Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA Z USIA 14 BULAN


DENGAN DIARE DI PUSKESMAS DI PUSKESMAS
SIMARPINGGAN TAHUN 2023

Oleh :

LATIFAH GUSTINI SIREGAR


22100258

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA
ROYHAN DI KOTA PADANGSIDIMPUAN
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul laporan : Asuhan Kebidanan Pada Balita Z Usia 14 Bulan Dengan


Diare Di Puskesmas di Puskesmas Simarpinggan Tahun
2023
Nama Mahasiswa : Latifah Gustini Siregar
NIM : 22100258
Program Studi : Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi

Laporan Kasus ini telah diperiksa dan dievaluasi oleh Dosen Pembimbing Clinical
Instructor dan Koordinator Stase Profesi pada Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Program Profesi Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan Di Kota
Padangsidimpuan pada tanggal :

Menyetujui,

Koordinator Stase Dosen Pembimbing

Yulinda Aswan,SST,M.Keb Rini Amalia Batubara, Str. Keb, M.Keb


NIDN. 0125079003 NIDN. 0120079601

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program Profesi
Fakultas Kesehatan Universitas Aufa Royhan
Di Kota Padangsidimpuan

Sri Sartika Sari Dewi, SST, M.keb


NIDN. 010048901
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan ini.

Dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar besarnya kepada dosen pembimbing yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih

jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian

penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Dan oleh karenanya, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka

menerima masukan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan

penyempurnaan makalah ini dikemudian hari.

Akhirnya saya berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca. Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam

proses perkuliahan Profesi bidan.

Padangsidimpuan, 2023
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Pengesahan............................................................................................i
Kata Pengantar....................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Tujuan......................................................................................................2
C. Ruang Lingkup........................................................................................2
D. Manfaat....................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN


A. Pengertian...............................................................................................14
B. Etiologi...................................................................................................15
C. Patofisiologi............................................................................................16

BAB III PENGKAJIAN


A. Pengkajian .............................................................................................17
B. Analisis ..................................................................................................18
C. Penatalaksanaan ....................................................................................18

BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................25

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................26
B. Saran .....................................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 28


BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat di negara-negara berkembang (Marni, 2016). Diare masih menjadi

suatu problematika dan masalah bagi kesehatan masyarakat di negara berkembang

terutama di Indonesia. Angka mortalitas, morbiditas dan insidennya cenderung

meningkat (Kementerian Kesehatan RI, 2011).

Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi

buang air besar lebih dari 3 kali sehari, Gejala ini manifestasi dari infeksi system

gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai jenis bakteri, virus dan parasit.

Infeksi ini dapat menyebar melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi

maupun infeksi langsung antar manusia. Diare merupakan penyakit yang dapat

dicegah dan diobati namun diare yang berlangsung dalam durasi panjang dan

terjadi dehidrasi dapat menimbulkan kematian. Diare merupakan life-threatening

khususnya pada anak-anak dengan malnutrisi dan atau imunitas rendah (WHO,

2009).

Terdapat 180.777 kasus diare yang ditemukan dan ditangani atau sebesar

23,45 % dari target penemuan kasus. Capaian ini mengalami penurunan bila

dibandingkan dengan tahun 2016 dari target penemuan kasus 761.557 kasus, yang

ditemukan dan ditangani sebesar 235.495 kasus (30,92%). Bila dikonvensi dengan

angka kesakitan (IR) diare per 1000 penduduk tahun 2017, maka cakupan ini baru

mencapai 12/1000 penduduk. Pencapaian IR ini jauh di bawah target program


yaitu 270 per 1000 penduduk. Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan

menurunnya kejadian diare tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak

terdata (under reporting cases), (BPS, Sumut, 2017).

Pada negara berkembang diare berkaitan dengan kurangnya pasokan air

bersih, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan hygiene

(khususnya kebiasaan mencuci tangan dengan sabun), diare juga bisa disebabkan

karena makanan yang tidak sehat atau makanan yang diproses dengan cara yang

tidak bersih sehingga terkontaminasi bakteri penyebab diare seperti Salmonella,

Shigella dan Campylobacter jejuni serta status gizi yang kurang baik (Marni,

2016). Kebersihan anak maupun kebersihan lingkungan memegang peranan

penting pada tumbuh kembang anak baik fisik maupun psikisnya. Kebersihan

anak yang kurang, akan memudahkan terjadinya penyakit diare pada anak

(Hidayat, 2008).

Pengetahuan ibu tentang diare pada anak merupakan salah satu faktor

predisposisi yang mempengaruhi perilaku dalam melaksanakan penanganan diare

pada anak(Notoatmodjo, 2010). Ibu yang berperilaku baik dapat mengurangi

kejadian diare pada bayinya, karena ibu yang berperilaku baik tentunya akan

bertindak mencegah atau menghindari dari penyakit dan penyebab penyakit atau

masalah dan penyebab masalah kesehatan, dan perilaku dalam mengupayakan

meningkatkan kesehatan, sehingga dapat mengaplikasikan perilaku hidup bersih

dan sehat dalam mengasuh bayinya. Perilaku ibu yang baik disebabkan karena

pengetahuan ibu yang tinggi (Hidayat, 2008).


B. Tujuan

B.1 Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada balita Z usia 14

bulan dengan diare di Puskesmas Simarpinggan”, melalui pendekatan

manajemen kebidanan dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

B.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui penyebab dari diare pada balita Z usia 14 bulan di

Puskesmas Simarpinggan

2. Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada pada balita Z usia 14 bulan

dengan diare di Puskesmas Simarpinggan”. dengan manajemen kebidanan

dan pendokumentasian SOAP.

C. Ruang Lingkup

1. Lokasi dan Waktu :

Lokasi yang dilakukan oleh penulis dalam pembuatan Laporan

Komprehensif ini adalah di Puskesmas Namorambe, sedangkan waktu dan

penyusunan Laporan Komprehensif tanggal 20 sampai 25 Februari 2023

2. Subjek Laporan Kasus :

Subjek yang diambil untuk penyusun Laporan Komprehensif ini adalah

balita Z usia 14 bulan.

3. Teknik/Cara Pengumpulan Data :

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara tekhnik

wawancara dan observasi

a. Wawancara
Teknik ini dilakukan melalui auto anamnesis dan allow anamnesis

dengan pasien, keluarga dan kesehatan lainnya dilibatkan untuk

memperoleh data yang berhubungan dengan permasalahan pasien

yang akan dijadikan sebagai bahan laporan,sehingga diperoleh data

yang akurat. Wawancara dalam laporan ini yaitu melakukan anamnesa

pada pasien.

b. Observasi

Melaksanakan observasi langsung pada Bayi Z dengan cara

memeriksa fisik.

c. Studi Kepustakaan

Membaca dan mempelajari buku-buku sumber, makalah ataupun

jurnal yang dapat dijadikan dasar teoritis yang berhubungan dengan

kasus yang diambil. Studi kepustakaan dalam laporan ini diambil dari

buku-buku sumber dan jurnal.

D. Manfaat

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil laporan kompherensif ini dapat digunakan untuk menambah

pengetahuan dan bahan masukan bagi lahan praktik agar

lebih meningkatkan pelayanan kesehatan kepada pasien.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil laporan komprehensif ini dapat digunakan sebagai bahan

kepustakaan untuk menambah pengetahuan khususnya untuk program


study Profesi Universitas Aufa Royhan

3. Bagi Mahasiswa Profesi

Hasil laporan komprehensif ini untuk menambah wawasan dan

bertanggung jawab dalam mengambil kasus, tindakan, memberikan

pelajaran tersendiri dalam mengasah kemandirian ketika menyikapi

pasien, mampu belajar menyakini seseorang ketika memberi penjelasan

yang berkaitan dengan asuhan kebidanan pada bayi, balita.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kajian Masalah Kasus

Asuhan Kebidanan pada balita Z usia 14 bulan dengan Diare di Puskemas

Namorambe.

B. Kajian Teori

1. Definisi

a. Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. WHO

(2009) mendefinisikan diare sebagai BAB cair tiga kali atau lebih

dalam sehari semalam (24 jan). Para ibu mungkin mempunyai

istilah tersendiri seperti lembek, cair, berdarah, berlendir, atau

dengan muntah (‘muntabe’). Penting untuk menanyakan kepada

orang tua mengenai frekuensi dan konsistensi tinja anak yang

dianggap sudah tidak normal lagi (Hidayat, 2008).

b. Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa

juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan

berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi

dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar (Nany,

2011).

c. Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan

balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar

sampai lebih dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari
atau ada yang hanya 2 kali seminggu. Neonatus dinyatakan diare

bila frekuensi buang air besar lebih dari empat kali, sedangkan

untuk bayi berumur (Rukiyah, 2010).

2. Etiologi/ faktor penyebab

1) Infeksi internal

Menurut Nelson (2002), Infeksi internal yaitu infeksi terjadi dalam

saluran pencernaan dan merupakan penyebab utama terjadinya diare.

Infeksi interal meliputi :

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, Salmonella, Shigella

campylobacter, Yersinia, Aeromonas. Bakteri penyebab diare

tersering antara lain ETEC, Shigella, Campylobacter.

b) Infeksi virus enterovirus, seperti virus ECHO, coxsackie,

poliomyelitis, adenovirus, astrovirus, dan rotavirus. Rotavirus

merupakan penyebab utama diare akut pada anak.

c) Infeksi parasit : cacing (Ascaris, trichiuris, oxyuris, dan

strongylodies), protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia,

dan trichomonas hominis), serta jamur (candida albicans).

2) Infeksi Parental

Infeksi parental yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat

pencernaan, misalnya otitis media akut (OMA), tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis.

3) Sumber Air Bersih

Menurut Depkes RI (2011) , Sumber air bersih yang digunakan untuk

minum merupakan salah satu sarana sanitasi yang tidak kalah pentingnya
berkaitan dengan kejadian diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare

ditularkan melalui jalur fekal oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan

ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar oleh tinja, misalnya air minum,

jari-jari tangan makanan, dan makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci

dengan air yang tercemar, hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air

bersih adalah :

(1) Mengambil air dari sumber air yang bersih.

(2) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup

nserta menggunakan gayung khusus untuk mengambil air.

(3) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh binatang, anak-

anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara sumber air minum dengan

sumber pengotoran seperti septictank, tempat pembuangan sampah dan air

limbah harus lebih dari10 meter.

(4) Mengunakan air yang direbus.

(5) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup

(6) Ketersediaan Jamban Keluarga

Ketersediaan jamban atau pembuangan tinja merupakan bagian yang

penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut

aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang

penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Menurut Notoatmodjo

(2003), syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan adalah

a. Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya

b. Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya


c. Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya

d. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat

bertelur atau perkembangbiakan vector penyakit lainnya

e. Tidak menimbulkan bau

f. Pembuatannya murah, penggunaanya mudah dan mudah dipelihara.

4) Kebiasaan Mencuci Tangan

Beberapa perilaku yang tidak sehat dalam keluarga adalah kebiasaan tidak

mencuci tangan. Mencuci tangan yang baik sebaiknya menggunakan sabun

sebagai desinfektan atau pembersih kuman yang melekat pada tangan, kebiasaan

mencuci tangan dapat dilakukan pada saat sesudah membuang air besar, sesudah

membuang tinja anak, sebelum menyuapi makanan pada anak, dan sesudah makan

mempunyai dampak terhadap diare. Kemudian kebiasaan membaung tinja juga

dapat beresiko terhadap diare misalnya membuang tinja (termasuk tinja bayi)

harus dilakukan secara bersih dan benar. Banyak orang yang beranggapan bahwa

tinja pada bayi tidaklah berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau

bakteri dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan diare pada anak (WHO,

2011).

5) Makanan

Keracunan makanan adalah penyakit singkat yang disebabkan oleh racun

yang dihasilkan oleh bakteri. Racun menyebabkan sakit perut (kram) dan muntah,

juga menyebabkan usus kecil mengeluarkan sejumlah besar air menyebabkan

diare. berlangsung kurang dari 24 jam. Dengan beberapa bakteri, racun diproduksi

dalam makanan sebelum dimakan, sedangkan dengan bakteri lain, racun yang
diproduksi dalam usus setelah makanan dimakan. Gejala biasanya muncul dalam

waktu beberapa jam ketika keracunan makanan disebabkan oleh racun yang

terbentuk dalam makanan sebelum dimakan. Perlu waktu lebih lama untuk gejala

untuk mengembangkan saat racun terbentuk didalam usus (karena butuh waktu

bagi bakteri untuk menghasilkan racun).

Oleh karena itu, dalam kasus terakhir, gejala biasanya muncul setelah 7-15

jam. Staphylococcus. Aureus adalah contoh dari bakteri yang menghasilkan racun

dalam makanan sebelum dimakan.. Bakteri Staphylococcus berkembangbiak

dalam makanan dan menghasilkan racun. Clostridium perfringens adalah contoh

dari bakteri yang berkembangbiak dalam makanan (biasanya kaleng makanan)

dan menghasilkan racun dalam usus halus setelah makanan yang terkontaminasi

dimakan (Alimul, 2011).

3. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan

osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan

menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi

pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan

ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua

akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi

peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare

timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan


mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme

hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,

mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan

akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan

diare (Nani, dkk, 2011).:

Menurut Nani, dkk (2011) Mekanisme dasar yang dapat menyebabkan

timbulnya diare adalah:

a) Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap oleh tubuh akanmenyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus.

Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

b) Gangguan sekresi Akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada

dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan

elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjadi

peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang

pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c) Gangguan molititas usus Hiperperistaltik akan menyebabkan

berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang

masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang

sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan

pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan

menyebabkan diare juga

4. Klasifikasi Diare
Ada tiga jenis diare menurut lama hari terjadinya yaitu diare akut, diare

persisten dan diare kronik (Rukiyah, dkk, 2010). Klasifikasi diare

berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :

a. Diare akut

Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan

berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2011), diare

akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling

berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh

penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori,

yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan

yang hilang 2-5% dari berat badan (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila

cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan (4) Diare dengan dehidrasi

berat, apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.

b. Diare persisten

Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari,

merupakan kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan

kronik.

c. Diare kronik

Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama

dengan penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau

gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari,

diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau persisten dan berlangsung

2 minggu lebih (Suharyono,2008).


5. Gambaran Klinis dan Tanda Gejala

Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya

meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja

cair dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam

sebagai akibat makin banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat

disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam-basa dan elektrolit. Bila penderita telah banyak kehilangan

cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi makin tampak. Berat badan menurun,

turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun membesar menjadi cekung, selaput

lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan

yang hilang dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat, sedangkan

berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi dehidrasi hipotonik, isotonik,

dan hipertonik (Alimul,2008).

6. Komplikasi

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi

beberapa hal sebagai berikut

a. Kehilangan air (dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari

pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)


Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam

tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia

jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak

dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein

(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak– anak.

d. Gangguan gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan

oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau

muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan

dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama,

makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan

baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya

perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat,

dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak


segera diatasi klien akan meninggal.

Penatalaksanaan .
Penatalaksanaan diare menurut WHO (2012).
1. Diare tanpa dehidrasi
a. Lebih banyak cairan diberikan pada anak untuk mencegah dehidrasi.
Cairan rumah seperti air tajin, air kelapa, sup sayur atau yoghurt dapat
diberikan. Cairan bersoda, cairan buah dengan pemanis buatan, dan
glukosa tinggi dihindari karena dapat menyebabkan diare osmotik. Selama
tidak ada tanda dan gejala malabsorpsi selama penanganan, penghentian
susu dan dairy product tidak direkomendasikan. Pemakaian rutin formula
bebas laktosa tidak mengurangi masa penyembuhan.
b. Cairan rehidrasi oral WHO (Oral Rehydration Solution / ORS)
mengandung NaCl 3,5 g, NaCO3 2,5 g, KCl 1,5 g, glukosa 20 g dalam 1
liter air (Oralyte, Ottolite). Ibu dapat diajarkan cara menyiapkan cairan
garam-gula, 3 jumput garam ditambahkan dengan sekitar segenggam gula,
dicampur dengan ½ liter air. Pada diare yang memanjang atau berat, ORS
yang mengandung beras dapat dicoba. Cairan ini dapat diterima dan
meningkatkan nutrisi anak.
c. Restriksi atau penghentian makanan tidak dianjurkan. Anak tetap harus
diberi makan dengan nutrien dan kalori tinggi untuk mencegah malnutrisi.
ASI tetap dilanjutkan. Campuran sereal dan kacang, jus buah segar dan
pisang dapat diberikan. Saat diare berhenti, anak diberikan makanan ekstra
setiap hari selama satu minggu untuk mencapai berat badan sebelum sakit.
d. Tanda bahaya harus dijelaskan kepada ibu dan harus segera dilaporkan,
rasa haus berlebihan, mata cekung, demam, menolak makan atau minum,
disentri, pengurangan buang air kecil, kejang.
BAB III
DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

A. PENGKAJIAN / PENGUMPULAN DATA

S (Data Subjektif)
Identitas
Nama : Balita Z
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 14 Bulan
Anak ke : 1(pertama)

Nama Ibu : Ny. M


Usia : 24 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam

Nama Ayah : Tn.K


Usia : 26 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan (bekerja di toko)
Agama : Islam

1. Keluhan utama :
Ibu mengatakan bahwa anaknya terlihat lemas, mengalami BAB 5 kali
dalam sehari mulai sejak 2 hari sebelumnya. BAB anak sebelum sakit
konsistesi lembek tetapi semenjak seringnnya anak BAB disertai nafsu
makan menurun, makanan dan minuman yang dikonsumsi berkurang
sehingga feses lebih terlihat cair tetapi tidak begitu berbau dan ibu
mengatakan anak belum pernah minum obat cacing.
2. Riwayat kehamilan/persalinan
Hamil Tgl Umur Jenis Penolong Komplikasi JK BB Laktasi
ke Lahir Kehami Persalina Persalinan
lan n
1 11-08- Aterm Spontan Bidan Tidak ada P 3000 lancar
2021 gr

3. Riwayat Imunisasi : Sudah lengkap

Usia Pemberian

0 bulan Hepatitis B (HB) 0

1 Bulan BCG, Polio 1

2 Bulan DPT-HB –Hib 1, Polio 2

3 Bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3

4 Bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4

9 Bulan Campak

4. Tumbuh kembang anak


a) Ibu mengatakan anak sudah mulai bisa berjalan tanpa dibantu.dan
sudah bisa duduk sendiri.
b) Ibu mengatakan anak sudah bisa memegang peralatan makan seperti
cangkir dan makan dengan tangannya sendiri walaupun masih
berantakan.
c) Ibu mengatakan anak sudah mulai pintar berbicara meski belum terlalu
jelas dengan menggunakan beberapa kata yang diingatnya untuk
menjelaskan apa yang dirasakan.

5. Pola aktivitas anak sebelum terkena diare


a) Kebiasaan anak yang tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan.
b) Anak lebih sering bermain dengan teman di luar rumah.
6. Pemenuhan kebutuhan dasar anak
a. Pola Nutrisi
Sebelum Diare
Makan : 3 kali/hari (porsi 1 piring kecil)
Jenis makanan : Nasi, sayur, tempe, ikan, telur dan kecap
Minum : ± 7 Kali/hari (1 gelas kecil berisi 125 cc).
Jenis : Air mineral dan minum ASI 2-3 jam sekali
setiap malam saja.
Pemberian makan : Terakhir kali ibu memberikan makanan
setengah matang untuk anak.

Sesudah Diare
Makan : Nafsu makan berkurang (setiap pemberian
makan hanya habis setengah piring kecil)
Minum : Kurang dari 5 kali/hari (1 gelas kecil berisi 125
cc) dan frekuensi minum ASI kurang dari
biasannya.

b. Pola Eliminasi
1. BAK
Sebelum Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAK 5-6 kali/hari , warna kekuningan
dan berbau khas.

Setelah Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAK kurang dari 4 kali/hari , warna
kekuningan dan berbau khas.

2. BAB
Sebelum Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB ± 2 kali/hari, warna kuning
kecoklatan, berbau khas dengan konsistensi lembek.
Setelah Diare
Ibu mengatakan bahwa anaknya BAB 4-5 kali/ hari ,dalam 2 hari ini
warna kuning pucat dengan konsistensi sedikit lebih cair.
c. Personal Hygiene : Ibu mengatakan anaknya mandi 2 Kali sehari
yaitu pagi dan sore.
d. Istirahat :
Tidur siang :Ibu mengatakan anaknya tidur siang ± 3 jam/hari.
Tidur malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam ± 10 jam

O ( Data Objektif) :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Balita S tampak lemas dan rewel.

Kesadaran
Composmentis
Tanda-tanda Vital
a. Suhu : 37,9 ºC
b. Nadi : 96 x/menit
c. Pernapasan : 35 x/menit

Antropometri
a. BB Sebelum : 10,5 kg
BB Sesudah : 10 kg
b. TB : 80 cm
c. LK : 45 cm
d. LD : 30 cm
e. LILA : 10 cm
2. Pemeriksaan Fisik
. Inspeksi
a. Kepala
Keadaan kulit kepala : Bersih
Warna rambut : Hitam
Jumlah : Lebat
b. Muka
Kebersihan : Bersih
Pucat : Tidak ada pucat
Oedema : Tidak ada oedema
c. Mata
Bentuk : cekung
Conjungtiva : Tidak anemis (pucat)
Sklera : Tidak ikterus
Palpebra : Tidak ada oedema
d. Hidung

Kebersihan : Bersih
• Pernafasan cuping hidung : Tidak ada
• Polip : Tidak ada
• Pengeluaran : Tidak ada
e. Mulut
Bentuk : Simetris, tidak ada labio skisis/palat
Oskisis
Bibir : Mukosa bibir kering
Gigi : Keadaan gigi rapih
Lidah : Bersih
f. Abdomen
Kebersihan : Bersih
Pembesar Abdomen : Tidak ada
Turgor kulit : Jelek (cubitan kulit di daerah perut
dipertahankan selama 30 detik lalu
dilepas dan kulit kembali lambat dalam
waktu 2 detik).
Kembung : Ada
g. Anus : Merah (akibat seringnya BAB dan
cebok)
Varices : Tidak ada
Oedema : Tidak ada oedema
3. Pemeriksaan Penunjang : Tidak dilakukan

A ( Analisis) :
Balita Z Usia 14 Bulan dengan Diare akut.
P (Penatalaksanaan):
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaaan bahwa balita Z mengalami
diare akut dengan waktu kurang dari 14 hari dan mengalami dehidrasi
ringan yaitu kekurangan cairan 5% dari BB sebelumnya. setelah dilakukan
pemeriksaan fisik balita tampak lemas, turgor jelek, perut kembung, mata
cekung, dan rewel.
Tanda-tanda Vital
• Suhu : 37,9 ºC
• Nadi : 96 x/menit
• Pernapasan : 35 x/menit
Antropometri
• BB Sebelum : 10,5 kg BB sesudah : 10 kg
• TB : 80 cm
• LK : 45 cm
• LD : 30 cm
• LILA : 10 cm

2. Memberitahu ibu bahwa salah satu penyebab diare yaitu kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan maupun BAB.
Menganjurkan ibu untuk selalu mengajarkan anak cuci tangan sebelum
sesudah makan maupun BAB menggunakan sabun lalu membilasnya di air
mengalir.
3. Mengingatkan ibu untuk selalu memperhatikan anak dengan
membersihkan jari dan memotong kuku untuk mencegah masuknya
bakteri melalui tangan.
4. Menganjurkan ibu untuk mencuci sayuran sebelum dimasak, memberikan
makanan bergizi pada anak yang dimasak hingga matang dengan menu
makanan seperti makanan yang mengandung banyak air yaitu sup.
kentang (mengandung karbohidrat, vit B6, vit c, mineral) sebagai sumber
kalori bagi anak. Daging ayam/sapi, ikan (mengandung zat besi) baik
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Buah pisang dan
sayuran rebus misalnya bayam, wortel, kacang hijau sebagai nutrisi untuk
anak. Lalu menyarankan ibu untuk menghindari olahan makanan yang
digoreng(berminyak), makanan cepat saji seperti (nugget dan sosis) dan
sayur nangka, buah semangka yang mengandung gas untuk mencegah
terjadinnya kembung pada perut anak.
5. Menganjurkan ibu untuk selalu membiasakan mencuci alat makan, minum
sebelum dan sesudah makan dengan air bersih serta membilas dengan air
matang sebelum dipakai. Menganjurkan ibu untuk menutup makanan dan
minuman lalu diletak ditempat yang aman dan bersih sehingga terhindar
dari binatang seperti lalat.
6. Menganjurkan ibu untuk selalu memberikan ASI secara tidak terjadwal
dan memberikan minum pada anak sesuai kebutuhan yaitu 1,3 liter/hari
(sebanyak 4 gelas dengan ukuran 250 cc) agar terpenuhi kebutuhan cairan
pada balita. Air minum yang disediakan harus bersih lalu dimasak sampai
mendidih.
7. Menganjurkan ibu untuk selalu mengawasi anak untuk tidak bermain
ditempat yang kotor dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar seperti
membuang sampah pada tempatnya, membersihkan wc/jamban dan
membuang air limbah rumah tangga pada saluran pembuangan limbah
yang tersedia .
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kembali apabila terjadi
masalah kesehatan anak seperti pengeluaran BAB yang semakin sering,
pengeluaran feses berdarah, demam, tidak mau makan dan minum.
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif Balita Z umur 14

bulan mengalami diare akut dengan dehidrasi ringan . Menurut Depkes RI(2009),

Balita adalah anak yang menginjak usia diatas 1 tahun dan berada dibawah 5

tahun. Sesuai dengan balita Z yaitu umur 14 bulan. Menurut Kemenkes RI (2019)

tumbuh kembang anak usia 14 bulan yaitu memiliki kemampuan untuk berjalan ,

belajar minum dan makan sendiri, dapat mengatakan 5-10 kata, BB normal untuk

balita perempuan 9-14,8 kg, TB 80-92,9 cm. Sesuai dengan teori penulis

mengatakan bahwa balita Z memiliki tumbuh kembang normal sesuai dengan

usianya yaitu sudah memiliki kemampuan untuk makan dan minum sendiri,

berjalan, dapat berbicara lebih dari 5 kata, BB 10 kg, TB 80 cm.

Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi

buang air besar lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair/encer, memiliki

nafsu makan berkurang, suhu tubuh meningkat WHO (2009). Seperti yang

dikatakan dalam teori bahwa setelah dilakukan pemeriksaan balita Z mengalami

diare dengan frekuensi BAB 5 kali dalam sehari dengan konsitensi cair dan nafsu

makan berkurang, suhu tubuh meningkat. Berdasarkan hasil dari pemeriksaan

fisik balita Z mengalami dehidrasi ringan yaitu cairan hilang 5% dari BB , BB

yang sebelumnya 10,5 kg sekarang menjadi 10 kg , turgor kulit jelek, perut

kembung, mata cekung dan rewel Hal tersebut sesuai dengan teori Suraatmaja

(2010) yaitu dehidrasi ringan pada anak terjadi apabila terdapat penurunan berat

badan 2,5 - 5% dengan tanda mata cekung, turgor kulit kembali lambat, gelisah,
cengeng suara serak. Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari,

Depkes (2011). Sesuai dengan pernyataan tersebut bahwa balita Z mengalami

diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.

Menurut asumsi penulis, bahwa Diare pada balita Z terjadi karena faktor

hyginitas yang tidak baik seperti tidak membiasakan mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan, tidak memperhatikan tempat bermain anak serta memberikan

makanan dalam kondisi setengah matang/masak.

Ibu yang berpengetahuan baik tentunya akan mencegah atau menghindari

penyebab penyakit khususnya pada kasus diare yaitu dengan cara

memprioritaskan anak dalam meningkatkan kesehatanya, sehingga anak tidak

memiliki hambatan dalam tumbuh kembang di usia selanjutnya. Perilaku ibu yang

baik disebabkan karena pengetahuan ibu yang tinggi (Nany, dkk 2011).
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari Pengkajian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Balita Z usia 14 Bulan

mengalami Diare akut dehidrasi ringan. Hal ini didukung ketika melakukan

pengkajian data Balita Z mengalami lemas, BAB lebih dari 3 kali dengan

konsistensi cair, suhu tubuh yang meningkat, rewel, turgor kulit jelek, mata

cekung dan kehilangan cairan 5% dari BB.

Faktor penyebab dari Diare tersebut mungkin terjadi karena Personal

Hygiene yang kurang, baik pada anak maupun keluarga seperti mencuci tangan

dengan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan serta setelah selesai dari

BAB. Kebersihan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya,

penyediaan air bersih juga menjadi faktor penyebab dalam kejadian Diare

tersebut. Oleh sebab itu masih perlu disampaikan informasi lebih dalam dan

merata kepada ibu mengenai pencegahan dan penanganan diare dengan baik dan

benar.

B. SARAN
Saran yang dapat disampaikan dari penulis yaitu
1. Megingatkan kembali pada pegawai puskesmas khususnya pada poli
anak agar memberikan penkes dengan penyuluhan dalam pencegahan
dan penanganan diare sehingga para ibu tanggap dalam masalah
kesehatan anaknya.
2. Diharapkan kepada teman-teman untuk melakukan pengkajian dengan
baik dan benar salah satunya yaitu menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan feses dan memberikan pengarahan dalam melakukan
pemberian obat cacing khususnya pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H., Aziz A. 2008 . Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Buletin Jendela Data dan Informasi. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Kementrian
Kesehatan RI.

Depkes RI. 2009. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare. Jakarta :


Direktorat Jendral PP.

Depkes RI. 2011. Buku Pedoman Pelaksanaan Program Pemberantasan Penyakit


Diare. Jakarta : Ditjen PPM & PLP.

Hidayat A. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.


Surabaya:Salemba Medika.

Marni dan Kukuh Rahardjo. 2012 Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Nanny L.D.,Vivian. 2011. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika.

Nelson. 2002. Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta : EGC

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehtan Masyarakat Prinsip Dasar. Jakarta:


PT. Rineka Cipto.

Rukiyah dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Jakata :
Trans Info Media

WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak. Jakarta: World Health
Organozation.

WHO. 2012. Global Water Supply And Sanitation Assesment. World Health
Organization.

Anda mungkin juga menyukai