Anda di halaman 1dari 75

HUBUNGAN OBESITAS CENTRAL DENGAN KEJADIAN

DIABETES MELLITUS DI RSUD Prof. Dr. ANWAR


MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Oleh :

SRI AYU NENGSI


NIM A.18.10.088

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022
HUBUNGAN OBESITAS CENTRAL DENGAN KEJADIAN
DIABETES MELLITUS DI RSUD Prof. Dr. ANWAR
MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
TAHUN 2022

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Pada Program Studi S1 Keperawatan

Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh :

SRI AYU NENGSI


NIM A.18.10.088

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2022

i
LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN OBESITAS CENTRAL DENGAN KEJADIAN


DIABETES MELLITUS DI RSUD Prof. Dr. ANWAR MAKKATUTU
KABUPATEN BANTAENG
TAHUN 2022

SKRIPSI

Disusun Oleh :

SRI AYU NENGSI

NIM. A.18.10.088

Proposal Ini Telah Disetujui

Tanggal Mei 2022

Pembimbing Utama Pembimbing I

(Dr. Muryati, S. Kep, Ns, M. Kes) (Nadia Alfira, S. Kep, Ns, M. Kep)
NIDN. NIDN.

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sri Ayu Nengsi

Nim : A.18.10.088

Program studi : S1 Keperawatan

Jurnal skripsi : Hubungan Obesitas Central Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di

Rsud Prof. Dr. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan plagiasi tulisan atau pikiran orang

lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil

plagiasi orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

Bulukumba, Mei 2022


Yang membuat pernyataan

Sri Ayu Nengsi


NIM. A. 18. 10. 088

iii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan

rahmat dan karunianya kepada saya selaku penulis. Tak lupa pula salam dan shalawat

penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga dalam hal ini, penulis

dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Hubungan Obesitas Central Dengan

Kejadian Diabetes Mellitus Di Rsud Prof. Dr. Anwar Makkatutu Kab. Bantaeng”

dengan tepat waktu. Skripsi ini merupakan sebuah syarat untuk mendapatkan gelar

sarjana keperawatan (S.Kep) pada program studi S1 Keperawatan Stikes Panrita

Husada Bulukumba.

Bersamaan dengan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang

sebesar – besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Muh. Idris Aman., S. Sos., selaku Ketua Yayasan Panrita Husada Bulukumba

2. Dr. Muriyati., S.Kep, M.Kes., selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian

3. Dr. A. Suswani Makmur., SKM, S.Kep, Ns, M.Kes., selaku wakil ketua 1 yang

merekomendasikan pelaksanaan penelitian

4. Hj. Fatmawati., S.Kep, Ns, M.Kep., selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian

5. Dr. Muriyati., S.Kep, M.Kes., selaku pembimbing utama yang telah bersedia

meluangkan waktunya dalam membimbing saya dari awal hingga akhir

penyusunan Skripsi ini.

iv
6. Nadia Alfira., S.Kep, M.Kep., selaku pembimbing II yang telah bersedia

meluangkan waktunya membimbing saya dari awal hingga akhir penyusunan

Skripsi ini

7. Hamdana, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku penguji I yang telah meluangkan waktunya

untuk menguji hasil penyusunan Skripsi ini

8. Muh. Asri, S.Kep, Ns, M.Kep., selaku penguji II yang telah meluangkan

waktunya untuk menguji hasil penyusunan Skripsi ini

9. Herniati, S.Kep, Ns., selaku pendamping yang telah meluangkan waktunya untuk

mendampingi saya dalam seminar Skripsi ini

10. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staf Stikes Panrita Husada Bulukumba atas bekal

pengetahuan dan keterampilan yang telah diberikan kepada penulis selama proses

perkuliahan

11. Khususnya kepada Bapak saya Amir, Ibu saya Risna, beserta keluarga yang selalu

memberikan do’a dan dukungannya kepada penulis dalam menuntut ilmu

12. Terimakasih kepada suami saya tercinta sekaligus ayah dari anak-anak saya Riki

Sunardi yang telah menjadi support system saya dalam menjalani perkuliahan.

13. Terimakasih kepada teman seperjuangan saya Emmawati atas keloyalan

bersahabat dengan saya selama ini dan selalu memberikan dukungan dan bantuan

hingga sekarang.

14. Terima kasih kepada teman – teman seperjuangan di S1 keperawatan 2018 kelas

bantaeng.

v
15. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu, terimakasih

telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

saya selama penyusunan Skripsi ini berlangsung.

Saya selaku penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan

demi memperbaiki skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bisa

bermanfaat bagi pembaca, serta kepada semua pihak khususnya dunia keperawatan

baik di pelayanan maupun pendidikan.

Bulukumba, Maret 2022

Penulis

Sri Ayu Nengsi

vi
ABSRAK

HUBUNGAN OBESITAS CENTRAL DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS


DI RSUD Prof. Dr. ANWAR MAKKATUTU KABUPATEN BANTAENG
Sri Ayu Nengsi1, Muriyati2, Nadia Alfira3.

Latar Belakang: Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis akibat penurunan sekresi
insulin (hormon pengatur glukosa) atau resistensi reseptor glukosa di sel karena gangguan
atau keusakan pada organ pancreas. Diabetes mellitus terjadi akibat kerusakan metabolisme
dengan ciri hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat,
lemak serta protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan
sensitivitas insulin maupun keduanya serta dapat menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati. Komplikasi tersebut bisa membahayakan bagi
tubuh penderitanya apabila tidak ditangani dengan baik, seperti gagal ginjal, retinopati
diabetik, ulkus diabetes melitus serta hipertensi yang berbahaya bagi tubuh.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan obesitas Central dengan kejadian diabetes mellitus.
Metode: Penelitian kuantitatif, dengan jenis deskriptif analitik observasional dan pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain studi deskriptif
Hasil: Analisis bivariat menggunakan uji chi-square dan diperoleh nilai p = 0,00 karena nilai
p < α (0,05), maka Ho diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara
obesitas central dengan kejadian diabetes melitus di RSUD Prof Dr H Anwar Makkatutu
Bantaeng
Kesimpulan dan Saran: frekuensi obesitas central dan diabetes melitus di di RSUD Prof Dr.
H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng kebanyakan berjenis kelamin perempuan dan diharapkan
klien yang menderita obesitas central dapat mengubah perilaku hidup yang monoton dan
tidak sehat.

Kata Kunci: Obesitas Central, Diabetes Melitus

vii
DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN........................................iii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iv

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian......................................................................................7
1. Tujuan umum......................................................................................7
2. Tujuan khusus.....................................................................................7
D. Manfaat Penelitian....................................................................................7
1. Manfaat bagi peneliti..........................................................................7
2. Manfaat bagi institusi..........................................................................8
3. Manfaat bagi peneliti keperawatan.....................................................8
4. Manfaat bagi masyarakat....................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9

A. Tinjauan Teori tentang Diabetes Melitus..................................................9


1. Definisi................................................................................................9
2. Etiologi ...............................................................................................10
3. Klasifikasi...........................................................................................12
4. Patofisiologi........................................................................................13
5. Manifestasi klinis................................................................................14
6. Pemeriksaan penunjang.......................................................................16
7. Komplikasi..........................................................................................17
8. Penatalaksanaan .................................................................................18
B. Tinjauan Teori tentang Obesitas Central..................................................20
1. Defenisi ..............................................................................................20
2. Penilaian obesitas Central...................................................................21
3. Dampak Obesitas Central...................................................................23
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Obesitas Central..........................24

viii
5. Komplikasi..........................................................................................28
C. Kerangka Teori.........................................................................................31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN..................32

A. Kerangka Konsep......................................................................................32
B. Variabel Penelitian....................................................................................32
1. Variabel Independen...........................................................................32
2. Variabel Dependen..............................................................................33
C. Definisi Konseptual...................................................................................33
1. Obesitas Central..................................................................................33
2. Diabetes Melitus.................................................................................33
D. Definisi Operasional.................................................................................34
E. Hipotesis Operasional...............................................................................35

BAB IV METODE PENELITIAN.......................................................................36

A. Desain Penelitian.......................................................................................36
B. Waktu dan Lokasi Penelitian....................................................................36
C. Populasi dan Sampel.................................................................................37
1. Populasi...............................................................................................37
2. Sampel.................................................................................................37
D. Instrumen Penelitian.................................................................................39
E. Alur Penelitian..........................................................................................40
F. Tehnik Pengumpulan Data........................................................................40
G. Teknik Pengelolaan dan Analisa Data......................................................41
H. Etika Penelitian.........................................................................................42
I. Jadwal Penelitian ......................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................43

LAMPIRAN

ix
11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus merupakan penyakit kronis akibat penurunan sekresi

insulin (hormon pengatur glukosa) atau resistensi reseptor glukosa di sel

karena gangguan atau keusakan pada organ pancreas (WHO, 2020). Diabetes

mellitus terjadi akibat kerusakan metabolisme dengan ciri hiperglikemi yang

berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme karbohidrat, lemak serta

protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan

sensitivitas insulin maupun keduanya serta dapat menyebabkan komplikasi

kronis mikrovaskular, makrovaskular dan neuropati (PERKI, 2020).

Komplikasi tersebut bisa membahayakan bagi tubuh penderitanya apabila

tidak ditangani dengan baik, seperti gagal ginjal, retinopati diabetik, ulkus

diabetes melitus serta hipertensi yang berbahaya bagi tubuh. Diabetes Mellitus

juga salah satu penyakit yang telah menjadi masalah kesehatan global.

Penderita Kaus Diabetes Mellitus di dunia mengalami peningkatan dari

tahun ke tahun. Data statistik organisasi kesehatan dunia menunjukkan jumlah

penderita Diabetes Mellitus di dunia sekitar 194 juta dan diprediksikan akan

mencapai 333 juta jiwa tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut terjadi di

negara berkembang terutama di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat 46 juta

jiwa dan diprediksikkan meningkat hingga 119 juta jiwa (WHO, 2021).

Berdasarkan data Riskesdas, (2018), Di Indonesia kasus diabetes

melitus di Indonesia menurut diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15


12

tahun sebesar 2%. Angka tersebut menunjukan peningkatan jika dibandingkan

pada tahun 2013 dengan prevelensi 1.5% . Selain itu, jumlah kasus tertinggi

terjadi di provinsi Jakarta ( 3,4 %) dan terendah dimiliki oleh provinsi Nusa

Tenggara Timur (0,9%). Data Kejadian diabetes mellitus di Sulawesi Selatan

masih menempati urutan kedua penyakit tidak menular setelah penyakit

jantung dan pembuluh darah (PJPD) pada tahun 2017 yaitu 15,79%. Jumlah

kematian yang secara langsung disebabkan oleh diabetes pada tahun 2017

adalah sekitar 99,4 ribu (Dinas kesehatan Prov Sul-Sel, 2018). Peningkatan

kasus Diabetes Mellitus yang tajam banyak terjadi pada masyarakat dengan

perubahan pola konsumsi tinggi lemak dan mempunyai kebiasaan aktifitas

fisik yang rendah, sehingga meningkatnya kasus overweight dan

obesitas.Orang yang kurang gerak cenderung overweight dan obesitas yang

kemudian berhubungan dengan terjadinya peningkatan Diabetes Mellitus

(Yufang, 2018).

Menurut International Diabetes Federation, (2018) Diabetes melitus

biasa disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat mengenai

semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Komplikasi

yang ditimbulkan pada penderita diabetes melitus dapat menyebabkan

kerusakan sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Diabetes melitus

juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner (2,7%), stroke

(5,3%), dan neuropati (54%) yang meningkatkan kejadian ulkus kaki (8,7%),

infeksi, dan bahkan amputasi (1,3%), retinopati diabetikum (33,40%) yang

merupakan salah satu penyebab kebutaan, gagal ginjal (0,5%), dan resiko
13

kematian penderita diabetes secara umum adalah dua kali lipat dibandingkan

bukan diabetes. Akan tetapi, dengan pengendalian risiko yang baik dan

menjaga agar kadar gula darah berada dalam kategori normal, maka

komplikasi akibat diabetes dapat dicegah atau ditunda (Pusdatin Kemenkes,

2020).

Hasil penelitian (Andi Noor Kholidha, 2018) didapatkan bahwa orang

dengan hipertensi lebih berisiko 1,68 kali (95% CI 1,55-1,81) mengalami DM

dibandingkan dengan orang yang tidak hipertensi. Idris juga mengatakan

bahwa orang yang tidak bekerja memiliki risiko lebih tinggi 1,14 kali (95% CI

1,05-1,23) mengalami DM dibandingkan dengan orang yang bekerja

kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak dengan kejadian DM.

Sedamgkan penelitian Pratiwi A, (2019) didapatkan bahwa orang yang

kurang mengkonsumsi serat lebih berisiko 4,31 kali (95% CI 2,34-7,87)

mengalami DM dibandingkan dengan yang mengkonsumsi cukup serat, dan

orang yang kurang melakukan aktivitas fisik lebih berisiko 2,55 kali (95% CI

1,33-4,88) mengalami DM dibandingkan dengan yang melakukan cukup

aktivitas fisik. Orang dengan tingkat pendidikan tinggi berisiko 1,961 kali

(95% CI 1,577-2,439) mengalami DM dibandingkan dengan tingkat

pendidikan rendah (Andi Noor Kholidha, 2018)

Proporsi DM berdasarkan jenis kelamin lebih banyak terjadi pada

perempuan, perempuan berisiko 1,37 kali (95% CI 1,26-1,49) mengalami DM

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini disebabkan karena perempuan

memiliki peluang lebih tinggi untuk mengalami peningkatan indeks massa


14

tubuh (IMT) yang lebih besar. Gejala siklus bulanan pasca-menopause

memungkinkan distribusi lemak tubuh lebih mudah menumpuk karena

berbagai proses hormonal (Saputri, 2020). Selain itu, faktor aktivitas fisik

juga berpengaruh dimana aktivitas fisik seseorang yang berbeda. Aktivitas

yang rendah pada perempuan menyebabkan meningkatnya risiko obesitas,

resistensi insulin, dan penurunan toleransi glukosa, serta peningkatan lemak

adipose maupun lemak Central, sehingga prevalensi peningkatan kadar gula

dalam darah juga akan semakin tinggi (Srimiyati, 2018)

Proporsi penderita DM meningkat seiring meningkatnya usia. Hal ini

disebabkan karena dengan semakin bertambah umur semakin besar risiko

terjadinya hiperglikemia akibat penurunan kerja dari pankreas dalam

memproduksi insulin. Berdasarkan uraian latar belakang maka Peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Hubungan obesitas Central

dengan kejadian DM pada laki-laki dan perempuan”

B. Rumusan Masalah

Prevalensi diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin, perempuan

berisiko 1,37 kali (95% CI 1,26-1,49) mengalami DM dibandingkan dengan

laki-laki. Karena penyakit ini salah satu penyebab mortalitas tertinggi, maka

dan salah satu faktor risikonya ialah obesitas Central dan dari data

menunjukkan penderita diabetes mellitus setiap tahun meningkat, maka

peneliti ingin menganalisis “Bagaimana Hubungan Obesitas Central Dengan

Kejadian Diabetes Melitus?”


15

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan obesitas Central dengan kejadian

diabetes mellitus.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui frekuensi kejadian obsitas central di RSUD Prof Dr.

H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng.

b. Mengetahui frekuensi kejadian diabetes mellitus di RSUD Prof Dr.

H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng.

c. Apakah ada hubungan antara obseitas central dengan kejadian diabetes

mellitus di RSUD Prof Dr. H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menambah sumbangan

pengetahuan dan dijadikan bahan bacaan tentang diabetes melitus pada

serta hubungannya dengan obesitas Central sehingga dapat mempersiapkan

diri untuk beradaptasi dengan lebih baik dan cepat tanggap terhadap faktor-

faktor pencetus diabetes melitus.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

memberikan perhatian dan penanganan terhadap masalah diabetes melitus

serta dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.


16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI

1. Tinjauan Teori tentang Diabetes Melitus

a. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai

dengan adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu

mensekresi insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi

kerusakan jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata,

ginjal, saraf, jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan

hiperglikemia kronis (WHO, 2019)

Diabetes Melitus atau sering disebut dengan kencing manis adalah

suatu penyakit kronik yang terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi

cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin (resistensi insulin), dan

di diagnosa melalui pengamatan kadar glukosa di dalam darah. Insulin

merupakan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas yang berperan

dalam memasukkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk

digunakan sebagai sumber energy (IDF, 2018).

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Maghfuri, 2016). Diabetes Melitus

merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak terkontrol akibat
17

gangguan sensitivitas sel beta pankreas untuk menghasilkan hormon insulin

yang berperan sebagai pengontrol kadar gula darah dalam tubuh.

b. Etiologi

Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,

berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,

faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain.

1) Obesitas (kegemukan)

Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidak

seimbangan asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan

(energy expenditure). Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan

kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat

menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%

(Pusdatin Kemenkes, 2020).

2) Hipertensi

Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan

tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan

dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.

3) Riwayat

Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes Mellitus

diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes

merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen

resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.


18

4) Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikankan dari

lemak darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara

kenaikan plasma insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering

didapat pada pasien Diabetes.

5) Umur

Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus

adalah > 45 tahun.

6) Riwayat persalinan

Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi >

4000 gram

7) Faktor Genetik

DM tipe 2 berasal dari interaksi genetis dan berbagai faktor mental

Penyakit ini sudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial.

Risiko emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2

8) Alkohol dan Rokok

Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan

peningkatan frekuensi DM tipe 2. Walaupun kebanyakan peningkatan ini

dihubungkan dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidak

aktifan fisik, faktor-faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari

lingkungan tradisional kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi

perubahan-perubahan dalam konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan

dalam peningkatan DM tipe 2. Alkohol akan menganggu metabolisme

gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit


19

regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan

meningkat tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60

ml/hari yang setara dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.

Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan

menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah

misalnya umur, faktor genetik, pola maka yang tidak seimbang jenis

kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik,

kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh (International

Diabetes Federation, 2018).

c. Klasifikasi

Menurut (PERKI, 2020), klasifikasi DM yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,

DM gestasional, dan DM tipe lain. Namun jenis DM yang paling umum

yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

1) Diabetes Melitus Tipe I DM tipe 1 merupakan proses autoimun atau

idiopatik dapat menyerang orang semua golongan umur, namun lebih

sering terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe 1 membutuhkan

suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa darahnya (IDF,

2017). DM tipe ini sering disebut juga Insulin Dependent Diabetes

Mellitus (IDDM), yang berhubungan dengan antibody berupa Islet Cell

Antibodies (ICA), Insulin Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid

Decarboxylase Antibodies (GADA). 90% anak-anak penderita IDDM

mempunyai jenis antibodi ini.


20

2) Diabetes Melitus Tipe II DM tipe 2 atau yang sering disebut dengan Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) adalah jenis DM yang

paling sering terjadi, mencakup sekitar 85% pasien DM. Keadaan ini

ditandai oleh resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif. DM tipe

ini lebih sering terjadi pada usia diatas 40 tahun, tetapi dapat pula terjadi

11 pada orang dewasa muda dan anak-anak.

3) Diabetes Melitus Gestational Diabetes yang didiagnosis pada trimester

kedua atau ketiga kehamilan dan tidak mempunyai riwayat diabetes

sebelum kehamilan .

4) Diabetes Melitus Tipe Lain Contoh dari DM tipe lain , yaitu : - Sindrom

diabetes monogenik (diabetes neonatal) - Penyakit pada pankreas -

Diabetes yang diinduksi bahan kimia (penggunaan glukortikoid pada

HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)

d. Patofisiologi

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di

dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan

insulin, secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula

dalam darah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara

normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh

dibentuk di dalam hati dari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh.

Insulin merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi

untuk memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan

mengatur produksi dan penyimpanannya (Maghfuri, 2016).


21

Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh

menurun yang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi

atau hiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya

glukosuria dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi

darah dimana keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus

yaitu polyuria, polydipsia, dan polyphagia (Damayanti, 2015).

e. Manifestasi Klinis

Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila ia

menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan

trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis dikenal dengan istilah

poliuria), banyak minum (polidipsi), dan penurunan berat badan. Selain

ketiga gejala utama tersebut, ada beberapa gejala lain yang juga sering

muncul pada penderita diabetes, di antaranya banyak makan (polifagi), air

seni dikerumuni semut karena gula keluar bersama urine (glukosuria),

kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki,

cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh.

Berikut penjelasan bagi munculnya beberapa gejala tersebut

(International Diabetes Federation, 2018).

1) Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa

aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan

kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal

melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh.

Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam air


22

kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine tersebut.

Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus disebut juga

penyaking kencing manis.

2) Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang

menyerap air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut

meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang

dikeluarkan melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan

membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa

yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air kemih daam jumlah

berlebihan, maka penderita diabetes mellitus sering berkemih dalam

jumlah yang banyak (poliuria).

3) Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah tubuh

akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan

menimbulkan rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes

mellitus menjadi banyak minum.

4) Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses

penyerapan glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak

dapat memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan lemak

tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus terjadi dalam jangka

waktu lama, maka penderita akan mengalami penurunan berat badan.

Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh

penderita diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar glukosa

dalam darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap kadar gula
23

dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena tubuh

kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak untuk merangsang

rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak makan .

f. Pemeriksaan Penunjang

Berikut pemeriksaan penunjang penyakit diabetes mellitus (International

Diabetes Federation, 2018) :

Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih

Aseton plasma ; Positif secara mencolok.

Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.

Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mOsm/l.

Elektrolit :

Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.

Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller),

selanjutnya akan menurun.

Fospor : Lebih sering menurun.

Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang

mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama

hidup SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA

dengan kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan

insiden.

Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan

pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.


24

Trombosit darah: Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.

Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan

fungsi ginjal).

Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya

pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.

Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1)

atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi

insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen ). Resisiten

insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto

antibodi).

Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat

meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.

Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin

menigkat.

Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,

infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

g. Komplikasi

Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika

tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama

bisa merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan

jaringan tubuh lainnya. Menurut (International Diabetes Federation, 2018),

beberapa komplikasi diabetes mellitus tersebut sebagai berikut.


25

Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah

dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah

menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan

kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat terjadinya

penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah meningkat dan

terjadilah hipertensi.

Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang

menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh,

sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit

diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari

penyakit ini.

Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan

permanen dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu

untuk menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar

gula darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring

darah. Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat menyebakan gagal ginjal.

Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan

kaki mengalami kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi

kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan

tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering

mengalami cedera, karena penderita dapat merasakan perubahan tekanan

maupun suhu.
26

Luka yang Susah Sembuh dan Gangren: Berkurangnya aliran darah ke

sel-sel kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses

penyembuhan luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan

rentan mengalami infeksi, karena masa penyembuhannya agak lama. Dalam

beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus diamputasi untuk

menyelamatkan jiwanya (Damayanti, 2015)

a. Tinjauan Teori Tentang Obesitas Central

a. Defenisi Obesitas Central

Obesitas dapat dibedakan menjadi obesitas Central dan non Central.

Obesitas Central diketahui dengan mengukur lingkar pinggang (waist

circumference/WC), menghitung ratio lingkar pinggang-pinggul (waist hip

ratio/WHR). Obesitas Central berdasarkan WC adalah >120 cm pada laki-

laki dewasa dan >88 cm pada perempuan dewasa (Hasyim, 2017).

Obesitas abdominal atau Central yang didapatkan penimbunan lemak

tubuh terutama didaerah pinggang dan abdominal. Bentuk ini menunjukkan

bahwa distribusi lemak pada obesitas ini bersifat Central sehingga sering

juga dikatakan obesitas Central (Soelistijo S, 2015) mengemukakan bahwa

obesitas Central adalah kegemukan yang ditandai dengan penumpukan

lemak yang berlebih dibagian tubuh atas sekitar dada, perut, pundak, leher

dan muka. Lemak yang menumpuk lebih banyak terdiri dari lemak jenuh

yang mengandung sel lemak besar dan lebih berpotensi menimbulkan

berbagai macam penyakit kardiovaskuler.


27

Berdasarkan distribusi lemak, obesitas dibagi 2 bentuk yaitu obesitas

viseral dan obesitas perifer (Maghfuri, 2016). Obesitas viseral atau yang

biasa disebut dengan obesitas intra-abdominal Central atau maskulin terjadi

ketika distribusi lemak terlokalisasi pada bagian perut atau bagian atas

tubuh. Obesitas viseral ini biasanya dihasilkan bentuk tubuh seperti apel.

Sedangkan obesitas perifer terjadi ketika distribusi lemak tubuh terlokalisasi

pada bagian bawah tubuh seperti pinggul dan paha (Damayanti, 2015).

b. Penilaian obesitas Central

Pada umumnya, penilaian status gizi seperti obesitas dapat

menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh). Indeks massa tubuh ini

merupakan alat yang sederhana dalam memantau status gizi khususnya yan

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Nuari, 2017). Hal

tersebut dikarenakan IMT tidak dapat menilai distribusi timbunan lemak

tubuh sehingga kurang sensitif dalam menentukan obesitas Central (Sunarti

dan Maryani, 2013). Penilaian obesitas Central dapat dilakukan dengan

mengukur lingkar pinggang atau rasio lingkar pinggang-panggul.

Tabel 2.2 Klasifikasi obesitas IMT dan Lingkar Pinggang

Klasifikasi IMT Risiko Ko-Morbiditas


Lingkar Pinggang
<90 cm (laki-laki) >90 cm (laki-laki)
<80 cm (perempuan) >80 cm (perempuan)
Underweight ≥16,5 Rendah
(risikomeningkat Sedang
pada masalah klinis
lain)
Normal 18,5-22,9 sedang Meningkat
Overweight ≥23
Beresiko 23-24,9 Meningkat Moderat
28

Obes I 25-29,9 Moderat Berat


Obes II ≥30 Berat Sangat berat
Sumber: (Pusdatin Kemenkes, 2020)

Pengukuran lingkar pinggang dilakukan dengan mengukur titik tengah

antara bagian atas puncak tulang panggul dengan tulang rusuk terakhir,

sedangkan lingkar pinggul diukur pada lingkaran pinggul terbesar (WHO,

2019).

Pengukuran lingkar pinggang-pinggul dihitung dengan membagi

ukuran lingkar pinggang dengan lingkar pinggul (Soelistijo S, 2015). Laki-

laki dikatakan obesitas Central apabila memiliki Lingkar Pinggang (LP) >90

cm dan perempuan yang memiliki Lingkar Pinggang (LP) >80 cm. Selain itu

Rasio Lingkar Pinggang-Pinggul (RLPP) >0,85 untuk perempuan dan RLPP

>0,90 untuk laki-laki. Pengukuran lingkar pinggang dapat menggambarkan

penimbunan lemak dalam tubuh (Sunarti dan Maryani, 2013). Hal ini

dikarenakan lingkar pinggang baik pada laki-laki maupun perempuan

berhubungan dengan lemak pada bagian viseral dan subkutan perut

(Maghfuri, 2016).

c. Dampak obesitas Central

Dampak obesitas Central lebih tinggi resikonya terhadap kesehatan

dibandingkan dengan obesitas umum (De Pablos-Velasco et al., 2002).

Obesitas Central dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti diabetes

mellitus tipe 2, dyslipidemia, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, kanker,

sleep apnea, dan sindrom metabolic (Xia, T., Yang, Y., Li, W., Tang, Z., Li,

Z., & Qiao, 2019). Sindrom metabolik ialah kondisi dimana seseorang
29

mengalami hipertensi, obesitas Central, dyslipidemia dan resistensi insulin

dalam waktu yang bersamaan. Sindrom metabolik merupakan kelompok

faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskular (Maghfuri, 2016).

Menurut Black & Hawks (2008), obesitas sentral mengakibatkan

pelepasan asam lemak bebas ke dalam sirkulasi darah. Hal tersebut terjadi

karena vena porta yang merupakan saluran darah tunggal bagi jaringan

adiposa dan berhubungan langsung dengan hati. Mobilisasi lemak akan lebih

cepat dari daerah viseral dibandingkan lemak daerah subkutan. Peningkatan

asam lemak bebas akan merangsang pengeluaran hormon-hormon

adipositokin seperti leptin, tumor necrosis faktor α (TNF-α), interleukin-6

(IL-6), resistin dan penurunan adinopektin. Pengeluaran hormon

adipositokin mengakibatkan peningkatan glukoneogenesis, menghambat

reseptor insulin dan menghambat pengangkutan glukosa otot yang dapat

menyebabkan terjadinya resistensi insulin serta nantinya dapat menyebabkan

diabetes melitus tipe 2.

Dampak obesitas Central terhadap penyakit jantung koroner berkaitan

dengan dua mekanisme yaitu mekanisme langsung melalui efek metabolik

protein yang disekresikan oleh jaringan lemak seperti interleukin (IL) 1, IL

6, TNF-α, adiponektin serta masih banyak protein lainnya terhadap endotel

pembuluh darah dan efek tidak langsung akibat faktor-faktor lain yang

muncul sebagai resiko penyakit kardiovaskular akibat dari obesitas Central

tersebut (Perdatin, 2020).


30

Selain itu lingkar pinggang juga diketahui memiliki hubungan dengan

tekanan darah, baik tekanan diastol maupun sistolik. Tchernof menjelaskan

bahwa lingkar pinggang merupakan faktor prediktor dari kematian akibat

penyakit kardiovaskular dan serangan jantung. Obesitas Central juga dapat

menyebabkan retensi insulin. Kelebihan jaringan lemak akan menyebabkan

terbentuknya asam lemak tidak diesterifikasi (NEFA). Sitokin, plasminogen

aktifator inhibitor (PAL-1) dan adiponektin. Tingginya kadar NEFA ini akan

membebani otot dan hati dengan lemak sehingga menyebabkan resistensi

insulin.

Peningkatan resistansi insulin terjadi bersamaan dengan peningkatan

kadar lemak dalam tubuh. IDF, (2015) juga menjelaskan bahwa obesitas

Central memiliki hubungan dengan kanker. Kanker yang banyak

berhubungan dengan obesitas Central adalah kanker kolorektal atau kanker

yang menyerang usus besar dan rektum, yaitu bagian kecil dari usus besar

dalam anus. Selain itu, obesitas juga berhubungan dengan terjadinya

Obstruktif Sleep Apnea (OSA). Obstruktif Sleep Apnea (OSA) terjadi

karena adanya penumpukan lemak pada bagian dada atau saluran

pernafasan, sehingga menyebabkan berhentinya aliran udara pada hidung

dan mulut walaupun dengan usaha nafas (Damayanti, 2015), Obstruktif

Sleep Apnea (OSA) dikaitkan dengan penurunan tingkat aktifitas fisik,

kurangnya kualitas tidur dan meningkatnya nafsu makan.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi obesitas Central.


31

Obesitas Central pada setiap individu disebabkan oleh banyak faktor.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan obesitas Central diantaranya status

ekonomi, status perkawinan, kebiasaan merokok, konsumsi minuman

beralkohol dan kondisi mental emosional (Maghfuri, 2016). Obesitas Central

juga dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, hormon, genetik, ras, stres,

asupan gizi, dan aktivitas fisik (Maghfuri, 2016).

1) Status Ekonomi

Hubungan antara status ekonomi dengan obesitas Central terletak pada

ketersediaan dalam membeli dan kemampuan dalam memanfaatkan akses

seperti, transportasi, kecanggihan komunikasi, ketersediaan pangan dan

pendidikan seseorang dengan status ekonomi tinggi memiliki kemudahan

dalam akses sehingga cenderung mendorong untuk kurang dalam

melakukan aktivitas fisik (Damayanti, 2015).

2) Status Perkawinan

Status perkawinan diketahui memiliki hubungan dengan terjadinya obesitas

Central. Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

tingginya prevalensi obesitas Central pada sempel yang berstatus cerai

dikarenakan stres yang dialami ketika bercerai. Seseorang yang telah

bercerai mengalami kondisi stres yang dapat menyebabkan gaya hidup

yang tidak baik seperti konsumsi alkohol dan makanan tinggi lemak.

3) Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok memiliki hubungan negatif dengan obesitas Central,

seseorang yang berhenti merokok akan membuat sensasi makanan


32

bertambah sehingga menyebabkan berat badan meningkat. Selain itu,

perokok juga diketahui memiliki rangsangan lapar yang lebih rendah

dibandingkan yang tidak merokok.

4) Konsumsi alkohol

Hubungan antara konsumsi alkohol diperkirakan karena konsumsi alkohol

berhubungan terhadap total energi dan pengaruhnya pada metabolisme

energi. Etil alkohol (etanol) merupakan zat yang paling banyak

dikonsumsi didunia dan memberikan jumlah energi yang besar untuk

kehidupan organisme.

5) Umur

Dewasa awal salah seorang yang memiliki umur 17-33 tahun. Memasuki

usia pertengahan baik laki-laki maupun perempuan biasanya proporsi

lemak tubuh juga akan bertambah. Obesitas Central lebih banyak pada

orang dewasa. Semakin meningkatnya umur maka semakin terjadinya

obesitas Central. Umur merupakan faktor prediksi dan terjadinya obesitas

Central. Perubahan umur berkaitan dengan peningkatan dalam distribusi

jaringan lemak yang ditandai dengan meningkatnya ukuran lingkar

pinggang. Selain itu, perubahan umur juga diketahui memiliki hubungan

dengan terjadinya perubahan dalam komposisi tubuh, dimana pada usia

20-30 tahun terjadi penurunan pada massa bebas lemak dan peningkatan

pada massa lemak.

6) Jenis Kelamin
33

Pada laki-laki maupun perempuan memiliki ditribusi lemak yang berbeda-

beda. Proporsi lemak pada laki-laki banyak terdapat 18 pada bagian atas

tubuh. Seperti pada bagian abnormal atau perut, sedangkan proporsi

lemak pada wanita lebih banyak pada bagian bawah tubuh, seperti pada

pinggang dan panggul. Pada laki-laki total lemak viseral pada umumnya

meningkat dengan total lemak tubuh. Sedangkan pada wanita, lemak-

lemak viseral ini kurang dipengaruhi oleh jumlah total lemak tubuhnya.

Estimasi lemak tubuh viseral pada laki-laki adalah 5,23 ± 2,39 liter,

sedangkan pada perempuan adalah 3.61 ± 1.91 liter.

7) Hormon

Sebuah penelitian pada manusia menunjukkan bahwa tingkat dan sekresi

hormon pertumbuhan mengalami perubahan pada seseorang yang

mengalami obesitas Central dengan resiko tinggi terhadap penyakit

kardiometabolik. Hal ini disebabkan pada seseorang yang mengalami

obesitas terjadi penurunan pada sekresi hormon pertumbuhan. Penyebab

utama terjadinya gangguan sekresi pada hormon pertumbuhan ini adalah

adanya perubahan pada hipotalamus, fungsi kelenjar pituitary yang tidak

normal atau adanya gangguan dari sinyal perifer yang bertindak baik pada

hipotalamus.

8) Genetik

Genetik dapat mempengaruhi tingkat obesitas seseorang. Jika seseorang

berasal dari keluarga yang obesitas Central maka orang tersebut memiliki
34

kemungkinan mengalami obesitas Central 2-8 kali lebih banyak

dibandingkan berasal dari keluarga yang tidak obesitas.

9) Ras

Selain itu ras, khususnya warna kulit memiliki hubungan dengan obesitas

Central. Wanita dengan kulit hitam memiliki resiko lebih rendah terkena

obesitas Central dibandingkan dengan wanita dengan kulit putih. Hal ini

dikarenakan, pada wanita kulit hitam memiliki kadar HDL yang tinggi,

trigliserida rendah dan penumpukan lemak viseral yang lebih sedikit

dibandingkan dengan wanita yang mempunyai kulit putih.

10) Asupan vitamin D dan kalsium

Obesitas Central juga diketahui mempunyai hubungan dengan vitamin D dan

asupan kalsium. Pada penelitian lain diketahui bahwa vitamin D

berhubungan dengan distribusi lemak tubuh seseorang. Selain itu, asupan

kalsium juga diketahui berhubungan dengan distribusi lemak tubuh dan

dapat menurunkan resiko obesitas.

11) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik adalah setiap pergerakan tubuh yang ditimbulkan oleh otot-

otot skelekal dan mengakibatkan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

adalah semua gerakan tubuh yang melibatkan otot rangka yang

menghasilkan pengeluaran energi. Energi yang dihasilkan dinyatakan

dalam kilokalori (kkal). Aktivitas fisik sehari-hari dapat dikelompokkan

menurut jenis pekerjaan, olahraga, transportasi, rumah tangga, atau

aktivitas di waktu luang. Aktivitas fisik/olahraga yang rutin dapat


35

mendorong penurunan yang cukup berat pada jaringan lemak, bahkan

tanpa adanya penurunan berat badan. Hal ini dikarenakan olahraga dapat

meningkatkan massa jaringan lemak. Ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan obesitas Central pada orang dewasa dimana dihasilkan nilai p< 3

intensitas sedang dengan nilai MET 3-6; dan intensitas berat dengan nilai

MET > 6. Namun patokan ini dapat berbeda sesuai dengan usia dan status

obesitas

e. Komplikasi

Permasalahan utama dari obesitas adalah obesitas bukanlah

merupakan variasi jinak, namun memiiki komplikasi sejumlah penyakit

akibat dari obesitas. Hubungan ini di temukan dari banyaknya

perubahan metabolik dan hormonal yang berkontribusi atau merupakan

turunan dari kelebihan jaringan lemak. Sebagai contoh yaitu rendahnya

kesanggupan sistem kardiorespirasi yang dapat menjadi prediktor dari

penyakit kardiovaskular dan kematian. Terdapat beberapa penyakit yang

berhubungan langsung dengan kondisi obesitas ini, diantaranya adalah:

A. Diabetes Melitus

Risiko DM meningkat seiring dengan peningkatan BMI pada

populasi secara umum. Yang menghawatirkan ialah tingginya angka

diabetes pada anak dan remaja yang mengalami obesitas atau overweight

berupa DM tipe 1. Diabetes tipe 2 jarang di temukan pada anak dan

remaja pada dekade ini, namun seiring berjalan nya waktu angka
36

kejadian DM turut meningkat pada anak- anak.

Patogenesis dari perubahan yang tidak biasa ini dikaitkan

dengan peningkatan prevalensi julah anak dengan obesitas, gaya hidup

sedentari, atau faktor diet spesifik yang sulit di hiraukan. Apabila angka

ini terus meningkat, maka yang akan terjadi berupa permasalahan

kesehatan seperti penyakit jantung prematur, penyakit vaskular perifer,

gagal ginjal, kebutaan, disfungsi ereksi. Bahkan menurut beberapa studi

menyatakan bahwa angka kelangsungan hidup menjadi lebih pendek

pada anak dan remaja di Amerika akibat obesitas dan komplikasinya.

B. Hipertensi

Tekanan darah tinggi merupakan kondisi keseharian yang berkaitan

erat dengan obesitas atau overweight di US. Risiko hipertensi bertingkat

sesuai dengan tingkatan dari obesitas (kelas 1,2 atau 3). Serta turut

berpengaruh pertambahan usia, walalupun pada masyarakat dengan berat

badan normal.

C. Hiperlipidemia dan Dislipidemia

Hubungan antara obesitas dan kolesterol darah yang tinggi bersifat

moderat. Lain hal nya dengan lipid darah lain seperti

hipertrigliseridemia, rendahnya kolesterol HDL dan komposisi

lipoprotein yang berubah yang lebih kuat. Perbedaan trigliserida serum

antara individu dengan BMI kurang dari 21 dan lebih dari 30 berkisar

antara 65 mg/dL (wanita) dan 62-118 mg/dL (pria).

D. Stroke dan Penyakit Jantung Arterosklerosis


37

Prevalensi penyakit jantung koroner memiliki kecendurungan

signifikan dengan BMI pada kedua gender pada semua usia. Selain itu

peningkatan insiden dari kejadian gangguan atau penyakit

serebrovaskular turut berhubungan dengan obesitas.


38

B. KERANGKA TEORI

Faktor- faktor atau Penilaian Obesitas


penyebab Lingkar pinggang
a. Status ekonomi <90 cm (laki-laki) dan >90 cm (laki-laki)
b. Status perkawinan <80 cm (perempuan) dan >80 cm
c. Kebiasaan merokok (perempuan)
d. Mengomsumsi alcohol
e. Umur
f. Jenis kelamin
g. Hormone
h. Genetik dan ras
i. Aktvitas fisik
Obesitas Central

Komplikasi
1. Diabetes Melitus
2. Hipertensi
3. Hyperlipidemia dan
Dampak Obesitas Central dyslipidemia
1. Retensi urine 4. Stroke dan penyakit
2. Kelebihan jaringan jantung
lemak arterosklerosis
3. Asam lemak bebas 5. kanker
dalam sirkulasi darah
4. Pengeluaran
hormone
adipositokin
5. Menghambat
reseptorinsulin
menghambat
pengangkutan Diabetes Melitus
glukosa
6. Resistensi insulin

Sumber: (Maghfuri, 2016), (Damayanti, 2015), (Perdatin, 2020), (IDF, 2015), (Xia T
et al, 2019), (Pusdatin Kemenkes, 2020), (Black & Hawks, 2008)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini

maka kerangka konsep dalam penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Independen Dependen
Obesitas Central Diabetes Melitus

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel yang mempengarui atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi

tingkah laku klien (Nursalam, 2017). variabel independen dalam penelitian ini

adalah pendidikan dan lama bekerja.

32
33

2. Variabel Dependen

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati

dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain adalah faktor

yang diamati dan diukur menentukan ada atau tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

kecemasan perawat dalam melakukan pelayanan.

C. Defenisi Konseptual

1. Obesitas Central

Obesitas dapat dibedakan menjadi obesitas Central dan non Central.

Obesitas Central diketahui dengan mengukur lingkar pinggang (waist

circumference/WC), menghitung ratio lingkar pinggang-pinggul (waist hip

ratio/WHR). Obesitas Central berdasarkan WC adalah >120 cm pada laki-laki

dewasa dan >88 cm pada perempuan dewasa

2. Diabetes Melitus

Diabetes Melitus adalah suatu penyakit metabolik yang ditandai dengan

adanya hiperglikemia yang terjadi karena pankreas tidak mampu mensekresi

insulin, gangguan kerja insulin, ataupun keduanya. Dapat terjadi kerusakan

jangka panjang dan kegagalan pada berbagai organ seperti mata, ginjal, saraf,

jantung, serta pembuluh darah apabila dalam keadaaan hiperglikemia kronis


34

D. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional


No Variabel Defenisi Kriteria Objektif Alat Ukur Skala
1 Obesitas Central Kondisi berat Lingkar Pinggang Obesitas I : Ordinal
badan yang laki-laki (LP)>90 25.0-29.9
menyebabkan cm dan Lingkar kg/m2
Indeks Massa Pinggang Obesitas II :
Tubuh (IMT) perempuan(LP)>8 30 kg/m2
melebihi nilai 0 cm Timbangan
normal dan meteran
Kuesioner
Lembar
check list
Penelitian

2 Diabetes Melitus keadaan DM tipe 1 dimana Alat Ukur Rasio


dimana gula tubuh tidak dapat Gluko meter
darah diatas memproduksi digital
normal atau insulin yang (Accu-check)
peningkatan membantu Klasifikasi
gula dara yang penyerapan gula glukosa
memperhatika dalam darah darah
n makanan menjadi energy sewaktu
terakhir yang yang memiliki dibagi
dimakan dan tanda-tanda rasa berdasarkan
kondisi tubuh haus meningkat, ADA
orang tersebut. sering buang air guidelines
Mengukur besar, lapar, lelah, menjadi: 37
glukosa darah dan penglihatan a. 80-139
pasien dengan tiba-tiba kabur mg/dl b. 140-
menggunakan 199 mg/dl 3.
alat glukoca DM tipe 2 ≥ 200 mg/dl
merek Nesco kenaikan kadar
menggunakan glukosa dalam
strip glukosa darah diakibatkan
pertama kursng optimalnya
pasang strip produksi dan
glukosa pada penyerapan insulin
mesin Nesco, oleh tubuh dengan
kemudian tanda-tanda
pastikan alat penigkatan
glukosa sudah frekuensi BAK
siap dipake, terutama pada
pastikan malam hari,
daerah yang merasa haus,
akan di tusuk mudah lelah,
kemudian
35

siapkan jarum penurunan berat


tembaknya badan, gatal
setelah itu disekitar kelami,
desinfeksi sariawan berulang
daerah yang kali, luka yang
akan ditusuk sulit sembuh,
menggunakan pengihatan kabur,
kapas alcohol, mudah terserang
lalu tembak infeksi, nyeri atau
tangan klien mati rasa pada
dengan 4 atau tangan dan kaki.
5 setelah itu
masukkan
darah ke strip
tunggu sampai
muncul angka
glukosanya.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis Dari kerangka konsep yang sudah dibentuk menjadi hubungan

variabel tersebut, maka dapat dibuat kalimat hipotesis sebagai berikut:

1. Hipotesis alternatif (Ha) Hipotesa Ho ditolak, hipotesa alternatif diterima.

Terdapat hubungan antara obesitas Central dengan kejadian diabetes mellitus di

RSUD Prof Dr Anwar Makkatutu.


BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif karena dengan menggunakan

dengan desain penelitian deskriptif analitik. Desain penelitian yang digunakan

untuk melihat suatu hubungan atau adakah hubungan yang terjadi antar variable

berdasarkan teori sebab akibat. Desain penelitian yang baik adalah penelitian

yang terstruktur mulai dari mengidentifikasi struktur penelitian yang akan di

lakukan, merancang tehnik pengumpulan data penelitian, dan menganalisis data

untuk mencapai tujuan penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian (Nursalam,

2017)

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif analitik observasional dan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain studi

deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk menilai hubungan obesitas Central

dengan kejadian diabetes mellitus di RSUD Prof Dr Anwar Makkatutu.

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan padan bulan Mei 2022

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan atau bertempat di RSUD Prof Dr Anwar

Makkatutu Kabupaten Bantaeng

36
37

C. Populasi Dan Sampel

Populasi adalah seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas dan

karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti sebelumnya. Populasi

juga diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016).

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah 233 pasien yang sedang menjalani

perawatan di RSUD Prof Dr Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng dengan

diagnosa medis obesitas Central dengan Diabetes Melitus .

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non probability

purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih

sampel diantara populasi sesuai dengan kehendak peneliti (tujuan maupun

masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili karakteristik

populasi yang telah dikenal sebelumnya (Sugiyono, 2017)

Penghitungan besar sampel minimum yang dibutuhkan bagi ketepatan

dan validitas hasil penelitian ini dalam membuat perkiraan atau estimasi

proporsi, dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik bermakna, dengan

menggunakan rumus dibawah ini:

(za+zβ)
N=
0,5 n (1+r)/(1-r)
38

1.960+0,842
N=
0,5 106 (1+0.4)/(1-0.4)

1.960+0,842
N=
0,5 106 (1+0.4)/(1-0.4)

2.802
N=
106,5 (1.4)/(0.6)

2.802
N=
89,46
N= 31,9

Keterangan :

Zα : deviat baku alfa : 1.960 (=0.05)

Zβ : deviat baku beta : 0.842

r : Korelasi minimal yang dianggap bermakna : 0.4.36 Jumlah sampel

minimal setelah ditambah 10% adalah 32 orang

Dalam populasi akan diambil sampel atau responden yang memenuhi

kriteria inklusi dan ekluasi diataranya:

a. Kriteria inklusi

1) Pasien RSUD Prof Dr Anwar Makkatutu yang menderita Obesitas

Central yang menjalani perawatan


39

2) Responden yang bersedia menjadi sampel dalam penelitian ini dan

mengisi informed consent

3) Responden yang memenuhi kriteria obesitas

b. Kriteria eklusi

1) Responden yang tidak bersedia menjadi sampel dalam penelitian

3. Teknik Sampling

Metode sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel.

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan, yang dapat dikelompokan

menjadi dua yaitu probability sampling dan non-probability sampling

(Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling yaitu

setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama

untuk diseleksi sebagai sampel (Nursalam, 2017)

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Surat persetujuan ( informed consent )

2. Alat ukur pemeriksaan gula darah perifer

3. Timbangan Berat Badan

4. Pengukur Tinggi Badan

5. Software SPSS
40

E. Alur Penelitian

Pemasukan surat izin penelitian dan Pemberian izin pengambilan


data awal dari RSUD Prof Dr. H.M. Anwar Makkatutu bantaeng

Pengambilan data awal di RSUD Prof Dr. H.M. Anwar


Makkatutu bantaeng dengan responden yang mengalami DM
tipe 1 dan DM tipe 2

Mengukur IMT
Mengukur Lingkar perut

Kontrak waktu pada responden


yang lain

Pengumpulan isi kuesioner

Tabulasi

Olah Data

Gambar 4. 1 Alur Penelitian

F. Tehnik Pengumpulan Data

Sugiyono, (2018) mendefiniskan instrumen penelitian sebagai suatu alat yang

digunakan untuk mengukur fenomena alam ataupun sosial yang diamati.

Kuesioner adalah instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti. Kuesioner

merupakan salah satu alat ukur dalam penelitian yang berisi daftar pernyataan atau
41

pertanyaan yang telah disusun mengacu pada variabel penelitian yang dijawab

oleh responden.

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data primer.

Data primer penelitian ini berupa data pasien yagn mengalami obesitas yang

didapat melalui hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) kemudian diikuti

pemeriksaan kadar gula darah sewaktu pada sampel yang telah dipilih. Sebelum

data diukur, subjek penelitian yang diperiksa harus memenuhi semua kriteria

inklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian.

Peneliti akan meminta informed consent kepada subjek penelitian sebelum

data diambil. Semua subjek penelitian akan dijelaskan maksud dan tujuan

penelitian, diminta kesediaan untuk dilakukan pengukuran berat badan dengan

timbangan injak, tinggi badan dengan meteran tinggi badan, kemudian ditentukan

responden obesitas dengan melakukan perhitungan indeks massa tubuh. Peneliti

akan melakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar gula darah pada

responden menggunakan alat glucometer digital bermerek Accu-check dengan

strip glukosa. Untuk mengetahui apakah pasien DM atau tidak Hasil data yang

diperoleh akan dikelola secara statistik dan diuji validasi hubungan antara obesitas

dengan kadar gula darah menggunakan Statistic Programme Social System atau

SPSS versi 26 for windows

G. Teknik Pengelolaan dan Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis

data secara tepat. Pada penelitian ini, setelah dikumpulkan, data diolah, disajikan

dalam tabel distribusi frekuensi, dan dianalisis. Dalam menganalisis data,


42

pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik korelasi untuk

mengetahui sejauh mana kekuatan hubungan obesitas Central dengan dengan

kejadian diabetes melitus Uji korelasi yang digunakan adalah uji korelasi pearson

jika data berdistribusi normal atau uji korelasi spearman jika data tidak

berdistribusi normal (nonparametrik). Penelitian bermakna apabila nilai signifikan

probabilitas (p) (Sujarweni, 2014).

H. Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti meminta keterangan kelayakan etik

(ethical clearance) dari Komisi Etik Penelitian di Stikes Panrita Husada

Bulukumba Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi diberi

penjelasan secara lisan dan harus menandatangani lembar persetujuan (informed

consent) untuk ikut dalam penelitian secara sukarela dan bila karena suatu alasan,

subjek berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini.

I. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tgl 5 - 12 September 2022 di ruang perawatan

RSUD Prof Dr H.M Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng


43

Bulan
N Se ok No De Ja Fe Ma Ap Me Ju Ju Agu Sep
Kegiatan p t v s n b r r i n l s t
o

1 Penetapan
pendamping
dan penguji
2 Pengajuan
judul
3 Gereening
judul dan acc
judul dari
pembim bing
4 Pembimbinga
n proposal
5 Pendaftaran
proposal
6 Ujian
Proposal
7 Perbaikan
proposal
8 Pelaksanaan
penelitian
9 Bimbingan
hasil
penelitian
10 Pendaftaran
ujian hasil
11 Ujian skripsi
12 Perbaikan
skripsi
13 Penyetoran
manuskrip
14 Persiapan
yudisium
44

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karasteristik Responden

a. Karasteristik Responden Jenis kelamin, Usia, Pendidikan dan Pekerjaan

Tabel 5.1
Distribusi Karasteristik Responden di RSUD Prof Dr H Anwar Makkatutu
Bantaeng.

Karasteristik Frekuensi (n) %


Jenis Kelamin
Laki-laki 28 43.8
Perempuan 36 56.2
Jumlah 64 100
Usia
45-50 Tahun 36 56.2
51-55 Tahun 14 21.9
56-60 Tahun 14 22.9
Jumlah 64 100
Pendidikan
SD 28 43.8
SMP 5 7.8
SMA 11 17.2
S1 20 31.3
Jumlah 64 100
Pekerjaan
Petani 18 21.8
Nelayan 6 9.4
PNS 9 14.1
IRT 31 48.4
Jumlah 64 100
Sumber Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.1, distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin

menunjukkan bahwa sebanyak 64 responden pada penelitian ini yang terdiri

dari 28 responden (43.8%) berjenis kelamin laki-laki dan 36 responden (56.2%)

berjenis kelamin perempuan. Usia responden diatas berusia 46-60 tahun, usia 45-

50 tahun sebanyak 36 responden atau (56.2%), usia 51-60 tahun sebanyak 24


45

responden ataun (43.8%).Pendidikan responden terdiri dari SD sebanyak 28

respoden atau (43.8%), dan paling sedikit SMP sebanyak 5 responden atau

(7.8%). Pekerjaan, IRT terdiri dari 31 responden atu (48.4%), dan paling sedikit

nelayan terdiri dari 6 responden atau (9.4%).

2. Analisis Univariat

a. Frekuensi Kejadian Obesitas Central di RSUD Prof Dr H M Anwar

Makkatutu

Tabel 5.2
Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Kejadian Obesitas Central di RSUD Prof
Dr H Anwar Makkatutu Bantaeng

Kejadian Obesitas Frekuensi (n) %


Obesitas Central 55 85.9
Tidak Obesitas 9 14.1
Total 64 100
Sumber Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi responden berdasarkan kejadian

obesitas central diatas dari 64 responden didapatkan obesitas central

sebanyak 55 responden (85.9%) dan responden yang tidak menderita

obesitas sebanyak 9 responden atau(14.1%).

b. Frekuensi Kejadian Diabetes Melitus di RSUD Prof Dr H M Anwar

Makkatutu

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi Responden berdasarkan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD Prof
Dr H Anwar Makkatutu Bantaeng

Diabetes Melitus Frekuensi (n) %


Diabetes Melitus 52 81.2
Tidak Diabetes 12 18.8
Total 64 100
Sumber Data Primer, 2022
46

Berdasarkan tabel 5.3 distribusi responden berdasarkan kejadian

diabetes melitus diatas dari 64 responden didapatkan responden yang

menderita diabetes mellitus sebanyak 52 responden (81.2%) dan responden

yang tidak menderita diabetes sebanyak 12 responden atau(18.8%).

3. Analisis Bivariat

Tabel 5.4
Hubungan Obesitas Central Dengan Kejadian Diabetes Melitus di RSUD Prof Dr H
Anwar Makkatutu Bantaeng

Kejadian Obesitas Central Kejadian DM Total


Diabetes Tidak Diabetes p-value
Melitus f %
f % f %
Obesitas Central 52 81.3 3 4.7 55 85.9
Tidak Obesitas 0 0 9 14.1 9 14.1 0.000
Total 52 81.3 12 18.8 64 100
Sumber Data Primer, 2022

Berdasarkan tabel 5.4 hubungan obesitas central dengan kejadian diabetes

melitus di RSUD Prof Dr H Anwar Makkatutu Bantaeng di atas, didapatkan data

bahwa responden dengan diabetes melitus sebagian besar mengalami obesitas central

sebanyak 52 responden (81,3%). Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square

dan diperoleh nilai p = 0,00 karena nilai p < α (0,05), maka Ho diterima. Hal ini berarti

bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas central dengan kejadian diabetes

melitus di RSUD Prof Dr H Anwar Makkatutu Bantaeng.

B. Pembahasan

1. Frekuensi Kejadian Obsitas Central di RSUD Prof Dr. H.M.Anwar Makkatutu

Bantaeng.

Penelitian ini dilakukan kepada 64 responden yang memenuhi kriteria inklusi

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara obesitas central dengan


47

kejadian diabetes melitus di RSUD Prof Dr. H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng

bahwa sebanyak kejadian obesitas central diatas dari 64 responden didapatkan

obesitas central sebanyak 55 responden (85.9%) dan responden yang tidak

menderita obesitas sebanyak 9 responden atau(14.1%). Responden merupakan

mengalami obesitas sentral disebabkan oleh penumpukan lemak dan pola hidup

yang tidak seperti jarang beraktivitas dan berolahraga.

Obesitas sentral didefinisikan sebagai penumpukan lemak dalam tubuh

bagian perut. Penumpukan lemak ini diakibatkan oleh jumlah lemak berlebih

pada jaringan lemak subkutan dan lemak viseral perut. Penumpukan lemak

pada jaringan lemak viseral merupakan bentuk dari tidak berfungsinya jaringan

lemak subkutan dalam menghadapi kelebihan energi akibat konsumsi lemak

berlebih (Sudirman, 2016).

Kelebihan energi terjadi ketika seseorang memiliki aktivitas fisik Kurang

dan tingginya perilaku sedentari. Selain itu ketidakmampuan jaringan lemak

subkutan sebagai penyangga energi berlebih akan menyebabkan produksi lemak

yang dapat menumpuk pada bagian-bagian tubuh yang tidak diinginkan, seperti

hati, jantung, ginjal, otot, dan kelenjar pancreas (Sylvestris, 2017).

Obesitas Central merupakan kegemukan yang ditandai dengan

penumpukan lemak yang berlebih dibagian tubuh atas sekitar dada, perut,

pundak, leher dan muka. Lemak yang menumpuk lebih banyak terdiri dari

lemak jenuh yang mengandung sel lemak besar dan lebih berpotensi

menimbulkan berbagai macam penyakit kardiovaskuler yang diakibatkan

kurangnya aktivitas fisik.


48

Penimbungan lemak tubuh terutama di daerah pinggang dan abdominal

yang bersifat sentral yang dikatakan obesitas central yang diakibatkan

kurangnya aktivitas fisik dan meningkatknya komsumsi karbohidrat dan gluosa.

Aktivitas fisik yang dilakukan oleh seseorang akan mempengaruhi kadar gula

darahnya. Peningkatan penggunaan glukosa oleh otot akan meningkat saat

seseorang melakukan aktivitas fisik yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena

glukosa endogen akan ditingkatkan untuk menjaga agar kadar gula di dalam

darah tetap seimbang. Pada keadaan normal, keseimbangan kadar gula darah

tersebut dapat dicapai oleh berbagai mekanisme dari sistem saraf, regulasi

glukosa dan keadaan hormonal (Maghfuri, 2016).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astri

(Zakiyyah, 2019) yang menyatakan bahwa dari 39 responden yang mengalami

obesitas sentral dan diabetes melitus, 26 diantaranya memiliki riwayat aktivitas

fisik yang rendah (53,1%). Sedangkan penelitian lainnya mengatakan bahwa

responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 36 responden (56.2%)

sementara responden laki-laki sebanyak 28 responden (43.8%) yang

membuktikan bahwa jenis kelamin perempuan lebih berisiko mengalami

obesitas dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki. Menurut (Flegal KM,

2018), wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami obesitas sentral

dibandingkan lakilaki setelah usia 45 tahun. Hal tersebut disebabkan karena

seiring bertambahnya usia, efek menopouse pada perempuan akan

meningkatkan kandungan lemak tubuh, terutama distribusi lemak tubuh pusat.


49

Peneliti berasumsi bahwa obesitas central dipengaruhi perilaku hidup

yang tidak sehat, jarang berolahraga dan aktivitas yang rendah, selain itu jenis

kelamin juga mempengaruhi terjadinya obesitas central dikarenakan perempuan

akan cenderung memiliki aktivititas yang lebih ringan dari pada laki-laki, yang

membuat perempuan akan memiliki aktivitas monoton perilaku tidak sehat

seperti sering mengomsumsi makanan berlemak, tinggi gula dan jarang

berolahraga yang membuat jenis kelamin juga menjadi faktor terjadinya

obesitas central.

2. Frekuensi Kejadian Diabetes Mellitus Di RSUD Prof Dr. H.M.Anwar

Makkatutu Bantaeng.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 64 responden kejadian diabetes

sebanyak 52 responden (81.2%) dan responden yang tidak menderita diabetes

sebanyak 12 responden atau (18.8%). yang berarti bahwa penderita diabetes

melitus lebih banyak dibandingkan yang tidak menderita diabetes melitus dan

didominasi oleh perempuan yang merupakan ibu rumah tangga dengan gaya

hidup yang menoton.

Menurut Derrickson, (2016), Pola hidup yang diterapkan saat ini seperti

kebiasaan menonton televisi, menonton dan bermain handphone dalam waktu

yang lama selama berjam-jam yang diselingi dengan mengonsumsi makanan.

Pekerjaan yang mengharuskan duduk berjam-jam didepan komputer juga

menjadi salah satu pemicu aktivitas yang rendah. Hal ini sejalan dengan

pernyataan (Cahyani, 2019) bahwa kemajuan teknologi berdampak pada

berkurangnya aktivitas fisik sehari hari, dimana akitivitas di isi dengan


50

mengomsumsi makanan yang tinggi gula secara belebihan dengan olahraga

yang kurang akan meningkatkan terjadinya penumpukan kadar glukosa dalam

darah yang akan mengakibatkan terjadinya diabetes melitus.

Menurut Perkeni, (2015), Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu

kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi

karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Perkeni

membagi alur diagnosis Diabetes Mellitus menjadi dua bagian besar

berdasarkan ada tidaknya gejala khas Diabetes Mellitus.

Sedangkan menurut Price dan Wilson, (2018) Diabetes Mellitus

merupakan suatu keadaan hiperglikemia menahun yang dapat mengenai seluruh

sistem tubuh. Keadaan ini disebabkan oleh karena adanya faktor yang

menghambat kerja insulin atau jumlah menurun.Kadar glukosa serum normal

adalah 110 mg/dL. Glukosa difiltrasi oleh glomerulus dan hampir semuanya di

filtrasi oleh tubulus ginjal selama kadar glukosa dalam plasma tidak melebihi

160-180 mg/dL.

Sejalan dengan penelitian Trisnawati & Soedijono, (2018) yang

mengatakan bahwa dari 62 responden, sebanyak 37 responden (59,7%) tidak

mengalami obesitas sentral dan sebanyak 32 responden (51,6%) mengalami

Diabetes Melitus, hal ini terjadi dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat serta

tidak melakukan cek kesehatan rutin, pada saat usia muda membuat seseorang

mudah terserang diabetes mellitus di usia pertengahan dewasa.

Sejalan dengan penelitian sebelumnya yaitu, dari 52 responden

didapatkan bahwa sebagian besar memiliki riwayat aktivitas fisik rendah yaitu
51

sebanyak 30 responden (56,9%) dimana responden yang menerita diabetes

melitus adalah ibu yang berprofesi sebagai IRT.

Peneliti berasumsi bahwa diabetes melitus diakibatkan olah aktivitas yang

kurang dengan gaya hidup yang monotong dan sering mengomsumsi makanan

yang tinggi gula yang menjadi penyebab diabetes dimana proses pemecahan

lemak. Sel tubuh yang tidak dapat menggunakan glukosa sebagai energi akan

mengirim sinyal lapar ke otak dan kemudian mendorong seseorang untuk

makan serta memenuhi kebutuhan energinya. Sehingga seseorang akan

merasakan lapar dan tidak bertenaga dan ketika di cek akan memiliki kadar

glukosa darah yang tinggi dibuktikan dimana dalam penelitian ini pasien

diabetes melitus didominasi oleh jenis kelamin perempuan dengan pekerjaan

IRT.

3. Hubungan Antara Obseitas Central Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Di

RSUD Prof Dr. H.M.Anwar Makkatutu Bantaeng.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden dengan diabetes

melitus sebagian besar mengalami obesitas central sebanyak 52 responden (81,3%).

Dengan Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p = 0,00 karena nilai p < α (0,05), maka

Ha diterima. Hal ini berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara obesitas

central dengan kejadian diabetes melitus di RSUD Prof Dr H Anwar Makkatutu

Bantaeng.

Obesitas berhubungan kuat dengan diabetes mellitus dan merupakan

faktor risiko independen bagi dyslipidemia, hipertensi dan penyakit


52

kardiovaskuler yang selanjutnya sebagai komplikasi dan penyebab utama

kematian bagi seseorang yang menderita Diabetes Mellitus (Gill, 2012).

Obesitas merupakan salah satu manifestasi dari masalah gizi lebih yang

terjadi akibat akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat

mengganggu kesehatan. Bila seseorang bertambah berat badannya maka ukuran

sel lemak akan bertambah besar dan kemudian jumlahnya bertambah banyak

(Soegondo, 2015),.

Menurut Arora et al, (2007) obesitas dapat diukur dengan dengan

berbagai cara baik secara laboratorium maupun non laboratorium. Pengukuran

yang sering dilakukan adalah pengukuran non laboratorium (pengukuran

praktis) dengan mengukur indeks massa tubuh, lingkar pinggang, dan rasio

lingkar pinggang panggul untuk memantau status gizi seseorang. Pengukuran

praktis merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi

seseorang karena praktis dan murah dalam penggunaanya. Obesitas merupakan

faktor risiko paling penting terhadap terjadinya diabetes mellitus dimana

prevalensi Diabetes Mellitus 2,9 kali lebih tinggi pada mereka dengan status

overweight.

Sejalan dengan penelitian (Kawalot, 2018) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan diabetes melitus

tipe 2 dengan uji statistik menunjukkan nilai probabilitas (pvalue) sebesar 0,026

dengan tingkat kesalahan 0,05 (p-value).

Sejalan dengan penelitian Wagner (2013) menunjukkan bahwa riwayat

keluarga DM berhubungan secara signifikan dengan risiko terjadinya diabetes,


53

sekresi insulin minimal tanpa adanya kelainan pada aksi insulin. Selain itu

dimungkinkan juga karena kelainan genetik pada aksi insulin, di mana terjadi

kelainan pada insulin reseptor (PERKI, 2020).

Sedangkan hasil penelitian Nimah, & Bakar, (2019) obesitas sentral

sebagai faktor risiko terjadinya pradiabetes di Kabupaten Cimahi, hasil

penelitian menunjukkan Variabel yang berpengaruh terhadap prediabetes

adalah obesitas sentral (p=0,041) dan hipertensi sistolik (p=0,041). Berdasarkan

uraian di atas, maka menurut peneliti orang dengan obesitas memiliki risiko

penyakit Diabetes Mellitus lebih besar dibandingkan penyakit lain. Prevalensi

Diabetes Melitus sejalan dengan peningkatan prevalensi obesitas, sekitar 80%

orang dengan Diabetes Mellitus adalah obesitas.

Pada penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa berdasarkan hasil yang

didapatkan bahwa jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita obesitas

sentral dan diabetes melitus dibandingkan dengan laki-laki, seseorang yang

memiliki pola hidup tidak sehat akan lebih beresiko menderita obesitas central

dan diabetes melitus, dan aktivitas yang rendah akan lebih berisiko menderita

obesitas dan diabetes melitus dibandingkan dengan orang yang memiliki

aktivitas berat. Serta seseorang yang menderita obesitas central akan berisiko

mengalami diabetes melitus.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan penelitian yang

didapatkan saat melakukan penelitian, yaitu:

1. Peneliti diabatasi oleh waktu responden.


54

2. Pengumpulan dara responden yang dilakukan hanya menggunakan kertas dan

hasil GDS yang tidak semua diperiksa pada saat penelitian melainkan

didapatkan dari buku rekam medik klien yang dilakukan 1 hari sebelum

penelitian

3. Dalam melakukan penelitian ini klien mengalami keterbatasan saat mengukur

dan menimbang berat badan.


55

BAB VI

PENUTUP

A. Keimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Frekuensi kejadian obesitas central di RSUD Prof Dr. H. M. Anwar Makkatutu

Bantaeng dari 64 responden didapatkan obesitas central sebanyak 55 responden

(85.9%) dan responden yang tidak menderita obesitas sebanyak 9 responden

atau(14.1%).

2. Frekuensi kejadian Diabetes melitus di RSUD Prof Dr. H. M. Anwar

Makkatutu Bantaeng dari 64 responden kejadian diabetes sebanyak 52

responden (81.2%) dan responden yang tidak menderita diabetes sebanyak 12

responden atau (18.8%). yang berarti bahwa penderita diabetes melitus lebih

banyak dibandingkan yang tidak menderita diabetes melitus dan didominasi

oleh perempuan yang merupakan ibu rumah tangga

3. Hubungan Oberitas central dengan kejadian Diabetes melitus di RSUD Prof Dr.

H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng didapatkan bahwa responden dengan diabetes

melitus sebagian besar mengalami obesitas central sebanyak 52 responden (81,3%).

Dengan Hasil analisis bivariat diperoleh nilai p = 0,00 karena nilai p < α (0,05), maka

Ha diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang dikemukan di atas beberapa

saran yang ingin peneliti sampaikan adalah :


56

1. Bagi Institusi pelayanan kesehatan

Kepada institusi pelayanan kesehatan diharapkan agar selalu menekankan

kepada klien pentingnya menjaga pola hidup yang sehat dan aman.

2. Bagi Institusi pendidikan

Kepada Institusi pendidikan diharapkan dapat menambah sumber buku atau

referensi bacaan di perpustakaan terkait dengan materi penelitian, agar dapat

menunjang dan membantu peneliti dalam melakukan menyusun skripsi dengan

topik obesitas central dan diabetes melitus.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

terkait dengan obesitas central dan diabetes melitus dengan melakukan in,

seperti pembuatan selimut dengan desain inovasi-inovasi dalam mengatasi

obesitas central dan diabetes melitus.


57

DAFTAR PUSTAKA

Andi Noor Kholidha. (2018). Hubungan Kadar Kolesterol Total dan Trigliserida
dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di Daerah Pesisir Kota Kendari.
Volume 5 N. Retrieved from e-issn: 2443-0218.
Arora, M., Koley, S., Gupta, S., et al. (2007). A Study on Lipid Profile And Body Fat
in Patients with Diabetes Mellitus. Anthropologist. 295–8.
Astri Zakiyyah. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan
Aktivitas Fisik Pada Pasien Diabetes Mellitus Untuk Pencegahan Komplikasi.
Kesehatan Masyarakat, 453.
Black & Hawks. (2008). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Positive Outcome Amsterdam. Elsevier Science Health.
Cahyani, C. R. (2019). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kepatuhan Pengelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di RSUP Dr Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Ilmu
Keperawatan.
Damayanti, S. (2015). Diabetes Mellitus Dan Penatalaksanaan Keperawatan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Derrickson, T. &. (2016). Dasar Anatomi & Fisiologi: Pemeliharaan Dan
Kontinuitas Tubuh Manusia. Jakarta: EGC.
Dinas kesehatan Prov Sul-Sel. (2018). Data kesehatan Dinas Prov Sul-Sel. Makassar.
Flegal KM, Carroll MD, Ogden CL, C. L. (2018). Prevalence and trends in obesity
among US adults, 2010-2017.
Gill. (2012). Diabetic foot ulcers: Prevention, diagnosis and classification. Am Fam
Physician,. 57(6), 1325–1332.
Hasyim, H. (2017). Analysis of Diabetes Mellitus Determinants in Indonesia: . Acta
Med Indones - Indones J Intern Med. A Study from the Indonesian Basic Health
58

Research, Vol.49 No.


IDF. (2015). International Diabetes atlas. (IDF, Ed.).
https://doi.org/http://doi.org/https://www.oedg.at/pdf/1606_IDF_Atlas_2015_U
K.pdf
IDF. (2018). Online Version Of DIABETES ATLAS Eight Edition.
International Diabetes Federation. (2018). IDF Diabetes Atlas Seventh Edition 2018.
Brussels: International Diabetes Federation.
Kawalot, K. K. (2018). Hubungan antara aktivitas fisik dan riwayat keluarga dengan
kejadian diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan di wilayah kerja
puskesmas tenga kecamatan tengah.
Maghfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Melitus. Jakarta:
salemba medika.
Nimah, L., Pratiwi, I. N., Hidayati, L., Wahyudi, A. S., & Bakar, A. (2019). Kejadian
Hipertensi Pada Anak Dan Remaja Dengan Status Gizi Obesitas. Jurnal Ilmiah
Media Husada, 8(2), 88–93.
Nuari, N. A. (2017). Strategi Manajemen Edukasi Pasien Diabetes Mellitus.
Yogytakarta: Deepublish.
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (peni puji). Jakarta:
Salemba Medika.
Perdatin. (2020). Penanganan Pasien Kritis Covid-19. Jakarta: perdatin.
Perkeni. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Millitus Tipe 2 Di
Indonesia. PB Perkeni: PB Perkeni.
PERKI. (2020). Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung (edisi 2; Fa. Prof. DR. dr.
Bambang B. Siswanto, SpJP(K), FIHA, FACC, Ed.). jakarta Indonesia.
Pratiwi A. (2019). Quality of life pasien diabetes melitus dengan ulkus diabetikum.
Price dan Wilson. (2018). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses. Jakarta: EGC.
Pusdatin Kemenkes. (2020). Diabetes Melitus.
Riskesdas. (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
Kesehatan RI.
Saputri, R. D. (2020). Komplikasi Sistemik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 11(1), 230–236.
https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.254
59

Soegondo, S., Suryono, S., Waspadji, S., Soewondo, P., Subekti, I ., Semiardji, G., et
al. (2015). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu Panduan
Penatalaksanaan Diabetes Melitus Bagi Dokter.
Soelistijo S. (2015). Konsesus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe2
Di Indonesia 2015. In Perkeni.
Srimiyati. (2018). Pengetahuan Pencegahan Kaki Diabetik Penderita Diabetes
Melitus Berpengaruh Terhadap Perawatan Kaki. Medisains, 16((2)), 76–82.
Sudirman. (2016). Indonesian Journal of Human Nutrition. 3(2), 105–122.
Sugiyono. (2017). Metode penelitian dan pengembangan. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: ALFABETA,CV.
Sujarweni, W. V. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. GAVA MEDIA.
Sylvestris, A. (2017). Hipertensi Dan Retinopati Hipertensi. Saintika Medika, 10(1),
1. https://doi.org/10.22219/sm.v10i1.4142
Trisnawati & Soedijono. (2018). Faktor resiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di
puskesmas kecamatan cengkareng Jakarta Barat.
WHO. (2019). Fact Sheet of Diabetes.
WHO. (2020). World Health Statistics 2020.
WHO. (2021). Epidemiological Situation. Retrieved from
http://doi.org/http://www.who.int/Ieishmaniasis/buden/en/
Xia, T., Yang, Y., Li, W., Tang, Z., Li, Z., & Qiao, L. (2019). Different training
durations and styles of tai chi for glucose control in patients with type 2
diabetes : a systematic review and meta-analysis of controlled trials. BMC
Complementary and Alternative Medicine, 1–13.
Yufang, B. (2018). Advanced Research on Risk Factors of Type 2 Diabetes. Wiley
Online Library, 28(2), 32–39.
Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di
RSUD Prof Dr.H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng

Informed Consent

Dengan menandatangani lembar ini, saya :

Nama :

Alamat :

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul “Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Diabetes Melitus
di RSUD Prof Dr.H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng ” yang akan
dilaksanakan oleh Sri Ayu Nengsi mahasiswi program studi SI Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Panrita Husada Bulukumba.

Saya telah diberikan penjelasan terkait dengan alur dan maksud dari
penelitian ini termasuk dalam mengisi kuesioner yang hanya digunakan untuk
kepentingan penelitian. Sehingga saya secara sukarela bersedia menjadi responden
penelitian ini.

Bantaeng,… Mei 2022

Responden

( )
Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Diabetes Melitus di
RSUD Prof Dr.H.M. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng

KUESIONER

Lembar check list Penelitian

Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Berat Badan :
Tinggi Badan :
Lingkar Pinggang :
IMT :
Diabetes :
Obesitas :
1. Berat badan pasien saat terdiagnosis penyakit diabetes mellitus ……….Kg

2. Tinggi badan pasien saat terdiagnosis penyakit diabetes mellitus………Cm

Mengetahui tingkat obesitas pasien dengan menggunakan rumus IMT

IMT= Berat badan (BB)


Tinggi Badan (TB2)
a. Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/km2

b. Overwight ≥25

c. Obes I 30.0 - 34.9 kg/km2

d. Obes II 35.0 - 39.9 kg/km2

e. Obes III ≥ 40.0 kg/km2


Lampiran:

MASTER TABEL
Hubungan Obesitas Sentral Terhadap Kejadian Diabetes Melitus
No Inisial Usia JK Kode Pendidikan Kode Pekerjaan Kode BB TB IMT LP RW DM Kode RW Obesitas Kode
1 A 46 L 1 SI 4 Petani 4 70 156 28,8 98 DM 1 Obesitas 1
2 S 45 P 2 SI 4 IRT 4 69 155 28,7 90 DM 1 Obesitas 1
3 P 50 L 1 S1 4 Petani 4 66 156 27,1 94 DM 1 Obesitas 1
4 K 50 L 1 SD 1 Petani 1 75 160 29,3 99 DM 1 Obesitas 1
5 F 47 L 1 SD 1 nelayan 2 80 167 28,7 94 DM 1 Obesitas 1
6 H 48 P 2 SD 1 IRT 1 70 160 27,3 87 DM 1 Obesitas 1
7 D 50 P 2 SD 1 IRT 1 60 150 22,3 68 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
8 N 46 P 2 S1 4 IRT 3 65 160 24,5 65 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
9 T 48 P 2 S1 4 IRT 4 67 155 27,9 101 DM 1 Obesitas 1
10 A 48 L 1 S1 4 PNS 4 69 157 28 98 DM 1 Obesitas 1
11 S 49 P 2 S1 4 IRT 4 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
12 F 50 L 1 SD 1 nelayan 2 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
13 C 55 P 2 S1 4 IRT 3 60 150 22,3 68 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
14 F 60 P 2 SMA 3 IRT 4 69 158 27,6 100 DM 1 Obesitas 1
15 H 56 L 1 SMA 3 PNS 4 73 155 30,4 88 DM 1 Obesitas 1
16 D 54 P 2 S1 4 IRT 4 67 155 27,9 87 DM 1 Obesitas 1
17 F 52 P 2 S1 4 IRT 4 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
18 A 53 L 1 S1 4 PNS 4 67 155 27,9 99 DM 1 Obesitas 1
19 D 48 P 2 SMA 3 IRT 4 67 155 27,9 101 DM 1 Obesitas 1
20 A 45 L 1 SMP 2 Petani 1 68 157 27,6 88 DM 1 Obesitas 1
21 W 50 L 1 SMP 2 Petani 1 65 160 24,5 65 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
22 S 50 P 2 SMA 3 IRT 4 69 155 28,7 90 DM 1 Obesitas 1
23 S 60 P 2 SMA 3 IRT 4 67 155 27,9 99 Tidak 2 Obesitas 1
24 N 55 P 2 SMA 3 IRT 4 70 156 28,8 98 DM 1 Obesitas 1
25 Y 56 L 1 SD 1 Petani 1 72 161 27,8 89 DM 1 Obesitas 1
26 HS 48 L 1 SD 1 nelayan 2 61 157 23,8 71 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
27 FS 50 P 2 S1 4 IRT 3 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
28 P 59 L 1 SD 1 Petani 1 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
29 U 58 P 2 SD 1 IRT 4 74 160 28,9 95 DM 1 Obesitas 1
30 Y 60 L 1 SD 1 PNS 4 65 154 27,4 87 DM 1 Obesitas 1
31 ST 54 P 2 SD 1 IRT 4 73 155 30,4 88 DM 1 Obesitas 1
32 R 52 P 2 SMA 3 IRT 4 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
33 Z 46 L 1 S1 4 PNS 3 70 156 28,8 98 DM 1 Obesitas 1
34 C 45 P 2 S1 4 IRT 3 69 155 28,7 90 DM 1 Obesitas 1
35 X 50 L 1 SD 1 Petani 1 66 156 27,1 94 DM 1 Obesitas 1
36 A 50 L 1 SD 1 Petani 1 75 160 29,3 99 DM 1 Obesitas 1
37 M 47 L 1 SMP 2 nelayan 2 80 167 28,7 94 DM 1 Obesitas 1
38 N 48 P 2 SMP 2 Petani 1 70 160 27,3 87 DM 1 Obesitas 1
39 B 50 P 2 SD 1 Petani 1 60 150 22,3 68 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
40 V 46 P 2 SD 1 IRT 4 65 160 24,5 65 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
41 F 48 P 2 S1 4 IRT 4 67 155 27,9 101 DM 1 Obesitas 1
42 H 48 L 1 S1 4 PNS 3 69 157 28 98 DM 1 Obesitas 1
43 A 49 P 2 SMA 3 IRT 4 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
44 W 50 L 1 SD 1 nelayan 2 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
45 R 55 P 2 S1 4 PNS 3 60 150 22,3 68 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
46 L 60 P 2 S1 4 IRT 4 69 158 27,6 100 DM 1 Obesitas 1
47 H 56 L 1 SMA 3 PNS 3 73 155 30,4 88 DM 1 Obesitas 1
48 D 54 P 2 SD 1 Petani 1 67 155 27,9 87 DM 1 Obesitas 1
49 G 52 P 2 SD 1 IRT 4 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
50 K 53 L 1 SD 1 Petani 1 67 155 27,9 99 DM 1 Obesitas 1
51 M 48 P 2 SD 1 IRT 4 67 155 27,9 101 DM 1 Obesitas 1
52 C 45 L 1 SD 1 Petani 1 68 157 27,6 88 DM 1 Obesitas 1
53 R 50 L 1 SD 1 Petani 1 65 160 24,5 65 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
54 S 50 P 2 SD 1 IRT 4 69 155 28,7 90 DM 1 Obesitas 1
55 T 60 P 2 SD 1 IRT 4 67 155 27,9 99 Tidak 2 Obesitas 1
56 N 55 P 2 S1 4 IRT 4 70 156 28,8 98 DM 1 Obesitas 1
57 L 56 L 1 SMA 3 Petani 1 72 161 27,8 89 DM 1 Obesitas 1
58 I 48 L 1 SMP 2 nelayan 2 61 157 23,8 71 Tidak 2 Tidak Obesitas 2
59 F 50 P 2 S1 4 PNS 3 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
60 H 59 L 1 SMA 3 Petani 1 67 155 27,9 93 DM 1 Obesitas 1
61 S 58 P 2 SD 1 IRT 4 74 160 28,9 95 DM 1 Obesitas 1
62 KF 60 L 1 SD 1 Petani 1 65 154 27,4 87 DM 1 Obesitas 1
63 D 54 P 2 SD 1 IRT 4 73 155 30,4 88 DM 1 Obesitas 1
64 G 52 P 2 SD 1 IRT 4 71 157 28,8 91 DM 1 Obesitas 1
Keterangan:

Jenis Kelamin Pendidikan Riwayat Diabetes Riwayat Obesitas


Lakil-laki :1 SD :1 SMA :3 DM :1 Obesitas :1
Perempuan :2 SMP :2 S1 :4 Tidak : 2 Tidak Obsesitas : 2
Lampiran :

Statistics
Diabetes Tingkat
Umur Jenis Kelamin Pekerjaan BB TB IMT LP Melitus Obesitas Pendidikan
N Valid 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 51.63 68.50 156.56 267.91 89.34 1.19 1.14 2.36
Std. Error of Mean .565 .520 .395 5.960 1.312 .049 .044 .166
Median 50.00 68.50 156.00 279.00 91.00 1.00 1.00 2.00
Std. Deviation 4.520 4.163 3.157 47.681 10.494 .393 .350 1.326
Variance 20.429 17.333 9.964 2273.483 110.134 .155 .123 1.758
Range 15 20 17 276 36 1 1 3
Minimum 45 60 150 28 65 1 1 1
Maximum 60 80 167 304 101 2 2 4

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 45.00 4 6.3 6.3 6.3
46.00 4 6.3 6.3 12.5
47.00 2 3.1 3.1 15.6
48.00 10 15.6 15.6 31.3
49.00 2 3.1 3.1 34.4
50.00 14 21.9 21.9 56.3
52.00 4 6.3 6.3 62.5
53.00 2 3.1 3.1 65.6
54.00 4 6.3 6.3 71.9
55.00 4 6.3 6.3 78.1
56.00 4 6.3 6.3 84.4
58.00 2 3.1 3.1 87.5
59.00 2 3.1 3.1 90.6
60.00 6 9.4 9.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 28 43.8 43.8 43.8
SMP 5 7.8 7.8 51.6
SMA 11 17.2 17.2 68.8
S1 20 31.3 31.3 100.0
Total 64 100.0 100.0
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid L 28 43.8 43.8 43.8
P 36 56.3 56.3 100.0
Total 64 100.0 100.0

Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Petani 18 28.1 28.1 28.1
Nelayan 6 9.4 9.4 37.5
Pns 9 14.1 14.1 51.6
IRT 31 48.4 48.4 100.0
Total 64 100.0 100.0

Diabetes Melitus
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Diabetes Melitus 52 81.3 81.3 81.3
TIdak Diabetes Melitus 12 18.8 18.8 100.0
Total 64 100.0 100.0

Obesitas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obesitas Central 55 85.9 85.9 85.9
tidak Obesitas 9 14.1 14.1 100.0
Total 64 100.0 100.0
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Diabetes Melitus Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Obesitas Diabetes Melitus . 52 . . 52 .
TIdak Diabetes Melitus .460 12 .000 .552 12 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Obesitas * Diabetes Melitus Crosstabulation


Diabetes Melitus
TIdak Diabetes
Diabetes Melitus Melitus Total
Obesitas Obesitas Central Count 52 3 55
% of Total 81.3% 4.7% 85.9%
tidak Obesitas Count 0 9 9
% of Total 0.0% 14.1% 14.1%
Total Count 52 12 64
% of Total 81.3% 18.8% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 45.382 a
1 .000
Continuity Correction b
39.388 1 .000
Likelihood Ratio 38.484 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 44.673 1 .000
N of Valid Cases 64
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.69.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran :

Anda mungkin juga menyukai