Anda di halaman 1dari 90

HUBUNGAN PERAWATAN LUKA DAN RIWAYAT

PENYAKIT LAIN TERHADAP BERAT DAN


RINGANNYA LUKA GANGGREN PADA
PASIEN DIABETES MELITUS
DI KLINIK PANRITA
WOUND CARE

SKRIPSI

Oleh :
MIHRAJUL HAERANI
NIM. A1911027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2023
HUBUNGAN PERAWATAN LUKA DAN RIWAYAT
PENYAKIT LAIN TERHADAP BERAT DAN
RINGANNYA LUKA GANGGREN PADA
PASIEN DIABETES MELITUS
DI KLINIK PANRITA
WOUND CARE

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Pada Program Studi Ilmu keperawatan
Stikes Panrita Husada Bulukumba

Oleh :

MIHRAJUL HAERANI
NIM. A1911027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
2023

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ii
LEMBAR PENGESAHAN

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin Segala puji dan syukur senantiasa kita

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-

Nya, semoga kita senantiasa selalu berada dalam lindungannya. Teriring salam dan

shalawat kepada junjungan rasulullah SAW dan keluarga yang dicintainya beserta

sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala

kesederhannaanya.

Skripsi yang berjudul “Hubungan Perawatan Luka Dan Riwayat penyakit

Lain Terhadap Berat Dan Ringannya Luka Ganggren Pada Pasien Diabetes Mellitus

Di Klinik Panrita Wound Care” ini diajukan untuk memenuhi Sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program studi Ilmu

keperawatan Stikes Panrita Husada Bulukumba.

Bersama dengan ini, perkenankanlah saya mengucapkan terimaksih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Muh. Idris Aman, S.Sos selaku ketua Yayasan Stikes Panrita Husada

Bulukumba.

2. Dr.Muriyati,S.Skep,M.kes selaku Ketua Stikes Panrita Husada Bulukumba

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

3. Dr.A. Suswani Makmur,SKM. M.kes selaku Pembantu Ketua 1 yang telah

membantu merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

4. Dr. Haerani, S.Kep,Ns,M.kep selaku ketua program Studi S1 Keperawatan

yang telah merekomendasikan pelaksanaan penelitian.

v
5. Hamdana, S.kep. Ns, M.kep selaku dosen pembimbing utama yang telah

banyak memberikan bimbingan bimbingan dan bantuan dengan penuh

kesungguhan, kesabaran dan telah meluangkan waktu dan tenaga serta

pikiran untuk mengarahkan saya sejak awal sampai skripsi ini terselesaikan

dengan baik.

6. Nadia Alfira S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing upendamping

yang telah bersedia memberikan bimbingan sejak awal sampai akhir

penyusunan skripsi ini.

7. Muhammad Asri S.Kep, Ns, M,Kep selaku penguji 1 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji hasil penyusunan skripsi.

8. Dr. A. Suswani Makmur, SKM. M.Kes selaku penguji 2 yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk menguji hasil penyusunan skripsi.

9. Bapak/Ibu Dosen dan seluruh Staff Stikes Panrita Husada Bulukumba atas

bekal keterampilan dan pengetahuan yang telah diberikan keapada penulis

selama proses perkuliahan.

10. Khususnya kepada kedua orangtua serta keluarga yang turut mendo’akan

serta, Memotivasi kepada penulis selama proses menuntut ilmu.

11. Teman-teman saya keperawatan angaktan 2019 yang telah memberikan

dukungan, terkhususnya Izza arfahunnisa dan Sri ayuningsih sangat

membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

vi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi

kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan bagi semua pihak.

Akhir kata hanya Kepada Allah SWT, penulis memohon semoga berkah

dan rahmat serta melimpah kebaikan-Nya senantiasa tercurahkan kepada semua

pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga terselesaikannya

skripsi ini.

Bulukumba, 11 Agustus 2023

Mihrajul Haerani

vii
ABSTRAK

Hubungan Perawatan Luka Dan Riwayat Penyakit Lain Terhadap Berat Dan Ringannya
Luka Ganggren Pada Pasien Diabetes Melitus Di Klinik Panrita Wound Care. Mihrajul
Haerani, Hamdana1, Nadia Alfira2
Latar belakang : Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi Ketika pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin atau Ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi
secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur glukosa darah. Berdasarkan data awal yang
diambil pada tahun 2023 sebanyak 39 orang sebagai kategori luka.
Tujuan : Untuk Mengetahui Hubungan Perawatan Luka Dan Riwayat Penyakit Lain Terhadap
Berat Dan Ringannya Luka Ganggren Pada Pasien Diabetes Mellitus yang melakukan perawatan
luka di klinik panrita wound care bulukumba tahun 2023.
Metode : Metode sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel yaitu 39
responden. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar kuesioner dan lembar observasi.
Hasil: Setelah dilakukan uji statistik dengan uji fisher’s didapatkan hasil dengan nilai p=0,000
maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara perawatan luka dengan tingkat
infeksi. Dan setelah dilakukan uji statistik dengan uji chi-square didapatkan hasil p=0,000 maka
disimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara Riwayat penyakit lain dengan tingkat infeksi.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara, perawatan luka dengan tingkat infeksi di
klinik panrita wound care.
Terdapat hubungan yang signifikan antara Riwayat penyakit lain dengan tingkat infeksi di klinik
panrita wound care.

Kata Kunci: Perawatan Luka, Tingkat Infeksi, Diabetes Melitus

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ......................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

LAMPIRAN ......................................................................................................... xiv

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan .......................................................................................................... 5

1. Tujuan Umum........................................................................................... 5

2. Tujuan Khusus .......................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 6

1. Manfaat Teoritis ....................................................................................... 6

2. Manfaat Aplikatif ..................................................................................... 6

ix
BAB II ..................................................................................................................... 7

TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................... 7

A. Tinjauan Teori Tentang Diabetes Mellitus .................................................. 7

1. Definisi Diabetes Mellitus ........................................................................ 7

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus ................................................................... 7

3. Etiologi Diabetes Mellitus ........................................................................ 7

4. Penyebab Dan Gejala Diabetes Mellitus .................................................. 9

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus ..................................................... 10

6. Komplikasi Diabetes Mellitus ................................................................ 12

B. Tinjauan Teori Tentang Proses Infeksi LKD (luka kaki diabetik) ............. 14

1. Definisi ................................................................................................... 14

3. Klasifikasi ............................................................................................... 17

C. Luka Ganggren ........................................................................................... 19

1. Definisi ...................................................................................................... 19

E. Kerangka Teori........................................................................................... 33

BAB III ................................................................................................................. 34

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN................................. 34

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 34

B. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 35

C. Variabel Penelitian ..................................................................................... 35

x
D. Definisi Operasional................................................................................... 36

BAB IV ................................................................................................................. 39

METODE PENELITIAN ...................................................................................... 39

A. Desain Penelitian ........................................................................................ 39

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian..................................................................... 40

C. Populasi, Sampel Dan Sampling ................................................................ 40

D. Instrumen Penelitian................................................................................... 41

A. Tekhnik Pengumpulan Data ....................................................................... 42

B. Tekhnik Pengolahan Dan Analisa Data ..................................................... 43

C. Etika penelitian........................................................................................... 44

BAB V................................................................................................................... 45

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 45

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 45

B. Pembahasan ................................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

LAMPIRAN .......................................................................................................... 61

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ............................................................................. 33

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ......................................................................... 35

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Luka Diabetik Berdasarkan Universitas Texas

(Hutagalung Et Al., 2019) ................................................................................ 18

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound

Care Bulukumba Tahun 2023 .......................................................................... 45

Tabel 5 2 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound

Care Bulukumba Tahun 2023 .......................................................................... 46

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound

Care Bulukumba Tahun 2023 .......................................................................... 46

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound

Care Bulukumba Tahun 2023 .......................................................................... 46

Tabel 5.5 Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Tingkat Infeksi Dengan

Perawatan Luka Di Klinik Panrita Wound Care Caile 2023............................ 47

Tabel 5 6 Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Riwayat penyakit lain Dengan

Tingkat Infeksi Di Klinik Panrita Wound Care Caile 2023 ............................. 48

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin Penelitian

Lampiran 2 Surat Izin Neni Si Lincah

Lampiran 3 Surat Izin KESBANGPOL

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 5 Surat Komite Etik Penelitian

Lampiran 6 Informent Consent

Lampiran 7 Kuesioner

Lampiran 8 Lembar Observasi

Lampiran 9 Master Tabel

Lampiran 10 Uji Statistik

Lampiran 11 Dokumentasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang terjadi Ketika

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau Ketika tubuh tidak dapat

menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon

yang mengatur glukosa darah. Hiperglikemia, juga disebutkan peningkatan

glukosa darah atau peningkatan pada gula darah merupakan efek umum dari

diabetes yang tidak terkontrol dan seiring waktu dapat menyebabkan

kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, yang terutama saraf dan

pembuluh darah (WHO, 2022).

DM yang telah menjadi salah satu masalah Kesehatan yang

mengglobal di dunia dan mengkhwatirkan. Dikarenakan telah menyerang

lebih dari 463 juta orang pada tahun 2019 menurut international diabetes

federation (IDF, 2022). Dan menurut data dunia world health organization

WHO (2020) melaporkan bahwa jumlah penderita diabetes meningkat dari

108 menjadi 422 juta yang diperkirakan 1,6 juta kematian secara langsung

dan WHO memperkirakan bahwa diabetes adalah penyebab utama 7

kematian di dunia. Di Indonesia tercatat jumlah penderita DM sebanyak

41.813 orang pada tahun 2022 dan menjadi negara penderita DM paling

banyak di asia tenggara berdasarkan laporan International Diabetes

Federation (widi, 2023). Kematian dua kali lipat pada pasien DM dengan

luka kaki Diabetes (ganggren). Dicatat bahwa hingga 85% dari amputasi

1
2

ekstremitas tubuh bagian bawah terkait diabetes didahului oleh ukus kaki

(Formosa & Vella, 2020).

Prevalensi ganggren yang masih signifikan di amerika serikat, 15-

20% penderita DM mengalami ganggren, di Indonesia frekuensi ganggren

sekitar 15% dari pasien DM dan resiko amputasi 15-46% lebih tinggi untuk

penderita DM daripada pasien nondiabetes alasan paling sering untuk rawat

inap terhitung 80% dari rawat inap DM, memiliki tingkat amputasi 30%

tingkat kematian 32% dan luka DM (kemenkes, 2023). Dan data yang

tercatat di Dinas Kesehatan Bulukumba, penderita DM pada tahun 2021

paling tinggi di bulan Februari sebanyak 387.

Pasien DM mempertahankan luka yang baik dari gejala sisa proses

penyakit atau pasca operasi. Pada penyembuhan luka proses kompleks yang

berlangsung melalaui tiga fase inflamasi proliferasi dan remodeling. DM

juga dapat mengakibatkan beberapa perubahan patologis yang mampu

merusak semua proses penyembuhan ini. Luka diabetes juga ditandai

dengan peradangan dan penurunan angionesis dikarenakan perubahan ini

pasien diabetes bersiko lebih tinggi mengalami komplikasi penyembuhan

luka (Riza & Putra, 2022).

Penyebab luka infeksi dan ganggreng merupakan penyebab umum

perawatan di rumah sakit bagi penderita diabetes mellitus yang dikarenakan

kerusakan jaringan yang lebih dalam terkait dengan gangguan neurolugis

dan vaskuler mula-mula pada luka ini tergolong biasa dan seperti pada

umumnya tetapi luka yang terdapat pada penderita diabetes mellitus dan jika
3

salah penananganan pada perawatan luka akan menimbulkan kejadian

terinfeksi dan luka kronis yang akan menyebabkan ganggreng dan berakibat

fatal serta berujung amputasi (Putra, 2019).

Luka ganggren yang semakin meningkat di dunia. Dimana

perawatan luka ganggren harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang

menjamin perlengkapan perawatan yang digunakan steril.(Rudatin et al.,

2021) dengan masih tingginya jumlah pasien DM yang mengalami

ganggren dan dapat menimbulkan komplikasi padahal ganggren dapat

dicegah untuk mengurangi resiko yang terjadi pada DM. luka ganggren

merupakan keadaan yang diawali dengan adanya hipoksia jaringan dimana

oksigen dalam jaringan berkurang, hal ini yang dapat mempengaruhi

aktivitas vaskuler dan seluler jaringan sehingga mengakibatkan kerusakan

jaringan. Diketahui ganggren adalah kematian jaringan yang disebabkan

oleh penyumbatan pembuluh darah dikarenakan adanya mikroembolietero

thrombosis akibat penyakit vaskuler perifer yang menyertai penderita DM

sebagai komplikasi menahun dari DM itu sendiri (Lellu, 2021).

Berdasarkan penelitian Riza & Putra, (2022). dengan judul Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Lama Penyembuhan Luka Ganggren di

Kinik Istiqamah Krueng Barona Jaya. Penelitian ini bersifat desktiptif

korelasi melalui desain atau pendektan cross sectional. populasi pada

penelitian ini pasien yang mengalami luka ganggren yang mendapatkan

perawatan di klinik Istiqamah Krueng Barona Jaya yaitu sebnyak 51 orang

dan sampel 16 orang dengan Teknik pengambilan Accidential sampling.


4

Kesimpulan dari penelitian ini didapatkan ada hubungan perawatan luka

dengan lama penyembuhan luka ganggren, dan adanya hubungan berat

ringannya luka dengan lama penyembuhan luka.

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Rosa (2019) dengan judul

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Timbulnya Ganggren pada

Pasien Diabetes Mellitus Di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang

penelitian ini menggunakan desain case-control yang dilakukan untuk

mengetahui antara kebiasaan melakukan perawatan kaki dan lama sembuh

luka ganggren. Dan menggunakan 70 sampel sehingga kesimpulan yang

didapatkan dari penelitian ini tidak sejalan dengan peneliti sebelumnya

menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara perawatan kaki

dengan kejadian ganggren diabetik, dan dari hasil penelitian ini bahwa

kebiasaan melakukan perawatan kaki tidak terlalu berpeluang untuk terjadi

ganggren diabetik hal ini disebabkan karena mayoritas penderita baru

melakukan perawatan kaki setelah mengalami komplikasi ganggren.

Berdasarkan data awal dari lokasi peneletian yang telah diambil di

Klinik Panrita Wound Care Bulukumba pada tahun 2022, jumlah pasien

yang melakukan perawatn luka pasien Diabetes Mellitus di klinik panrita

wound care sebanyak 39 orang.

Berdasarkan fenomena yang terjadi semakin banyaknya penderita

diabetes mellitus dan semakin meningkatnya pasien dengan kondisi luka

yang di diderita serta masih kurangnya kesadaran masyarakat akan

pentingnya melakukan perawatan luka agar tidak bertambah parah maka


5

peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang “Hubungan perawatan luka

dan Riwayat lain terhadap berat dan ringannya luka gangren pada pasien

diabetes melitus di klinik panrita wound care Bulukumba Tahun 2023”.

B. Rumusan Masalah

Semakin meningkatnya prevalensi penyakit diabetes mellitus di

dunia maka perlu penanganan segera untuk meminimalisir dampak dampak

yang akan ditimbulkan pada penderita tersebut. Seperti kebanyakan pada

pasien diabetes mellitus saat ini yang dikatakan masih kurang untuk

melakukan perawatan luka di pelayanan Kesehatan. Dimana hal ini

disebutkan dapat memperburuk keadaan pasien dengan kondisi luka yang

tidak terawat dengan baik.

Dari hasil permasalahan yang ditemukan diatas maka dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu “Hubungan Perawatan Luka

Dan Riwayat Penyakit Lain Terhadap Berat Dan Ringannya Luka

Ganggren Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Panrita Wound care

Bulukumba Tahun 2023 ”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahuinya Hubungan Perawatan Luka Dan Riwayat Penyakit

Lain Terhadap Berat Dan Ringannya Luka Ganggren Pada Pasien

Diabetes Mellitus yang melakukan perawatan luka di klinik panrita

wound care bulukumba tahun 2023.


6

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hubungan perawatan luka dengan berat ringannya

luka

b. Diketahuinya hubungan Riwayat penyakit lain dengan berat dan

ringannya luka

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitaian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan keilmuan di bidang perawatan luka, khususnya pada

pasien diabetes melitus. Penelitian ini juga diharapkan mampu

menambah wawasan bagi mahasiswa serta mampu menambah

informasi mengenai pengalaman pasien yang melakukan perawatan

luka di klinik panrita wound care bulukumba tahun 2023.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan khususnya

dalam bidang perpustakaan dan diharapakan juga menjadi suatu

masukan dan referensi yang berarti serta bermanfaat bagi semua orang

hingga menjadi referensi pengalaman untuk memotivasi pasien diabetes

melittus yang menjalankan perawatan luka untuk berusaha agar lebih

cepat sembuh.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) ataupun yang biasa kita sebut dengan

kencing manis merupakan suatu penyakit gangguan metabolisme tubuh

menahun hormon insulin yang terdapat dalam tubuh dan tidak dapat

digunakan secara efektif dalam mengatur keseimbangan gula darah dan

menigkatkan konsentrasi kadar gula darah (hiperglikemia) (Febrinasari

et al., 2020).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Berdasarkan sistem klasifikasi diabetes yang ideal secara

perawatan klinis, patologi, dan epidemilogi yang saat ini belum

memungkingkan dikarenakan faktor keterbatasan pengetahuan sumber

daya yang ada pada dunia sehingga beberapa para ahli mengusulkan

pengelompokan yang berdasarkan perawatan klinis yang secara

umumnya DM dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu : (1) DMT1,

(2) DMT2, (3) gestasional, dan (4) diabetes spesifik lain. (Hardianto,

2021).

3. Etiologi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus sebagai insulin dengan penggunaan terapi

insulin yang sudah biasa dengan tipe DM.

7
8

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (DMT1)

Disebabkan oleh struktur sel beta atutoimun biasanya dapat

memicu terjadinya defisiensi insulin absolut. Dan faktor herediter

berupa antibodi sel islet, dan juga faktor lingkungan yang berupa

infeksi virus , defisiensi vitamin D, toksin lingkungan dan paparan

dini terhadap protein kompleks. Sebagai genetik berkembangnya

diabetes tipe 1dengan individu yang mengalami diabetes mellitus

tipe 1 defisiensi insulin.(Maria, 2021)

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (DMT2)

Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit degeneratif

yang tergolong masalah besar di dunia Kesehatan Indonesia

maupun di dunia dikarenakan jumlah kasus DMT2 yang

tampaknya semakin bertambah, DMT2 ditandai dengan adanya

kelainan dalam sekresi pola familial yang kuat,dan kelainan

sekresi insulin dalam kerja insuli, perubahan pola makan

kurangnya aktivitas fisik. DMT2 telah menjadi jenis yang sering

ditemukan dan diperkirakan di derita oleh lebih kurang 50% dan

penderita sering kali tidak terdiagnosis, hal itu dikarenakan

hiperglikemia meningkat secara perlahan-lahan sehingga tidak

memberi keluhan. (Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud et al., 2022)

c. Diabetes Gestasional (GDM)

Diabetes gestasional diakibatkan peningkatan gula darah

atau hiperglikemia selama kehamilan dengan nilai kadar glukosa


9

darah normal, tetapi diabetes yang terdiagnosis pada trimester

kedua atau ketiga kehamilan ini menyebabkan ibuhamil sangat

berisiko mengalami komplikasi selama kehamilan. Dengan

diabetes gestasional dapat memiliki risiko tinggi mengalami

DMT2 di kemudian hari sehingga sebaiknya melakukan skrinning

rutin utunk prediabetes dan DMT2 sepanjang hidupnya. Diabetes

gestasional ini juga lebih baik di diagnosis dengan pemeriksaan

saat prenatal karena lebih akurat dibandingkan dengan melihat

adanya keluhan langsung yang dirasakan oleh klien. (American

Diabetes Association, 2020)

d. Diabetes Spesifik Lain (Diabetes tipe lain)

Diabetes tipe ini biasanya terjadi karena adanya kelainan

genetik pada fungsi sel β pankreas, kelainan genetik pada kerja

insulin. Dan dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti pengobatan

HIV/AIDS atau setelah transplasi organ). (Widyanto et al., 2021).

4. Penyebab Dan Gejala Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus yang sering disebabkan oleh faktor gentik dan

perilaku ataupun gaya hidup seseorang selain itu faktor lingkungan

sosial dan pemanfaatan pelayanan Kesehatan juga yang sering

menimbulkan penyakit diabetes serta komplikasinya. Diabetes mellitus

juga dapat mempengaruhi berbagai sistem organ tubuh pada manusia

dalam jangka waktu yang tertentu, dan disebut sebagai komplikasi, dan

dibagi menjadi pembuluh darah mikrovaskular dan makrovaskular yang


10

termasuk kerusakan saraf(neuropati), kerusakan ginjal(nefropati) dan

kerusakan mata(retinopat).(Ozougwu, 2013)

5. Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus ditandai dengan peningkatan kadar glukosa

darah, disebut hiperglikemia, megarah kepada manifestasi klinis umum

yang berhubungan dengan DM pada DM tipe 1 dengan manifestasi

klinis mungkin tidak kentara dengan kemungkinan situasi yang

mengancam hidup yang biasanya terjadi (misalnya, ketoasidosi

diabetikum). Pada DM tipe 2, dengan manifestasi klinis mungkin

berkembang secara bertahap yang klien mungkin mencatat sedikit atau

tanpa manifestasi klinis selama beberapa tahun. Manifestasi klinis DM

juga ditandai dengan :

a. Poliuria (sering BAK)

Adalah peningkatan frekuensi buang air kecil, yang

menyebabkan air tidak diserap Kembali oleh tubulus ginjal sekunder

untuk aktivitas osmotik glukosa, mengarah kepada kehilangan air,

glukosa dan elektrolit.

b. Polidipsi (haus berlebihan)

Peningkatan rasa haus, dehidrasi sekunder terhadap poliuria

menyebabkan haus, dikarenakan banyaknya miksi menyebabkan

tubuh kekurangan cairan(dehidrasi). Hal ini merangsang pusat haus

yang mengakibatkan peningkatan rasa haus.

c. Polifagi (lapar berlebihan)


11

Meningkatnya rasa lapar, kelaparan sekunder terhadap

katabolisme jaringan menyebabkan rasa lapar. Pemecahan glikogen

untuk energi menyebabkan cadangan energi berkurang, keadaan ini

menstimulasi pusat lapar.

d. Penurunan berat badan

Kehilangan awal sekunder terhadap penipisan simpanan air,

glukosa, dan trigliserid; kehilangan kronis sekunder teehadap

penurunan massa otot karena asam amino dialihkan untuk

membentuk glukosa dan keton.

e. Pandangan kaur berulang

Sekunder terhadap paparan kronis retina dan lensa mata

terhadap cairan hyperosmolar.

f. Pruritus. Infeksi kulit, vaginitis

Infeksi jamur dan bakteri pada kulit lebih umum. Hasil

penelitian yang masih beretentangan.

g. Ketonuria

Ketika glukosa tidak lagi dapat digunakan umtuk energi oleh

sel tergantung insulin, asam lemak akan dipecah menjadi keton

kemudian berada pada arh melalaui ginjal.

h. Lemah dan letih pusing


12

Penurunan isi plasma mengarah kepada postural hipertensi,

kehilangan kalium dan katabolisme protein berkontribusi terhadap

kelemahan.

i. Sering asimtomatik

Tubuh dapat “beradptasi’ terhadap peningkatan pelan-pelan

kadar glukosa darah sampai tingkat lebih besar dibandingkan

peningkatan yang cepat. (Maria, 2021)

6. Komplikasi Diabetes Mellitus

Menurut (Maria, 2021) komplikasi diabetes melitus dapat

gterajdi diantaranya :

a. Hiperglikemia dan ketoasidosis diabetik, akibat pada saat glukosa

tidak dapat diangkut ke dalam sel karena kurangnya insulin. Dan

penyebab umum ketoasidosi diabetik termasuk pada saat memakai

terlalu sedikit insulin, atau mangkir menggunakan insulin

ketidakmampuan memenuhi peningkatan kebutuhan insulin yang

diabuat oleh pembedahan, trauma, kehamilan, stress, pubertas

ataupun infeksi dan berkembangnya resistensi insulin melalui

kehadiran antibody insulin.

b. Sindrom hiperglikemia hiperosmolar nonketosis

Sindrom hiperglikemia hyperosmolar nonketosis (hyperglycemic

hyperosmolar nonketotic syndrome HHNS) yaotu varian

ketoasidosis diabetic yang ditandai dengan hiperglikemia ekstrem


13

(600-2.00 mg/dl), dan tidak ada asidosis. HHNS umumnya banyak

terjadi pada klien lansia dengan DM tipe 2.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia dikenal sebagai reaksi insulin atau reaksi

hipoglikemia, adalah ciri umum dari DM tipe 1dan juga dijumpai di

dalam klien dengan DM tipe 2 yang diobati dengan insulin atau obat

oral. Reaksi hipoglikemia mungkin terjadi akibat dosis berlebihan

insulin atau sulfunilorea ( jarang diresepkan), Menghindari makanan

atau makan lebih sedikit dari biasanya, pemakaian tenaga berlebihan

tanpa penambahan kompensasi karbohidrat, ketidakseimbangan

nutrisi dan cairan disebabkan mual dan muntah,dan asupan alkohol.

d. Komplikasi kronis Diabetes mellitus : komplikasi makrovaskular

yaitu penyakit arteri coroner, penyakit penyakit

serebrovaskuler,hipertensi, penyakit pembuluh darah, dan infeksi.

e. Hipertensi

40% laju dari peningkatan hipertensi telah tercatat pada populasi

diabetik. Hipetensi adalah faktor risiko mayor atau stroke dan

nefropati. Hipertensi yang diobati tidak adekuat memperbesar laju

perkembangan nefropati.

f. Infeksi

Klien dengan DM rentan terhadap infeksi banyak tipe. Sejak infeksi

terajadi, infeksi sulit untuk pengobatan. Tiga faktor yang mungkin

berkontribusi terhadap perkembangan infeksi adalah fungsi leukosit


14

polimorfonulklear (PMN) terganggu, neuropati diabetik, dan

ketidakcukupan pemuluh darah.

B. Tinjauan Teori Tentang Proses Infeksi LKD (luka kaki diabetik)

1. Definisi

Luka kaki diabetik (LKD) adalah keadaan ditemukannya infeksi

tukak atau destruksi ke jaringan kulit yang paling dalam di kaki pada

pasien DM akibat anbnormalitas saraf dan gangguan pembuluh darah

atreri perifer, luka diabetik adalah luka atau lesi pada pasien DM yang

dapat mengakibatkan ulserasi aktif dan merupakan penyebab utama

amputasi kaki. Yang juga merupakan salah satu komplikasi utama dari

penderita DM, karena pada penderita DM sistem metabolisme

tubuhnya mengalami gangguan sehingga menghambat proses

penyembuhan luka dan hal imi dapat berakibat buruk berupa amputasi

pada kaki (supriyadi, 2017).

Luka kaki diabetik (LKD) adalah kerusakan integritas kulit pada

kaki akibat penurunan sensasi kaki dan atau kerusakan pembuluh darah

perifer yang seulit untuk sembuh. Dan glukosa darah yang tidak stabil

dalam jangka waktu Panjang merusak susunan saraf dan pembuluh

darah yang menyebabkan tejadinya neuropati dan gangguan pembuluh

darah. Neuropati pada kaki menyebabkan penurunan kepekaan atau

sensasi terhadap gesekan atau geseran juga cedera sehingga pasien DM

tidak menyadari adanya luka pada kaki. Penurunan sensasi dan aliran

darah perifer pada kaki membagi tipe-tipe luka kaki diabetik


15

berdasarkan penyebabnya, tipe LKD neuropati dalah tipe LKD akibat

penurunan atau kerusakan saraf pada kaki baik itu saraf otonom , saraf

motorik dan sensasi adanya penurunan aliran darah ke kaki akan

menjadi penyebab dari tipe LKD iskemik gabungan dari penurunan

sensasi kaki dan aliran darah perifer menjadi penyebab 10% terjadi

LKD dan 90% disebabkan neuropati atau neuroiskemik (Dinata &

Yasa, 2021).

Infeksi pada klien dengan DM rentan terhadap infeksi banyak tipe.

Sejak infeksi terjadi, infeksi sulit untuk pengobatan tiga faktor yang

mungkin berkontribusi terhadap perkembangan infeksi adalah fungsi

leukosit polimorfonuklear (PMN) terganggu, neuropati diabetik, dan

ketidakcukupan pembuluh darah. Control glikemik jelek memperbesar

pentingnya faktor-faktor ini. Dan area yang terinfeksi sembuh secara

pelan-pelan karena kerusakan sistem pembuluh darah tidak dapat

membawa cukup oksigen, sel darah tidak membawa cukup oksigen, sel

darah putih, zat gizi, dan antibody ke tempat luka. Infeksi meningkatkan

kebutuhan insulin dan mempertinggi kemungkinan

ketoasidosis.(Maria, 2021).

Menurut Pitocco et al (2019) infeksi kaki diabetes (IKD) adalah

suatu kondisi dimana terdapat invasi oleh mikro-organisme yang yang

kemudian berkembang di jaringan tubuh pasien diabetes, dengan lokasi

disebelah distal dari malleoli, dan menginduksi terjadinya respon

inflamasi. Beberapa factor predisposisi terjadinya IKD pada pasien


16

diabetes adalah adanya neuropati, vaskulopati, immunopati, dan

biomedika kaki.

Kehilangan sensasi protektif akibat neuropati perifer pada IKD

merupakan faktor pemicu dan penduhulu terbentuknya ulkus pada kaki.

Ulkus atau kerusakan saraf sebagai pemicu ulkus, dapat melibatkan

saraf sebagai pemicu ulkus, dapat melibatkan saraf sensoris, motoric

merupakan otonom. Salah satu sistem klasifikasi kaki diabetik yang

paling umum digunakan adalah sistem wegner-menggit. Sistem

kalifikasi enam tingkat ini mempertimbangkan kedalaman ulkus,

adanya ganggren, dan luasnya nekoris jaringan. Meskipun penilian

wegner adalah salah satu sistem kalsifikasi yang paling banyak

digunakan, ini tidak memperhitungkan parameter klinis yang bisa

dinilai dari keadaan klinis luka menentukan tidak saja pengobatan,

namun juga prognosis pasien.(Dinata & Yasa, 2021).

2. Etiologi

Proses terjadinya kaki diabetik diawali oleh angiopati, neuropati dan

infeksi. Neuropati menyebabkan gangguan sensorik yang

menghilangkan atau menurunkan sensasi nyeri kaki, sehingga ulkus

dapat terjadi tanpa terasa gangguan motorik menyebabkan atrofi otot

tungkai sehingga mengubah titik tumpu yang menyebabkan ulserasi

kaki. Yang akan menganggu aliran darah ke kaki sehingga penderita

dapat merasa nyeri tungkai sesudah berjalan dalam jarak tertentu,

infeksi yang sering merupakan komplikasi akibat berkurangnya aliran


17

darah atau neuropati dan ulkus diabetik bisa menjadi ganggren kaki.

Maka penyebab ganggren pada penderita DM adalah bakteri anaerob

atau yang kita ketahui merupakan jenis bakteri yang tidak dapat

membutuhkan oksigen untuk bertahan hidup dan berkembang biak,

yang tersaring Clostridium bakteri ini akan menghasilkan gas yang

disebut gas ganggren (Kartika, 2017).

3. Klasifikasi

Klasifikasi ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus menurut

wegner (Nisak, 2021)

a. Grade 0 = Tidak ada luka terbuka, mungkin terdapat deformitas

atau selulitis

b. Grade 1 = Ulkus diabetik superfisial (parsial atau full thickness),

tetapi belum mengenai jaringan

c. Grade 2 = Ulkus meluas sampai ligamen, tendon, kapsula sendi

atau fasia tanpa abses atau osteomielitis

d. Grade 3 = Ulkus dalam abses, osteomyelitis, atau sepsis sendi

e. Grade 4 = gaggren yang terbatas pada kaki bagian depan atau

tumit.

f. Grade 5 = ganggren yang meluas meliputi seluruh kaki

Klasifikasi luka diabetik yang dibutuhkan untuk mengetahui lesi

yang sedang diobati. Mempelajari hasil pengobatan dan dapat memberi

pemahaman tentang luka diabetik. Sampai saat ini sistem kalsifikasi


18

yang digunakan untuk menentukan derajat ulkus diabetik adalah

kriteria Menggit-Wegner dan University Of Texas sistem.(Fitria et al.,

2017)

Tabel 2.1 Sistem Klasifikasi Luka Diabetik Berdasarkan

Universitas Texas (Hutagalung Et Al., 2019)

Stage Tingkat 1 Tingkat 2 Tingkat 3 Tingkat 4

A Pra- atau pasca- Lesi superfisial tidak Lesi Lesi

lesi ulseratif melibatkan tendon, kapsul menembus menembus

sendi dan tulang hingga tendon hingga tulang


dengan
atau kapsul atau sendi
epitelisasi

sempurna

B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi

C Iskemia Iskemia Iskemia Iskemia

D Infeksi dan Infeksi dan iskemia Infeksi dan Infeksi dan

iskemia iskemia iskemia

4. Tanda dan gejala ulkus. (Bachr et al., 2022)

a. Sering kesemutan

b. Nyeri kaki saat istirahat

c. Sensasi rasa berkurang

d. Kerusakan jaringan (nekrosis)

e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea

f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal

g. Kulit kering.
19

C. Luka Ganggren

1. Definisi
Ganggren adalah salah satu komplikasi penyakit diabetes mellitus.

Dengan ganggren akan lebih bersiko yang kita ketahui amputasi 10-30 kali

daripada populasi yang umum dan dapat dicegah jika kondisi luka terjadi

dengan perawatan luka dan debrimen ataupun yang kita kenal sebagai

prosedur pengangkatan jaringan kulit mati(nekrotik) yang terinfeksi untuk

membantu penyembuhan luka. Prosedur ini juga dilakukan untuk

menghilangkan benda asing yang mungkin masuk ke dalm jaringan kulit.

Selain minum obat dan diet sesuai anjuran.(Saragih et al., 2020)

Luka yang akan timbul secara spontan maupun karena trauma dapat

menyebabkan luka terbuka yang mampu menghasilkan gas ganggren

berakibat terjadinya osteomielitis. Ganggren kaki yang merupakan

penyebab utama dilakukan amputasi kaki, kaki nontraumatik. Dan juga

penderita DM sangat rentan mengalami amputasi dan disebabkan kondisi

penyakit yang kronik dan risiko komplikasi yang lebih besar. (Fitria et al.,

2017)

Luka kaki diabetik (LKD) atau yang lebih kita kenal dengan istilah

ganggren merupaka komplikasi kronik dari diabetes mellitus yang ditandai

dengan hilangnya sensasi nyeri, rasa panas, dan luka yang susah untuk

sembuh . pervalensi ganggren didunia mencapai 1,0%-4,1% dari seluruh

penderita diabetes mellitus yang terus mengalami peningkatan setiap

tahunnya.(Novitasari et al., 2022)

2. Pencegahan luka ganggren


20

Adapun menurut Misnadiarly, (Nofrida & Putra, 2018) pencegahan

terjadinya luka ganggren pada pasien diabetes dipengaruhi antar lain :

1. Pasien harus mengontrol kadar gula darah

2. Pasien harus memerhatikan penggunaan alas kaki

3. Pasien harus merawat kuku

4. Pasien melakukan perawatan kaki

5. Dan melakukan senam kaki

6. Serta dipengaruhi oleh gaya hidup

3. Fase penyembuhan luka ganggren

Ada 3 fase penyembuhan luka menurut (Hariyadi et al., 2022) :

a. Fase inflamasi

Pada fase inflamasi disebut sebagai fase pertahanan atau fase reaksi.

Fase ini dimulai segera pada saat terjadi injuri yang biasanya

berlangsung 4-6 hari. Karakteristik dari fase inflamasi ini ialah

sakit,panas,kemerahan dan bengkak. Adapun tujuan utama dari fase

ini adalah untuk menghilangkan debris pathogen dan menyiapkan

daerah luka untuk membentuk jaringan baru.

b. Fase poliferasi

Fase ini dimulai pada hari ke 3 setelah injuri dan berlangsung hingga

beberapa minggu(hingga 3 minggu). Fase ini disebut juga

fibroblastik, regeneratif atau fase jaringan ikat. Tujuan dari fase ini

ialah untuk mengisi luka dengan jaringan baru dan memperbaiki

integritas kulit. Fase ini meliputi pertumbuhan pembuluh darah baru,


21

sintesis kolagen, kontraksi luka, tepi-tepi luka saling menarik dan

repitelisasi.

c. Fase maturasi

fase ini berlangsung sekitar 3 minggu setelah injuri sampai beberapa

bulan atau tahun. Fase ini melibatkan keseimbangan antara sintesis

kolagen dan degradasinya. Fase ini kolagen mengalami maturase. 3

minggu setelah injuri, kekuatan kulit ialah sekitar 20% dibanding

sebelum terjadi luka. Dikarenakan kekuatan kulit ini lebih sedikit

dari kekuatan kulit sebelum luka, oleh karena itu jaringan kulit yang

menyembuhkan ini berisiko untuk mengalami kerusakan.

4. Proses Fase penyembuhan luka menurut Kemenkes (2022).

Fase penyembuhan luka adalah proses pergantian dan perbaikan

fungsi jaringan yang rusak. Sifat penyembuhan pada semua luka

bervariasi, bergantung pada lokasi, keparahan dan luas cedera luka.

Terdapat 3 proses fase penyembuhan luka yaitu :

1. Fase inflamasi

Fase ini terjadinya injuri hingga sekitar hari ke 5 pada fase inflamasi,

yang proses terjadinya sebagai berikut :

a. Hemastasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdaraahan),

dimana pada proses ini terjadi :

• Konstrisksi pembuluh darah (vasokonstriksi)

• Agregasi platelet dan pembetukan jala-jala fibrin

• Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah


22

b. Fase inflamasi, dimana pada proses ini terjadi :

• Proses peningkatan permeabelitas kapiler dan vasodilitasi yang

disertai dengan migrasi sel-sel inflamasi ke lokasi luka.

• Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh

neutrophil dan makrofag.

2. Fase proliferasi

Fase ini berlangsung sejak akhir dari fase inflamasi sampai sekitar 3

minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari

proses :

a. Angionesis adalah proses pembetukan kapiler baru yang

distimulasi oleh TNF-a2 untuk menghantarkan nutrisi dan

oksigen ke daerah luka.

b. Granulasi yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang

mengandung kapiler pada dasar luka (jaringan granulasi).

Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi dan membentuk

kolagen.

c. Kontraksi pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik kea rah

tengah luka yang disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga

mengurangi luas luka. Proses ini kemungkinan dimediasi TGF-

d. Re-epitelisasi proses re-epitelisasi merupakan proses

pembentukan epitel baru pada permukaan luka.

3. Fase Maturasi atau Remodelling


23

Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung

berbulan-bulan. Fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih

lanjut, penyerapan Kembali sel-sel radang, penutupan dan

penyerapan Kembali kapiler baru serta pemecahan kolagen yang

berlebih. Selama proses ini jaringan parut yang semula

kemerahan dan tebal akan berubah menjadi jaringan parut yang

pucat dan tipis. Pada fase ini juga terjadi pengerutan maksimal

pada luka. Jaringan parut pada luka yang sembuh tidak akan

mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya mencapai

80% kekuatan rengang kulit normal.

5. Klasifikasi terapi Ulkus diabetikum menurut Wegner (Nisak, 2021)

a. Grade 0 = Tindakan pencegahan

b. Grade 1 = pemberian antibiotic dan pengendalian kadar gula darah

c. Tindakan debrimen dan amputasi pada beberapa bagian.

d. Tindakan debrimen luas dan amputasi

e. Tindakan amputasi tungkai bawah


24

6. Wound control

Perawatan luka sejak awal harus dikerjakan dengan baik dan teliti.

Evaluasi luka harus secetmat mungkin. Klasifikasi luka yang dilakukan

saat debriment jaringan nekrotik yang dapat menghalangi proses

penyembuhan luka dengan menyediakan tempat untuk bakteri, sehingga

dibutuhkan Tindakan debriment, dan penyembuhan luka yang baik akan

sangat membantu mengurangi jaringan nekrotik, dan dengan demikian

akan sangat mengurangi produksi pus/cairan dari ulkus/ganggren.

Sehingga penyembuhan luka dapat dilakukan dengan beberapa metode

seperti mekanikal,surgical,enzimatik,autolysis,dan biokemis.

7. Microbiological control

Pada pola kuman juga perlu diperbaiki secara berkala, umumnya

didapatkan infeksi bakteri multiple, anaerob, dan aerob. Antibiotik juga

harus selalu sesuai dengan hasil biakan kuman dan resistensinya.

8. Pressure conrol

Jika tetap dipakai untuk berjalan ataupun menahan berat

badan/weight bearing, luka selalu mendapatkan tekanan, sehingga tidak

akan sempat menyembuh apalagi bila terletak di plantar seperti pada

kaki charcot.

Berbagai cara surgical dapat dipakai untuk mengurangi tekanan pada

luka.

a. Dekompresi ulkus/ganggren dengan insisi abses.


25

b. Prosedur koreksi bedah seperti operasi untuk hammer toe, metatarsal

head resection.achilles tendon dan lengthening partial

calcanectomy.

D. Tinjauan Teori Tentang Penyembuhan Luka

Penyembuhan luka adalah proses yang komplek dan dinamis dengan

perubahan lingkungan luka, status bagi kesehatan individu. Fisiologi dari

penyembuhan luka yang normal adalah melalui fase hemostasis, inflamasi,

granulasi dan maturase yang merupakan suatu kerangka untuk memahami

prinsip dasar perawatan luka (Efendi et al., 2020).

Penyembuhan luka merupakan jumlah jaringan hidup yang juga

sebegai regenerasi (pembaruan) jaringan, proses peyembuhan ini dapat

dipertimbangkan terkait jenis penyembuhan yang juga berkaitan dengan

keputusan pemebri asuzhan mengenai pilihan pakah membiarkan luka

menutup sendiri atau melakukan tindakan penutupan dan fase penyembuhan

yang merupakan Langkah-langkah proses perbaikan jaringan yang terjadi

alami dalam tubuh. Setiap luka memiliki fase yang sama tetapi peyembuhan

bergantung pada faktor jenis penyembuhan seperti lokasi dan ukuran luka

serta status Kesehatan pasien (megawati, 2020).

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses

patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ

tertentu, luka ganggren juga juga merupakan luka yang mengalami gagalan

dalam proses penyembuhan, mengingat masalah penyembuhan luka sangat

complicated (rumit) maka sangatlah diperlukan Teknik yang tepat dalam


26

perawatan luka, dalam perawatan luka sangatlah penting karena apabila

tidak tepat dapat mengakibatkan luka sulit sembuh dan memungkinkan

terjadinya infeksi, maka tidak optimalnya perawatan luka akan berdampak

pada terjadinya komplikasi luka seperti infeksi dan penundaan

penyembuhan luka, sehingga melambatnya penyembuhan luka (megawati,

2020).

Proses penyembuhan luka dapat berlangsung sesuai dengan waktunya

dan terdapat beberapa luka yang proses penyembuhan lukanya menagalami

kegagalan atau penyembuhan tidak sesuai dengan waktunya, hak ini

dikarenakan proses penyembuhan luka terdapat beberapa faktor yang

memengaruhunya diantaranya faktor tingkat berat ringannya luka, luka,

faktor perawatan luka, dan Riwayat penyakit lain (sukarni et al., 2021).

4. Faktor tingkat berat atau ringannya luka

Berdasarkan klasifikasi ganggren luka Infeksi dibagi menjadi 2 yaitu

ringan dan berat. Ganggren ringan ditandai dengan tidak lesi, kulit masih

utuh, ulkus superficial, ukuran dan dalam terbatas (derajat 0-II),

sedangkan ganggren berat ditandai dengan abses dalam dan luas, atau

tanpa osteomilitis, disertai tanda-tanda sistemik atau gangguan

metabolik, ganggren jari kaki atau bagian distal kaki dengan selulitis dan

seluruh kaki atau sebagaian tungkai (derajat III-v). dari pengkajian ulkus

terhadap pedis adalah menilai ulkus berdasarkan tingkat keparahannya

dengan 4 tingkatan yaitu terinfeksi,ringan,berat dan parah, kemudian


27

tanda seperti eritema,edema,nyeri,panas dan gangguan fungsi merupakan

tanda adanya infeksi (Sukmana et al., 2020).

Menurut penelitian arisanti (2013), berat atau ringannya luka

berpengaruh pada lama sembuh luka karena adanya gangguan faktor

sistemik dan lokal yang terjadi diamana semakin berat jenis lukanya

maka mempengaruhi lama penyembuhan juga meningkat dalam proses

penyembuhan luka terdapat faktor eksrinsik yang memepengaruhi proses

tersebut adalah salahsatunya tingkat berat atau ringannya luka. Pada

pasien DM (Efendi et al., 2020).

5. Faktor perawatan luka

Penderita DM yang mengalami komplikasi ganggren dan tidak

melakukan penanganan yang lebih tepat dan terus berlanjut dapat

mengakibatkan amputasi dan berpengaruh terhadap kondisi fisik

penderita, tingkat mobilitas, dan kepercayaan diri. Dengan perawatan

luka ganggren sangat penting untuk dilakukan untuk mencegah adanya

luka ganggren yang menyebar dan semakin parah, dimana penderita

melakukan membersihkan dan mengobati luka gangrene yang

dimilikinya. Biasanya mereka membersihkan luka setelah mandi

menggunakan cairan antiseptik atau cairan infus kemudian dikeringkan

maenggunakan kassadan dioles dengan salep agar luka lekas mengering

dan juga untuk berhati-hati dalam melakukan pemotongan kuku supaya

tidak menyebabkan timbulnya luka. Penderita DM juga harus

memeperhatikan penggunaan alas kaki karena pemakain alas kaki


28

memilki hubungan yang signific`an dengan ulkus kaki DM (Anisa &

Indarjo, 2021).

Perawatan luka yang juga termasuk dalam faktor yang

mempengaruhi penyembuhan luka pada pasien DM, dengan cara

perawatan yang benar dan dikatakan kriteria sembuh yaitu bila kuas luka

berkurang, jumlah eksudat/nanah berkurang, jaringan luka tersebut

semakin baik, adanya pertumbuhan pertumbuhan jaringan granulasi atau

jaringan baru dan luka tersebut mengalami warna kemerahan. Maka hal

ini dapat simpulkan perawatan luka baik itu dilakukan dengan benar

dengan kriteria sembuh dan dapatdialami dengan cepat, sedangkan

perawatan luka yang tidak benar dilakukan, maka dibutuhkan waktu yang

lama untuk dapat mengalami penyembuhan luka dengan kriteria sembuh

(Soep & Triwibowo, 2019).

Metode perawatan luka yang baik yaitu dengan mengamati

kebersihan luka, dan tahap-tahap perawatan luka dengan baik, dan

meningkatkan kesadaran dalam merawat kaki yang baik, juga meliputi

pemeriksaan kaki secarra mandiri, mencuci dan mengeringkan kaki

hingga ke sela-sela jari kaki

Keteraturan check up dilakukan untuk mengetahui perkembangan

kondisi Kesehatan dari para penderita, yang kita ketahui bahwa terdapat

beberapa penatalaksanan DM dan pengobatan fisik, dan melakukan

check up perkembangan kondisi kesehatannya secara tertur. Dan hanya

Sebagian kecil penderita yang dapat melakukan dan mempertahankan


29

perilaku sehatnya hingga tahap terminasi, maka pasien diharapakan agar

meningkatkan upaya tingkat kedisiplinan dalam menerapkan perilaku

sehatnya seperti check up, minum obat, rajin olahraga dan pentingnya

menjaga pola makan. Begitupupun keluarga dapat memebri dukungan

kepada pasien seperti membantu perawatan luka, meningkatkan minum

obat, suntik insulin, menemani check up dan menerapkan perilaku

sehat.(Anisa & Indarjo, 2021).

Perawatan luka dengan kehilangan jaringan luas selalu

membutuhkan dressing/balutan, dressing bertekanan meningkatkan

homostatis saat kulit rusak, balutan yang membantu mengurangi paparan

mikroorganisme. Fungsi utama dari dressing pada penyembuhan luka

ialah untuk menyerap drainase, yang kebanyakan bedah pembalut kasa

memiliki tiga lapisan sepeti lapisan primer,lapisan penyerap, dan lapisan

luar pelindung atau lapisan sekunder. Adapun beberapa tujuan dressing

seperti, melindungi dari kontaminasi dan infeksi, bantuan dalam

hemostatis, dan debriment luka (Sugiarto et al., 2023)

Perawatan luka merupakan salah satu keterampilan yang harus

dimiliki oleh perawat, dalam manajemen perawatan luka adalah

pengkajian luka yang komprehensif agar dapat menentukan keputusan

klinis yang sesuai dengan kebutuhan pasien, diperlukan peningkatan

pengetahuan dan keterampilan klinis untuk menunjang perawatan luka

yang berkualitas. Perawatan luka secara konsisten dan tepat sangat

diperlukan untuk mencegah infeksi dan menekan proses inflamasi


30

sehingga proses penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat (Susanto et

al., 2023).

Menurut penelitian Soep & Triwibowo,(2019) dari lembar observasi

yang telah disebarkan kepada responden bahwa perawatan luka juga

termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka pada

pasien DM, dari hasil menunjukkan bahwa penyembuhan luka ganggren

lebih cepat jika perawatan luka dilakukan dengan benar yaitu sebanyak

17 (18%) orang yang mengalami proses penyembuhan dari 20 orang.

Menurut penelitian (Riza & Putra, 2022) hasil analisis perawatan

luka dengan lama peyembuhan luka ganggren di Klinik Istiqmah Krueng

Barona Jaya, dari 10 responden yang perawatan lukanya teratur

mayoritas mengalami luka ganggren berat sebanyak (90%) ,

dibandingkan dengan dari 6 responden yang perawatan lukanya tidak

teratur memmiliki luka ganggren ringan yaitu sebanyak (8,3 %). Maka

hasil uji statistik terdapat hubungann perawatan luka dengan lama

penyembuhan luka ganggren di Klinik Istiqamah krueng barona Jaya.

6. Faktor riwayat penyakit lain

Penyakit penyerta juga sering kali dikaitkan dengan mempengaruhi

penyembuhan luka adalah penyakit jantung, ginjal dan gangguan

pembuluh darah dan kondisi penyakit tersebut memperberat kerja sel

dalam memeperbaiki luka karena oksigen dan nutrisi akan terhambat ke

bagian luka sehingga penting sekali melakukan tindakan kolaborasi


31

untuk mengatasi penyebabnya dan penyulit selama proses penyembuhan

luka.

Salah satu Riwayat penyakit lain yang juga berpengaruh terhadap

lama penyembuhan luka ganggren adalah hipertensi. Dikarenakan

hipertensi merupakan komordibitas penting dalam diabetes, hipertensi

dapat enjadi penyulit maupun sebagai faktor prediksi diabetes. Hal ini

disebabkan perannya yang sangat penting dalam proses perkembangan

sindrom metabolik. Hipertensi merupakan komordibitas penting dalam

diabetes, hipertensi yang dapat menjadi penyulit maupun sebagai faktor

prediksi diabetes. Hal ini disebabkan perannya yang sangat penting

dalam proses perkembangan sindrommetabolik, seperti yang dikatakan

penyakit penyerta lain yang terjadi padi pasien ulkus diabetikum dapat

meningkatkan keparahan, dan menyebabkan semakin lama waktu yang

diperlukan untuk sembuh. Penyakit penyerta merupakan penyakit lain

yang tidak ada kaitannya dengan penyakit DM yang diderita oleh pasien

DM, timbulnya penyakit penyerta bukan disebabkan oleh DM, hal ini

berbeda dengan komplikasi dimana terjadinya komolikasi penyakit DM

itu sendiri. Adanya penyakit penyerta dapat mempengaruhi proses

penyembuhan luka ganggren (Riza & Putra, 2022).

Salah satu Riwayat penyakit lain yang berhubungan terhadap lama

penyembuhan luka ganggren adalah hiperetensi. Penelitian yang sejalan

yang dilakukan oleh arisanti (2018) mengatakan hipertensi merupakan

komordibitas penting dalam DM, hipertensi dapat menjadi penyulit


32

maupun sebagai faktor prediksi DM, hal ini disebabkan perannya yang

sangat penting dalam proses perkembangan sindrom.

Peneletian lainnya yang dilakukan oleh sukarno (2018)

menyebutkan bahwa penyakit lain yang terjadi pada pasien ulkus

diabetikum dapat meningkatkan keparahan, dan menyebabkan semakin

lama waktu diperlukan untuk sembuh. Luka DM juga dikarakteristikkan

sebagai luka kronis yang memiliki waktu penyembuhan lama. Lama

waktu penyembuhan luka DM dapat mencapai 12-20 minggu. Luka DM

yang tidak pernah sembuh menjadi faktor infeksi dan penyebab utama

dilakukan amputasi serta kematian (Riza & Putra, 2022).

Menurut penelitian (Riza & Putra, 2022) dari hasil analisis

hubungan riwayat penyakit lain dengan luka ganggren di Klinik

Istiqamah krueng Barona Jaya, dari 10 responden yang ada riwayat

penyakit lain semuanya mengalami luka ganggren ringan yaitu sebanyak

(100%) dibandingkan 6 responden yang tidak ada riwayat penyakit lain

semuanya berada pada kategori luka berat yaitu sebanyak (100%) maka

hasil uji statistik terdapat hubungan riwayat penyakit lain dengan lama

penyembuhan luka ganggren di Klinik istiqamah Krueng barona Jaya.


33

E. Kerangka Teori

Faktor Penyebab Diabetes Mellitus


• Genetik
• Perilaku/gaya hidup
• Lingkungan social (Ozougwu,
2013)

Diabetes Melitus

Komplikasi Diabetes Mellitus


• Infeksi/luka ganggren (Maria, 2021)

Cara mencegah infeksi yaitu :


• Pasien harus mengontrol kadar gula darah
• Pasien harus memerhatikan penggunaan
alas kaki
• Pasien harus merawat kuku
• Pasien melakukan perawatan kaki
• Dan melakukan senam kaki
• Serta dipengaruhi oleh gaya hidup
(Nofrida & Putra, 2018)

Ada faktor yang mempengaruhi fase peyembuhan


yaitu:
• Berat atau ringannya luka
• Perawatan luka
• Riwayat penyakit lain (sukarni et al., 2021)

Gambar 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP DAN VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah konsep teori yang disusun berdasarkan

teori yang ditemukan saat melakukan telaah jurnal dan merupakan dari

kerangka teori. Dan visualisasi hubungan berbagai variabel yang

dirumuskan oleh peneliti sendiri berdasarkan beberapa teori yang dibaca

atau ditelaah, dan dikembangkan peneliti membentuk sebuah gagasan

sendiri yang digunakan sebagai landasan penelitian dan kerangka konsep

penelitian menunjukkan hubungan terhadap konsep yang diukur dan diamati

melalui pemelitian yang dilakukan,. (Adiputra et al., 2021)

Kerangka konsep ini berkaitan dengan tujuan penelitian, yaitu untuk

mempelajari lebih lanjut tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Fase Penyembuhan Luka Ganggren Pada Pasien Diabetes Mellitus

Di Klinik Panrita Wound Care Caile”.

Berdasarkan landasan teori yang telah di uraikan maka di gambarkan

suatu model hubungan variabel yang akan diteliti oleh peneliti sebagai

berikut :

34
35

faktor yang
mempengaruhi :
1. Perawatan Luka
Berat dan
2. Riwayat penyakit
ringannya
lain.
luka

Keterangan :

: variabel Independen

: variabel Dependen

: penghubung antar variabel


Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban yang sementara pada rumusan masalah

penelitian, telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernytaan. Dan dikatakan

sementara kareana jawaban yang baru didasarkan pada teori yang relevan.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis pada rumusan

masalah penelelitian.(Sugiyono,2018). Adapun hipotesis penelitian yaitu

apakah terdapat Hubungan luka ganggren dengan proses lamaa sembuh luka

pada pasien diabetes melitus di Klinik Panrita Wound Care Caile.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian sendiri ialah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh seorang peneliti untuk dipelajari sehingga dapat

diperoleh informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2018).


36

Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seorang,

ataupun objek yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang

lain ataupun satu objek dengan objek yang lainnya. (Prof.Dr. Sugiyono,

2018)

Adapun variabel pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Variabel independen adalah variabel yang disebut sebagai variabel

stimulus, predictor, antecendent. Dalam Bahasa Indonesia juga sering

disebutkan sebagai variabel bebas. Dan variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau tombulnya variabel dependen (terikat). (Prof.Dr. Sugiyono, 2018).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah status infeksi.

2. Variabel dependen, variabel yang sering disebut sebagai variabel output,

kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai variabel

terikat, dimana variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof.Dr.

Sugiyono, 2018). Variabel terikat yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah lama sembuh luka ganggreng pada pasien Diabetes Melitus.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur peneltian yang menjelaskan

bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel dan

mengukur suatu variabel, sehingga definisi operasional ini merupakan suatu

informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin

menggunakan variabel yang sama. (Putri et al., 2022)


37

1. Variabel Dependen

a. Perawatan luka

Perawatan luka ialah dengan upaya untuk mecegah terjadinya

infeksi pada suatu luka dengan tindakan untuk merawat luka dengan

upaya agar menghambat pertumbuhan bakteri pada kulit serta

jaringan lainnya dan mempercepat proses penyembuhan luka.

1). Kriteria objektif :

a). Alat ukur : Lembar Kuesioner Bates-Jensen Wound

Assesment Tool Skala BJWAT (Bates Jensen Wound

Assesment Tool)

b). Skala ukur : Skala ordinal

c). Terdiri dari 13 pengukuran luka,

Ringan = 1-13

Berat =14-60

2. Varibel Independen

a. Faktor tingkat berat atau ringannya luka, yaitu adanya

gangguan faktor berat atau ringannya luka yang dipengaruhi

oleh lama penyembuhan luka pada pasien.

a). Alat ukur : Dinilai menggunkan lembar observasi

b). Terdiri dari 2 jenis penilaian :

Ringan : 0

Berat : 1
38

b. Faktor perawatan luka, ialah tidak rutin melakukan melakukan

perawatan luka sehingga dapat membuat jaringan baru pada

tubuh pasien diabetes mellitus.

a). Alat ukur : Dinilai menggunakan lembar observasi

b). Terdiri dari 2 jenis penilaian :

Rutin :1

Tidak Rutin : 0

c. Riwayat penyakit lain Penyakit penyerta (hipertensi) ialah

dapat menyebabakan lamanya proses penyembuhan luka pada

DM serta penyulit penyembuhan luka yang terjadi pada

penyakit ulkus diabetikum dan menyebabkan keparahan luka

DM.

a). Alat ukur : Dinilai menggunakan lembar observasi

b). Terdiri dari 2 jenis penilaian

Ada = 1

Tidak Ada = 0
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah kompas atau petunjuk arah penelitian.

Selama proses penelitian, desain penelitian sebagai panduan agar peneliti

tidak mengalami kesulitan. Desain penelitian juga digunakan sebagai

penggambaran hubungan antar variabel secara jelas, dapat diartikan

keseluruhan proses yang diperlukan saat penelitian berlangsung (Sugiyono,

2018a).

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, penelitian kuantitatif

merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang

dapat di capai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara

lain dengan kuantifikasi (pengukuran). Metode penelitian ini digunakan

untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu., dengan tujuan untuk

menguji hipotesis yang si telah di tetapakan (Sugiyono, 2018a).

Menggunakan metode pendekatan Cross sectional, Cross srctional

adalah suatu penelitian untuk dipelajari korelasi antara dengan cara

pendekatan atau pengumpulan data sekaligus. Penelitian ini menenkankan

waktu pengukuran atau observasi data variabel dependen dan independent

dihitung sekaligus dalam waktu yang sama dan satu kali (Sugiyono, 2018a).

39
40

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2023

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Klinik Panrita wound Care

Caile, kabupaten bulukumba.

C. Populasi, Sampel Dan Sampling

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek atau subjek yang memiliki kualitas

dan, karakteristik tertentu yang sudah ditentukan oleh peneliti

sebelumnya, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang menjadi kuantitas dan karakter tertentu yang telah

ditentukan peneliti untuk untuk ditarik kesimpulan (Jenita Doli Tine

Donsu, 2020).

Populasi dari penelitian ini adalah Klinik Panrita wound Care Caile,

kabupaten bulukumba dengan jumlah 39 orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian jumlah dari populasi, sampel merupakan

kriteria yang menujukkan kriteria sampel. Dari itu sampel diambil dari

populasi yang benar respesentatif (Jenita Doli Tine Donsu, 2020).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Klinik Panrita

wound Care Caile, kabupaten bulukumba dengan jumlah 39 orang .


41

3. Teknik Sampling

Tehnik sampling adalah teknik pengambilan sampel, umtuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam peneletian yang terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan (sugiyono, 2019).

Pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah sampling total

dimana teknik pengambilan sampling ini seluruh anggota populasi dijadikan

sampel semua. Sehingga populasi tersebut dijadikan subyek yang dipelajari

atau sebagai responden pemberi informasi (sugiyono, 2019).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian

(Sugiyono, 2018a).

Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai sebuah alat yang

digunakan untuk mengukur dalam hal ini mengumpulkan, mengelola,

menganalisa, serta menyajikan data secara sistematis bertujuan menguji

suatu hipotesis. (Sugiyono, 2018b). Dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner yang merupakan lembaran berisi data demografi respon seperti

inisial, usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan.

a. Tingkat infeksi luka diukur menggunakan lembar kuisioner BJWAT

terdari dari 13 pengukuran luka, Ringan dengan nilai 1-13 dan Berat

dengan nilai 15-60.


42

b. Faktor ringan dan beratnya luka dinilai menggunakan lembar observasi

dengan nilai Ringan 0 dan Berat 1 yang berdasarkan penelitian dan teori

sebelumnya.

c. Faktor perawatan luka dinilai menggunakan lembar observasi dengan

nilai Rutin 1 dan Tidak Rutin 0 yang berdasarkan penelitian dan teori

sebelumnya.

d. Faktor penyakit lain (Hipertensi) dinilai menggunakan lembar observasi

dengan Ada 1 dan Tidak Ada 0 yang berdasarkan penelitian dan teori

sebelumnya.

A. Tekhnik Pengumpulan Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung

dari sumbernya (Sugiyono, 2018b). Pengumpulan data pada penelitian

ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Balibo, dimana data primer

yang diperoleh atau dikumpulkan langsung oleh responden melalui

kuesioner yang dibuat oleh peneliti.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah proses dimana penerimaan datanya didapat

dari pencatatan dokumen yang tidak langsung memberikan data,

misalnya lewat orang lain ataupun dokumen (Sugiyono, 2018b). Data

sekunder dari penelitian ini didapat melalui buku serta jurnal-jurnal

sebelumnya.
43

B. Tekhnik Pengolahan Dan Analisa Data

1. Pengolahan data

a. Editing

Hasil wawancara, angket maupun pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan terlebih dahulu, dimana kegiatan ini

dilakukan dengan tujuan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau

kuesioner tersebut (Notoatmodjo, S, 2018).

b. Coding

Memberikan tanda adalah mengklasifikasi jawaban dari para

responden kedalam bentuk angka atau bilangan. Dengan coding adalah

untuk mempermudah pada saat Analisa data dan juga mempercepat

pada saat entry (Nursalam., 2021).

c. Tabulating

Kegiatan untuk membuat table data ( menyajikan dalam bentuk

tabel) untuk memudahkan analisis data maupun pelaporan. Tabel data

dibuat sesederhana mungkin sehingga informasi mudah ditangkap oleh

pengguna data maupun bagi bagian analisis data (Nursalam., 2021).

d. Analisa Data

Setelah data diolah menjadi suatu data yang diharapkan, selanjutnya

dilakukan Analisa untuk menjawab pertanyaan peneliti.

e. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah Analisa yang dilakukan untuk

menganalisa setiap variabel (Nursalam., 2021). Analisis Bivariat


44

Analisis bivariat adalah Analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel (Nursalam., 2021). uji statistic Chi-square.

C. Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan rekomensasi dari pihak institusi

atas pihak lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat

penelitian. Setelah mendapatkan persetujuan kemudian dilakukan penelitian

dengan menekankan masalah etika penelitian KNEPK yang meliputi :

Bahwa penelelitian ini sudah dimasukkan ke etik dengan nomor :

000338/KEP Stikes Panrita Husada Bulukumba/2023.

a. Respect for person

Menghargai harkat dan martabat manusia, responden memberikan

persetujuan setelah peneliti memberikan penjelasan, persetujuan setelah

memberikan penjelasan, persetujuan yang diberikan harus dengan sukarela,

responden bebas memutuskan bersifat rahasia.

b. Beneficence

Peneliti melaksanakan penelitiannya sesuai dengan prosedur,

peneliti juga mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi

subjek penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi.

c. Justice

Yaitu keadilan antara beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari

keikutsertaan dalam penelitian, dimana penelitian dilakukan secara jujur,

hati-hati dan dilakukan secara professional.


BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound


Care Bulukumba Tahun 2023
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Presentase (%)
Usia
Dewasa Akhir (35-45 Tahun) 14 35,9
Lansia Awal (46-55 Tahun) 15 38,5
Lansia Akhir (56-66 Tahun) 4 10,3
Manula (>65 Tahun) 6 15,4
Jenis Kelamin
Laki-Laki 12 30,8
Perempuan 27 69,2
Total 39 100,0
Sumber Data : primer

Berdasarkan table 5.1 dapat diketahui bahwa umur responden terbanyak

adalah lansia awal (46-55 Tahun). 15 responden (38,5%), responden dengan usia

terendah adalah lansia akhir (56-66 Tahun) sebanyak 4 (10,3%). Dilihat dari

jenis kelamin responden terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 27 (69,2

%), dan responden laki-laki 12 responden(30.8 %).

45
46

2. Analisis Univariat

a. Tingkat Infeksi

Tabel 5 2
Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound Care
Bulukumba Tahun 2023
Tingkat Infeksi Frekuensi Presentase
Ringan 26 66,7
Berat 13 33,3
Total 39 100,0
Sumber data : Primer

Berdasarkan table 5.2 dapat diketahui dari 39 responden tingkat infeksi

paling banyak dengan kategori ringan sebanyak 26 responden atau (66,7 %),

sedangkan kategori berat sebanyak 13 responden atau (33,3 %).

b. Perawatan Luka

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound Care
Bulukumba Tahun 2023
Perawatan Luka Frekuensi Presentase
Tidak Rutin 14 35,9
Rutin 25 64,1
Total 39 100,0
Sumber data : Primer

Berdasarkan table 5.3 dapat diketahui dari 39 jumlah responden

perawatan luka paling banyak dengan kategori rutin sebanyak 25 responden

atau (64,1%) sedangkan perawatan luka dengan kategori tidak rutin

sebanyak 14 responden atau (35,9%).

c. Penyakit Lain

Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi karakteristik Responden Di Klinik Panrita Wound Care
Bulukumba Tahun 2023
Penyakit Lain Frekuensi Presentase
Tidak Ada 23 59,0
Ada 16 41,0
Total 39 100,0
Sumber data : Primer
47

Berdasarkan table 5.4 dapat diketahui dari 39 jumlah responden

penyakit lain dengan kategori tidak ada sebanyak 23 responden atau

(59,0%) sedangkan kategori ada sebanyak 16 responden atau (41,0%).

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Tingkat Infeksi Dengan Perawatan Luka

Tabel 5.5
Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Tingkat Infeksi Dengan Perawatan Luka Di
Klinik Panrita Wound Care Caile 2023
Tingkat Infeksi
Perawatan p. value
Berat Ringan Total
Luka
F % F %
Tidak Rutin 12 85,7 2 14,3 14
Rutin 1 4,0 24 96,0 25 0,000
Total 26 66,7 13 33,3 39
Sumber data : Uji Fisher’s

Berdasarkan Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa 39 responden yang

diteliti terdapat 26 responden (66,7 %) yang mengalami tingkat infeksi

berat diantaranya ada 12 responden (85,7) yang perawatan lukanya tidak

rutin dan 1 responden (4,0) yang perawatan lukanya rutin. Sedangkan dari

13 responden (33,3 %) yang mengalami tingkat infeksi ringan diantaranya

2 reponden (14.3 %) dengan perawatan luka tidak rutin dan 24 responden

(96,0) dengan perawatan luka rutin.

Setelah dilakukan uji statictic dengan uji Fisher’s didapatkan hasil

nilai p= 0,000 maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang disignifikan

antara perawata luka dengan tingkat infeksi.


48

b. Hubungan Riwayat Penyakit Lain Dengan Tingkat Infeksi

Tabel 5 6
Hasil Uji Statistik Chi-Square Hubungan Riwayat penyakit lain Dengan Tingkat Infeksi
Di Klinik Panrita Wound Care Caile 2023
Riwayat Tingkat Infeksi
Penyakit Ringan Berat Total p. value
Lain F % F %
Tidak Ada 22 95,7 1 75,0 23
Ada 4 25,0 12 33,0 16 0,000
Total 26 66,7 13 33,3 39
Sumber dari : Chi-Square

Berdasarkan Tabel 5.6 Meunjukkan bahwa 39 responden yang diteliti

terdapat 26 responden (66,7 %) yang memiliki tingkat infeksi ringan

diantaranya ada 22 responden (95,7&) yang tidak memiliki penyakit lain dan

4 responden (25,0%) yang memiliki penyakit lain. Sedangkan dari 13

responden (33,3 %) yang mengalami tingkat infeksi berat diantaranya 1

reponden (75.0 %) yang tidak memiliki penyakit lain dan 12 responden

(33,0) dengan memiliki penyakit lain.

Setelah dilakukan uji statictic dengan chi-square didapatkan hasil nilai

p= 0,000 maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang disignifikan antara

Riwayat penyakit lain dengan tingkat infeksi.


49

B. Pembahasan

1. Hubungan Tingkat Infeksi Dengan Perawatan Luka Di Klinik Panrita

Wound Care Caile Bulukumba

Pada tabel 5.5 tentang hubungan tingkat infeksi dengan perawatan

luka di klinik panrita wound care caile bulukumba terdapat 12 (85,7%)

responden yang mengalami tingkat infeksi berat dengan perawatan luka

tidak rutin dan 1 responden (4,0%) yang pearawatan lukanya rutin.

Sedangkan terdapat 2 responden (33,7%) yang mengalami tingkat

infeksi ringan dengan perawatan luka tidak rutin dan 24 responden (96,0

%) dengan perawatan luka rutin. Setelah dilakukan uji statistic dengan

uji fisher’s didapatkan hasil P= 0,000 maka disimpulkan bahwa ada

hubungan yang disignifikan antara perawatan luka dengan tingkat

infeksi.

Tingkat infeksi merupakan faktor yang dapat menyebabkan

amputasi hingga kematian pada penderitanya terkhusus pada penyakit

penderita diabetes melitus untuk menindak lanjuti hal tersebut maka

dilakukan perawatan luka teragantung pada kondisi pasien sehingga

dapat memberikan hasil yang terbaik (Dinata & Yasa, 2021).

Dalam penelitian Efendi et al., (2020) didapatkan hasil uji statistic

dengan nilai p= 0,012, maka dapat disimpulkan adanya hubungan antara

berat luka terhadap lama perawatan luka, dimana semakin berat luka

maka akan semakin lama perawatan luka pada pasien diabetes mellitus.
50

Berat atau ringannya luka akan berpengaruh pada perawatan luka karena

adanya gangguan faktor sistemik dan local yang terjadi dimana semakin

berat jenis lukanya maka faktor sistemik dan local yang mempengaruhi

lama perawatan luka.

Pada penelitian terkait yang dilakukan oleh Riza & Putra, (2022).

dengan hasil uji statistik p= 0,035, artinya secara statistic didapatkan

hubungan berat dan ringannya luka dengan proses perawatan luka

ganggren. Dengan metode perawatan luka yang baik yaitu dengan

mengamati kebersihan luka, tindakan pembuangan nekrotik dan tahap-

tahap perawatan luka dengan baik serta meningkatkan kesadaran dalam

dalam merawat kaki yang baik dengan meliputi cara pemeriksaan kaki

secara mandiri, mencuci dan mengeringkan kaki sehingga hingga ke

sela-sela jari dengan menggunakan pelembab kaki.

Dari penelitian diatas peneliti berasumsi bahwa tingkat infeksi dapat

disebabkan karena faktor dari perawatan luka responden sebagaimana

dalam kategori berat dan ringannya tingkat infeksi pada responden serta

pola hidup yang memepengaruhi. Kadar gula pada pasien diabetes

melitus sering meningkatkan dan mempengaruhi luka ganggren pada

diabetes melitus, bila luka ganggren tidak segera ditangani akan

bertambah parah dan mengakibatkan kecacatan. Luka ganggren

disebabkan adanya gangguan pembuluh darah. Luka ganggren terjadi

karena distribusi tekanan sekunder.


51

2. Hubungan Riwayat Penyakit Lain Dengan Tingkat Infeksi

Pada tabel 5.6 hubungan Riwayat penyakit lain dengan tingkat

infeksi Meunjukkan bahwa 39 responden yang diteliti terdapat 26

responden (66,7 %) yang memiliki tingkat infeksi ringan diantaranya

ada 22 responden (95,7&) yang tidak memiliki penyakit lain dan 4

responden (25,0%) yang memiliki penyakit lain. Sedangkan dari 13

responden (33,3 %) yang mengalami tingkat infeksi berat diantaranya

1 reponden (75.0 %) yang tidak memiliki penyakit lain dan 12

responden (33,0) dengan memiliki penyakit lain.

Riwayat penyakit lain salah satunya hipertensi merupakan

penyakit penyerta yang berpengaruh terhadap lama penyembuhan luka

ganggren dimana terjadinya komplikasi pada pasien luka diabetes

mellitus. hipertensi dapat menjadi penyulit maupun sebagai faktor

prediksi diabetes mellitus (Efendi et al., 2020).

Didapatkan hasil penelitian yang tidak sejalan oleh (Efendi et al.,

2020) dengan hasil uji statistic didapatkan nilai p = 0,094 > 0,05 dapat

disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

penyakit lain dengan tingkat infeksi.

Peneliti berasumsi bahwa terdapat riwayat penyakit lain sebanyak 4

responden, dengan tingkat infeksi ringan hal ini terjadi dikarenakan

pola hidup responden tidak baik dan riwayat yang muncul akibat
52

genetik. Disamping itu terdapat tingkat infeksi berat sebanyak 1

responden. akan tetapi tidak ada riwayat penyakit lainnya hal ini

dikarenakan luka yang diderita lebih berat, kurang minat untuk kontrol

dan jarak lokasi ke fasilitas kesehatan jauh.

A. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa adanya keterbatasan dalam melakukan

penelitian, Adapun keterbatasan peneliti yaitu banyaknya faktor signifikan

yang dapat kita gali dalam proses penelitian ini contohnya hubungan usia,

GDS, ekonomi dan masih banyak lagi. Dengan keterbatasan ini maka

peneliti hanya mampu menghasilkan 2 hubungan yaitu hubungan perawatan

luka dengan tingkat infeksi kemudian Riwayat penyakit lain dengan tingkat

infeksi.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara perawatan luka dengan

tingkat infeksi di klinik panrita wound care.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara Riwayat penyakit lain

dengan tingkat infeksi di klinik panrita wound care.

B. Saran

1. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk lebih luas dalam mengkaji

perawatan luka sehingga dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan penelitian di bidang perawatan luka ganggren.

2. Diharapkan juga penelitian ini dapat memberikan wawasan luas bagi

pembaca serta refrensi yang bermanfaat bagi semua orang terkhusus

para pasien Klinik Panrita Wound Care.

53
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., Munthe, S. A., Hulu,

V. T., Budiastutik, I., Faridi, A., Ramdany, R., Fitriani, R. J., & Tania, P. O. A.

(2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.

https://books.google.co.id/books?id=DDYtEAAAQBAJ

American Diabetes Association. (2020). American Diabetes Association.

https://diabetes.org/diabetes/gestational-diabetes

Anisa, N. A., & Indarjo, S. (2021). Perilaku Sehat Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

yang Mengalami Gangren di Puskesmas Halmahera Kota Semarang.

arisanti. (2013). Faktor ringan atau beratnya luka ganggren.

Bachr, Rezi Prima, & Silvia Adi Putr. (2022). Faktor-Faktor Resiko Yang

Berhubungan Dengan Kejadian Ulkus Kaki Diabetik Pada Pasien Diabetes Melitus

Di Rsud Prof. Dr. Ma. Hanafiah, Sm Batusangkar Tahun 2022.

Dinata, I. G. S., & Yasa, A. A. G. W. P. (2021). Tatalaksana Terkini Infeksi Kaki

Diabetes. Ganesha Medicine, 1(2), 91. https://doi.org/10.23887/gm.v1i2.39304

Efendi, P., Heryati, K., & Buston, E. (2020). FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

LAMA PENYEMBUHAN GANGGREN PASIEN DIABETES MELLITUS DI

KLINIK ALFACARE. MNJ (Mahakam Nursing Journal), 2(7), 286.

https://doi.org/10.35963/mnj.v2i7.165

Febrinasari, D. N. pakha, Tri Agusti sholikah, & Stefanus Erdana Putra. (2020).

Buku saku diabetes mellitus.

54
55

Fitria, E., Nur, A., Marissa, N., & Ramadhan, N. (2017). Karakteristik Ulkus

Diabetikum pada Penderita Diabetes Mellitus di RSUD dr. Zainal Abidin dan

RSUD Meuraxa Banda Aceh. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(3), 153–160.

https://doi.org/10.22435/bpk.v45i3.6818.153-160

Formosa, C., & Vella, L. (2020). Influence of diabetes- related knowledge on foot

ulceration. 14(2).

Hardianto, D. (2021). Telaah Komprehensif Diabetes Melitus: Klasifikasi, Gejala,

Diagnosis, Pencegahan, Dan Pengobatan: A Comprehensive Review of Diabetes

Mellitus: Classification, Symptoms, Diagnosis, Prevention, and Treatment. Jurnal

Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI), 7(2), 304–317.

https://doi.org/10.29122/jbbi.v7i2.4209

Hariyadi, T., Andayani, S. A., & Supriyadi, B. (2022). Volume 4 Nomor 4,

November 2022 e-ISSN 2715-6885; p-ISSN 2714-9757

http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP. 4(4).

Hutagalung, M. B. Z., Sianturi, D. A., & Santika, G. F. (2019). Diabetic Foot

Infection (Infeksi Kaki Diabetik): Diagnosis dan Tatalaksana. 46(6).

IDF. (2022). Diabetes. https://talenta.usu.ac.id/scripta/article/view/3926/3613

Jenita Doli Tine Donsu. (2020). Metodologi PENELITIAN KEPERAWATAN. PT.

PUSTAKA BARU.

Kartika, R. W. (2017). Pengelolaan Gangren Kaki Diabetik. 44(1).


56

kemenkes. (2023). Penderita ganggren.

https://www.google.com/search?q=kemenkes+2022+luka+gangren&rlz=1C1GCE

A_enID1042ID1042&sxsrf=APwXEdfKYkRqq3iZQL9Ncz6MLLNjLF3zBg%3

A1680225850163&ei=OjYmZLLFCcGz4

EPqsuk8AQ&ved=0ahUKEwiyysOHgYX-

AhXB2TgGHaolCU4Q4dUDCA4&uact=5&oq=kemenkes+2022+luka+gangren

&gs_lcp=Cgxnd3Mtd2l6LXNlcnAQAzIECCMQJzoKCAAQRxDWBBCwAzoF

CAAQogRKBAhBGABQtARYgQ9gqBBoAXAAeACAAVmIAasBkgEBMpgB

AKABAcgBCMABAQ&sclient=gws-wiz-serp

Kemnkes. (2022). 21 Desember 2022.

https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1969/jenis-dan-fase-penyembuhan-luka

Lellu, A. (2021). ANALISIS HUBUNGAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN

TERJADINYA GANGREN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD

BATARA GURU BELOPA TAHUN 202.

Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Mellitus Dan Asuhan

Keperawatan Stroke. Deepublish.

https://books.google.co.id/books?id=u_MeEAAAQBAJ

megawati. (2020). Pengaruh Perawatan Menggunakan Balutan Basah Terhadap

Penyembuhan Luka Gangren Di Puskesmas Muliorejo.

Nisak, R. (2021). Evaluasi Kejadian Dan Klasifikasi Ulkus Diabetikum Menurut

Wagner Pada Penderita Diabetes Mellitus: The Occurrence and Classification of

Diabetic Ulcers Among Diabetes Mellitus Patients Using Wagner-Ulcer


57

Classification Tool. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific Journal of Nursing),

7(2). https://doi.org/10.33023/jikep.v7i2.729

Nofrida, A., & Putra, Y. (2018). Hubungan Gaya Hidup Dengan Terjadinya

Ganggren Pada Pasien Diabetes Melitus di Poli Klinik Endokrin Rumah Sakit

Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2017. 2(1).

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Novitasari, D., Adriani, P., Khaerunisa, T. A., & Awaludin, S. (2022). Cegah

Amputasi Gangrene Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Melalui Pemanfaatan

Media Video Senam Kaki. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat

(PKM), 5(2), 414–426. https://doi.org/10.33024/jkpm.v5i2.4623

Nursalam. (2021). Metodologi Pendekatan Praktis Edisi 4.

Ozougwu, O. (2013). The pathogenesis and pathophysiology of type 1 and type 2

diabetes mellitus. Journal of Physiology and Pathophysiology, 4(4), 46–57.

https://doi.org/10.5897/JPAP2013.0001

Pitocco, D., Spanu, T., Di Leo, M., Vitiello, R., Rizzi, A., Tartaglione, L., Fiori

Alfarano, B., Caputo, S., Tinelli, G., & Zaccardi, F. (2019). Diabetic foot infections:

A comprehensive overview. European Review for Medical and Pharmacological

Sciences, 23(2), 26–37.

Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M. K. F. F. S., Prof. Dr. dr. Aisyah Elliyanti, S. K.

N. T. M. S. O. M. K., Prof. Dr. dr. Eva Decroli, S. P. D. K. F., Prof. Dr. dr. Delmi

Sulastri, M. S. S. G. K., OG-KFM, P. D. Y. S., Prof. Dr. dr. Eryati Darwin, P., Prof.
58

Dr. Nuzulia Irawati, M., Prof. Dr. Arni Amir, M., & Prof. Dr. Eti Yerizel, M. S.

(2022). From Gen to Public Health. CV. Bintang Semesta Media.

https://books.google.co.id/books?id=eY2tEAAAQBAJ

Prof.Dr. Sugiyono. (2018). METODE PENELITIAN.

Putra, Y. (2019). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Perawatan Luka

Ganggren Pada Pasien Diabetes Melitus. 1.

Putri, S. T., Lameky, V. Y., Pangaribuan, S. M., Manurung, M. E. M., Mataputun,

D. R., Wasilah, H., Herawati, T., Rahmasari, R., Putri, N. R., & Soputri, N. (2022).

Metodologi Riset Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

https://books.google.co.id/books?id=qOufEAAAQBAJ

Riza, S., & Putra, Y. (2022). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama

Penyembuhan Luka Gangren di Klinik Istiqamah Krueng Barona Jaya. 8(2).

Rosa, S. K. D., Udiyono, A., Kusariana, N., & Dian, L. (2019). FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TIMBULNYA GANGREN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD K.R.M.T.

WONGSONEGORO SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, 7.

Rudatin, S., Triana, N. Y., & Suandika, M. (2021). PENGARUH PERAWATAN

DENGAN REBUSAN DAUN SIRIH MERAH TERHADAP PENYEMBUHAN

LUKA GANGREN PASIEN DIABETES MELITUS. 4(1).


59

Saragih, L., Afifuddin, M. F., Subekti, I., & Septiasih, R. (2020). PENGARUH

RAWAT LUKA GANGRENE TERHADAP PENCEGAHAN TINDAKAN

AMPUTASI DAN PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN. 06(01).

Soep, S., & Triwibowo, C. (2019). FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA GANGRENE PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR.

PIRNGADI MEDAN. Jurnal Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse,

Nutrition, Midwivery, Environment, Dentist), 10(2), 241–245.

https://doi.org/10.36911/pannmed.v10i2.306

Sugiarto, A., Herawati, T., Astuti, M. A., Purnamawati, I. G. A. D., Widjijati, W.,

Ruku, D. M., Natashia, D., Galleryzki, A. R., Panma, Y., & Satriani, S. (2023).

Pengantar Dasar Fisiologis untuk Praktik Keperawatan. Yayasan Kita Menulis.

https://books.google.co.id/books?id=PX60EAAAQBAJ

Sugiyono. (2018a). METODE PENELITIAN Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

ALFABETA, cv.

Sugiyono. (2018b). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

ALFABETA.

sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D.

sukarni, Djoko priyono, mita, & junaidi. (2021). ANALISIS FAKTOR YANG

MEMENGARUHI PENYEMBUHAN LUKA DIABETES. Jurnal Luka Indonesia,

9(1).
60

Sukmana, M., Sianturi, R., & Aminuddin, M. (2020). Pengkajian Luka Menurut

Meggit-Wagner dan Pedis Pada Pasien Ulkus Diabetikum.

supriyadi. (2017). Panduan Praktis Skrining Kaki Diabetes Melitus. Deepublish.

https://books.google.co.id/books?id=CR9-DwAAQBAJ

Susanto, W. H. A., Saherna, J., MS, D. S., Latri, N. K. W. D., Yanti, N., widiastuty,

R., Sugiharno, R. T., & utama, Y. A. (2023). Perawatan Luka Pada Kulit Kronis.

Global Eksekutif Teknologi.

https://books.google.co.id/books?id=u4inEAAAQBAJ

WHO. (2022). Diabetes. https://www.who.int/news-room/fact-

sheets/detail/diabetes

widi. (2023). Data indonesia. https://dataindonesia.id/ragam/detail/penderita-

diabetes-tipe-1-indonesia-terbanyak-di-asean-pada-

2022#:~:text=(2022)&text=Diabetes%20Federation%20(IDF)-

,Indonesia%20menjadi%20negara%20dengan%20jumlah%20penderita%20diabet

es%20tipe%20satu%20paling,sebanyak%2041.813%20orang%20pada%202022.

Widyanto, R. M., Muslihah, N., Raras, T. Y. M., Rahmawati, I. S., Dini, C. Y., &

Maulidiana, A. R. (2021). Gizi Molekuler. Universitas Brawijaya Press.

https://books.google.co.id/books?id=LNlVEAAAQBAJ
LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat izin Penelitian

61
62

Lampiran 3 Surat Izin KESBANGPOL


Lampiran 2 Surat Izin Neni Si Lincah
63

Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian


64

Lampiran 5 Surat Komite Etik Penelitian


65

Lampiran 6 Informent Consent


Lembar Persetujuan Informed Concent Penelitian

Surat Persetujuan Menjadi Responden

(Informed Consent)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Dengan ini saya menyatakan, saya bersedia menjadi responden dalam


penelitian ini yang diajukan oleh :

Nama : Mihrajul Haerani

Nim :A.19.11.027

Institusi/ pendidikan : Program Studi S1 Keperawatan Stikes Panrita Husada


Bulukumba

Demikian surat pernyataan persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa
paksaan dari peneliti.

Bulukumba, Juni 2023


Responden

( )
66

Lampiran 7 Kuesioner
LEMBAR BATES-JENSEN WOUND ASSESSMENT
TOOL SKALA BJWAT (Bates-jensen Wound Assesment
Tool)
ITEMS PENGKAJIAN SKOR
1. Ukuran luka *0= sembuh, luka terselesaikanPanjang
x Lebar
1 = < 4 cm
2 = 4 s/d < 16 cm²
3 = 16 s/d < 36 cm2
4 = 36 s/d < 80 cm2
5 = > 80 cm2
2. Kedalaman *0 = sembuh, luka terselesaikan
1. Eritema atau kemerahan
2. Laserasi lapisan epidermis dan ataudermis
3. Seluruh lapisan kulit hilang, kerusakan
atau nekrosis subkutan,tidak mencapai
fasia, tertutup jaringan granulasi
4. Tertutup jaringan nekrosis
5. Seluruh lapisan kulit hilang dengandestruksi
luas, kerusakan jaringan otot, tulang

3. Tepi luka *0= sembuh, luka terselesaikan


1. Samar, tidak terlihat dengan jelas
2. Batas tepi terlihat, menyatu dengandasar
luka
3. Jelas, tidak menyatu dengan dasarluka
4. Jelas, tidak menyatu dengan dasarluka,
tebal
5. Jelas, fibrotik, parut
tebal/hiperkeratonik

4. GOA ( *0= sembuh, luka terselesaikan


lubang pada 1. Tidak ada gua
luka yang 2. Gua < 2 cm diarea manapun
ada dibawah 3. Gua 2 – 4 cm seluas < 50% pinggirluka.
jaringan 4. Gua 2 – 4 cm seluas > 50% pinggir
sehat)
luka.
5. Gua > 4 cm diarea manapun.
67

5. Tipe jaringan 1. Tidak ada jaringan nekrotik


nekrosis 2. Putih/abu-abu jaringan tidak dapat teramati
dan atau jaringan nekrotik kekuningan yang
mudah dilepas.
3. Jaringan nekrotik kekuningan yang melekat
tapi mudah dilepas.
4. Melekat, lembut, eskar hitam.
5. Melekat kuat, keras, eskar hitam.
6. Jumlah jaringan 1. Tidak ada jaringan nekrotik
nekrosis 2. < 25% permukaan luka tertutup jaringan
nekrotik.
3. 25% permukaan luka tertutup jaringan
nekrotik.
4. 4. > 50% dan < 75% permukaan luka tertutup
jaringan nekrotik.
5. 75% s/d 100% permukaan luka tertutup
jaringan nekrotik.
7. Tipe eksudat 1. Tidak ada eksudat
2. Bloody
3. Serosangueneous (encer, berair, merah
pucat atau pink).
4. Serosa (encer, berair, jernih).
5. Purulen (encer atau kental, keruh,
kecoklatan/kekuningan, dengan atau tanpa
bau).
8. Jumlah 1. Tidak ada, luka kering.
eksudat 2. Moist, luka tampak lembab tapi eksudat
tidak teramati.
3. Sedikit : Permukaan luka moist, eksudat
membasahi < 25% balutan
4. Moderat : Eksudat terdapat > 25% dan <
75% dari balutan yang digunakan
5. Banyak : Permukaan luka dipenuhi dengan
eksudat dan eksudat
membasahi > 75% balutan yang digunakan
9. Warna kulit 1. Pink atau warna kulit normal setiap bagian
sekitar luka luka.
2. Merah terang jika disentuh
3. Putih atau abu-abu, pucat atau
hipopigmentasi.
4. Merah gelap atau ungu dan atau tidak
pucat.
5. Hitam atau hiperpigmentasi.
68

10. Jaringan 1. Tidak ada pembengkakan atau edema.


yang edema 2. Tidak ada pitting edema sepanjang <4 cm
sekitar luka.
3. Tidak ada pitting edema sepanjang =4 cm
sekitar luka.
4. Pitting edema sepanjang < 4cm
disekitar luka.
5. Krepitus dan atau pitting edema
sepanjang > 4 cm disekitar luka.
11. Pengerasan 1. Tidak ada indurasi
jaringan tepi 2. Indurasi < 2 cm sekitar luka.
3. Indurasi 2 – 4 cm seluas < 50% sekitar
luka
4. Indurasi 2 – 4 cm seluas = 50% sekitar
luka
5. Indurasi > 4 cm dimana saja pada luka.
12. Jaringan 1. Kulit utuh atau luka pada sebagian kulit.
granulasi 2. Terang, merah seperti daging; 75% s/d 100%
luka terisi granulasi, atau jaringan tumbuh.
3. Terang, merah seperti daging; <75% dan >
25% luka terisi granulasi.
4. Pink, dan atau pucat, merah kehitaman dan
atau luka < 25% terisi granulasi.
5. Tidak ada jaringan granulasi.
13. Epitelisasi 1. 100% luka tertutup, permukaan utuh.
2. 75 s/d 100% epitelisasi
3. 50 s/d 75% epitelisasi
4. 25% s/d 50% epitelisasi.
5. < 25% epitelisasi

Total Skor
69

Lampiran 8 Lembar Observasi


Lembar Obsevasi
Tingkat Infeksi Perawatan Luka Penyakit Lain
No. Nama (hipertensi) Point
Ringan Berat Rutin Tidak Ada Tidak
rutin
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
Keterangan :
Positif :1
Negatif :0
70

Lampiran 9 Master Tabel


71

Lampiran 10 Uji Statistik

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 12 30.8 30.8 30.8

Perempuan 27 69.2 69.2 100.0

Total 39 100.0 100.0

Usia

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Dewasa akhir (36-45 tahun) 14 35.9 35.9 35.9

Lansia Awal (46-55 tahun) 15 38.5 38.5 74.4

Lansia Akhir (56-66 tahun) 4 10.3 10.3 84.6

Manula (>65 tahun) 6 15.4 15.4 100.0

Total 39 100.0 100.0

Kategori_Tingkat_Infeksi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ringan 26 66.7 66.7 66.7

Berat 13 33.3 33.3 100.0

Total 39 100.0 100.0

Kategori_Perawatan_Luka
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Rutin 14 35.9 35.9 35.9

Rutin 25 64.1 64.1 100.0

Total 39 100.0 100.0

Kategori_Penyakit_Lain

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak ada 23 59.0 59.0 59.0

Ada 16 41.0 41.0 100.0

Total 39 100.0 100.0


72

Crosstabs
Kategori_Perawatan_Luka * Kategori_Tingkat_Infeksi

Kategori_Tingkat_Infeksi

Ringan Berat Total

Kategori_Perawatan Tidak Rutin Count 2 12 14


_Luka Expected Count 9.3 4.7 14.0

% within
14.3% 85.7% 100.0%
Kategori_Perawatan_Luka

Rutin Count 24 1 25

Expected Count 16.7 8.3 25.0

% within
96.0% 4.0% 100.0%
Kategori_Perawatan_Luka
Total Count 26 13 39

Expected Count 26.0 13.0 39.0

% within
66.7% 33.3% 100.0%
Kategori_Perawatan_Luka

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 26.966a 1 .000


Continuity Correctionb 23.414 1 .000
Likelihood Ratio 29.768 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 26.274 1 .000
N of Valid Cases 39

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.67.
b. Computed only for a 2x2 table
73

Kategori_Penyakit_Lain * Kategori_Tingkat_Infeksi

Kategori_Tingkat_Infeksi

Ringan Berat Total

Kategori_Penyakit Tidak ada Count 22 1 23


_Lain Expected Count 15.3 7.7 23.0

% within
95.7% 4.3% 100.0%
Kategori_Penyakit_Lain

Ada Count 4 12 16

Expected Count 10.7 5.3 16.0

% within
25.0% 75.0% 100.0%
Kategori_Penyakit_Lain
Total Count 26 13 39

Expected Count 26.0 13.0 39.0

% within
66.7% 33.3% 100.0%
Kategori_Penyakit_Lain

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. Exact Sig.


Value df sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 21.196a 1 .000


Continuity Correctionb 18.136 1 .000
Likelihood Ratio 23.427 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 20.652 1 .000
N of Valid Cases 39

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.33.
b. Computed only for a 2x2 table
74

Lampiran 11 Dokumentasi
75

Anda mungkin juga menyukai