Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PENYAKIT TENTANG DIARE”

DI SUSUN OLEH :

NAMA : YOGA AULIA PUTRI (2313201004)


FAKULTAS : ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI : S1 KESEHATAN MASYARAKAT
MATA KULIAH : ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DOSEN : SRI WAHYUNI, S.K.M., M.KES

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KESEHTAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAHAKARYA ACEH
BIREUEN
2023

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tentang penyakit diare. Makalah ini disusun sebagai salah satu bentuk kewajiban
dalam mengejar ilmu pengetahuan, serta sebagai upaya untuk memahami,
menginformasikan, dan membagikan pengetahuan tentang penyakit yang umum
terjadi di seluruh dunia.
Penyakit diare adalah salah satu masalah kesehatan yang perlu diperhatikan
oleh semua kalangan. Oleh karena itu, penulis berharap makalah ini dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab, gejala, pengobatan,
dan pencegahan diare kepada pembaca. Semoga makalah ini juga dapat menjadi
referensi yang bermanfaat bagi yang membutuhkannya.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, terutama kepada dosen dan guru yang
telah memberikan bimbingan dan arahan. Juga kepada keluarga dan teman-teman
yang memberikan dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tugas ini. Kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan guna perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan yang berguna
bagi pembaca. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat menjadi kontribusi
kecil dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan dan kesejahteraan
kita semua.

Bireuen, 27 Oktober 2023

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian……………………………………………... 4
E. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………

BAB II PEMBAHASAN................................................................. 5

A. Pengertian Diare........................................................................... 5
B. Macam-Macam diare.................................................................... 5
C. Penyebab Penyakit Diare.............................................................. 6
D. Gejala Penyakit Diare................................................................... 6
E. Pengobatan Diare Pengobatan Berdasarkan dehidrasi................... 7

BAB III PENUTUP......................................................................... 9


A. Kesimpulan.................................................................................. 9
B. Saran.................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 10

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang disebabkan akibat terjadinya perubahan


konsistensi feses selain dari buang air besar. Penderita dikatakan menderita diare
apabila dalam saru hari buang air besar lebih dari tiga kali (Rusli Taher, 2017).

Diare merupakan buang air besar dengan jumlah yang lebih banyak dari
biasanya, dengan tinja berbentuk cair dan setengah cair serta setengah padat
(Irwan, 2017).

Diare merupakan penyakit berbasis lingkungan yang hampir terjadi di


seluruh dunia. Menurut pengertian dari WHO (Word Health Organisation) bahwa
diare adalah situasi yang di alami seseorang buang air besar dengan konsistensi
cair atau lembek dengan frekuensi lebih dari tiga kali dalam satu hari (Kemenkes
RI, 2011).

Diare lebih banyak terjadi di negara berkembang dibandingkan negara


maju. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya masih sedikitnya air
minum yang layak konsumsi, kurangnya kesadaran akan hygiene dan sanitasi serta
buruknya status gizi dan status kesehatan masyarakat. Diperkirakan 2,5 miliar
orang memiliki fasilitas sanitasi yang kurang dan 1 miliar orang tidak memiliki
akses terhadap air minum yang aman (UNICEF, 2016).
Faktor-faktor penyebab diare adalah Agent (Bakteri, Virus, dan Parasit),
Host (pengentahuan, sikap dan perilaku, usia, jenis kelamin, dan status gizi), dan
Environment/Lingkungan (sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, sarana
pembuangan tinja, sarana pembuangan air limbah, dan kebersihan rumah)
(Purnama,2016).

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga


merupakan penyakit potensial KLB yang disertai kematian. Laporan Riskesdas
tahun 2007 menunjukan bahwa penyakit diare merupakan penyebab kematian
nomor satu pada bayi 31%, dan pada balita 25,2%, sedangkan pada golongan
semua umur merupakan penyebab kematian yang ke empat 13,2%. Kejadian Luar
Biasa (KLB) yang terjadi pada tahun 2018 tercatat sebanyak 10 kali yang tersebar
di 8 Provinsi dengan jumlah penderita 756 orang dan kematian sebanyak 36 orang
(Kemenkes RI, 2018).

Angka kesakitan pada penyakit diare pada semua kelompok umur di


provinsi lampung pada tahun 2019 sebesar 27 per 1000 penduduk, dan untuk kasus
yang di layani untuk semua umur sebanyak 43.055kasus (Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung, 2019). Pada tahun 2020 cakupan pelayanan penderita diare
pada semua umur sebesar 44,4% dan pada balita sebesar 28,9% dari sasaran yang
di tetapkan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Pringsewu menunjukan
bahwa jumlah pasien yang dilayani untuk penyakit diare adalah 3.186 pasien
dengan 24% adalah balita.Sasaran pelayanan penderita diare pada balita yang
datang ke sarana kesehatan ditargetkan oleh program sebesar 20% dari perkiraan
jumlah penderita diare pada balita. Sedangkan sasaran pelayanan untuk penderita
semua umur ditargetkan sebesar 10% dari perkiraan jumlah penderita semua umur
(Profil Kesehatan, 2020).

Sedangkan untuk Kabupaten Pringsewu kasus diare masih menjadi


masalah kesehatan yang cukup serius. Kasus diare di Kabupaten Pringsewu tahun
2021 berjumlah1.176 kasus. Jumlah kasus diare berdasarkan Wilayah Kerja
Puskesmas Pagelaran 91, Pagelaran Utara 208 kasus, Banyumas 214 kasus,
Adiluwih 77 kasus, Bandung Baru 199 kasus, Pringsewu 30, Rejosari 106 kasus,
Ambarawa 174 kasus,Wates 77 kasus.

Pada Data Profil Kesehatan Puskesmas Banyumas diperoleh laporan kasus


pada tahun 2020 jumlah kasus Diare sebanyak 138 kasus, tahun 2021 sebesar
214kasus. Berdasarkan survey awal yang telah dilakukan peneliti, jumlah kasus
diare pada bulan januari sampai desember 2021 berjumlah 214 kasus yang
diketahui di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2021 (Profil Puskesmas, 2021).

Berdasarkan latar belakang di atas kasus Diare di Puskesmas Banyumas


mengalami peningkatan dari tahun 2020 ke tahun 2021, jadi peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan kejadian Diare berdasarkan
faktor lingkungan dan perilaku masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas
Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu tahun 2021.
B. Rumusan Masalah
“Apakah Hubungan Faktor Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Diare
Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu pada Tahun 2022?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Faktor Lingkungan Dan PerilakuDengan
Keadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan
Banyumas Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui distribusi frekuensi Kejadian Diare di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada
Tahun 2022
b) Mengetahui distribusi frekuensi sarana air bersih di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada
Tahun 2022
c) Mengetahui distribusi frekuensi sarana pembuangan sampah di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
pada Tahun 2022
d) Mengetahui distribusi frekuensi sarana pembuangan tinja di Wilayah Kerja
Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada
Tahun 2022
e) Mengetahui distribusi frekuensi sarana pembuangan limbah cair di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
Pada Tahun 2022
f) Distribusi frekuensi kebersihan rumah di Wilayah Kerja Puskesmas
Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2022
g) Distribusi frekuensi kebiasaan cuci tangan pakai di wilayah kerja Puskesmas
Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun 2022
h) Mengetahui distribusi frekuensi kebiasaan minum air di wilayah kerja
Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun
2022
i) Mengetahui Distribusi frekuensi perilaku buang air besar di wilayah kerja
Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu Tahun
2022
j) Mengetahui hubungan sarana air bersih dengan kejadian diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
Tahun 2022
k) Mengetahui hubungan sarana pembuangan sampah dengan kejadian diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu Tahun 2022
l) Mengetahui hubungan sarana pembuangan tinja dengan kejadian diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu Tahun 2022
m) Mengetahui hubungan sarana pembuangan limbah cair dengan kejadian
Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas
Kabupaten Pringsewu Tahun 2022
n) Mengetahui hubungan kebersihan Rumah dengan kejadian Diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu
Tahun 2022
o) Mengetahui hubungan kebiasaan mencuci tangan dengan kejadian Diare di
Wilayah Kerja Puskesmas Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten
Pringsewu Tahun 2022
p) Mengetahui hubungan perilaku minum air dengan kejadian diare di Wilayah
Kerja Puskesmas Banyumas Kabupaten Pringsewu tahun 2022

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

1. Bagi peneliti
Dapat memperoleh pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan
ilmu yang di dapat sewaktu kuliah khususnya mengenai penyakit diare
2. Bagi Puskesmas
Menambah pengetahuan tentang hubungan faktor lingkungan dan
perilakudengan kejadian diare sehingga dapat meningkatkan penyuluhan dan
pembinaan terhadap masyarakat luas agar semakin meningkatkan kebersihan
diri.
3. Bagi Institusi
Sebagai tambahan informasi dan bahan masukan tentang hubungan faktor
lingkungan dan perilaku dengan kejadian penyakit diare.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan Faktor


Lingkungan Dan Perilaku Dengan Kejadian Diare di Wilayah Kerja Puskesmas
Banyumas Kecamatan Banyumas Kabupaten Pringsewu pada Tahun 2022.
Variabel yang di teliti adalah faktor lingkungan fisik dan faktor perilaku.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diare
Menurut WHO (2018), dikatakan diare bila keluarnya tinja yang lunak atau
cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih sehari semalam dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja diare adalah buang air besar lembek atau cair
bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih dari tiga kali atau lebih
dalam sehari. Jenis diare dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Disentri yaitu diare yang disertai darah dalam tinja.
2. Diare persisten yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus.
3. Diare dengan masalah lain yaitu diare yang disertai penyakit lain, seperti:
demam dan gangguan gizi.
Berdasarkan waktunya, diare dibagi menjadi dua yaitu dare akut dan diare
kronis. Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut,
sedangkan diare yang lebih dari 14 hari disebut diare kronis (Widjaja, 2018).

B. Macam-Macam Diare
Diare akut berarti diare yang berlangsung selama kurang dari dua minggu.
Sementara diare kronis adalah diare yang berlangsung selama lebih dari dua
minggu. Adapun ada Beberapa kondisi yang dapat Penyebab diare akut dan
kronis adalah:
1. penyebab diare akut karena adanya infeksi virus atau bakteri di saluran cerna.
Infeksi virus atau bakteri tersebut bisa terjadi karena adanya kontaminasi
pada makanan atau minuman yang dikonsumsi oleh penderita diare contonya,
pilek, flu dan radang tenggorkan.
2. penyebab diare kronis karena infeksi bakteri yang berkepanjangan dan
gangguan saluran yang dicerna contohnya, asma, sering migrain, nyeri
punggung, penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes, kanker.
 Adapun cara mencegahnya adalah selalu menjaga kebersihan diri dan
makanan, misalnya dengan mencuci buah dan sayur sebelum dimakan,
tidak mengonsumsi makanan atau minum air yang belum dimasak
sampai matang, dan rajin mencuci tangan.
C. Penyebab Penyakit Diare
Diare bukanlah penyakit yang datang dengan sendirinya. Biasanya ada yang
menjadi pemicu terjadinya diare. Secara umum, berikut ini beberapa faktor
penyebab diare yaitu faktor infeksi disebabkan oleh bakteri Escherichia coli,
Vibrio cholerae (kolera) dan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan. Faktor
makanan, makanan yang tercemar, basi, beracun dan kurang matang. Faktor
psikologis dapat menyebabkan diare karena rasa takut pada anak, cemas dan
tegang dapat mengakibatkan diare kronis pada anak (Widjaja, 2018).
Berdasarkan metaanalisis di seluruh dunia, setiap anak minimal mengalami
diare satu kali setiap tahun. Dari setiap lima pasien anak yang datang karena
diare, satu di antaranya akibat rotavirus. Kemudian, dari 60 anak yang dirawat di
rumah sakit akibat diare satu di antaranya juga karena rotav irus.
Rotavirus adalah salah satu virus yang menyebabkan diare terutama pada
bayi, penularannya melalui faces (tinja) yang mengering dan disebarkan melalui
udara (Widoyono, 2018) Sebagian besar kasus diare di Indonesia pada bayi dan
anak disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Bakteri dan parasit juga dapat menyebabkan diare.Organisme-organisme ini
mengganggu proses penyerapan makanan di usus halus. Dampaknya makanan
tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar dan akan menarik air dari
dinding usus. Di lain pihak, pada keadaan ini proses transit di usus menjadi
sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh usus besar. Hal inilah yang
menyebabkan tinja berair pada diare (Depkes RI, 2019).

D. Gejala Penyakit Diare


Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi empat
kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai muntah, badan lesu atau
lemah, panas, tidak nafsu makan, darah dan lendir dalam kotoran, rasa mual dan
muntah-muntah dapat mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus.
Infeksi bisa secara tiba-tiba menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, demam,
penurunan nafsu makan atau kelesuan, dapat pula mengalami sakit perut dan
kejang perut pada anak-anak dan orang dewasa, serta gejal-gejala lain seperti flu
misalnya agak demam, nyeri otot atau kejang, dan sakit kepala.
Gangguan bakteri dan parasit kadang-kadang menyebabkan tinja
mengandung darah atau demam tinggi (Green, 2019). Diare bisa menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit (misalnya natrium dan kalium), sehingga bayi
menjadi rewel atau terjadi gangguan irama jantung maupun perdarahan otak.
Diare seringkali disertai oleh dehidrasi (kekurangan cairan).
Dehidrasi ringan hanya menyebabkan bibir kering. Dehidrasi sedang
menyebabkan kulit keriput, mata dan ubun-ubun menjadi cekung (pada bayi
yang berumur kurang dari 18 bulan) dan dehidrasi berat bisa berakibat fatal,
biasanya menyebabkan syok (Widjaja, 2018).

E. Pengobatan Diare berdasarkan dehidrasinya:


a. Tanpa Dehidrasi, Terapi A Pada keadaaan ini, buang air besar 3-4 kali sehari
atau disebut mulai mencret. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu
atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman
yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam (LGG), air tajen, air
teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi
 Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat diberikan di rumah:
1) Memberikan lebih banyak cairan.
2) Memberikan makanan terus menerus.
3) Membawa ke petugas kesehatan bila tidak membaik dalam 3 hari.

b. Dehidrasi Ringan atau Sedang, Terapi B Diare dengan dehidrasi ringan


ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5% dari berat badan, sedangkan
pada diare sedang terjadi kehilangan 6-7% dari berat badan. Untuk mengobati
diare pada derajat dehidrasi ringan/sedang digunakan terapi B, yaitu pada jam
pertama, jumlah oralit yang digunakan bila berumur kurang dari I tahun
sebanyak 300 ml, umur 1-4 tahun sebanyak 600 ml, dan umur lebih dari 5
tahun sebanyak 1.200 ml.
c. Dehidrasi Berat, Terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan
mencret terus menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah,
kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare diatasi dengan terapi C,
yaitu perawatan di puskesmas atau RS untuk diinfus RL (Ringer Laktat).
d. Lanjutkan Memberi Makan Pemberian makanan seperti semula diberikan
sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan.
e. Antibiotik Bila Diperlukan Sebagian penyebab diare adalah rotavirus yang
tidak memerlukan antobiotik dalam penatalaksanaan kasus diare, karena tidak
bermanfaat dan efek sampingnya merugikan penderita (Widoyono,
2011:198).
Menurut Kemenkes RI (2017) dalam Buletin Indonesia menambahkan
pengobatan diare dengan pemberian zinc. Zine merupakan salah satu
mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat menghambat enzim INOS
(Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini meningkat selama
diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan dalam
epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare. Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama
dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya. Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti,
dengan cara melarutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Diare merupakan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer dan
cair, Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak.
Diare suatu penyakit menular yang sering terjadi,. Penyakit ini termasuk
penyakit yang masih menjadi masalah besar dalam global, karena jika tidak
teratasi maka akan berdampak pada status gizi serta dampak yang lebih buruk
adalah kematian akibat kekurangan cairan/dehidrasi yang berat.

B. SARAN
1. Peningkatan Kesadaran: Edukasi masyarakat tentang penyebab dan pencegahan
diare sangat penting. Program-program penyuluhan dan informasi yang mudah
diakses perlu disebarkan secara luas.
2. Promosi Higiene: Meningkatkan kepatuhan terhadap praktik-praktik higiene,
seperti mencuci tangan dengan benar dan memastikan kebersihan makanan dan
minuman, akan membantu mengurangi risiko diare.
3. Imunisasi: Pastikan bahwa vaksinasi, terutama untuk anak-anak, tersedia dan
diikuti sesuai jadwal yang ditetapkan.
4. Konsultasi Medis: Jika diare berlangsung lebih lama atau disertai gejala serius,
segera konsultasikan dengan dokter. Diare bisa menjadi tanda masalah
kesehatan yang lebih serius.
5. Pengelolaan Stres: Mengelola stres dan menjaga kesehatan mental juga penting
dalam mencegah diare yang disebabkan oleh faktor emosional.

DAFTAR PUSTAKA
Ariani. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Arimbawa I W, Trisna Dewi KA, Zakwan bin Ahmad. 2016. Hubungan
Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di
Desa Sukawati, Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 4(2)

Azmi, Jamaluddin Sakung, Herlina Yusuf. 2018 Hubungan Sanitasi Lingkungan


Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Bambaira Kabupaten Pasangkayu. Jurnal Kesehatan Masyarakat 3(2).

Hamzah, Arsunan, 2012, Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Kejadian Diare Pada Anak balita Di Kecamatan Belawa Kabupaten Wajo
Tahun 2012, Jurnal Kesehatan Masyarakat 3(3) IDAI. 2015. Tinja Bayi
Normal atau Tidak. Diakses tanggal 2 Oktober 2019 Dari http://idai.go.id.
Kementerian Kesehatan RI. 2016. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. 2017. Buku Pelaksanaan Program P2 Diare, Jakarta.
Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan RI. 2017. Panduan Promosi
Kesehatan di Sekolah.
Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2019. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun
2018.https://www.diskes.baliprov.go.id/profil-kesehatan-provinsi-bali/
diakses tanggal 3 Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai