Oleh :
Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Di Kota Padangsidimpuan
Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.
Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing selama ini.
Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka
menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan
pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam
Padangsidimpuan, 2023
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................3
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................25
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran .....................................................................................................27
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
buang air besar lebih dari 3 kali sehari, Gejala ini manifestasi dari infeksi system
gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai jenis bakteri, virus dan parasit.
Infeksi ini dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi
maupun infeksi langsung antar manusia. Diare merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan diobati namun diare yang berlangsung dalam durasi panjang dan
khususnya pada anak-anak dengan malnutrisi dan atau imunitas rendah (WHO,
2009).
Terdapat 180.777 kasus diare yang ditemukan dan ditangani atau sebesar
23,45 % dari target penemuan kasus. Capaian ini mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2016 dari target penemuan kasus 761.557 kasus, yang
ditemukan dan ditangani sebesar 235.495 kasus (30,92%). Bila dikonvensi dengan
angka kesakitan (IR) diare per 1000 penduduk tahun 2017, maka cakupan ini baru
menurunnya kejadian diare tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak
(khususnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun), diare juga bisa disebabkan
karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang
Shigella dan Campylobacter jejuni serta status gizi yang kurang baik (Marni,
penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan
anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit diare pada anak
(Hidayat, 2008).
Pengetahuan ibu tentang diare pada anak merupakan salah satu faktor
kejadian diare pada bayinya, karena ibu yang berperilaku baik tentunya akan
bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau
dan sehat dalam mengasuh bayinya. Perilaku ibu yang baik disebabkan karena
Puskesmas Simarpinggan
C. Ruang Lingkup
a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis
pada pasien.
b. Observasi
memeriksa fisik.
c. Studi Kepustakaan
kasus yang diambil. Studi kepustakaan dalam laporan ini diambil dari
D. Manfaat
TINJAUAN TEORI
Namorambe.
B. Kajian Teori
1. Definisi
(2009) mendefinisikan diare sebagai BAB cair tiga kali atau lebih
b. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan
dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar (Nany,
2011).
c. Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan
balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar
sampai lebih dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari
atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan
1) Infeksi internal
2) Infeksi Parental
bronkopneumonia, ensefalitis.
minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya
berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare
ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan
ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar oleh tinja, misalnya air minum,
jari-jari tangan makanan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci
dengan air yang tercemar, hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air
bersih adalah :
(2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup
(3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-
anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan
(5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan
cukup
Beberapa perilaku yang tidak sehat dalam keluarga adalah kebiasaan tidak
sebagai desinfektan atau pembersih kuman yang melekat pada tangan, kebiasaan
mencuci tangan dapat dilakukan pada saat sesudah membuang air besar, sesudah
membuang tinja anak, sebelum menyuapi makanan pada anak, dan sesudah makan
dapat beresiko terhadap diare misalnya membuang tinja (termasuk tinja bayi)
harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang yang beranggapan bahwa
tinja pada bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan diare pada anak (WHO,
2011).
5) Makanan
yang dihasilkan oleh bakteri. Racun menyebabkan sakit perut (kram) dan muntah,
diare. berlangsung kurang dari 24 jam. Dengan beberapa bakteri, racun diproduksi
dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan dengan bakteri lain, racun yang
diproduksi dalam usus setelah makanan dimakan. Gejala biasanya muncul dalam
waktu beberapa jam ketika keracunan makanan disebabkan oleh racun yang
terbentuk dalam makanan sebelum dimakan. Perlu waktu lebih lama untuk gejala
untuk mengembangkan saat racun terbentuk didalam usus (karena butuh waktu
Oleh karena itu, dalam kasus terakhir, gejala biasanya muncul setelah 7-15
jam. Staphylococcus. Aureus adalah contoh dari bakteri yang menghasilkan racun
dan menghasilkan racun dalam usus halus setelah makanan yang terkontaminasi
3. Patofisiologi
osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan
ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua
akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare
diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme
a) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang
4. Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut, diare
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2011), diare
akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori,
yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan
yang hilang 2-5% dari berat badan (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila
cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan (4) Diare dengan dehidrasi
b. Diare persisten
merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan
kronik.
c. Diare kronik
gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari,
diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja
cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam
sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,
turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan
yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan
6. Komplikasi
dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau
dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,
makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan
e. Gangguan sirkulasi
Penatalaksanaan .
Penatalaksanaan diare menurut WHO (2012).
1. Diare tanpa dehidrasi
a. Lebih banyak cairan diberikan pada anak untuk mencegah dehidrasi.
Cairan rumah seperti air tajin, air kelapa, sup sayur atau yoghurt dapat
diberikan. Cairan bersoda, cairan buah dengan pemanis buatan, dan
glukosa tinggi dihindari karena dapat menyebabkan diare osmotik. Selama
tidak ada tanda dan gejala malabsorpsi selama penanganan, penghentian
susu dan dairy product tidak direkomendasikan. Pemakaian rutin formula
bebas laktosa tidak mengurangi masa penyembuhan.
b. Cairan rehidrasi oral WHO (Oral Rehydration Solution / ORS)
mengandung NaCl 3,5 g, NaCO3 2,5 g, KCl 1,5 g, glukosa 20 g dalam 1
liter air (Oralyte, Ottolite). Ibu dapat diajarkan cara menyiapkan cairan
garam-gula, 3 jumput garam ditambahkan dengan sekitar segenggam gula,
dicampur dengan ½ liter air. Pada diare yang memanjang atau berat, ORS
yang mengandung beras dapat dicoba. Cairan ini dapat diterima dan
meningkatkan nutrisi anak.
c. Restriksi atau penghentian makanan tidak dianjurkan. Anak tetap harus
diberi makan dengan nutrien dan kalori tinggi untuk mencegah malnutrisi.
ASI tetap dilanjutkan. Campuran sereal dan kacang, jus buah segar dan
pisang dapat diberikan. Saat diare berhenti, anak diberikan makanan ekstra
setiap hari selama satu minggu untuk mencapai berat badan sebelum sakit.
d. Tanda bahaya harus dijelaskan kepada ibu dan harus segera dilaporkan,
rasa haus berlebihan, mata cekung, demam, menolak makan atau minum,
disentri, pengurangan buang air kecil, kejang.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN
S (Data Subjektif)
Identitas
Nama : Balita Z
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Bulan
Anak ke : 1(pertama)
1. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bahwa anaknya terlihat lemas, mengalami BAB 5 kali
dalam sehari mulai sejak 2 hari sebelumnya. BAB anak sebelum sakit
konsistesi lembek tetapi semenjak seringnnya anak BAB disertai nafsu
makan menurun, makanan dan minuman yang dikonsumsi berkurang
sehingga feses lebih terlihat cair tetapi tidak begitu berbau dan ibu
mengatakan anak belum pernah minum obat cacing.
2. Riwayat kehamilan/persalinan
Hamil Tgl Umur Jenis Penolong Komplikasi JK BB Laktasi
ke Lahir Kehami Persalina Persalinan
lan n
1 11-08- Aterm Spontan Bidan Tidak ada P 3000 lancar
2021 gr
Usia Pemberian
9 Bulan Campak
Sesudah Diare
Makan : Nafsu makan berkurang (setiap pemberian
makan hanya habis setengah piring kecil)
Minum : Kurang dari 5 kali/hari (1 gelas kecil berisi 125
cc) dan frekuensi minum ASI kurang dari
biasannya.
b. Pola Eliminasi
1. BAK
Sebelum Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAK 5-6 kali/hari , warna kekuningan
dan berbau khas.
Setelah Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAK kurang dari 4 kali/hari , warna
kekuningan dan berbau khas.
2. BAB
Sebelum Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB ± 2 kali/hari, warna kuning
kecoklatan, berbau khas dengan konsistensi lembek.
Setelah Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB 4-5 kali/ hari ,dalam 2 hari ini
warna kuning pucat dengan konsistensi sedikit lebih cair.
c. Personal Hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 Kali sehari
yaitu pagi dan sore.
d. Istirahat :
Tidur siang :Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 3 jam/hari.
Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam ± 10 jam
O ( Data Objektif) :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Balita S tampak lemas dan rewel.
Kesadaran
Composmentis
Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 37,9 ºC
b. Nadi : 96 x/menit
c. Pernapasan : 35 x/menit
Antropometri
a. BB Sebelum : 10,5 kg
BB Sesudah : 10 kg
b. TB : 80 cm
c. LK : 45 cm
d. LD : 30 cm
e. LILA : 10 cm
2. Pemeriksaan Fisik
. Inspeksi
a. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
b. Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema
c. Mata
Bentuk : cekung
Conjungtiva : Tidak anemis (pucat)
Sklera : Tidak ikterus
Palpebra : Tidak ada oedema
d. Hidung
Kebersihan : Bersih
• Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
• Polip : Tidak ada
• Pengeluaran : Tidak ada
e. Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palat
Oskisis
Bibir : Mukosa bibir kering
Gigi : Keadaan gigi rapih
Lidah : Bersih
f. Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
Turgor kulit : Jelek (cubitan kulit di daerah perut
dipertahankan selama 30 detik lalu
dilepas dan kulit kembali lambat dalam
waktu 2 detik).
Kembung : Ada
g. Anus : Merah (akibat seringnya BAB dan
cebok)
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan
A ( Analisis) :
Balita Z Usia 14 Bulan dengan Diare akut.
P (Penatalaksanaan):
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaaan bahwa balita Z mengalami
diare akut dengan waktu kurang dari 14 hari dan mengalami dehidrasi
ringan yaitu kekurangan cairan 5% dari BB sebelumnya. setelah dilakukan
pemeriksaan fisik balita tampak lemas, turgor jelek, perut kembung, mata
cekung, dan rewel.
Tanda-tanda Vital
• Suhu : 37,9 ºC
• Nadi : 96 x/menit
• Pernapasan : 35 x/menit
Antropometri
• BB Sebelum : 10,5 kg BB sesudah : 10 kg
• TB : 80 cm
• LK : 45 cm
• LD : 30 cm
• LILA : 10 cm
2. Memberitahu ibu bahwa salah satu penyebab diare yaitu kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB.
Menganjurkan ibu untuk selalu mengajarkan anak cuci tangan sebelum
sesudah makan maupun BAB menggunakan sabun lalu membilasnya di air
mengalir.
3. Mengingatkan ibu untuk selalu memperhatikan anak dengan
membersihkan jari dan memotong kuku untuk mencegah masuknya
bakteri melalui tangan.
4. Menganjurkan ibu untuk mencuci sayuran sebelum dimasak, memberikan
makanan bergizi pada anak yang dimasak hingga matang dengan menu
makanan seperti makanan yang mengandung banyak air yaitu sup.
kentang (mengandung karbohidrat, vit B6, vit c, mineral) sebagai sumber
kalori bagi anak. Daging ayam/sapi, ikan (mengandung zat besi) baik
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Buah pisang dan
sayuran rebus misalnya bayam, wortel, kacang hijau sebagai nutrisi untuk
anak. Lalu menyarankan ibu untuk menghindari olahan makanan yang
digoreng(berminyak), makanan cepat saji seperti (nugget dan sosis) dan
sayur nangka, buah semangka yang mengandung gas untuk mencegah
terjadinnya kembung pada perut anak.
5. Menganjurkan ibu untuk selalu membiasakan mencuci alat makan, minum
sebelum dan sesudah makan dengan air bersih serta membilas dengan air
matang sebelum dipakai. Menganjurkan ibu untuk menutup makanan dan
minuman lalu diletak ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar
dari binatang seperti lalat.
6. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI secara tidak terjadwal
dan memberikan minum pada anak sesuai kebutuhan yaitu 1,3 liter/hari
(sebanyak 4 gelas dengan ukuran 250 cc) agar terpenuhi kebutuhan cairan
pada balita. Air minum yang disediakan harus bersih lalu dimasak sampai
mendidih.
7. Menganjurkan ibu untuk selalu mengawasi anak untuk tidak bermain
ditempat yang kotor dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar seperti
membuang sampah pada tempatnya, membersihkan wc/jamban dan
membuang air limbah rumah tangga pada saluran pembuangan limbah
yang tersedia .
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kembali apabila terjadi
masalah kesehatan anak seperti pengeluaran BAB yang semakin sering,
pengeluaran feses berdarah, demam, tidak mau makan dan minum.
BAB IV
PEMBAHASAN
bulan mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan . Menurut Depkes RI(2009),
Balita adalah anak yang menginjak usia diatas 1 tahun dan berada dibawah 5
tahun. Sesuai dengan balita Z yaitu umur 14 bulan. Menurut Kemenkes RI (2019)
tumbuh kembang anak usia 14 bulan yaitu memiliki kemampuan untuk berjalan ,
belajar minum dan makan sendiri, dapat mengatakan 5-10 kata, BB normal untuk
balita perempuan 9-14,8 kg, TB 80-92,9 cm. Sesuai dengan teori penulis
usianya yaitu sudah memiliki kemampuan untuk makan dan minum sendiri,
buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair/encer, memiliki
nafsu makan berkurang, suhu tubuh meningkat WHO (2009). Seperti yang
diare dengan frekuensi BAB 5 kali dalam sehari dengan konsitensi cair dan nafsu
kembung, mata cekung dan rewel Hal tersebut sesuai dengan teori Suraatmaja
(2010) yaitu dehidrasi ringan pada anak terjadi apabila terdapat penurunan berat
badan 2,5 - 5% dengan tanda mata cekung, turgor kulit kembali lambat, gelisah,
cengeng suara serak. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,
Menurut asumsi penulis, bahwa Diare pada balita Z terjadi karena faktor
hyginitas yang tidak baik seperti tidak membiasakan mencuci tangan sebelum dan
memiliki hambatan dalam tumbuh kembang di usia selanjutnya. Perilaku ibu yang
baik disebabkan karena pengetahuan ibu yang tinggi (Nany, dkk 2011).
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
mengalami Diare akut dehidrasi ringan. Hal ini didukung ketika melakukan
pengkajian data Balita Z mengalami lemas, BAB lebih dari 3 kali dengan
konsistensi cair, suhu tubuh yang meningkat, rewel, turgor kulit jelek, mata
Hygiene yang kurang, baik pada anak maupun keluarga seperti mencuci tangan
dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah selesai dari
penyediaan air bersih juga menjadi faktor penyebab dalam kejadian Diare
tersebut. Oleh sebab itu masih perlu disampaikan informasi lebih dalam dan
merata kepada ibu mengenai pencegahan dan penanganan diare dengan baik dan
benar.
B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari penulis yaitu
1. Megingatkan kembali pada pegawai puskesmas khususnya pada poli
anak agar memberikan penkes dengan penyuluhan dalam pencegahan
dan penanganan diare sehingga para ibu tanggap dalam masalah
kesehatan anaknya.
2. Diharapkan kepada teman-teman untuk melakukan pengkajian dengan
baik dan benar salah satunya yaitu menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan feses dan memberikan pengarahan dalam melakukan
pemberian obat cacing khususnya pada balita.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H., Aziz A. 2008 . Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
Buletin Jendela Data dan Informasi. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Kementrian
Kesehatan RI.
Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Nanny L.D.,Vivian. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.
Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata :
Trans Info Media
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak. Jakarta: World Health
Organozation.
WHO. 2012. Global Water Supply And Sanitation Assesment. World Health
Organization.