ini

mengalami penurunan yang signifikan. Perbedaan ini juga meningkatkan

jaringan adiposa visceral pada wanita, yang selanjutnya meningkatkan resistensi

insulin. Vitamin D juga disebutkan dapat secara langsung menstimulasi ekspresi

reseptor insulin. Pada wanita, kadar vitamin 25(OH)D3 ditemukam secara

signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini menyebabkan

penurunan juga dalam jumlah reseptor insulin. Selain itu, hubungan antara

vitamin D dengan reseptor insulin ini tidak terbukti terjadi pada laki-laki.

(Ciarambino et al., 2022)

Perempuan juga akan mengalami fenomena biologis yaitu menopause.

Penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa menopause dapat menyebabkan

penurunan dalam metabolisme glukosa terlepas dari usia penderita diabetes.

Menopause menyebabkan penurunan estrogren. Penurunan estrogen selanjutnya

menyebabkan perubahan dalam mekanisme sekresi insulin oleh sel beta pankreas

serta penurunan sensitivitas insulin pada sorgan-organ tubuh. (Ciarambino et al.,


76

2022)

3. Pendidikan

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang tidak bersekolah,

yaitu sebanyak 15 (36.59%) pasien. Sebanyak 10 (24.39%) pasien memiliki

tingkat pendidikan setinggi perguruan tinggi, diikuti oleh tingkat pendidikan

setinggi SMP yaitu sebanyak 8 (19.51%) pasien, dan SMA/SMK sebanyak 6

(14.63%) pasien. Tingkat pendidikan paling sedikit diantara penderita diabetes

mellitus di RS Permata Medika Semarang adalah SD, yaitu sebanyak 2 (4.89%)

pasien.

Menurut Dictionary of Education, pendidikan dapat diartikan sebagai

suatu proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk

tingkah laku lainnya dalam masyarakat dan kebudayaan. Tingkat pendidikan

menentukan kapabilitas orang itu untuk menerima informasi dan berpikir secara

rasional. Pada umumnya, semakin baik tingkat pendidikan seseorang maka akan

semakin baik pula pola pikir yang terbentuk. Adanya pola pikir tersebut akan

membuat seseorang semakin terbuka terhadap hal- hal baru dan mampu

menerima informasi dengan baik. Hal ini akan mempengaruhi terbentuknya

pengetahuan, sikap, maupun perilaku menjadi lebih baik. (Ampu, 2021; Yuliasri,

2022)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Siddalingaiah et al., 2023),

tingkat pendidikan secara signifikan mempengaruhi pengetahuan dan penialain

suatu individu mengenai penyakit yang dideritanya baik dalam konteks fisik,
77

sosial, emosional, intelektual, maupun spiritual. Pengetahuan yang baik

mengenai diabetes khususnya, menghasilkan kontrol glikemik dan perubahan

gaya hidup menjadi lebih baik, termasuk dalam menangani rasa stress. Penelitian

tersebut juga menunjukkan bahwa tingkat pendidikan pada pasien diabetes secara

signifikan berhubungan dengan pengetahuan mengenai diabetes, perilaku pasien

dalam menangani diabetes (self management), dan pengetahuan mengenai

komplikasi yang dapat timbul akibat diabetes.

4. Penghasilan

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki

penghasilan kurang dari Rp 1.500.000, yaitu sebanyak 19 (46.34%) pasien.

Sebanyak 9 pasien memiliki rerata penghasilan Rp 1.500.000 – Rp 2.500.000 per

bulan, sebanyak 8 (19.51%) pasien memiliki rerata penghasilan antara Rp

2.500.000 – Rp 3.500.000 per bulan, dan sebanyak 5 (12.19%) pasien memiliki

rerata penghasilan perbulan lebih dari Rp 3.500.000.

Temuan ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh (Bird et al.,

2015) dimana ditemukan bahwa penghasilan berkaitan kuat dengan prevalensi

diabetes tipe II. Individu dengan status sosioekonomi rendah memiliki risiko

lebih tinggi untuk menderita tekanan darah tinggi dan obesitas, yang secara garis

besar disebabkan oleh pola gaya hidup dan frekuensi aktivitas fisik. Ditemukan

juga bukti bahwa prevalensi diabetes secara signifikan lebih tinggi pada invidu

dengan status sosioekonomi rendah dibandingkan dengan status sosioekonomi

tinggi. Penelitian lainnya oleh (Shawahna et al., 2012) juga menunjukkan hal
78

serupa dimana terdapat peningkatan kejadian diabetes pada individu dengan

penghasilan rendah. Dalam penelitian tersebut, ditebutkan bahwa situasi finansial

dapat mempengaruhi pilihan seseorang untuk menentukan jenis makanan yang

dikonsumsinya. Individu dengan penghasilan tinggi umumnya memiliki akses

terhadap banyak makanan yang lebih sehat, seperti jenis makanan bebas gluten

atau bahan makanan organic.

Tinggi rendahnya tingkat ekonomi dapat mempengaruhi pasien dalam

meningkatkan self management. Hasil penelitian sebelumnya menyebutkan

sebesar 70% pasien yang tidak mempunyai pekerjaan (pengangguran) lebih

cenderung jarang melakukan kontrol kadar gula darah secara teratur. Jarak

tempat tinggal dengan fasilitas kesehatan juga dapat mempengaruhi keteraturan

kontrol yang dilakukan. Pasien yang mempunyai jarak yang lebih dekat dengan

fasilitas 51 kesehatan akan lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan.

Pada penelitian ini, dapat dipikirkan bahwa individu dengan penghasilan

rendah mungkin tidak memiliki akses terhadap berbagai media edukasi,

contohnya keterbatasan finansial ke layanan kesehatan, sehingga pasien tidak

mendapatkan edukasi dan pengetahuan yang adekuat mengenai pola hidup

maupun pola diet yang baik untuk mengatasi diabetes yang dideritanya. Individu

dengan penghasilan rendah juga mungkin tidak memiliki akses terhadap berbagai

fasilitas dan program untuk meningkatkan frekuensi aktivitas fisik, seperti gym.

Hal ini menyebabkan peningkatan prevalensi individu dengan berat badan

berlebih atau bahkan obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko terjadinya

diabetes. Jenis pekerjaan dan kemampuan individu untuk mendapatkan


79

pelayanan kesehatan yang terjangkau juga akan mempengaruhi persepsi individu

tersebut terhadap kesadaran akan kondisi kesehatannya, dan individu yang

memiliki kesadaran tinggi akan cenderung lebih aktif mencari informasi terkait

penyakit yang dideritanya, sehingga memiliki tingkat pengetahuan yang lebih

tinggi. (Putra et al., 2019)

5. Lama Menderita Diabetes Mellitus

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki rata-rata

lama menderita yaitu 6.75 ± 1.79 tahun. Sebagian besar pasien yaitu sebanyak 17

(41.46%) pasien telah menderita diabetes mellitus selama 5 tahun. Sebanyak 7

(17.07%) pasien telah menderita diabetes mellitus selama 8 tahun, dan sebanyak

5 (12.19%) pasien menderita diabetes mellitus selama 6 tahun. Jumlah pasien

yang menderita diabetes mellitus selama 7, 9, dan 10 tahun masing-masing

adalah sebanyak 4 (9.76%) pasien.

Temuan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Chen et al.,

2023) dimana ditemukan bahwa pasien yang telah menderita diabetes selama 5

tahun atau lebih memiliki respons yang lebih agresif terhadap profil metabolic

dibandingkan dengan populasi yang menderita diabetes dibawah 5 tahun. Lama

menderita diabetes disebutkan berkaitan dengan disfungsi sel beta dan resistensi

insulin, sehingga terjadi paparan lebih lama terhadap kondisi hiperglikemik. Pada

pasien yang menderita diabetes lebih lama, disebutkan juga bahwa mereka telah

memiliki sindrom metabolik sebelum diagnosis diabetes ditegakkan. Mekanisme

lain yang mendasarinya adalah peningkatan kadar leptin, inflamasi kronik yang
80

lebih lama, dan resistensi insulin menahun yang menyebabkan penurunan kadar

adipokin.

Lama sakit juga berhubungan dengan usia pertama kali penderita

terdiagnosis dengan diabetes mellitus. (Suryati et al., 2019) Pada penelitian ini,

dapat dipikirkan bahwa pasien yang sudah lebih lama terdiagnosis akan memiliki

pengetahuan yang lebih tinggi juga mengenai penyakit yang dideritanya dan

penanganan yang tepat terhadap kondisi tersebut.

6. Pendamping

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang datang berobat atau

kontrol dengan ditemani oleh anaknya, yaitu sebanyak 13 (31.71%) pasien,

diikuti oleh sebanyak 11 (26.83%) pasien yang datang berobat sendiri. Sebanyak

8 (19.51%) pasien datang berobat dengan ditemani oleh teman atau kerabat

lainnya, sebanyak 5 (12.19%) pasien datang berobat dengan ditemani suami atau

istri, dan sebanyak 4 (9.76%) pasien datang dengan ditemani oleh keluarganya.

7. Frekuensi Berobat

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang yaitu sebanyak 26

(63.41%) pasien rutin berobat 1 bulan sekali. Sebanyak 8 (19.51%) pasien rutin

berobat 2 bulan sekali dan sebanyak 5 (12.19%) pasien rutin berobat 1 minggu

sekali. Sementara itu pasien yang rutin berobat 3 bulan sekali dan pasien yang

tidak rutin berobat masing-masing berjumlah 1 (2.44%) pasien.

Banyak faktor yang menyebabkan pasien tidak teratur dalam melakukan


81

kontrol kadar gula darah, salah satunya menurut (Safitri, 2013) adalah faktor

locus of internal control. Pengertian merupakan sebuah penguatan diri pada

pasien yang mengidentifikasikan bahwa individu percaya bahwa penyakit datang

dari dirinya sendiri sehingga ia bertanggung jawab atas apa yang akan

dialaminya. Jika tingkat locus of control internal pasien DM rendah, maka

tingkat kesadaran untuk memperhatikan kesehatannya (melakukan kontrol kadar

gula darah secara teratur) juga akan menurun.

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien rutin

berobabt 1 bulan sekali, namun hanya sedikit pasien yang rutin berobat 1 minggu

sekali. Dapat dipikirkan bahwa hal ini akan mempengaruhi pengetahuan pasien,

dimana pasien yang lebih rutin kontrol akan menerima lebih banyak edukasi

mengenai kondisi yang di dideritanya, perkembangan penyakit, dan evaluasi

mengenai ketepatan pengobatan. Edukasi ini akan meningkatkan pengetahuan

pasien dan kemampuan pasien dalam menangani penyakit yang dideritanya.

B. Analisis Univariat

1. Tingkat Pengetahuan Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki tingkat

pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 22 (53,66%) pasien. Sementara itu

sebanyak 17 (41.46%) pasien memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, dan

hanya 2 (4.88%) pasien yang memiliki tingkat pengetahuan baik. Rerata tingkat

pengetahuan pada penelitian ini adalah 55.85 ± 15.61%. Instrumen mengenai

tingkat pengetahuan di adopsi dari penelitian Hidayat (2022) dan terdiri dari 20
82

pertanyaan yang telah tervalidasi. Seluruh item pertanyaan ini mengevaluasi

tingkat pengetahuan pasien memngenai penyakit dan cara perawatan DM.

Kuesioner ini meliputi pertanyaan tentang gejala diabetes mellitus, pola

makan yang baik, aktivitas fisik yang disarankan, frekuensi pengobatan atau

kontrol yang disarankan, cara konsumsi obat antidiabetes, komplikasi yang dapat

terjadi, dan cara untuk menangani komplikasi tersebut. Pada penelitian,

didapatkan bahwa sebagian besar pasien memiliki skor rendah pada pertanyaan

mengenai frekuensi pengobatan atau kontrol yang benar, gejala diabetes yang

sering muncul, dan cara pengobatan pada penderita diabetes mellitus. Selain itu,

ditemukan juga sebagian besar pasien memiliki skor yang rendah pada

pertanyaan mengenai pola makan, khususnya mengenai aturan tentang

mengkonsumsi minuman manis jika saat pemeriksaan terdapat gula darah

rendah.

Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia merupakan hasil dari upaya

yang dilakukan oleh manusia dalam mencari suatu kebenaran atau masalah yang

dihadapi. Pengetahuan dapat di definisikan sebagai segala sesuatu yang diketahui

berdasarkan pengalaman manusia itu sendiri dan pengetahuan akan bertambah

sesuai dengan proses pengalaman yang dialaminya. Pengetahuan memiliki

berbagai jenis dan sifat: ada yang langsung dan tidak langsung, ada yang bersifat

tidak tetap, subyektif, dan khusus, serta ada pula yang bersifat tetap, obyektif dan

umum. Jenis dan sifat pengetahuan bergantung pada cara dan alat apa

pengetahuan itu diperoleh pada setiap individu. (Darsini et al., 2019)

Dalam konteks penelitian ini, pengetahuan pasien mengenai penyakit


83

diabetes mellitus dapat diperoleh dari pengalamannya sendiri maupun dari

edukasi orang lain, seperti petugas kesehatan. Pengetahuan pasien mengenai

penyakit diabetes merupakan sarana yang dapat membantu pasien menjalankan

penanganan diabetes semasa hidupnya, mengingat bahwa diabetes merupakan

penyakit yang perlu penanganan dan pemantauan seumur hidup. Perilaku pasien

yang didasari oleh pengetahuan dan sikap yang positif akan berlangsung dengan

baik. Pengetahuan yang diberikan kepada pasien diabetes akan membuat pasien

mengerti mengenai penyakitnya dan mengerti bagaimana harus mengubah

perilakunya dalam menghadapi penyakit tersebut. (Nazriati et al., 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh (Nazriati et al., 2018) di Puskesmas

Mandau Kabupaten Bengkalis menunjukkan bahwa sebagian besar pasien

memiliki tingkat kepatuhan yang cukup (75%), diikuti dengan tingkat

pengetahuan rendah (17,5%) dan tingkat pengetahuan tinggi (7,5%). Beberapa

hal yang kurang diketahui oleh pasien DM berdasarkan kuesioner yang

disebarkan adalah mengenai penyebab, tanda dan gejala penyakit DM. Temuan

ini sejalan dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini dimana sebagian

besar pasien juga memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebagian besar pasien

pada penelitian ini juga kurang memahami pertanyaan mengenai tanda dan gejala

diabetes.

Pengetahuan mengenai penyakit DM umumnya dapatkan dari penjelasan

petugas kesehatan saat kontrol dan informasi berupa leaflet yang diberikan oleh

tenaga kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain

pengalaman, pendidikan, usia, serta fasilitas informasi seperti televisi, radio,


84

koran, dan lain sebagainya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya perilaku. Pengetahuan yang baik mengenai penyakitnya akan

mempengaruhi pasien melakukan tatalaksana dan menjalani pengobatan

penyakitnya dengan baik pula. Tingkat pengetahuan pasien yang dimiliki pasien

akan mendorong pasien untuk patuh menjalani pengobatan dan mendengarkan

instruksi petugas kesehatan. Tingkat pengetahuan yang rendah akan dapat

mempengaruhi pola makan sehingga mengakibatkan kenaikan kadar glukosa

darah.

Namun, temuan pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Haris & Kristianti, 2020) dimana pada penelitian tersebut

didapatkan bahwa sebagian besar pasien memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi. Meskipun demikian, dijelaskan juga bahwa tingginya tingkat pengetahuan

ini disebabkan karena sebagian besar responden telah memnerima edukasi

mengenai diabetes sebelumnya selama minimal 1 bulan dan maksimal 192 bulan.

Temuan ini menunjang bahwa kesadaran diri pada pasien mengenai penyakit

diabetes yang dideritanya mempengaruhi perubahan perilaku pada pasien

tersebut, sehingga pasien lebih peka akan kesehatannya dan lebih awas untuk

mempelajari hal baru yang terkait dengan kondisinya. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa meskipun terdapat perbedaan dalam tingkat pengetahuan,

tingkat pengetahuan sendiri memiliki hubungan linear yang positif dengan sikap

dan perilaku pasien dalam menangani diabetes.

2. Tingkat Self Management Pasien Penderita Diabetes Mellitus

Data dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar


85

penderita diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang memiliki tingkat

self management cukup, yaitu sebanyak 20 (48,48%) pasien. Sementara itu

sebanyak 16 (39.02%) pasien memiliki tingkat self management kurang, dan

hanya sebanyak 5 (12.19%) pasien memiliki tingkat self management baik.

Instrument yang digunakan untuk mengevaluasi self management pada studi ini

adalah Diabetes Self Management Questionnaire yang dikembangkan oleh

Scmitt et al., 2018. Kuesioner ini terdiri dari 16 pertanyaan yang telah tervalidasi.

Kuesioner ini meliputi pertanyaan tentang cara penanganan diabetes,

frekuensi kontrol, pola diet, cara mengkonsumsi obat, dan pertanyaan mengenai

aktivitas fisik. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien

memiliki skor rendah mengenai cara dan frekuensi pemeriksaan gula darah, serta

pertanyaan mengenai frekuensi kontrol.

Self-management merupakan suatu strategi kognitif behavioral. Hal ini

didasarkan oleh teori bahwa setiap manusia memiliki kecenderungan-

kecenderungan positif maupun negatif. Komponen self management meliputi

pemantauan diri (self monitoring), reinforcement yang positif (self reward),

kontrak atau perjanjian dengan diri sendiri (self contracting), dan penguasaan diri

terhadap stimulus eksternal. Dengan demikian dapat dimengerti bahwa self

management adalah prosedur dimana individu mengatur perilakunya sendiri.

(Grady & Gough, 2018)

Dalam konteks diabetes, self management pada penyakit diabetes

bertujuan untuk mengontrol kadar glukosa darah sehingga kadar glukosa darah

tetap dalam tingkat normal bagi pasien diabetes melitus (Istiyawanti, 2019). Self
86

care management juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri, sehingga pasien memiliki

kemampuan mencegah dan mengelola penyakit diabetes dengan kepatuhan

terhadap pengobatan dan nasihat yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Pada

akhirnya self-care management diabetes jika dilakukan dengan benar dapat

mencegah komplikasi yang dapat timbul dari diabetes. Self care management

pada diabetes meliputi perilaku seperti pengaturan pola makan, aktifitas latihan

fisik atau latihan jasmani, monitoring kadar gula darah, perawatan kaki dan

terapi pengobatan secara farmasi atau kepatuhan dalam melakukan kontrol dan

berobat diabetes. (Warsono, 2022)

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar pasien memiliki

tingkat self management yang cukup. Temuan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh (Kurniawan & Yudianto, 2016) dan (Pertiwi et al., 2020) dimana

sebagian besar responden memiliki tingkat self management yang juga cukup.

Ditemukan juga bahwa self management secara signifikan dipengaruhi oleh

faktor seperti pengetahuan dan self efficacy.

Faktor yang dapat mempengaruhi pelaksanaan self care management adalah

adanya kemampuan seseorang dalam memperoleh, memahami memproses

informasi serta pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya dalam mengambil

keputusan yang tepat (health literacy), kepercayaan diri seseorang untuk mampu

melakukan sesuatu dengan sukses (self efficacy) serta adanya dukungan keluarga

(Sabil et al., 2019). Sedangkan untuk memperoleh keberhasilan self care

management diabetes dapat terlaksana dengan baik dinyatakan adanya pengaruh


87

dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita diabetes dan

dukungan keluarga penderita diabetes sendiri (Ningrum, 2019).

C. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Stress

Pada penelitian ini, analisis bivariat pada 41 responden dilakukan dengan

uji korelasi rank Spearman yang digunakan untuk melihat kemungkinan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

Dapat dilihat bahwa sebagian besar pasien yang menderita diabetes mellitus di

RS Permata Medika Semarang memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan

tingkat stress berat, serta tingkat pengetahuan baik dengan stress sedang, dengan

jumlah pasien masing-masing sebanyak 15 (36.59%).

Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan p-value 0.000. Nilai ini

menggambarkan nilai kemaknaan yang lebih kecil dari 0.05, yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat

stress pada pasien diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang.

Didapatkan juga koefisien korelasi senilai 0.843. Nilai ini berada dalam rentang

0.80 – 1.00 yang berarti hubungan ini memiliki kemaknaan yang sangat tinggi

atau kuat. Selain itu, koefisien korelasi memiliki nilai yang negatif. Hal ini

berarti peningkatan pengetahuan akan menurunkan tingkat stress, dan sebaliknya

penurunan pengetahuan akan meningkatkan tingkat stress.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu dimana ditemukan

bahwa orang yang baru terkena DM kebanyakan memiliki pengetahuan yang

minim tentang penyakit diabetes mellitus sehingga mudah terkena komplikasi


88

DM. Pengetahuan pasien tentang DM merupakan sarana yang penting untuk

membantu menangani penderita diabetes itu sendiri, sehingga semakin banyak

dan semakin baik pengetahuannya tentang diabetes, maka semakin baik pula

dalam menangani DM itu sendiri. Selanjutnya mengubah perilaku juga akan

dapat mengendalikan kondisi penyakitnya sehingga dapat bertahan hidup lebih

lama serta kualitas hidup semakin baik. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa

pengetahuan seseorang tentang diabetes masih rendah.

Tingkat pengetahuan memiliki hubungan dengan tingkat stres dalam

menjalani penanganan DMnya. Pengetahuan sangat penting bagi pasien DM,

agar terhindar dari komplikasi. Pengetahuan meliputi pengetahuan mengenai

penyakit, proses penatalaksanaan, terapi pengobatan, interaksi, pola makan,

aktivitas fisik, serta pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat

(PERKENI, 2015). Pada penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar pasien

memiliki tingkat pengetahuan yang cukup mengenai pola diet dan frekuensi

kontrol. Pada dasarnya pasien DM banyak yang telah mengetahui anjuran

diet tetapi tidak mematuhinya karena banyak yang menganggap bahwa

makanan diet untuk pasien DM cenderung tidak menyenangkan, sehingga

mereka makan sesuai dengan keinginan bila belum menunjukkan gejala

serius (Setyorini, 2017). Pasien dengan DM khususnya mereka yang telah

menderita lebih dari 5 tahun juga umumnya mengetahui bahwa mereka harus

kontrol dengan rutin, namun terkadang pasien merasa bahwa gejalanya sudah

membaik sehingga frekuensi kontrol menurun. Hal ini seterusnya akan

memperburuk kondisi klinis pasien, sehingga meningkatkan tingkat stress. Teori


89

ini dibuktikan pada temuan dalam penelitian ini dimana pasien dengan tingkat

pengetahuan cukup memiliki tingkat stress berat, sementara pasien dengan

tingkat pengetahuan baik dengan stress sedang. Hal ini menunjukkan adanya

hubungan berbalik dimana tingginya tingkat pengetahuan dapat menurunkan

tingkat stress dan begitu pula sebaliknya.

Pada penelitian ini ditemukan juga bahwa sebagian besar pasien baru

menderita DM selama 5 tahun. Pasien dengan lama menderita DM yang lebih

sebentar cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang kurang baik mengenai

cara penatalaksanaan dan cara mencegah komplikasi yang dapat ditimbulkan

karena DM akibat kurang banyaknya pengalaman dibandingkan dengan pasien

yang telah menderita DM lebih lama. Sehingga demikian hal ini dapat

meningkatkan tingkat stress akan kondisi yang dialaminya. Hal ini dapat

menjelaskan hasil pada penelitian ini dimana meskipun tingkat pengetahuan

cukup, sebagian besar pasien masih memiliki stress brat. Pada penelitian ini

didapatkan juga bahwa masih banyak pasien yang datang berobat sendiri tanpa

ditemani oleh pendamping. Keberadaan pendamping saat kontrol rutin dapat

membantu pasien dalam mengingat edukasi yang diberikan oleh dokter terutama

mengenai perkembangan penyakitnya, evaluasi kondisi terbaru saat kontrol,

pengingat untuk minum obat, dan lain sebagainya. Selain itu, terdapatnya

pendamping juga bertujuan untuk memberikan dukungan emosional pada pasien,

yang dapat berdampak pada penurunan tingkat stress. Hal ini dapat menjelaskan

prevalensi pasien dengan tingkat pengetahuan baik yang masih memiliki stress

ringan maupun sedang.


90

Pengetahuan pasien tentang DM merupakan sarana yang penting

untuk membantu menangani pasien diabetes itu sendiri, sehingga semakin

banyak dan semakin baik pengetahuannya tentang diabetes, maka semakin

baik pula dalam menangani penyakit dan tingkat stressnya (Gharaibeh &

Tawalbeh, 2018). Perubahan perilaku juga akan dapat mengendalikan kondisi

penyakitnya, sehingga meningkatkan kualitas hidup semakin baik yang

kemudian akan menurunkan tingkat stress (Chai, et al., 2018).

2. Hubungan Antara Self Management Dengan Tingkat Stress

Pada penelitian ini, analisis bivariat dilakukan dengan uji korelasi rank

Spearman yang digunakan untuk melihat kemungkinan adanya hubungan yang

bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen. Dapat dilihat

bahwa sebagian besar pasien yang menderita diabetes mellitus di RS Permata

Medika Semarang memiliki tingkat self management baik dengan tingkat stress

sedang, serta tingkat self management cukup dengan stress berat, dengan jumlah

pasien masing-masing sebanyak 14 (34.15%) dan 15 (36.59%) pasien.

Hasil analisis uji korelasi Spearman menunjukkan p-value 0.000. Nilai ini

menggambarkan nilai kemaknaan yang lebih kecil dari 0.05, yang berarti

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat self management dengan

tingkat stress pada pasien diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang.

Didapatkan juga koefisien korelasi senilai 0.866. Nilai ini berada dalam rentang

0.80 – 1.00 yang berarti hubungan ini memiliki kemaknaan yang sangat tinggi

atau kuat. Selain itu, koefisien korelasi memiliki nilai yang negatif. Hal ini

berarti peningkatan self management akan menurunkan tingkat stress, dan


91

sebaliknya penurunan self management akan meningkatkan tingkat stress.

Pengobatan diabetes yang paling utama yaitu mengubah gaya hidup

terutama mengatur pola makan yang sehat dan seimbang. Penerapan diet

merupakan salah satu komponen utama dalam keberhasilan penatalaksanaan

diabetes, akan tetapi sering kali men-jadi kendala dalam pelayanan diabetes

karena dibutuhkan kepatuhan dan motivasi dari pasien itu sendiri. Perubahan

pola hidup dan diet merupakan hal yang sulit dilakukan karena sama saja

dengan merubah kebiasaan yang telah pasien lakukan selama berpuluh-

puluh tahun yang lalu (Aweko,et al., 2018). Bagi pasien DM, perubahan pola

hidup dan diet bukanlah hal yang mudah, dan dapat membuat individu

mengalami stres, serta dapat menimbulkan kejenuhan karena mereka harus

menaati program pengobatan yang dianjurkan selama hidupnya.

Stress merupakan ancaman yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional

dan spiritual. Keadaan ini dialami oleh pasien ketika menjalani pengobatan

yang dianjurkan. Stres yang dialami pasien DM dalam jangka panjang dapat

memperburuk kondisi kesehatan. Stres juga dapat menghasilkan perubahan

dalam aspek psikologis, fisiologis dan emosional. Stres sendiri dua kali lebih

mudah menyerang orang dengan diabetes dibandingkan dengan orang yang

tidak mengidap diabetes. Stres yang timbul dan lamanya stres ditentukan oleh

berbagai kesulitan yang dialami pasien diabetes selama melaksanakan

pengobatannya, seperti kesulitan dalam pola diet maupun kesulitan dalam kontrol

rutin (Seligman,et al., 2018).

Temuan pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
92

(Kusnanto et al., 2019) self-management memiliki hubungan yang signifikan

dengan diabetes distress, yang ditunjukkan dengan peningkatan HbA1c,

ketidakpatuhan konsumsi obat, dan ketidakpatuhan diet dan aktivitas fisik.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh (Elbatreek et al., 2019) juga menyatakan

bahwa terdapat hubungan negatif antara gejala depresi dengan perawatan diri

diabetes, dimana semakin rendah perawatan diri pasien maka tingkat stres

pasien DM akan lebih besar.

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa sebagian besar pasien berusia lebih

dari 65 tahun. Pasien dengan usia yang lebih tua mungkin memiliki kesulitan dan

limitasi fisik dalam melakukan aktivitas sehari-hari, terlebih jika pasien penderita

diabetes mellitus telah memiliki komplikasi. Hal ini selanjutnya akan

mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengurus dirinya sendiri, yang

selanjutnya dapat berdampak pada tingkat stress. Sama halnya, banyaknya pasien

yang datang sendiri saat berobat rutin juga dapat merasa kurangnya dukungan

emosional dari keluarga, teman, maupun kerabat lainnya, yang dapat

menjelaskan tingginya pasien yang memiliki stress sedang meskipun dengan self

management yang termasuk baik. Selain itu, sebagian besar pasien pada

penelitian ini juga memiliki tingkat penghasilan rendah yaitu dibawah Rp.

1.500.000 yang dapat menunjukkan keterbatasan finansial pada pasien untuk

mendapatkan akses ke pelayanan kesehatan, yang mana hal ini juga terlihat pada

banyaknya proporsi pasien yang hanya rutin berobat 1 bulan sekali. Faktor-faktor

ini juga dapat menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar pasien memiliki self

management yang baik maupun cukup, pasien-pasien tersebut masih memiliki


93

tingkat stress sedang hingga berat.

Berdasarkan data penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pasien DM memiliki self management baik dengan tingkat stress sedang, dan

pasien dengan tingkat self management cukup memiliki stress berat. Hal ini

menunjukkan bahwa peningkatan tingkat self management menghasilkan

penurunan tingkat stress.


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian, pengolahan data, dan pembahasan tentang

hubungan tingkat pengetahuan dan self management diabetes dengan tingkat

stress pasien diabetes mellitus yang menjalani diet di RS Permata Medika

Semarang, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan pada pasien

diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang termasuk kategori

cukup.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat self management pada

pasien diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang termasuk

kategori cukup.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat stress pada pasien

diabetes mellitus di RS Permata Medika Semarang termasuk kategori

sedang.

4. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat stress pada pasien

diabetes melitus yang menjalani diet di RS Permata Medika Semarang.

5. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan antara self management dengan tingkat stress pada pasien

94
95

diabetes melitus yang menjalani diet di RS Permata Medika Semarang.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan dasar untuk memngembangkan

profesi keperawatan dan meningkatkan ilmu pengetahuan tentang kesehatan

serta teknologi yang berkembang dalam keperawatan, khususnya mengenai

tingkat pengetahuan dan self management dengan tingkat stress pada pasien

diabetes mellitus.

2. Bagi Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman serta bahan pengetahuan

mengenai tingkat pengetahuan dan self management dengan tingkat stress

pada penderita diabetes mellitus yang menjalani diet.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai sumber pelajaran

selama proses perkuliahan serta sebagai pengetahuan tersendiri bagi penulis.

4. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana pengetahuan bagi keluarga

dan masyarakat umum dalam hal menangani tingkat pengetahuan dan self

management sehingga diharapkan bahwa tingkat stress pada pasien diabetes

mellitus akan berkurang.


60

i. Jadwal Penelitian

Bulan
Kegiatan Januari 2023 Februari Maret 2023 April 2023 Mei 2023 Juni 2023 Juli 2023 Agustus September 2023
2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul proposal
i

skripsi i i

Proses bimbingan BAB I i i i i

sampai dengan BAB III i i i i i

Seminar proposal skripsi


i i i i

Revisi proposal skripsi


i i i i i

Pengajuan ijin uji expert


i i i i i i

Uji expert i i i

Pengajuan ijin penelitian


i i i i i i i

Pelaksanaan penelitian
i i i i i

Proses bimbingan BAB i i i

IV sampai dengan BAB V


i i i

Presentasi hasil penelitian


i i i i i i i i

Revisi dan pengumpulan


i i i i

akhir i
DAFTAR PUSTAKA

Almaini, & Heriyanto, H. (2019). Pengaruh Kepatuhan Diet, Aktivitas Fisik Dan
Pengobatan Dengan Perubahan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes
Mellitus Suku Rejang. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1(1), 55–66.
https://doi.org/10.33088/jkr.v1i1.393

Almatsier. (2019). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit PT Gramedia.


Pustaka Utama.

Amanda, S., Rosidin, U., & Permana, R. H. (2020). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Senam Diabetes Melitus Terhadap Pengetahuan Kader Kesehatan.
Media Karya Kesehatan, 3(2), 162–173.

Ampu, M. N. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Pemberian Asi


Eksklusif Pada Bayi Di Puskesmas Neomuti Tahun 2018. Intelektiva: Jurnal
Ekonomi, Sosial & Humaniora, 2(12), 9–19.

Anani. (2017). Hubungan antara perilaku pengendalian Diabetes dan Kadar


Gula Darah Pasien.

Anjani, A. D., Aulia, D. L. N., & Suryanti. (2021). Metodologi Penelitian


Kesehatan. Pena Persada, 1(69), 1–150.

Aregbesola, A., Voutilainen, S., Virtanen, J. K., Mursu, J., & Tuomainen, T. P.
(2017). Gender difference in type 2 diabetes and the role of body iron stores.
Annals of Clinical Biochemistry, 54(1), 113–120.
https://doi.org/10.1177/0004563216646397

Arimbi, D. S. D., Lita, & Indra, R. L. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan


Terhadap Motivasi Mengontrol Kadar Gula Darah Pada Pasien DM Tipe II.
Jurnal Keperawatan Abdurrab, 4(1), 66–76.
https://doi.org/10.36341/jka.v4i1.1244

Asikin, N. (2018). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem muskuloskletal. Jakarta:


Erlangga.

Bilous. (2021). Seri Kesehatan Bimbingan Dokter Pada Diabetes. Jakarta : Dian
Rakyat.

Bird, Y., Lemstra, M., Rogers, M., & Moraros, J. (2015). The relationship
between socioeconomic status/income and prevalence of diabetes and
associated conditions: A cross-sectional population-based study in
Saskatchewan, Canada. International Journal for Equity in Health, 14(1), 1–
8. https://doi.org/10.1186/s12939-015-0237-0

Chen, M., Wang, Y., Feng, P., Liang, Y., Liu, Q., Yang, M., Lu, C., Shi, P.,
Cheng, J., Ji, A., & Zheng, Q. (2023). Association between Age at Type 2
Diabetes Onset and Diabetic Retinopathy: A Double-Center Retrospective
Study. Journal of Diabetes Research, 2023.
https://doi.org/10.1155/2023/5919468

Ciarambino, T., Crispino, P., Leto, G., Mastrolorenzo, E., Para, O., & Giordano,
M. (2022). Influence of Gender in Diabetes Mellitus and Its Complication.
International Journal of Molecular Sciences, 23(16), 1–13.
https://doi.org/10.3390/ijms23168850

Dahlan, S. (2020). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel,Salemba


Medika, Jakarta.

Damayanti, S. (2018a). Diabetes Melitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta : Nuha Medika.

Damayanti, S. (2018b). Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaan Keperawatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Darmojo, R. B. (2019). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).


Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review.


Jurnal Keperawatan, 12(1), 97.

Dinkes Jateng. (2022). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang:


Dinkes Jateng.

Duhan, F. A. D. (2021). Hubungan Tingkat Stress dengan kadar gula pasien


Diabetes Militus DI KLINIK AS-SUNNAH MADIUN.

Elbatreek, M. H., Pachado, M. P., Cuadrado, A., Jandeleit-Dahm, K., & Schmidt,
H. H. H. W. (2019). Reactive Oxygen Comes of Age: Mechanism-Based
Therapy of Diabetic End-Organ Damage. Trends in Endocrinology and
Metabolism, 30(5), 312–327. https://doi.org/10.1016/j.tem.2019.02.006

Ermawati., D. dan. (2020). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


Trans Info Media.

Ernawati. (2018). Penatalaksanaan Keperawatan Diabetes Melitus Terpadu


Dengan Penerapan Teori Keperawatan Self Care Orem. Jakarta: Mitra
Wacana Media.

Fatmawati, B. R., Suprayitna, M., & Prihatin, K. (2020). Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Terhadap Sikap Dan Tindakan Pencegahan Ulkus Diabetik Pada
Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Kesehatan Qamarul Huda, 8(1), 34–
41. https://doi.org/10.37824/jkqh.v8i1.2020.189
Gao, J., Wang, J., Zheng, P., Haardörfer, R., Kegler, M.C., Zhu, Y. and Fu, H.
(2018). Effects of self-care, self-efficacy, social support on glycemic control
in adults with type 2 diabetes. BMC Family Practice, 14.

Grady, P. A., & Gough, L. L. (2018). Self-management: A comprehensive


approach to management of chronic conditions. American Journal of Public
Health, 108(8), S430–S436. https://doi.org/10.2105/AJPH.2014.302041

Hakim, L. N. (2020). Urgensi Revisi Undang-Undang tentang Kesejahteraan


Lanjut Usia. Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 11(1), 43–55.
https://doi.org/10.46807/aspirasi.v11i1.1589

Hardani. Ustiawaty, J. A. H. (2017). Buku Metode Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif (Issue April).

Haris, F., & Kristianti, L. Y. (2020). Fahni HarisLinda Yuli Kristianti 1 1.


Indonesian Journal of Nursing Practices, 4(1), 21–27.

Hidayat, N. (2022). Analisis faktor yang mempengaruhi Self Management pada pasien
Diabetes Militus Tipe 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BUDURAN KAB.
SIDOARJO.

Homoud Alanazi, N., Mohammed Alsharif, M., Rasool, G., Hashash Alruwaili, A.
Bin, Matrouk Zayed Alrowaili, A., Saud Aldaghmi, A., Dughaieum Al
Shkra, M. K., Awadh Alrasheedi, F., Saleem Alenezi, G., & Theyab Alanazi,
M. (2017). Prevalence of diabetes and its relation with age and sex in Turaif
city, northern Saudi Arabia in 2016-2017. Electronic Physician, 9(9), 5294–
5297. https://doi.org/10.19082/5294

International Diabetes Federation (IDF). (2021). Diabetes atlas.


http://www.eatlas.sdf.org.

Isnaini, F. and T. (2018). Strategi self-management untuk meningkatkan


kedisiplinan belajar. Penelitian Humaniora, 16.

Isomah. (2018). Analisis Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Self Care
Management Pasien Diabetes Mellitus Dalam Konteks Asuhan Keperawatan
Di Rs Panti Wilasa Citarum Semarang. Tesis. Universitas Indonesia.

Khasanah, U., Anwar, S., Sofiani, Y., & ... (2019). Edukasi Masyarakat Dalam
Peningkatan Pencegahan Dan Perawatan Hipertensi dan DM Desa Kaliasin
Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang. Prosiding Seminar Nasional
Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, September 2019, 1–10.

Kurniawan, T. and Yudianto, K. (2018). Diabetes Self-Management and Its


related Factors Manajemen Diabetes dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi.
Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 4(3).
Kurniawan, T., & Yudianto, K. (2016). Diabetes Self-Management and Its related
Factors. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, v4(n3), 267–273.
https://doi.org/10.24198/jkp.v4n3.6

Kusnanto, K., Sundari, P. M., Asmoro, C. P., & Arifin, H. (2019). Hubungan
Tingkat Pengetahuan Dan Diabetes Self-Management Dengan Tingkat Stres
Pasien Diabetes Melitus Yang Menjalani Diet. Jurnal Keperawatan
Indonesia, 22(1), 31–42. https://doi.org/10.7454/jki.v22i1.780

Livana PH, Indah Permata Sari, H. (2018). Gambaran Tingkat Stress Pasien
Diabetes Mellitus.

Marasabessy, N. B. (2020). Pencegahan Penyakit Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2.


Jakarta : Penerbit NEM.

Masturoh, I., dan N. A. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementerian


Kesehatan RI. Jakarta.

Maulana, M., & Muhsin, I. (2018). Mengenal Diabetes Mellitus : Panduan


Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta : Penerbit Katahati-
Wisdom.

Mubarak, W.I., Lilis, I., & Joko, S. (2021). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar.
Jakarta : Penerbit Salemba Medika.

Musradinur. (2017). Stres dan Cara Mengtasinya dalam Perspektif Psikologi.


Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry.

Nasriati, A. S. (2018). Stress dan Perilaku Pasien DM dalam Mengontrol Kadar


Gula Darah. Jurnal Fakultasi lmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Ponoroggo.

Nazriati, E., Pratiwi, D., & Restuastuti, T. (2018). Pengetahuan pasien diabetes
melitus tipe 2 dan hubungannya dengan kepatuhan minum obat di Puskesmas
Mandau Kabupaten Bengkalis. Majalah Kedokteran Andalas, 41(2), 59.
https://doi.org/10.25077/mka.v41.i2.p59-68.2018

Nursalam. (2016). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan (Salemba Me).

Perkeni. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2


dewasa di Indonesia 2019. In Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Pertiwi, V., Balgis, B., & Mashuri, Y. A. (2020). The influence of body image and
gender in adolescent obesity. Health Science Journal of Indonesia, 11(1),
22–26. https://doi.org/10.22435/hsji.v11i1.3068
Putra, K. W. R., Toonsiri, C., & Junprasert, S. (2019). International Conference of
Kerta Cendekia Nursing Academy Monthly Income of Family, Educational
Level, Knowledge, and Eating Behaviors Among People With Type 2
Diabetes Mellitus in Sidoarjo. 169–173.
http://ejournal-kertacendekia.id/index.php/ICKCNA/

Putri, R. dan N. (2019). Hubungan Tingkat Stres Klien Dm Tipe 2 Dengan Kadar
Glukosa Darah Di Poli Klinik Khusus Penyakit Dalam RSUD Dr. M. Djamil
Padang. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas.

Rakasiwi, L. S. (2021). Pengaruh Faktor Demografi dan Sosial Ekonomi terhadap


Status Kesehatan Individu di Indonesia. Kajian Ekonomi Dan Keuangan,
5(2), 146–157. https://doi.org/10.31685/kek.v5i2.1008

Reetu., R. S. dan K. (2021). Konsep Stres Dan Perubahan – Perubahan Hormon


Saat Stress.

RI, K. K. (2021). Data Sample Registration Survey tahun 2021. Bulletin jendela
data dan informasi kesehatan.

RIKESDA. (2022). Hasil Utama Riskesdas. Kementrian Kesehatan RI : Badan


Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan.

Shao, Y., Liang, L., Shi, L., Wan, C. and Yu, S. (2017). The Effect of Social
Support on Glycemic Control in Patients with Type 2 Diabetes Mellitus: The
Mediating Roles of Self-Efficacy and Adherence. Journal of Diabetes
Research, 2017.

Siddalingaiah, N., Chawla, K., Nagaraja, S. B., & Hazra, D. (2023). Risk factors
for the development of tuberculosis among the pediatric population: a
systematic review and meta-analysis. European Journal of Pediatrics, 3007–
3019. https://doi.org/10.1007/s00431-023-04988-0

Soegondo, S. (2019). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta :


Balai Penerbit FKUI.

Suryati, I., Primal, D., & Pordiati, D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Lama Menderita Diabetes Mellitus (Dm) Dengan Kejadian Ulkus
Diabetikum Pada Pasien Dm Tipe 2. JURNAL KESEHATAN PERINTIS
(Perintis’s Health Journal), 6(1), 1–8. https://doi.org/10.33653/jkp.v6i1.214

Trisnawati, S.K. dan Soedijono, S. (2017). Faktor Risiko Kejadian DM Tipe 2 di


Puskesmas Wilayah Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun
2012.Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1): 6-11.

Wardani, C. (2019). Gambaran Selft-Manajemen Pada Pasien Diabetes Mellitus


Tipe II Di Puskesmas Tarogong Kabupaten Garut.
Warsono, E. D. (2022). Pentingnya Self Care Management Diabetes Bagi Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2. Kementerian Kesehatan RI.
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/864/pentingnya-self-care-
management-diabetes-bagi-pasien-diabetes-melitus-tipe-2

Waspadji, S. (2019). Komplikasi Kronik Diabetes Melitus : Pengenalan Dan


Penanganannya. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

WHO. (2022). World Health Organization. World Health Statistic, Geneva:


WHO. Diakses pada.

Yan, Z., Cai, M., Han, X., Chen, Q., & Lu, H. (2023). The Interaction Between
Age and Risk Factors for Diabetes and Prediabetes: A Community-Based
Cross-Sectional Study. Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity,
16(December 2022), 85–93. https://doi.org/10.2147/DMSO.S390857

Yuliasri, T. R. (2022). Hubungan Tingkat Pendidikan Terhadap Pengetahuan Ibu


Menyusui Tentang Cara Memerah Dan Menyimpan Air Susu Ibu (Asi).
Jurnal Ilmu Kebidanan, 8(2), 17–20. https://doi.org/10.48092/jik.v8i2.173
LAMPIRAN
LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN

Semarang, i 2023

Kepada Yth, i

Calon responden penelitian i i i i i i

Di Tempati i

Dengan hormat,
i

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa S1 Keperawatan i i i i i i i

Universitas Widya Husada Semarang :


i i i i i

Nama : Indriani Anggesti Ningrum


i i i i i i

NIM i : 1907031
Prodi i : S1 Keperawatan i i

Saya bermaksud mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat i i i i i i i

Pengetahuan Dan Self Management Diabetes Dengan Tingkat Stress Pasien


Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet”. Penelitian ini tidak akan merugikan i i i i i i i i i

responden. Saya selaku peneliti akan menjaga kerahasiaan identitas dan jawaban
i i i i i i i i i i i i i

responden, data hanya saya gunakan untuk kepentingan penelitian.


i i i i i i i i i

Bersama ini saya lampirkan surat persetujuan responden. Saudara


i i i i i i i i

dipersilahkan menandatangani surat persetujuan bila bersedia secara sukarela


i i i i i i i i i i i i i

menjadi responden penelitian. Jika ada hal- hal yang perlu ditanyakan /
i i i i i i i i i i i

disampaikan, saudara dapat menghubungi saya melalui nomor telepon diatas.


i i i i i i i i i

Besar harapan saya agar saudara be rsedia menjadi responden dalam


i i i i i i i i

penelitian dan menjawab pertanyaan terkait penelitian yang akan diajukan.


i i i i i i i i i i i i i

Saya ucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerja sama saudara. i i i i i i i

Hormat Saya,

Indriani Anggesti Ningrum


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi i i i i i i i i i i

resposden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Program Studi S1


i i i i i i i i i i

Keperawatan Universitas Widya Husada Semarang tentang “Hubungan Tingkat


i i i i i i i i

Pengetahuan Dan Self Management Diabetes Dengan Tingkat Stress Pasien

Diabetes Mellitus Yang Menjalani Diet”.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif dan
i i i i i i i i i i i i i i

data mengenai diri saya dalam penelitian ini akan dijaga kerahasiaannya oleh
i i i i i i i i i i i i i i i

peneliti. Semua berkas yang mencantumkan identitas saya hanya digunakan untuk
i i i i i i i i i i i

peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan data-data peneliti.


i i i i i i i i i i i i i

Demikian dengan sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya
i i i i i i i i

bersedia berperan dalam penelitian ini.


i i i i i i i i i i i

Semarang,
i 2023

Responden i i
KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SELF MANAGEMENT


DIABETES DENGAN TINGKAT STRES MENJALANI DIET
PENDERITA DIABETES MELLITUS
Nomor Responden :

Tanggal Pengambilan Data :

INSTRUMENT PENGUMPULAN DATA

Petunjuk pengisian :
i i i i

1. Isilah semua pertanyaan dibawah ini dengan jujur


i i i i i i i i

2. Silakan mengisi pada tempat yang sesuai, khusus untuk pertanyaan pilihan
i i i i i i i i i i

harap diisi) pada nomor jawaban atau padakolom yang sesuai


i i i i i

Identitas responden :
i i i i i

1. Usia i : …….Tahun

2. Jenis kelamin i i i i :..........

a. Laki-laki i i

b. Perempuan i i

3. Pendidikan i i i : . . . . . . . . ..

a. Tidak Sekolah i i

b. SD

c. SMP

d. SMA/SMK

e. Perguruan Tinggi i i i
4. Penghasilan i i :.........

5. Lama sakit DM i :. . . . . . . . . .

6. Berobat atau konsul diantar oleh siapa . . . . .


i i i i

a. Suami/ Istri i i i

b. Sendiri i i i

c. Anak

d. Keluarga i

e. Teman/lainnya i i

7. Rutin berobat/ Konsul. . . . .


i i

a. Rutin berobat 1 minggu sekali i i i i i

b. Rutin berobat 1 bulan sekali i i i i

c. Rutin berobat 2 bulan sekali i i i i

d. Rutin berobat 3 bulan sekali i i i i

e. Kadang-kadang/ tidak rutin i i

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN PADA PASIEN DM

Dibawah ini adalah daftar pertanyaan tentang pengetahuan Diabetus Melitus.


i i i i i i i i i i i

Berilah tanda chek (√) pada :


i i i

1. Bagaimana Gejala Diabetes. . . .


i i i i i

a. Kencing di malam hari


i i i i

b. Kencing di Siang Hari


i i i i i

c. Kencing di pagi hari


i i i i i

2. Bagaimana pola makan dengan benar. . . .


i i i
a. 3 sehat 4 sempurna i i

b. 4 Sehat 5 Sempurna i i

c. Minum air putih saja i i i

3. Bagaimana pada penderita DM harus melakukan olah raga dengan rutin. . .


i i i i i i i

a. Olah raga dengan jalan-jalan ringan i i

b. Berkebun i i

c. Bersepeda i i i

4. Bagaimana pengobatan yang benar tehadap penderita DM . . .


i i i i i i i

a. Rutin berobat 1 minggu sekali i i i i i

b. Rutin berobat 1 bulan i i

c. Tidak Pernah berobat


i i i

5. Bagi penderita DM apakah selalu mempunyai luka pada kaki. . .


i i i i i i i i

a. Tidak mempunyai luka pada kaki


i i i i

b. Selalu mempunyai luka pada kaki


i i i i

c. Jarang-jarang mwmpunyai luka pada kaki i i

6. Bagaiamana gejala DM yang sering muncul. . .


i i i i

a. Rasa lapar, dan haus

b. Rasa Penasaran i

c. Pusing i

7. Bagaimana cara pengobatan pada penderita DM . . . .


i i i i i

a. Insulin
i i

b. Obat Minum i

c. Insulin dan obat minum


i i i
8. Bagaiamana jika pemeriksaan gula darah dilakukan secara teratur. . .
i i i i i i i i

a. Dapat mengontrol gula darah i

b. Tidak dapat mengontrol gula darah


i i

c. Senaknya saja i

9. Cara terbaik untuk merawat pada kaki. . . i i i i

a. Melihat dan mencuci kaki setiap hari


i i i i i i i i

b. Merendam kaki selama satu jam i i i i

c. Membali sepatu boot yang memiliki ukuran yang lebih besar dari biasanya
i i i i i i i i i i i i

10. Jika pada waktu pemeriksaan terdapat gula darah rendah, apakah boleh
i i i i i i i

minum yang manis.. .


i i

a. Boleh banyak i

b. Boleh sedikit saja i i i i

c. Tidak Bolehi i

11. Bagaimana gejala diabetes melitus . . . .


i i i i i i i

a. Berdebar-debar i i i

b. Keringat dingin i i i i

c. Lemas atau pucat i

12. Bagaimana komplikasi penyakit diabetes mellitus. . .


i i i i i i i i i i

a. Katarak

b. Gatal-gatal

c. Buta warna

13. Bagi penderita DM kuku jari tangan dan kuku jari kaki sebaiknya
i i i i i i i i i

a. Panjang
b. Pendek i i

c. Tidak boleh memelihara kuku panjag


i i i i i

14. Apakah penyakit diabetes mellitus selalu disertai. . . i i i i i i i i i i i

a. Gula darah tinggi i i

b. Gula darah rendah i

c. Bisa disertai gula darah tinggi atau rendah


i i i i i i i

15. Hal penting yang diatur dalam penderita DM adalah. . ..


i i i i i i

a. Pola diet i i

b. Pola minum i

c. Pola tidur i

16. Apakah Pasien diabetes melitus boleh makan makanan yang mengandung i i i i i i i i i

kolesterol ( daging, jeroan). . . .


i i i i

a. Boleh makan sedikit i i i i

b. Tidak ada pengaruhnya daging jeroan terhadap DM


i i i i i

c. Tidak, boleh memakan yang mengandung kolesterol


i i i i i i

17. Olah raga apa yang boleh dilakukan oleh pasien diabetes adalah i i i i i i i i

a. Jalan-jalan santai i

b. Berkebun i i

c. Jogging i

18. Bila dalam kondisi sakit penderita diperbolehkan melakukan . . . .


i i i i i i i i i i i

a. Aktivitas yang ringan i i i

b. Hanya tidur saja tidak boleh berolah raga i i i i

c. Tidak, diperbolehkan olah raga


i i i i
19. Untuk pemeriksaan gula darah dapat dilakukan. . . i i i i

a. Rutin melakukan pemeriksaan gula darah i i i i i

b. Saat kontrol

c. Saat ada keluhan i

20. Untuk melindungi kaki agar tidak terkena luka sebaiknya menggunakan alas i i i i i i i i i i

kaki apa. . . i

a. Sandal

b. Sepatu i

c. Tidak memakai alas kaki i i i i

KUESIONER SELF MANAGEMENT PADA DM

Kuesioner ini terdiri atas beberapa pernyataan yang mungkin sesuai dengan
i i i i i i i i i i i i i i i

pengalaman Bapak/Ibu/Saudara dalam menghadapi situasi kehidupan sehari-hari.


i i i i i i i i i i i

Terdapat empat pilihan jawaban yang telah disediakan untuk setiap pernyataan
i i i i i i i i i i i

yaitu: i

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.


i i i i i i i i

1 : Kadang-kadang.

2 : Lumayan sering. i i

3 : Sering sekali. i i i i

Selanjutnya, Bapak/Ibu/Saudara diminta untuk menjawab dengan cara memberi


i i i i i i i i i

tanda centang (√) pada salah satu kolom yang pali ng sesuai dengan pengalaman
i i i i i i

Bapak/Ibu/Saudara selama delapan minggu belakangan ini. Tidak ada jawaban


i i i i i i i i

yang benar ataupun salah, oleh karena itu isilah sesuai dengan keadaan diri
i i i i i i i i i i i i
Bapak/Ibu/Saudara yang sebenarnya, yaitu berdasarkan jawaban pertama yang
i i i i i i

terlintas dalam pikiran Bapak/Ibu/ Saudara


i i i i i

No PERNYATAAN Selalu Sering Kadang- Tidak


Kadang Pernah
1 Saya memeriksa kadar gula darah saya i i i

dengan teliti dan penuh perhatian


i i i i i i i

2 Makanan yang saya pilih membantu saya i i i

mencapai kadar gula darah normal


i i

3 Saya selalu datang untuk kontrol rutin i i

pada jadwal dokter praktek atau rumah i i

sakit/poliklinik tempat perawatan diabetes


i i i i i i i i i

saya
4 Saya menggunakan semua obat diabetes i i i i i

(suntikan atau obat tablet yang i i

diresepkan)
i i i

5 Kadang saya makan banyak permen atau i i

makan tinggi karbohidrat i i i

6 Saya mencatat kadar gula i

darah saya secara teratur dari hasil i i i i

pemantauan saya secara mandiri


i i i i

7 Saya sering tidak datang saat jadwal i i i

kontrol rutin baik di dokter praktek, rumah i i i i i

sakit/poliklinik untuk pengobatan diabetes


i i i i i i i i

saya
8 Saya melakukan aktifitas fisik (olah raga) i i i i i

secara teratur agar mencapai kadar gula


i i i i

darah yang optimal i

9 Saya menjalankan diet seuai yang i i i i i

dianjurkan dokter atau spesialis diabetes


i i i i i i i i

dengan ketat i i

10 Saya tidak memeriksa kadar gula darah i i i i

saya sesuai dengan anjuran untuk kontrol i i i

gula darah yang baik i

11 Saya sering menghindari aktifitas fisik i i i i i i i i i

seperti olah raga walaupun hal itu dapat


i i i i

menurunkan kadar gula darah saya


i

12 Saya sering lupa atau cenderung i i i i

melewatkan jadwal minum obat atau


i i i

jadwal suntik insulin i i i

13 Kadang saya makan secara berlebihan i i i i

(walaupun saat kadar gula darah saya


tinggi)
i i

14 Saya perlu lebih sering mengunjungi i i i i i i i

dokter atau rumah sakit untuk perawaan i i i

diabetes saya
i i i

15 Saya cenderung untuk melewatkan i i i i

aktifitas fisik yang telah saya rencanakan


i i i i i i

16 Perawatan diri terkait penyakit diabetes


i i i i i i i i i i

yang saya derita buruk i i


KUESIONER TINGKAT STRESS DENGAN KADAR GULA PASIEN

DIABETES MELITUS

Isilah kuesioner sesuai dengan yang Anda rasakan dengan memberikan tanda
i i i i i i i i i i i i

centang (√) pada salah satu angka yang menurut anda cocok atau anda setuju
i i i

dengan pernyataan tersebut. Adapun pilihan yang tersedia sebagai berikut:


i i i i i i i i i i i i i

0 : Tidak Pernah i i

1 : Kadang-kadang

2 : Sering i i

3 : Hampir setiap saat i i i

N Pernyataan 0 1 2 3
o
1 Saya mudah menjadi marah karena hal-hal kecil atau sepele i i i i i i i i

2 Saya mudah cenderung bereaksi berlebihan pada situasi i i i i i i i i i i

3 Saya mengalami kesulitan untuk relaksasi atau bersantai


i i i i i i i i

4 Sayamudahmerasakesal i i

5 Sayamenjadimerasabanyak menghabiskan energi karenacemas


i i i i i i i i i i

6 Saya mudah menjadi tidak sabaran i i i

7 Saya mudah tersinggung i i

8 Saya mengalami sulit untuk beristirahat i i i i i i

9 Saya mudah menjadi marah i i

10 Saya mengalami kesulitan untuk tenang setelah sesuatu yang mengganggu


i i i i i i i i i

11 Saya mengalami sulit untuk menoleransi gangguan-gangguan terhadap hal yang


i i i i i i i

sedang dilakukan
i i

12 Saya berada pada keadaan tegang i i i

13 Saya merasakan tidak dapat memaklumi hal apa pun yang menghalangi anda untuk
i i i i i i

menyelesaikan hal yang sedang anda lakukan


i i i i i

14 Saya merasakan mudah gelisah i i i


Lampiran: Output SPSS

Descriptives
Statistic Std. Error
USIA Mean 61.95 1.657
95% Confidence Interval for Lower Bound 58.60
Mean Upper Bound 65.30
5% Trimmed Mean 62.28
Median 65.00
Variance 112.598
Std. Deviation 10.611
Minimum 41
Maximum 77
Range 36
Interquartile Range 16
Skewness -.524 .369
Kurtosis -.838 .724

Descriptives
Statistic Std. Error
VAR00001 Mean 6.75 .284
95% Confidence Interval for Lower Bound 6.18
Mean Upper Bound 7.32
5% Trimmed Mean 6.67
Median 6.00
Variance 3.218
Std. Deviation 1.794
Minimum 5
Maximum 10
Range 5
Interquartile Range 3
Skewness .508 .374
Kurtosis -1.173 .733
Descriptives
Statistic Std. Error
VAR00001 Mean 55.85 2.438
95% Confidence Interval for Lower Bound 50.93
Mean Upper Bound 60.78
5% Trimmed Mean 56.91
Median 60.00
Variance 243.628
Std. Deviation 15.609
Minimum 10
Maximum 85
Range 75
Interquartile Range 15
Skewness -1.172 .369
Kurtosis 1.548 .724

Descriptives
Statistic Std. Error
VAR00001 Mean 58.4346 2.11111
95% Confidence Interval for Lower Bound 54.1679
Mean Upper Bound 62.7014
5% Trimmed Mean 58.1044
Median 56.2500
Variance 182.729
Std. Deviation 13.51772
Minimum 25.00
Maximum 100.00
Range 75.00
Interquartile Range 14.59
Skewness .443 .369
Kurtosis 1.564 .724
Descriptives
Statistic Std. Error
VAR00001 Mean 28.0244 1.18707
95% Confidence Interval for Lower Bound 25.6252
Mean Upper Bound 30.4235
5% Trimmed Mean 27.7466
Median 27.0000
Variance 57.774
Std. Deviation 7.60095
Minimum 15.00
Maximum 46.00
Range 31.00
Interquartile Range 9.50
Skewness .791 .369
Kurtosis .293 .724
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
STRESS * PENGETAHUAN 41 100.0% 0 0.0% 41 100.0%

STRESS * PENGETAHUAN Crosstabulation


Count
PENGETAHUAN
1 2 3 Total
STRESS 1 2 0 0 2
2 15 3 0 18
3 0 15 0 15
4 0 4 2 6
Total 17 22 2 41

STRESS * SELFMAN Crosstabulation


Count
SELFMAN
1 2 3 Total
STRESS 1 2 0 0 2
2 14 4 0 18
3 0 15 0 15
4 0 1 5 6
Total 16 20 5 41
Correlations
STRESS SELFMAN PENGETAHUAN
STRESS Pearson Correlation 1 -.866** -.843
Sig. (2-tailed) .000 .190
N 41 41 41
**
SELFMAN Pearson Correlation -.866 1 -.288
Sig. (2-tailed) .000 .068
N 41 41 41
PENGETAH Pearson Correlation -.843 -.288 1
UAN Sig. (2-tailed) .190 .000
N 41 41 41
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai