Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA PADA DEWASA MENENGAH

DENGAN HIPERTENSI DI WILAYAH SUNGAI JAWI PONTIANAK

KELOMPOK 9 :
DWI ANGGRAINI
RARA ICHZAWYNIA
WIDIA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH
SAKIT ISLAM PONTIANAK
2020
KATA PENGANTAR

Syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karuniaNya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan proposal Keperawatan
Jiwa tentang “Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa Pada Dewasa Menengah Dengan Hipertensi
Di Wilayah Sungai Jawi Pontianak” ini.
Terima kasih tidak lupa kami ucapkan pada teman kelompok yang ikut serta
mendukung atas pembuatan proposal ini sehingga proposal ini dapat selesai tepat pada
waktunya. Kami menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih banyak kekurangan
juga jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Semoga dengan terselesaikannya proposal ini dapat memberikan ilmu,
informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk mengembangkan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.

Pontianak, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………….......................................... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………................... 1
B. Rumusan Masalah.......…………………………………........................ 2
C. Tujuan…………………………………………………......................... 2
D. Manfaat................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keluarga.....…………………………………………………... 4
B. Hipertensi.............................…………………………………………... 10
C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi.…………………... 8
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
A. Tinjauan Kasus....................................................................................... 18
B. Pengkajian..………………………………………................................ 18
C. Analisa Data........................................................................................... 26
D. Diagnosa Keperawatan........................................................................... 26
E. Scoring.................................................................................................... 27
F. Rencana Keperawatan............................................................................ 27
G. Catatan Asuhan Keperawatan................................................................. 28
H. Satuan Acara Pembelajaran.................................................................... 30
BAB IV PEMBAHASAN 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN...................................................................................... 40
B. SARAN................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian
Kesehatan tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan
keluarga, disingkat PIS-PK. Pada program PIS-PK, pendekatan
keluarga menjadi salah satu cara puskesmas meningkatkan jangkauan
dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di wilayahnya
(mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya
adalah untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan
yang komprehensif dan bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri
sasaran utama adalah keluarga,mengutamakan upaya promotif-
preventif, disertai penguatan upaya kesehatan berbasis masyarakat,
kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan siklus
kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan
penyakit menular dan tidak menular yang salah satunya adalah
penyakit hipertensi (Sarkomo, 2016).
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan
darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau
penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan peredaran darah
meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
didalam tubuh (Koes Irianto, 2014). Dewasa ini ada sekitar 422 juta
orang penyandang hipertensi yang berusia 18 tahun di seluruh dunia
atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan
penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh
karena itu sering ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut
dengan komplikasi seperti serangan jantung, stroke.
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari
5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1 juta pada tahun 2013.
Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan bahwa
1
hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di
Indonesia dengan prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit
jantung. Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat
keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga
meliputi pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan yang bertujuan agar
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan komprehensif.
Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan puskesmas (Koes
Irianto, 2014).
Berdasarkan catatan dan laporan dari Sistem Informasi Kesehatan
Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta yang pelayanannya
mencakup beberapa kelurahan menunjukkan bahwa hipertensi masuk
dalam daftar 10 besar penyakit terbanyak urutan nomor satu tahun
2017. Pada tahun 2017 didapatkan data total penderita hipertensi
sejumlah 3.453 orang yang semuanya adalah hipertensi dan pada tahun
2018 dari bulan Januari sampai Juni terdapat 1.775 kunjungan dengan
diagnose hipertensi. Untuk itulah perlu dilakukan upaya perlayanan
kesehatan keluarga dengan hipertensi yang salah satunya adalah
keluarga Tn.S. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilkukan
upaya pelayanan kesehatan dengan asuhan keperawatan pada keluarga
Tn. S.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah utama hipertensi pada keluarga Tn. S di Sungai Jawi ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga dengan masalah utama hipertensi pada Tn.S
di wilayah Desa Sungai Jawi.

2
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi kasus asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Tn. S di wilayah sungai jawi.
b. Mendokumentasikan asuhan keperawatan keluarga dengan
masalah utama hipertensi pada Tn.S di wilayah kerja Desa
Sungai Jawi
c. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
utama hipertensi pada Tn.S di wilayah Desa Sungai Jawi

D. Manfaat
Studi kasus ini diharapkan memberi manfaat bagi :
1. Masyarakat
Membudayakan pengelolaan pasien hipertensi pada tatanan keluarga.
2. Tenaga Kesehatan
Sebagai wawasan dan masukan bagi tenaga kesehatan untuk.
Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat khususnya Pelayanan
Keperawatan Kesehatan Keluarga.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Mubarak, 2011).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Setiadi, 2012).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI
(2016).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah
perkawinan atau adopsi.
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota
2. Struktur Keluarga
a. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
b. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
d. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami

4
e. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.
3. Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing
4. Tipe Keluarga
a. Tradisional :
1) The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
2) The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak)
yang hidup bersama dalam satu rumah
3) Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri
4) The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita
5) The extended family (keluarga luas/besar) Keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family
disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll)
6) The single-parent family (keluarga duda/janda) Keluarga yang terdiri dari
satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui
proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum
pernikahan)
7) Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi
salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan
(week-end)

5
8) Multigenerational famil Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah
9) Kin-network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah
atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan
pelayanan yang sama. Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
10) Blended family Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang
menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
11) The single adult living alone / single-adult family Keluarga yang terdiri
dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati
b. Non-Tradisional
1) The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family Keluarga dengan orangtua tir
3) Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family Keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan
5) Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners)
6) Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu
7) Group-marriage family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan
yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya
8) Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan
anaknya

6
9) Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut
perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya
10) Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental
11) Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian,
tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupanny
5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi
menjadi 8 :
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang
memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan
keluarga lain, mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan
menjadi orangtua dan memahami prenatal care (pengertian kehamilan,
persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu
adaptasi perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan, membagi peran dan tanggung jawab,
bimbingan orangtua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak, serta
konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada
anak pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.
d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga
seperti membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
7
mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual, dan
menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap
remaja, memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem
peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh
kembang anggota keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak
waktu dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai,
memulihkan hubungan antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap
masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan,
dan mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
6. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat
7. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Komponen
8
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif
adalah (Friedman, M.M et al., 2010).
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling
menerima, saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan
sepakat memulai hidup baru
b Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia
akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal
ini keluarga dapat Membina hubungan sosial pada anak, Membentuk
norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan
Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain
untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah meneruskan keturunan.
d Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

9
B. Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah
tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg,
tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini
terjadi karena jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi di dalam tubuh (Koes Irianto, 2014).
Hipertensi juga merupakan faktor utama terjadinya gangguan
kardiovaskular. Apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
gagal ginjal, stroke, dimensia, gagal jantung, infark miokard, gangguan
penglihatan dan hipertensi (Andrian Patica N E- journal keperawatan
volume 4 nomor 1, Mei 2016)
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri tetapi
sering dijumpai dengan penyakit lain, misalnya arterioskeloris, obesitas, dan
diabetes militus. Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan yaitu (WHO, 2014) :
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui
dengan pasti apa penyebabnya. Para pakar menemukan hubungan
antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
menderita penyakit ini. Selain itu juga para pakar menunjukan stres
sebagai tertuduh utama, dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor lain yang dapat dimasukkan dalam penyebab hipertensi
jenis ini adalah lingkungan, kelainan metabolisme, intra seluler, dan
faktor-faktor ynag meningkatkan resikonya seperti obesitas, merokok,
konsumsi alkohol, dan kelainan darah.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Pada 5-10 persen kasus sisanya, penyebab khususnya sudah diketahui,
yaitu gangguan hormonal, penyakit diabetes, jantung, ginjal, penyakit
pembuluh darah atau berhubungan dengan kehamilan. Kasus yang
sering terjadi adalah karena tumor kelenjar adrenal. Garam dapur akan
memperburuk resiko hipertensi tetapi bukan faktor penyebab.

10
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol :
1) Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria dengan wanita. Wanita
diketahui mempunyai tekanan darah lebih rendah dibandingkan pria
ketika berusia 20-30 tahun. Tetapi akan mudah menyerang pada wanita
ketika berumur 55 tahun, sekitar 60% menderita hipertensi berpengaruh
pada wanita. Hal ini dikaitkan dengan perubahan hormon pada wanita
setelah menopause (Endang Triyanto, 2014).
2) Umur
Perubahan tekanan darah pada seseorang secara stabil akan berubah di
usia 20-40 tahun. Setelah itu akan cenderung lebih meningkat secara
cepat. Sehingga, semakin bertambah usia seseorang maka tekanan
darah semakin meningkat. Jadi seorang lansia cenderung mempunyai
tekanan darah lebih tinggi dibandingkan diusia muda (Endang
Triyanto, 2014).
3) Keturunan (genetik)
Adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap keluarga yang
telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium individu sehingga pada orang tua cenderung
beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali lebih besar
dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga
dengan hipertensi (Buckman, 2010).
4) Pendidikan
Tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Tingginya resiko hipertensi pada pendidikan yang rendah,
kemungkinan kurangnya pengetahuan dalam menerima informasi oleh
petugas kesehatan sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup
sehat (Armilawaty, Amalia H, Amirudin R., 2007).

11
b. Faktor resiko hipertensi yang dapat dikonrol
1) Obesitas
Pada usia pertengahan dan usia lanjut, cenderung kurangnya
melakukan aktivitas sehingga asupan kalori mengimbangi
kebutuhan energi, sehingga akan terjadi peningkatan berat badan
atau obesitas dan akan memperburuk kondisi (Anggara, F.H.D., &
N. Prayitno, 2013).
2) Kurang olahraga
Jika melakukan olahraga dengan teratur akan mudah untuk
mengurangi peningkatan tekanan darah tinggi yang akan
menurunkan tahanan perifer, sehigga melatih otot jantung untuk
terbiasa melakuakn pekerjaan yang lebih berat karena adanya
kondisi tertentu.
3) Kebiasaan merokok
Merokok dapat meningkatkan tekanan darah. Hal ini dikarenakan
di dalam kandungan nikotik yang dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh darah.
4) Konsumsi garam berlebihan
WHO merekomendasikan konsumsi garam yang dapat mengurangi
peningkatan hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan
adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6
gram) (H. Hadi Martono Kris Pranaka, 2014-2015).
5) Minum alkohol
Ketika mengonsumsi alkohol secara berlebihan akan menyebabkan
peningkatan tekanan darah yang tergolong parah karena dapat
menyebabkan darah di otak tersumbat dan menyebabkan stroke.
6) Minum kopi
Satu cangkir kopi mengandung kafein 75-200 mg, dimana dalam
satu cangkir kopi dapat meningkatakan tekanan darah 5-10 mmHg.
7) Kecemasan
Kecemasan akan menimbulkan stimulus simpatis yang akan
meningkatkan frekuensi jantung, curah jantung dan resistensi
vaskuler, efek samping ini akan meningkatkan tekanan darah.
12
Kecemasan atau stress meningkatkan tekanan darah sebesar 30
mmHg. Jika individu meras cemas pada masalah yang di
hadapinya maka hipertensi akan terjadi pada dirinya. Hal ini
dikarenakan kecemasan yang berulang-ulang akan mempengaruhi
detak jantung semakin cepat sehingga jantung memompa darah
keseluruh tubuh akan semakin cepat.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Hipertensi


Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan
dalam praktek keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota
keluarga pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan,
berpedoman pada standar keperawatan dalam lingkup wewenang serta
tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan
melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan, yaitu sebagai berikut
(Heniwati, 2008).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan,
agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan
keluarga. Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat
menggunakan metode wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah,
pemeriksaan fisik pada anggota keluarga dan data sekunder. Hal-hal yang
perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
13
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan
mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh
keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut
belum terpenuhi.
Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit
keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,
perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-
pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.
2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah
perilaku.
3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing
anggota keluarga baik secara formal maupun informal.
4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan
kesehatan.
14
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Berdasarkan pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka
diagnosa keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :

a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah


kesehatan dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan
kondisi kesehatan anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan
hidup sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan
yang diharapkan
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan.
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota
keluarga dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif
dan menunjukkan keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan
kesehatan keluarga dan klien.
d. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa
nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau
orang berarti) yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau
mengatasi masalah kesehatan.
e. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada
situasi saat ini atau yang akan datang.
f. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat
(anggota keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien
untuk beradaptasi dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.
Yang menjadi etiologi atau penyebab dari masalah keperawatan yang
muncul adalah hasil dari pengkajian tentang tugas kesehatan
keluarga yang meliputi 5 unsur sebagai berikut :
1. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada anggota keluarga.

15
2. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan
hipertensi.
4. Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara atau memodifikasi
lingkungan yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi.
5. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan guna perawatan dan pengobatan hipertensi
3. Membuat Perencanaan
Menurut Suprajitno perencanaan keperawatan mencakup tujuan
umum dan khusus yang didasarkan pada masalah yang dilengkapi dengan
kriteria dan standar yang mengacu pada penyebab. Selanjutnya
merumuskan tindakan keperawatan yang berorientasi pada kriteria dan
standar. Perencanaan yang dapat dilakukan pada asuhan keperawatan
keluarga dengan hipertensi ini adalah sebagai berikut :
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi yang terjadi
pada keluarga.
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengenal dan
mengerti tentang penyakit hipertensi.
Tujuan : Keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi setelah tiga
kali kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan tentang penyakit
hipertensi.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan pengertian, penyebab, tanda
dan gejala penyakit hipertensi serta pencegahan dan pengobatan
penyakit hipertensi secara lisan.

Intervensi
1. Jelaskan arti penyakit hipertensi.
2. Diskusikan tanda-tanda dan penyebab penyakit hipertensi.
3. Tanyakan kembali apa yang telah didiskusikan.
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk
mengatasi penyakit hipertensi.

16
Sasaran : Setelah tindakan keperawatan keluarga dapat mengetahui
akibat lebih lanjut dari penyakit hipertensi
Tujuan : Keluarga dapat mengambil keputusan untuk

merawat anggota keluarga dengan hipertensi setelah tiga kali


kunjungan rumah.
Kriteria : Keluarga dapat menjelaskan secara lisan dan dapat
mengambil tindakan yang tepat dalam merawat anggota keluarga
yang sakit.
Standar : Keluarga dapat menjelaskan dengan benar
bagaimana akibat hipertensi dan dapat mengambil keputusan yang tepat.
Intervensi:
1) Diskusikan tentang akibat penyakit hipertensi.
2) Tanyakan bagaimana keputusan keluarga untuk merawat anggota
keluarga yang menderita hipertensi.

17
BAB III
STUDY KASUS

A. Tinjauan Kasus
Tn.S (50th) dan istrinya Ny. M (48th) mempunyai tiga orang anak Tn. A (28
th) seorang laki-laki sudah menikah dan tinggal bersama dengan istrinya dan
anak kedua, Ny.D (23 th) perempuan sedang kuliah disalah satu universitas di
Pontianak, dan anak ke tiga An F bersekolah di SMP Pontianak salah satu
anggota keluarga, yaitu Tn.S Suami Ny. M menderita penyakit Hipertensi
pasien nampak lemas dan mengeluh pusing.2 tahun yang lalu pasien pernah
MRS karena pingsan dan di diagnosa penyakit yang sama dan dulu ibu pasien
juga memiliki riwayat penyakit yang sama. Untuk mengatasi masalah tersebut,
keluarga Tn. S hanya membiarkan saja di rumah karena menurutnya masih bisa
di tangani dirumah dan pasien tidak mau dibawa ke Rs, dan keluarga merawat
Tn S sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya, keluarga hanya membantu
dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Tn. S keluarga Tn.S termasuk keluarga
yang memperhatikan kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter
tapi jika hanya ada keadaan yang sangat berbahaya dan keluarga Tn.S juga
jarang memeriksakan tekanan darah meskipun pernah ada riwayat MRS karena
Hipertensi sebelumnya.

B. Pengakajian Keluarga
a. Data Umum :
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. Alamat : Sungai Jawi gg. Durian
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Swasta
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMA
4. Komposisi Keluarga : Ayah, ibu, dan 3 orang anak

18
No Nama Jenis Kelamin Hubungan Umur Pendidikan
dengan KK
1. Tn. S L Suami 50 th SMA
2. Ny. M P Istri 48 th D4
3. Ny. D P Anak 23 th S1
4. An. F L Anak 12 th SMP

Genogram :

Keterangan Genogram :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Tinggal Serumah

x
: Klien

5. Keluarga inti terdiri dari Tn. S , Ny.M dan kedua anak kandung
Melayu Pontianak. Tn. S berasal dari Pontianak dan Ny.M dari Sambas
Semua isi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan yang berdampak
buruk pada status kesehatan keluarga Tn. S

19
6. Status Sosial Ekonomi Keluarga.
Penghasilan keluarga kurang lebih 2-3/ bln itu hasil dari kerja istri dan anak
peertama pasien. Tn. S dan Ny. M mengatakan penghasilan yang mereka dapat
lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dan untuk membiayai
kedua orang anaknya yang masih sekolah dan kuliah
7. Aktifitas Rekreasi Keluarga.
Anak- anak mereka biasanya menghabiskan waktu liburannya dengan bermain
dengan teman sebayanya dan menonton TV dirumah.

b. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
dan usia dewasa muda.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.anak
pertama berusia 28 thn sudah menikah, anak kedua usia 23 th masih dalam kuliah
dan anak ketiga usia 12 thun masih bersekolah SMP. Tn. S mengatakan
komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka dan masing-masing anak tahu
akan tugas dan kewajibannya sebagai anak.
3. Riwayat keluarga inti :
Tn.S mengatakan mempunyai riwayat penyakit keturunan yaitu darah tinggi
karena ayah Tn.S juga mengalami tekanan darah tinggi dan terkena stoke ringan
yang telah meninggal 4 tahun yang lalu. Ny.M juga pernah MRS karena kolestrol
yang tinggi sekitar 2 th yang lalu.
Ny. D Jarang sakit, tidak mempunyai masalah kesehatan yang serius, makan dan
kebutuhan semua terpenuhi.
An. F sering sakit demam flu dan batuk
4. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn.s mengatakan belum pernah ada yang sakit serius.
c. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Rumah Ibu J merupakan semi permanen yang rumah tersebut rumah sendiri
dengan luas rumah 104m2 dengan panjang 18 m dan lebar 3 m dirumah tersebut
terdapat : Ruang tamu 1 dan 1 ruang keluarga yang menjadi satu, Kamar tidur 3,
20
Ruang makan menyatu dengan dapur, Kamar mandi dan wc menyatu, Gudang ,
Tempat mencuci piring . Setiap ruangan memiliki cendela sehingga sirkulasi
udaranya cukup baik. Kamar mandi terpisah dengan WC lantai rumah terbuat dari
keramik sehingga tampak bersih, sumber air adalah air PDAM. Sedangkan untuk
pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang rumah yang berdekatan
dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang rumah.
Denah rumah:

kamar gud K,m


ang

wc
Ruang tamu
Kamar keluaraga

kamar
Dapur

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga Tn. S bertetangga dengan beberapa keluarga pedagang, satu pegawai
negeri sipil. Semua tetangga Tn, S beragama islam dan besuku jawa meskipun
berasal dari berbagai daerah kebetulan tempat tinggal mereka dekat dengan
mushola sehingga mereka biasanya sholat bersama ke musahola sehingga tampak
ramai dan komunikasi mereka cukup baik.
3. Mobilitas geografis keluarga
Semenjak menikah sampai sekarang Tn.S dan Ny. M tidak pernah bepindah-
pindah tempat.
4. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga Tn. S tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di masyarakat. Serta dapat
berinteraksi dengan baik.
5. Sistem pendukung keluarga :
Klien dan keluarga mengatakan seluruh anggota keluarga selalu memberikan
dukungan untuk keluarga
.

21
d. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga :
Keluaga Tn.S melakukan komunikasi secara terbuka, sehingga anak-anaknya
dapat memberi masukan tentang suatu hal kepada mereka tanpa mengurangi rasa
hormat terhadap orang tua, Ny.M adalah ibu yang santai yang jarang memarahi
anak-anknya tapi Tn.S sangat tegas tehadap anak-anaknya dan tak segan
memarahi anak-anaknya ketika mereka salah.
2. Struktur Peran Keluarga :
Ny.M adalah ibu sekaligus pembantu pencari nafkah bagi keluarga
3. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah tangga
Ny. M sebagai istri yang bekerja sebagai PNS.
Ny. D sebagai anak kedua masih kuliah.
An. F sebagai anak ketiga sekolah SMP.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi penyakit
menurut mereka. Tn. S sakit memang karena disebabkan oleh suatu penyakit
bukan karena hal-hal tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk
memeriksakan kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional
e. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif :
Tn.S menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-anak yang baik dan
saling menghormati dalam keluarga,meskipun kadang-kadang ada pertengkaran
kecil antara anak-anak mereka dikarenakan hal yang sepele tapi dengan cepat
mereka juga berbaikan lagi.
2. Fungsi Sosial :
Keluarga mereka semua muslim sehingga mereka aktif dengan kegiatan
keagamaan meskipun tidak mengikuti organisasi.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
keluarga dapat mengidentifiksi penyakit Tn. S meskipun secara awam,saat Tn.S
kelelahan atau sedang memikirkan sesuatu tentang anakny.sehingga keluarga
dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Tn.S sakit tetapi masih belum
mampu meningkatkan status kesehatan keluarga

22
4. Fungsi Reproduksi
Ny.M dan Tn.S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai tiga orang anak yang baik-baik, Ny.M masih mengikuti
program KB dikarenakan masih haid dan melakukan hubungan suami istri.
Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya dengan baik dan memberi
pendidikan yang baik
5. Fungsi Ekonomi
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil meskipun Tn. S sakit.
f. Stres dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka panjang dan jangka pendek
Tn. S mengatakan sering mengeluh pusing dan khawatir tensinya bertambah
tinggi dan makin parah.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Tn.S mengatakan jarang memeriksakan anggota keluarganya yang sakit ke
puskesmas.
3. Strategi koping
Tn.S mengatakn bahwa keluarga tidak pernah melakukan hal-hal yang
menyimpang dalam menghadapi segala masalah yang ada seperti menyelesaikan
masalah dengan menggunakan kekerasan dengan bersama-sama dan selalu
menyelesaikan masalah secara kekeluargaan.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. S mengatakan bila sedang sakit pusing maka dibawa tidur dan istirahat saja
g. Harapan Keluarga
Tn.S dan keluarga berharap hubungan keluarga nya selalu harmonis dan baik, dan
selalu bisa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
h. Data Tambahan
1. Nutrisi
Nutrisi Tn. S terpenuhi dengan baik menggunakan makanan sayur dan lauk pauk
2. Eliminasi
BAB : 1x sehari BAK : 4-5x sehari
3. Istirahat tidur
Tn. S cukup.
4. Aktivitas sehari-hari
Tn. S hanya melakukan kegiatan dirumah saat sakit
23
5. Gaya hidup tidak sehat (merokok, minum-minuman keras, dll)
Tn. S tidak merokok atau minum-minuman keras

i. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan
No Tn. S Ny.M Ny. D An. F
Fisik
1 Kepala Simetris, rambut Simetris,tidak ada Simetris, rambut Simetris, rambut
berwarna hitam, ketombe,Rambut berwarna hitam, berwarna hitam,
tidak ada sedikit kusut tidak ada tidak ada ketombe.
ketombe. ketombe.
2. Leher leher tidak leher tidak nampak leher tidak leher tidak nampak
nampak adanya adanya peningkatan nampak adanya adanya peningkatan
peningkatan tekanan vena peningkatan tekanan vena
tekanan vena jugularis dan arteri tekanan vena jugularis dan arteri
jugularis dan carotis, tidak teraba jugularis dan carotis, tidak teraba
arteri carotis, adanya pembesaran arteri carotis, adanya pembesaran
tidak teraba kelenjar tiroid tidak teraba kelenjar tiroid
adanya (struma). adanya (struma).
pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
(struma). (struma).
3. Mata Konjungtiva Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak Konjungtiva tidak
tidak terlihat terlihat anemis, terlihat anemis, terlihat anemis,
anemis, tidak ada tidak ada katarak, tidak ada katarak, tidak ada katarak,
katarak, penglihatan jelas penglihatan jelas penglihatan jelas
penglihatan jelas
4. Telinga Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan Simetris, keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi
pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik pendengaran baik
5. Hidung Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan Simetris,keadaan
bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan yang kelainan yang kelainan yang kelainan yang
ditemukan ditemukan ditemukan ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut Mukosa mulut agak Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab,keadaan sedikit lembab,keadaan lemb,keadaan
bersih,Tidak ada kering,Mulut bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
kelainan sedikit kotor, kelainan kelainan
makan 1x/hari porsi
habis ½.

24
7. Dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris,
suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1
dan S2 dan S2 dan S2 dan S2
tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak
terdapat palpitasi, terdapat palpitasi, terdapat palpitasi, terdapat palpitasi,
suara mur-mur (- suara mur-mur (-), suara mur-mur (-), suara mur-mur (-),
), ronchi (-), ronchi (-), wheezing ronchi (-), ronchi (-), wheezing
wheezing (-) (-) wheezing (-) (-)
8. Abdomen Pada Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan
pemeriksaan abdomen tidak abdomen tidak abdomen tidak
abdomen tidak didapatkan adanya didapatkan didapatkan adanya
didapatkan pembesaran hepar, adanya pembesaran hepar,
adanya tidak kembung, pembesaran tidak kembung,
pembesaran pergerakan hepar, tidak pergerakan
hepar, tidak peristaltik usus kembung, peristaltik usus
kembung, 35x/mnt, tidak ada pergerakan 35x/mnt, tidak ada
pergerakan bekas luka operasi peristaltik usus bekas luka operasi
peristaltik usus 35x/mnt, tidak
35x/mnt, tidak ada bekas luka
ada bekas luka operasi
operasi
9. TTV dan TD : TD : 120/80 TD: 110/80 TD: 105/63 mmHg
ekstremitas 160/100mmHg, mmHg, mmHg R: 18 x/mnt
N : 100x/m, S : N : 74x/m, R: 18 x/mnt N: 72 x/mnt
0 0
36,5 C S : 36 C N: 84 x/mnt S: 370C
R: 20x/m R: 20x/m S: 37,2OC

25
C. Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: Kekurangefektifan
Tn..S mengatakan Gangguan pemenuhan nutrisi keluarga dalam
mual,muntah,lemas, nafsu makan kurang dari kebutuhan tubuh membantu
menurun. memenuhi kebutuhan
Pasien mengatakan pusing dan nutrisi anggota
lemas. keluarga yang sakit
Tn.S mengatakan menderita
penyakit hipertensi sejak 2 th
yang lalu dan sempat masuk Rs
selama 3 hari.
Karena merasa sudah sehat Tn.S
jarang lagi periksa ke dokter
meskipun hanya sekedar periksa
DO:
Tn.S terlihat lemas
Tn.S makan 1x/hari habis ½ porsi
dengan bantuan, dan kadang tidak
makan.
Mukosa bibir kering.
TD : 160/100mmH, N : 100x/m,
S : 36,50C
R: 20x/m

D. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn.S b.d
kekurangefektifan keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anggota
keluarga yang sakit.

E. Scoring

26
No Kriteria Perhitungan Skor Pembenahan
1. Sifat masalah 3/3 x 1 1 Masalah adalah keadaan yang
1.aktual (3) sudah terjadi dan perlu di
2. resiko tinggi (2) lakukan tindakan segera.
3. potensial (1)
2. Kemungkinan masalah dapat 1/2x 2 1 Sumber-sumber yang ada dan
diubah tindakan untuk me-mecahkan
1.tinggi (2) masalah dapat dijangkau
2. sedang (1) keluarga.
3. rendah (0)
3. Potensi untuk mence-gah 3/3 x 1 3/3 Masalah dapat dicegah untuk
masalah tidak memper-buruk keadaan
1. Mudah (3) dapat dilakukan Tn.S dan
2. Cukup (2) keluarga dengan memperbaiki
3. Tidak dapat (1) perilaku hidup sehat.
4. Menonjolnya masalah 2/2 x 1 1 Keluarga menyadari adanya
Masalah dirasakan dan perlu masalah tetapi tidak didukung
penanganan segera. (2) dengan pemahaman yang ade-
Masalah di rasakan, tidak kuat tentang karakteristik
perlu di tangani segera (1) penyakit .
Masalah tidak dirasakan (0)
Total Skor 3 3/3

F. Rencana Keperawatan Keluarga


Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan
Keperawatan TUM TUK Kriteria Standar
Gangguan pemenuhan Setelah di Setelah Keluarga Mengetahui tentang -Memberitahu pasien
nutrisi kurang dari lakukan dilakukan paham pentingnya nutrisi bagi dan keluarga betapa
kebutuhan tubuh pada tindakan tindakan cara tubuh. pentingnya untuk tetap
Tn. S b.d diharapkan keperawatan memenu Megetahui komposisi menjaga kebutuhan
kekurangefektifan kebutuhan selama 1x20 hi nurii nutrisi yang seimbang. nutrisi walau saat
keluarga dalam nutrisinya menit klien, sakit.
membantu memenuhi pasien diharapkan Pasien -Memberitahu
kebutuhan nutrisi terpenuhi keluarga dan keluarga dan pasien
keluarga yang sakit. secara mampu : keluarga tentang komposisi
sembang 1. Mengenal bisa nutrisi yang seimbang.
masalah memaha -Memberitahu
kesehatan mi materi keluarga supaya lebih

27
2. Mengamb yang di aktif dalam membantu
il berikan Tn.S dalam
keputusan pemenuhan kebutuhan
3. Merawat nutrisinya nya secara
anggota parsial, perlahan-lahan
keluarga sambil melatih pasien
yang sakit agar mampu
4. Memodifi melaksanakannya
kasi secara mandiri.
lingkunga Menjelaskan bagaimana
n pentingnya nutrisi bagi
5. Memanfa tubuh dan sebagai
atkan penunjang
fasilitas kesembuhan penyakit.
pelayanan -Memotivasi Ny.S
kesehatan untuk melakukan
aktifitas tersebut
Membantu keluarga
supaya lebih aktif
dalam membantu Tn.S
dalam pemenuhan

G. Catatan Asuhan Keperawatan Keluaraga


No Waktu Implementasi Evaluasi Paraf
1 Rabu 20/1/21 a. Mengucapkan salam S: Dwi Anggraini
18.30- 09.30 b. Memvalidasi keadaan - Keluarga menjawab Rara Ichzawynia
keluarga salam Widia
c. Mengingatkan kontrak - Tn.S mengatakan masih
d. Menjelaskan tujuan mual, pahit di mulut, dan
e. Memberitahu kepada pasien belum bisa sepenuhnya
dan keluarga betapa menghabiskan porsi
pentingnya menjaga makannya.
keseimbangan nutrisi - Keluarga menyetujui
walaupun saat sakit. pertemuan saat ini
f. Memberitahu pasien dan selama 30 menit tentang
keluarga tentang komposisi pentingnya pemenuhan
nutrisi yang seimbang. nutrisi dan komposisi
g. Memberikan kesempatan pada seimbangnya.
keluarga untuk bertanya dan - Keluarga mengatakan

28
mengulangi penjelasan apa sudah faham tentang
yang sudah kita ajarkan. proses membantu
h. Memberitahu keluarga untuk pemenuhan nutrisi Tn.S.
lebih aktif dalam membantu O:
pemenuhan kebutuhan nutrisi - Keluarga kooperatif dan
secara parsial. aktif saat dijelaskan.
i. Memberikan motivasi pasien - Keluarga mendengarkan
dan membantu anggota penjelasan yang
keluarga untuk membantu diberikan.
Tn.S perlahan-lahan - Keluarga membantu
memenuhi kebutuhan nutrisi proses pemenuhan
sampai tujuan tercapai. kebutuhan nutrisi Tn.S
sampai akhirnya bisa
makan dan minum.
A:
- Masalah teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi.
1 Jumat a. Mengucapkan salam S: Dwi Anggraini
22/1/21 b. Memvalidasi keadaan - Keluarga menjawab Rara Ichzawynia
15.30- 16-30 keluarga salam Widia
c. Mengingatkan kontrak - Tn.S masih sedikit
d. Memberikan pendidikan pusing dan belum bisa
kesehatan tentang Hipertensi sepenuhnya melakukan
yang meliputi: aktifitas.
- Pengertian hipertensi - Keluarga menyetujui
Tanda dan gejalaPenyebab pertemuan saat ini
dan pencegahan selama 30 menit tentang
e. Memeberikan masukan /saran pentingnya aktifitas
kepada keluarga untuk sehari-hari.
membawa Tn.S untuk berobat - Keluarga dan pasien
ke pelayan kesehatan sebagai mengatakan belum
keputusan yang baik sepenuhnya memahami
f. Mengajukan kontrak waktu apa itu yang berkaitan
pada akhir pertemuan untuk di dengan hipertensi.
lakukan evaluasi keadaan Tn.S O:
dan keluarga. - Keluarga kooperatif dan
aktif saat dijelaskan.
- Keluarga mendengarkan
penjelasan yang diberikan.

29
- TD: 130/90mmHg
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi.

H. Satuan Acara Pembelajaran


1. LATAR BELAKANG
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta
dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta mempunyai sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain. Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara
produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Kondisi
perkembangan yang tidak sesuai pada individu disebut gangguan jiwa (UU No.18 tahun
2014).
Gangguan jiwa menurut American Psychiatric Association (APA) adalah sindrom
atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada
individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri,
menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa
fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermagna untuk mati, sakit,
ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (Prabowo, 2014).
Data statistik yang dikemukakan oleh (WHO, 2012) menyebutkan bahwa sekitar
450 juta orang di dunia mengalami masalah gangguan kesehatan jiwa. Sepertiga
diantaranya terjadi di Negara berkembang. Data yang ditemukan oleh 2 peneliti di
Harvard University dan University College London, mengatakan penyakit kejiwaan
pada tahun 2016 meliputi 32% dari semua jenis kecacatan di seluruh dunia. Angka
tersebut meningkat dari tahun sebelumnya (VOA Indonesia, 2016).
Masalah Kesehatan jiwa di Indonesia adalah masalah kesehatan yang perlu
mendapatkan perhatian sunguh-sunguh dan masalah yang sangat penting dari seluruh
jajaran lintas sektor pemerintah serta perhatian dari seluruh masyarakat. Orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ) sering mendapatkan diskriminasi serta stigmanisasi oleh
masyarakat disekitarnya, mereka beranggapan bahwa mereka berbeda pada masyarakat

30
umumnya sehingga sering mendapatkan perlakuan yang berbeda seperti diberhentikan
dari pekerjaan, diceraikan oleh pasangan, ditelantarkan oleh keluarganya, dikeluarkan
dari sekolah bahkan ada yang sampai dipasung serta dirampas harta bendanya
(Kemenkes RI, 2014). Stigma pada orang dengan gangguan jiwa tidak hanya
menimbulkan konsekuensi negatif pada penderitanya bahkan pada keluarganya yang
meliputi seperti sikap-sikap penyangkalan, penolakan, diisolasi serta disisihkan (Efendi,
2010).
Masyarakat perlu memiliki pengetahuan, persepsi dan sikap dalam meningkatkan
kepedulian serta respon yang baik masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa
yang ada di lingkungan sekitarnya. Pengetahuan adalah penginderaan hasil manusia
dari hasil seseorang tahu terhadap objek melalui indra yang dimilikinya berupa mata,
hidung, telinga dan sebagainya. Penginderaan dengan sendirinya menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas persepsi terhadap pengetahuan
melalui indra telinga (pendengaran), mata atau indra penglihatan. Pengetahuan
seseorang dengan objek mempunyai intensitas tingkah laku yang berbeda-beda.
Persepsi adalah proses penginderaan dimana proses diterima stimulus dengan individu
melalui alat indera atau bisa juga disebut proses sensoris, stimulus itu kemudian
diteruskan serta proses selanjutnya adalah proses persepsi. Sebab proses persepsi tidak
lepas dari proses penginderaan. Sikap merupakan kecenderungan individu dalam
melakukan respon tertutup pada stimulus atau objek yang ada di lingkungan sekitarnya
(Notoatmodjo, 2010).
Program Indonesia Sehat merupakan rencana strategis Kementrian Kesehatan
tahun 2015-2019 yang dilakukan melalui pendekatan keluarga, disingkat PIS-PK. Pada
program PIS-PK, pendekatan keluarga menjadi salah satu cara puskesmas
meningkatkan jangkauan dan sasaran dengan meningkatkan akses yankes di
wilayahnya (mendatangi keluarga). Tujuan pendekatan keluarga salah satunya adalah
untuk meningkatkan akses keluarga pada pelayanan kesehatan yang komprehensif dan
bermutu. PIS-PK dilaksanakan dengan ciri sasaran utama adalah
keluarga,mengutamakan upaya promotif-preventif, disertai penguatan upaya kesehatan
berbasis masyarakat, kunjungan rumah dilakukan secara aktif dan melalui pendekatan
siklus kehidupan. Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan terkait penanganan penyakit
menular dan tidak menular yang salah satunya adalah penyakit hipertensi (Sarkomo,
2016).

31
Hipertensi merupakan suatu keadaan yang menyebabkan tekanan darah tinggi
secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg, tekanan diastolik
90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan suatu keadaan
peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena jantung bekerja lebih
cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi didalam tubuh
(Irianto, 2014).
Dewasa ini ada sekitar 422 juta orang penyandang hipertensi yang berusia 18
tahun di seluruh dunia atau 8,5% dari penduduk dunia. Namun 1 dari 2 orang dengan
penderita hipertensi tidak tahu bahwa dia penyandang hipertensi. Oleh karena itu sering
ditemukan penderita hipertensi pada tahap lanjut dengan komplikasi seperti serangan
jantung, stroke (WHO, 2014).
Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi hipertensi dari 5,7% tahun 2007 menjadi 6,9% atau sekitar 9,1
juta pada tahun 2013. Data Sample Registration Survey tahun 2014 menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan penyebab kematian terbesar nomor 3 di Indonesia dengan
prosentase sebesar 6,7% setelah stroke dan penyakit jantung. Pelayanan kesehatan pada
penyakit hipertensi di tingkat keluarga dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi
pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai
evaluasi keperawatan yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa
efektif dan komprehensif. Semua pelayanan itu diterapkan pada semua tatanan
puskesmas (Irianto, 2014).

2. TUJUAN
1. Tujuan umum :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang hipertensi keluarga Tn. S mengetahui
deskripsi pasien dengan masalah utama hipertensi berdasarkan hasil dari pengkajian.
2. Tujuan khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan jiwa dewasa muda keluarga Tn. S
diharapkan mampu:
a. Memaparkan informasi terkini dengan hasil pengkajian di area masyarakat terkait
hipertensi.
b. Meningkatkan Critical Thinking tentang pasien dengan hipertensi.

32
3. POKOK BAHASAN/MATERI :
1. Pengertian kesehatan jiwa dewasa menengah.
2. Tugas pada tahapan perkembangan dewasa menengah.
3. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa menengah.
4. Tanda dan gejala.
5. Tindakan keperawatan

4. SASARAN
Keluarga Tn. S

5. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN


Ruang tamu di rumah Tn. S, Pukul 10.00 WIB

6. MEDIA
Leaflet

7. METODE
Ceramah, tanya jawab, demonstrasi

8. JABARAN KEGIATAN
KEGIATAN WAKTU
TAHAP KEGIATAN KELUARGA
FASILITATOR (menit)
Pembukaan a. Memberi salam, a. Memperhatikan dan
memperkenalkan diri menjawab salam. 10 menit
dengan baik.
b. Menanyakan persepsi b. Menjawab sesuai
keluarga. pengetahuan keluarga.
Kegiatan inti a. Memberikan a. Memperhatikan.
penjelasan tentang
kesehatan jiwa
dewasa menengah. 25 menit
b. Memberikan b. Memberikan
kesempatan keluarga menanyakan yang
untuk bertanya. belum dimengerti
keluarga.
c. Menjawab c. Memperhatikan
pertanyaan dengan
tepat dan mudah di
mengerti.
Penutup a. Memberi kesimpulan a. Memperhatikan.

33
mengenai dewasa
menengah. b. Merespons pertanyaan
b. Evaluasi dengan yang di berikan
memberikan pemateri. 15 menit
pertanyaan kepada
keluarga. c. Memperhatikan dan
c. Menutup pertemuan menjawab salam.
dan memberikan
salam penutup.

9. SETTING

Penyaji

A B C
A = Tn. S (Pasien)
B = Ny. M
C = An. F

10. PEMBAGIAN TUGAS


1. Dwi Anggraini : pemateri
2. Rara Ichzawynia : pemateri
3. Widia : pemateri

11. EVALUASI
1. PROSES
Keluarga mengikuti kegiatan dengan antusias, yang ditandai dengan:
a. % menyimak tanpa teralihkan perhatiannya.
b. % mengajuka pertanyaan.
2. HASIL
% keluarga dapat menjelaskan kembali dengan benar tentang :
a. Pengertian kesehatan jiwa dewasa menengah.
b. Tugas pada tahapan perkembangan dewasa menengah.
c. Kesiapan peningkatan perkembangan dewasa menengah.
d. Tanda dan gejala.
e. Tindakan keperawatan

34
12. LAMPIRAN
1. Materi Kesehatan Jiwa Dewasa Menengah.
2. Leaflet : pengertian, tugas perkembangan, kesiapan peningkatan perkembangan, tanda
& gejala, dan tindakan keperawatan.

13. DAFTAR PUSTAKA


1. UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
2. Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika.
3. Notoatmodjo, S (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
4. Kementrian Kesehatan RI. (2014). Stop stigma Dan Diskriminasi Terhadap Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
5. Efendi, Ferry & Makhfud. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
6. WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise
blood pressure or contain the according to national circumstances.
7. Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan
Klinis. Bandung: Alfa Beta.

35
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan studi kasus yang dilakukan di Sungai Jawi
Pontianak Kalimantan Barat melalui proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
menegakkan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi keperawatan
maka penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan
dalam perawatan perkembangan dewasa menengah dengan hipertensi, yang dapat diuraikan
sebagai berikut:
1. Pengkajian keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 20 Januari 2021 pada pasien
didapatkan keluhan Tn.S Suami Ny. M menderita penyakit Hipertensi pasien nampak
lemas dan mengeluh pusing. 2 tahun yang lalu pasien pernah MRS karena pingsan dan di
diagnosa penyakit yang sama dan dulu ibu pasien juga memiliki riwayat penyakit yang
sama. Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn. S hanya membiarkan saja di rumah
karena menurutnya masih bisa di tangani dirumah dan pasien tidak mau dibawa ke Rs, dan
keluarga merawat Tn S sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya, keluarga hanya
membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Tn. S. Keluarga Tn.S termasuk keluarga
yang memperhatikan kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter tapi jika
hanya ada keadaan yang sangat berbahaya dan keluarga Tn.S juga jarang memeriksakan
tekanan darah meskipun pernah ada riwayat MRS karena Hipertensi sebelumnya.
Menurut Koes Irianto (2014) hipertensi merupakan suatu keadaan yang
menyebabkan tekanan darah tinggi secara terus-menerus dimana tekanan sistolik lebih dari
140 mmHg, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih. Hipertensi atau penyakit darah tinggi
merupakan suatu keadaan peredaran darah meningkat secara kronis. Hal ini terjadi karena
jantung bekerja lebih cepat memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan
nutrisi di dalam tubuh.
Menurut Buckman (2010) adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap
keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu
sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali
lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi.

36
2. Diagnosa Keperawatan
Hasil studi kasus pasien ditemukan diagnosa keperawatan yaitu gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn.S b.d kekurang efektifan
keluarga dalam membantu memenuhi kebutuhan nutrisi anggota keluarga yang sakit yakni
ditandai dengan Tn.S terlihat lemas, Tn.S makan 1x/hari habis ½ porsi dengan bantuan,
dan kadang tidak makan serta mukosa bibir kering.
Menurut Buckman (2010) adanya faktor genetik tentu akan berpengaruh terhadap
keluarga yang telah menderita hipertensi sebelumnya. Hal ini terjadi adanya peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium individu
sehingga pada orang tua cenderung beresiko lebih tinggi menderita hipertensi dua kali
lebih besar dibandingan dengan orang yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi. Berdasarkan hasil penelitian dari studi kasus kelolaan mengenai diagnosa
keperawatan yang ditemukan dan teori yang telah ditemukan diatas maka penulis
berasumsi berdasarkan faktor penyebab hipertensi yang terjadi pada Tn. S adalah faktor
genetik, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan data yang ditemukan.
3. Intervensi Keperawatan
Hasil penelitian pada studi kasus kelolaan untuk diagnosa pada pasien gangguan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah membuat rencana keperawatan
dengan tindakan keperawatan edukasi seperti memberitahu pasien dan keluarga betapa
pentingnya untuk tetap menjaga kebutuhan nutrisi walau saat sakit. Memberitahu keluarga
dan pasien tentang komposisi nutrisi yang seimbang. Memberitahu keluarga supaya lebih
aktif dalam membantu Tn.S dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya nya secara parsial,
perlahan-lahan sambil melatih pasien agar mampu melaksanakannya secara mandiri.
Menjelaskan bagaimana pentingnya nutrisi bagi tubuh dan sebagai penunjang kesembuhan
penyakit. Memotivasi Ny.S untuk melakukan aktifitas tersebut membantu keluarga
supaya lebih aktif dalam membantu Tn.S dalam pemenuhan nutrisi.
Berdasarkan hasil penelitian studi kasus kelolaan yang telah dilakukan dan teori
yang dijelaskan diatas, penulis berasumsi intervensi yang dilakukan pada pasien dengan
gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berupa dengan memberikan
komposisi nuteisi yang semimbang pada pasien.
4. Implementasi keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian pada studi kasus kelolaan untuk pasien implementasi
keperawatan yang telah dilakukan untuk diagnosa gangguan pemenuhan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh yaitu membina hubungan saling percaya kepada pasien dan

37
keluarga, memvalidasi keadaan keluarga, mengingatkan kontrak, menjelaskan tujuan,
memberitahu kepada pasien dan keluarga betapa pentingnya menjaga keseimbangan
nutrisi walaupun saat sakit, memberitahu pasien dan keluarga tentang komposisi nutrisi
yang seimbang, memberikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya dan mengulangi
penjelasan apa yang sudah kita ajarkan, memberitahu keluarga untuk lebih aktif dalam
membantu pemenuhan kebutuhan nutrisi secara parsial, memberikan motivasi pasien dan
membantu anggota keluarga untuk membantu Tn.S perlahan-lahan memenuhi kebutuhan
nutrisi sampai tujuan tercapai. Melakukan kunjungan selanjutnya untuk mengedukasi
keluarga yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang hipertensi yang meliputi
pengertian hipertensi, tanda dan gejala, penyebab dan pencegahan. Memeberikan masukan
/saran kepada keluarga untuk membawa Tn.S untuk berobat ke pelayan kesehatan sebagai
keputusan yang baik. Mengajukan kontrak waktu pada akhir pertemuan untuk di lakukan
evaluasi keadaan Tn.S dan keluarga.
Menurut Menurut Nursalam (2016), media pendidikan kesehatan adalah saluran
komunikasi yang dapat dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Tampilan lembar
balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesan kalimat informasi berkaitan dengan
gambar tersebut, sehingga memudahkan dalam penyampaian materi sehingga klien dan
keluarga mampu memahami isi dari materi yang disampaikan. Selain itu, istrumen lain
yang digunakan yaitu leaflet. Dalam leaflet berisi gambar dan tulisan sehingga ketika
diakhir pertemuan klien dan keluarga tidak lupa dengan materi yang sudah disampaikan.
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, maka dilakukan evaluasi kognitif. Dimana
pertanyaan yang diajukan telah dipersiapkan dalam satuan acara penyuluhan.
5. Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan hasil penelitian pada studi kasus kelolaan untuk evaluasi keperawatan
diagnosa yaitu gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh setelah keluarga
dan pasien aktif dalam mendengarkan perawat saat menjelaskan penyebab masalah dan
cara untuk mengatasinya, saat dilakukan kunjungan pasien masih mengeluh dengan
masalah yang dialami, keluarga pasien mengakui belum sepenuhnya paham dengan hal
yang berkaitan dengan hipertensi, selama pemberian tindakan pasien belum dilakukan
kunjungan sebanyak 2 kali pasien dan keluarga mampu bekerja sama dalam membina
hubungan saling percaya kepada perawat, keluarga pasien kooperatif dalam menceritakan
masalah sehingga terpenuhinya informasi untuk melengkapi data yang dibutuhkan
perawat, sepenuhnya mampu melakukan yang dianjurkan oleh perawat.

38
Menurut Afnuhazi (2015) evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada partisipan. Evaluasi dilakukan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi
proses dan evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi
hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon partisipan pada tujuan yang
telah ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian studi kasus kelolaan evaluasi keperawatan yang telah
dilakukan dan teori yang telah dijelaskan diatas, penulis berasumsi evaluasi keperawatan
yang diharapkan dari pasien adalah pasien memahami seputar hipertensi, mampu
melakukan anjuran perawat yang telah diberikan secara bertahap, serta peran keluarga
yang paling dibutuhkan untuk berlangsungnya keberhasilan tindakan keperawatan.

39
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hasil pengkajian pada Tn. S didapatkan keluhan Tn.S Suami Ny. M menderita
penyakit Hipertensi pasien nampak lemas dan mengeluh pusing. 2 tahun yang lalu pasien
pernah MRS karena pingsan dan di diagnosa penyakit yang sama dan dulu ibu pasien juga
memiliki riwayat penyakit yang sama. Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn. S
hanya membiarkan saja di rumah karena menurutnya masih bisa di tangani dirumah dan
pasien tidak mau dibawa ke Rs, dan keluarga merawat Tn S sendiri dengan berbekal
pengetahuan seadanya, keluarga hanya membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari
Tn. S.
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada pasien gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh adalah membuat rencana keperawatan dengan tindakan
keperawatan edukasi seperti memberitahu pasien dan keluarga betapa pentingnya untuk
tetap menjaga kebutuhan nutrisi walau saat sakit. Memberitahu keluarga dan pasien
tentang komposisi nutrisi yang seimbang. Memberitahu keluarga supaya lebih aktif dalam
membantu Tn.S dalam pemenuhan kebutuhan nutrisinya nya secara parsial, perlahan-lahan
sambil melatih pasien agar mampu melaksanakannya secara mandiri. Menjelaskan
bagaimana pentingnya nutrisi bagi tubuh dan sebagai penunjang kesembuhan penyakit.
Memotivasi Ny.S untuk melakukan aktifitas tersebut membantu keluarga supaya lebih
aktif dalam membantu Tn.S dalam pemenuhan nutrisi.
Evaluasi keperawatan diagnosa yaitu gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh setelah keluarga dan pasien aktif dalam mendengarkan perawat saat
menjelaskan penyebab masalah dan cara untuk mengatasinya, saat dilakukan kunjungan
pasien masih mengeluh dengan masalah yang dialami, keluarga pasien mengakui belum
sepenuhnya paham dengan hal yang berkaitan dengan hipertensi, selama pemberian
tindakan pasien belum dilakukan kunjungan sebanyak 2 kali pasien dan keluarga mampu
bekerja sama dalam membina hubungan saling percaya kepada perawat, keluarga pasien
kooperatif dalam menceritakan masalah sehingga terpenuhinya informasi untuk
melengkapi data yang dibutuhkan perawat, sepenuhnya mampu melakukan yang
dianjurkan oleh perawat.
Dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan selama kunjungan diharapkan dari
pasien adalah pasien memahami seputar hipertensi, mampu melakukan anjuran perawat

40
yang telah diberikan secara bertahap, serta peran keluarga yang paling dibutuhkan untuk
berlangsungnya keberhasilan tindakan keperawatan.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa Keperawatan
a. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatann hendaknya mengkuti langkah-
langkah proses keperawatan sesuai dengan pelaksanaan tindakannya yang dilakukan
secara sistematis dan tertulis agar tindakan berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
b. Diharapkan hasil laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan dan dapat
menerapkan asuhan keperawatan keluarga khususnya pada pasien riwayat hipertensi.
a. Diharapkan keluarga dan klien mampu merawat klien dengan hipertensi
yanmelakukan SP Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pengelihatan yang telah
diajarkan oleh perawat disetiap jadwal yang telah dibuat bersama agar halusinasi
tidak kambuh kembali.
2. Bagi klien dan keluarga
Klien dan keluarga hendaknya dapat mengenal hipertensi serta khususnya kepada
keluarga agar memberikan dukungan bagi proses penyembuhan klien diharapkan
keluarga mampu untuk melakukan tindakan yang mandiri untuk perawatan klien di
rumah.

41
DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan


Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Puskesmas Ranomut
Kota Manado.Beevers, D.G. (2002). Bimbingan Dokter Pada Tekanan Darah. Jakarta:
Dian Rakyat.
Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan
Darah di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1
Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5
(1) : 20-25.
Bukcman (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.
Yogyakarta: Citra Aji Parama.
Efendi, Ferry & Makhfud. (2010). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik.Ed
5. Jakarta: EGC.
Feldman. M.S. & Orlikowski. W.J. 2011. Theorizing Practice and Practicing Theory.
School of Social Ecology, University of California, Irvine, Irvine, California:
Organization Science. Informs
Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan:
Universitas Sumatera Utara.
Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis.
Bandung: Alfa Beta.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Stop stigma Dan Diskriminasi Terhadap Orang Dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ).
Mubarak, Wahid Iqbal. (2011). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Muttaqin, A. Editor Nurachmach, E. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Nanda, (2014). Diagnosis Keperawatan Definisidan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. (2016). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi
2. Jakarta: Salemba Medika

42
Prabowo, Eko. (2014). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sarkomo.(2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari
http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan keluarga pasien
stroke yang dirawat di ruang mawar.
Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi
Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.
UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.
WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood
pressure or contain the according to national circumstances.

43
LAMPIRAN

44
Perubahan Gaya Hidup
Untuk Mengatasi

Hipertensi STIKES YARSI


PONTIANAK
Bagaimana mengurangi risiko
hipertensi?
Pada hipertensi sekunder, hipertensi
harus diatasi dengan menghilangkan
penyebabnya. Walaupun hipertensi
Hipertensi
primer tidak memiliki penyebab spesifik,
ada sejumlah faktor risiko yang memicu
kehadirannya. Berikut adalah hal yang
mengurangi risiko Anda bila sudah terk-
ena hipertensi primer:

Jalani pola atau gaya hidup


yang lebih sehat
 berhenti merokok
 mengurangi berat badan (bila kege- Dengan bantuan obat-obatan,
mukan)
 mengurangi konsumsi garam se-
OK 9:
hingga asupan sodium kurang dari Usahakan untuk mengendalikan tekanan da- KELOMP
I
100 mmol/hari. GGRAIN
 melakukan olah raga 30-45 menit per
rah tidak lebih dari 140/90 mmHg (atau 135/85 DWI AN
YNIA
hari. mmHg bila menderita diabetes). Ada tiga kate-
A RA I CHZAW
R
 bila Anda menderita diabetes, jaga gori umum obat antihipertensi, yaitu yang ber-
kondisi agar kadar WIDIA
gula darah terken- fungsi mengurangi volume darah (diuretic),
dali menekan resistensi pembuluh darah
(vasodilator) dan mengurangi kerja jantung
(cardioinhibitory). Penting untuk diingat bahwa
obat-obat antihipertensi adalah obat keras
yang tidak boleh sembarangan dikonsumsi
tanpa bimbingan dokter.
Hipertensi Gejala Hipertensi

Hipertensi primer biasanya tidak menimbul- Faktor Risiko Penyebab


kan gejala sampai setelah menahun. Pene-
muan hipertensi biasanya terjadi pada saat
pemeriksaan rutin atau kunjungan ke dokter. Hipertensi
Beberapa gejala hipertensi primer yang mung-
kin dirasakan:
Berikut ini adalah faktor risiko lainnya, antara
 Sakit kepala, biasanya di pagi hari sewaktu lain:
bangun tidur  Merokok
 Bingung  Tidak adanya aktivitas fisik, seperti
 Bising (bunyi “nging”) di telinga kurang olahraga
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah  Jantung berdebar-debar  Diabetes
suatu peningkatan tekanan darah abnor-  Penglihatan kabur  Kolesterol darah abnormal
mal di dalam arteri.  Mimisan  Kelebihan berat badan atau obesitas
 Hematuria (darah dalam urin)
Pencegahan Hipertensi
Ada 2 Jenis Hipertensi :  Tidak ada perbedaan tekanan darah
walaupun berubah posisi. Cara yang bisa Anda lakukan untuk
1. Hipertensi primer/esensial di mana Hipertensi sekunder menunjukkan gejala mencegah hipertensi atau tekanan darah
tidak ada hal spesifik yang menjadi pen- yang sama, dengan sedikit perbedaan yaitu tinggi adalah:
yebabnya. Sekitar 90-95% hipertensi tekanan darah biasanya turun bila pengukuran  Latihan dan olahraga yang cukup Istira-
dilakukan pada posisi berdiri. hat yang ideal selama 7-8 jam
adalah jenis ini.  Makan-makanan yang beraneka ragam
2. Hipertensi sekunder, yaitu hipertensi dan bergizi seimbang
yang disebabkan oleh kelainan atau pen-  Jalan kaki atau jogging pagi hari selama
yakit lain, misalnya karena stress, sakit setengah jam
ginjal, preeklamsia, atau apnea (sesak  Hindari pemakaian garam pada
napas saat tidur). makanan
 Jangan merokok atau mengkonsumsi
minuman beralkohol
Berbagai studi menunjukkan bahwa hiper-  Jangan berlebihan dalam meminum teh
tensi meningkatkan risiko kematian dan dan kopi
penyakit. Bila tidak dilakukan penanga-  Bebaskan pikiran Anda dari stres dan
nan, sekitar 70% pasien hipertensi kronis tekanan pikiran buruk lainnya
akan meninggal karena jantung koroner  Istirahat satu atau dua jam di tengah ru-
tinitas.
atau gagal jantung, 15% terkena kerusa-  Minum air yang cukup setiap hari
kan jaringan otak, dan 10% mengalami
gagal ginjal. Untungnya, peningkatan ke-
sadaran dan kontrol atas hipertensi telah
berhasil menekan risikonya hingga 50%.

Anda mungkin juga menyukai