Anda di halaman 1dari 46

Nama : Dwi Anggraini

NIM : 891201023
Prodi : Pendidikan Profesi Ners (Minggu Ke-2 Stase Keperawatan Anak)

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Neuroblastoma adalah tipikal kanker yang dimulai dari bentuk awal sel-sel saraf
pada embrio atau fetus. Neuro berarti sel-sel saraf dan blastoma adalah kanker yang
mempengaruhi sel-sel yang imatur atau sedang berkembang. Neuroblastoma paling
banyak terjadi pada bayi dan anak-anak yang lebih muda. Kanker ini jarang sekali
ditemukan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun (Shimada, 2012).
Neuroblastoma merupakan neoplasma dari sel embrional neural dan salah satu tumor
padat tersering pada anak. Paling sering neuroblastoma berasal dari kelenjar supra renal,
tetapi dapat juga dijumpai di sepanjang jalur syaraf simpatis. Gejala pembesaran perut
merupakan gejala awal yang harus diwaspadai adanya suatu tumor jaringan padat
neuroblastoma. Perjalanan sangat cepat, dengan ditandainya penyebaran di rongga pleura,
kelenjar getah bening dalam waktu satu bulan. Semua hasil analisis gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang sangat mendukung diagnosis neuroblastoma stadium IV
(American Cancer Society).
Neuroblastoma adalah tumor embrional dari system saraf otonom yang mana sel
tidak berkembang sempurna. Neuroblastoma umumnya terjadi bayi usia rata-rata 17 bulan.
Tumor ini berkembang dalam jaringan sistem saraf simpatik, biasanya dalam medula
adrenal atau ganglia paraspinal, sehingga menyebabkan adanya sebagai lesi massa di
leher, dada, perut, atau panggul (Jhon, 2010).

B. Penyebab
Kebanyakan etiologi dari neuroblastoma adalah tidak diketahui. Ada laporan yang
menyebutkan bahwa timbulnya neuroblastoma infantil berkaitan dengan orang tua atau
selama hamil terpapar obat-obatan atau zat kimia tertentu seperti hidantoin, etanol, dll.
Kelainan sitogenik yang terjadi pada neuroblastoma kira-kira pada 80% kasus, meliputi
penghapusan (delesi) parsial lengan pendek kromosom 1, anomali kromosom 17 dan
ampifilatik genomik dari onkogen N-Myc, suatu indikator prognosis buruk. Beberapa
faktor risiko yang berpengaruh terhadap kemunculan dari neuroblastoma adalah sebagai
berikut menurut Cristol (2015).
1. Gaya Hidup
Gaya hidup yang berhubungan dengan faktor risiko seperti berat badan, aktivitas
fisik, diet dan penggunaan tembakau memainkan peran utama dalam kanker dewasa
namun faktor-faktor ini biasanya memakan waktu bertahun-tahun untuk mempengaruhi
risiko kanker. Tidak ada faktor lingkungan (seperti eksposur selama kehamilan ibu atau
pada awal masa kanak kanak) diketahui dapat meningkatkan kesempatan untuk
mendapatkan neuroblastoma.
2. Usia
Neuroblastoma paling sering terjadi pada anak-anak yang sangat muda tetapi hal
ini sangat jarang terjadi pada orang di atas usia 10 tahun.
3. Keturunan
Pada sekitar 1-2% dari semua neuroblastoma anak mungkin telah mewarisi
peningkatan risiko terjadinya neuroblastoma namun mayoritas dari neuroblastoma
tampaknya tidak diwariskan. Anak-anak dengan bentuk familial dari neuroblastoma
biasanya datang dari keluarga dengan satu atau lebih anggota keluarga yang memiliki
neuroblastoma saat bayi. Anak-anak dengan neuroblastoma familial dapat mengalami
dua atau lebih dari kanker ini di berbagai organ misalnya dalam kedua kelenjar adrenal
atau lebih dari satu ganglion simpatik. Sangat penting untuk membedakan
neuroblastoma yang dimulai di lebih dari satu organ dari neuroblastoma yang telah
dimulai pada satu organ dan kemudian menyebar ke organ lain. Ketika tumor
berkembang di beberapa tempat sekaligus itu menunjukkan suatu bentuk familial yang
mungkin berarti bahwa anggota keluarga yang lain harus mempertimbangkan untuk
mendapatkan konseling genetik.
4. Kelainan genetik
Kemungkinan ini diperkuat dengan ditemukannya sel-sel tumor pada jenis
genetik tertentu. Kanker Neuroblastoma dimulai ketika dengan mutasi genetik pada
jenis sel normal yang terus tumbuh. Sel kanker tersebut pada akhirnya terus tumbuh
dan membentuk tumor. Neuroblastoma bisa terjadi saat neuroblast pada janin yang
normal gagal membentuk saraf dewasa atau yang disebut juga dengan sel medula
adrenal. Kebanyakan dari neuroblasts matang di kala kelahiran dan sejumlah kecil dari
mereka tidak ditemukan pada bayi yang baru lahir. Dari beberapa kasus,
Neuroblastoma tersebut tumbuh lalu menghilang namun  ada pula yang menjadi
Neuroblastoma atau tumor ganas. Bagi anak-anak yang memiliki riwayat
Neuroblastoma pada salah satu anggota keluarganya, ada kemungkinan dia akan
menderita penyakit yang sama.

C. Klasifikasi
Stadium penyakit dan usia terdiagnosis merupakan faktor prognosis yang penting
pada pasien. Stadium neuroblastoma menurut Children's Cancer Study Group Staging to
Neuroblastoma adalah:
1. Stadium I: tumor masih berada di organ asli, belum terdapat metastase, terlokalisasi
dengan eksisi luas lengkap, dengan atau tanpa adanya penyakit residual secara
mikroskopis; tiadak ada pembesaran kelenjar getah kontralateral terhadap tumor secara
mikroskopis (mungkin didapatkan pembesaran kelenjar getah bening yang melekat
pada tumor primer dan diambil secara bersama)
2. Stadium IIA: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas tidak lengkap; tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening yang ipsilateral dan tidak melekat pada tumor secara
mikroskopis.
3. Stadium IIB: Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap atau tidak lengkap,
didapatkan pembesaran kelenjar getah bening ipsilateral dan tidak melekat pada tumor.
Pembesaran kelenjar getah bening kontralateral harus tidak didapatkan secara
mikroskopis.
4. Stadium III: Tumor unilateral yang tidak dapat dioperasi dan terjadi inflitrasi melewati
garis tengah, dengan atau tanpa pembesaran kelenjar getah bening regional atau tumor
terlokalisasi unilateral dengan pembesaran kelenjar getah bening kontralateral regional;
atau tumor garis tengah dengan ekstensi bilateral dengan infiltrasi yang tidak dapat
dioperasi atau dengan pembesaran kelenjar getah bening.
5. Stadium IV: tumor menyebar jauh ke tulang, organ parenkim, jaringan lunak atau
kelenjar limfe jauh Stadium IVS pasien dengan status stadium I atau II tetapi
mempunyai penyebaran jauh satu atau lebih dari organ hati, sumsum tulang, dan kulit
organ asli tetap.
6. Stadium IVS: Tumor primer terlokalisasi (sebagaimana didefinisikan dalam Stadium
1, 2A, 2B) dengan penyebaran terbatas pada kulit, hati, dan / atau sumsum tulang
(terbatas pada usia bayi <1 tahun).
D. Patofisiologi
Neuroblastoma adalah tumor ekstrakranial yang sering ditemukan pada bayi yang
berasal dari neuroblast yaitu sel pluripoten saraf dan bermigrasi sepanjang perkembangan
saraf membentuk pleksus simpatikus, membentuk sel ganglion dan ke kelenjar adrenal
membentuk medula. Pola distribusi sel ini berkaitan dengan presentasi dari tumor
primernya. Tumor dapat berkembang di rongga abdomen (60% adrenal dan 2% paraspinal
ganglia) atau tempat yang lain (1% toraks, 5% pelvis, 3% leher dan 12% tempat yang
lain). Pada bayi sering ditemukan di thoraks dan servikal, sedangkan pada anak yang lebih
tua lebih sering di rongga abdomen (Lacanayo, 2015 dalam Priyadi, 2015).
Neuroblastoma timbul dari primordial sel neural, yang bermigrasi selama
embryogenesis untuk membentuk medula adrenal dan ganglia simpatis. Hal ini
menyebabkan neuroblastoma terjadi di medula adrenal atau di sepanjang ganglia simpatis,
terutama di retroperitoneum dan mediastinum posterior (Lacanayo, 2015 dalam Priyadi,
2015).
Glandula adrenal berkembang dari dua sel yang asalnya berbeda. Kortek adrenal
dibentuk dari sel yang berasal dari mesoderm sedangkan medula adrenal berkembang dari
sel neural crest. Sel neural crest dibentuk dari migrasi ventrolateral dari sel neuro-
ectodermal yang berasal dari tabung saraf sekitar minggu ke 3 perkembangan. Sel neural
crest ini dibagi menjadi 2 kelompok sel yang membentuk ganglia sensoris dari kranial dan
saraf tulang belakang serta migrasi ke berbagai posisi lain dalam tubuh untuk
menimbulkan melanosit dan ganglia simpatik. Kortek adrenal dibentuk pertama, biasanya
selama minggu ke 6 perkembangan. Minggu ke 7 sel neural crest dari ganglia
simpatik bermigrasi membentuk massa pada sisi medial dari perkembangan kortek.
Selama Gambaran tempat munculnya neuroblastoma yaitu sepanjang gangia simpatis dan
glandula adrenal beberapa bulan berikutnya sampai kelahiran janin, korteks akan tumbuh
dan berdiferensiasi mengelilingi sekitar massa sel puncak saraf. Ketika mereka dikelilingi,
sel-sel diferensiasi ke dalam sel-sel sekretori dari medula adrenal. Pada sekitar usia 1
tahun akhir dari pembentukan glandula adrenal menunjukkan 3 lapisan korteks adrenal
mengelilingi sel matur dari medulla adrenal (Lacanayo, 2015 dalam Priyadi, 2015).
Pada awalnya sel saraf dan sel medulla dari bagian adrenal dibentuk dari neuroblas
pada fetus. Neuroblastoma terbentuk ketika neuroblas fetus gagal untuk menjadi sel saraf
matur atau sel adrenal dan malah semakin tumbuh dan berkembang. Neuroblas tidak
secara langsung matur secara lengkap saat bayi lahir, berdasarkan studi diketahui bahwa
terdapat kumpulan kecil dari neuroblas pada daerah kelenjar adrenal pada bayi < 3 tahun
(Lacanayo, 2015 dalam Priyadi, 2015).
Sebagian besar sel ini akan membentuk sel saraf atau malah akan mengalami
apoptosis dan tidak membentuk neuroblastoma. Sel neuroblas yang tersisa dapat tumbuh
menjadi sel kanker.Kegagalan neuroblas untuk matur dan berhenti untuk tumbuh
disebabkan abnormalitas DNA, yang dapat memicu onkogen dan menekan tumor
suppressor (Cristol, 2015).
E. Pathway Keperawatan

Faktor keturunan Ibu hamil terpapar


(kromosom 1 hidantion, etanol
abnormal)

Neuroblastoma

Leher & sum-sum


Kelenjar adrenal Retroperitoneal Mediastinal tulang belakang

Epinefrin Menekan Pelebaran Massa Eritrosit,


organ dalam vena dinding menekan trombosit,
abdomen abdomen mediastinal leukosit ↓
TD, HR
Batuk, sulit
Edema Nyeri
bernapas, sulit Anemia, mudah
Reaksi abdomen
menelan memar, imun ↓
stress
Mual, muntah,
anoreksia Nyeri
Ansietas & Ekspansi dada
akut Resiko injury
anoreksia kspansi dada ↓
& resiko
Defisit nutrisi infeksi
Pola napas
tidak
efektif Menekan corda
spinalis

Intoleransi aktivitas Kelemahan lengan


& tungkai

F. Manifestasi Klinik
Neuroblastoma memiliki manifestasi klinis yang heterogen, mulai dari tumor yang
mengalami regresi spontan sampai tumor yang sangat agresif dan tidak responsif terhadap
terapi multimodal yang intensif. Etiologi dari kebanyakan kasus tidak diketahui. Meskipun
kemajuan signifikan dalam pengobatan anak-anak dengan neuroblastoma, outcome pasien
dengan neuroblastoma agresif tetaplah jelek. Manifestasi klinis neuroblastoma berkaitan
dengan lokasi timbulnya tumor dan metastasisnya. Kebanyakan pasien saat datang sudah
pada stadium lanjut. Penyakit ini memiliki kekhasan yaitu dapat terjadi remisi spontan dan
transformasi ke tumor jinak, terutama pada anak dalam usia 1 tahun. Terapi meliputi
operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis. Angka survival 5 tahun untuk stadium
I dan II pasca terapi kombinasi adalah 90% lebih, stadium III kira-kira 40%-50%, stadium
IV berprognosis buruk yaitu hanya 15%-20%.
Neuroblastoma dapat menyerang setiap situs jaringan sistem saraf simpatik. Sekitar
setengah dari tumor neuroblastoma timbul di kelenjar adrenal dan sebagian besar sisanya
berasal dari ganglia simpatis paraspinal. Metastase ditemukan lebih sering pada anak usia
>1 tahun saat terdiagnosis, terjadi melalui invasi lokal, hematogen atau limfogen. Organ
yang paling umum dituju oleh proses metastasis ini adalah kelenjar getah bening regional
atau yang jauh, tulang panjang dan tengkorak, sumsum tulang, hati dan kulit. Metastasis
ke paru-paru dan otak jarang terjadi, kurang dari 3% kasus. Neuroblastoma dapat
menyerupai gangguan lain sehingga sulit untuk mendiagnosa. Tanda-tanda dan gejala dari
neuroblastoma mencerminkan lokasi tumor dan luasnya penyakit. Proses metastasis dapat
menyebabkan berbagai tanda dan gejala, termasuk demam, iritabel, kegagalan dalam masa
pertumbuhan, nyeri tulang, sitopeni, nodul kebiruan pada subkutan, proptosis orbital dan
ekimosis periorbital. Penyakit lokal dapat bermanifestasi sebagai massa asimptomatik atau
sebagai gejala yang muncul terkait massa, termasuk kompresi sumsum tulang belakang,
obstruksi usus dan sindrom vena cava superior. Menurut Shimada (2012), gejala dari
neuroblastoma yaitu:
1. Gejala yang berhubungan dengan massa retroperitoneal, kelenjar adrenal, paraspinal.
a. Massa abdomen tidak teratur, tidak nyeri tekan, keras yang melintasi garis tengah
b. Perubahan fungsi usus dan kandung kemih
c. Kompresi vaskuler karena edema ekstremitas bawah
d. Sakit punggung, kelemahan ekstremitas bawah
e. Defisit sensoris
f. Hilangnya kendali sfingter
2. Gejala-gejala yang berhubungan dengan massa leher atau toraks.
a. Limfadenopati servikal dan suprakavikular
b. Kongesti dan edema pada wajah
c. Disfungsi pernafasan
d. Sakit kepala
e. Proptosis orbital ekimotik
f. Miosis
g. Ptosis
h. Eksoftalmos
i. Anhidrosis
Menurut Willie (2008) manifestasi klinis dari neuroblastoma berbeda tergantung
dari lokasi metastasenya:
1. Neuroblastoma retroperitoneal
Massa menekan organ dalam abdomen dapat timbul nyeri abdomen, pemeriksaan
menemukan masa abdominal yang konsistensinya keras dan nodular, tidak bergerak,
massa tidak nyeri dan sering melewati garis tengah. Pasien stadium lanjut sering
disertai asites, pelebaran vena dinding abdomen, edema dinding abdomen.
2. Neurobalstoma mediastinal
Kebanyakan di paravertebral mediastinum posterior, lebih sering di mediastinum
superior daripada inferior. Pada awalnya tanpa gejala namun bila massa besar dapat
menekan dan timbul batuk kering, infeksi saluran nafas, sulit menelan. Bila penekanan
terjadi pada radiks saraf spinal, dapat timbul parastesia dan nyeri lengan.
3. Neuroblastoma leher
Mudah ditemukan namun mudah sering terjadi salah diagnosis sebagai
limfadenitis atau limfoma maligna. Sering menekan ganglion servikotorakal hingga
timbul sindrom paralisis saraf simpatis leher (Sindrom Horner) timbul miosis unilateral,
blefaroptosis dan diskolorasi iris pada mata.
4. Neuroblastoma pelvis
Terletak di posterior kolon presakral, relatif dini menekan organ sekitarnya
sehingga menimbulkan gejala sembelit sulit defekasi dan retensi urin.
5. Neuroblastoma berbentuk barbell
Neuroblastoma paravertebral melalui celah intervertebral ekstensi ke dalam
canalis vertebral di ekstradural. Gejala klinisnya berupa tulang belakang kaku tegak,
kelainan sensibilitas, nyeri. Dapat terjadi hipomiotonia ekstremitas bawah bahkan
paralisis.
6. Neuroblastoma pada sistem saraf pusat (CNS neuroblastoma)
Neuroblastoma pada sistem saraf pusat merupakan suatu kasus yang langka.
Horten dan Rubinstein menyatakan bahwa kejadian neuroblastoma pada sistem saraf
pusat hanya satu kasus setiap dekade. Hal ini diterima sebagai subtipe dari tumor
neuroektodermal primitif yang menunjukkan diferensiasi neuronal. Dilaporkan bahwa
neuroblastoma merupakan 6% dari keseluruhan kasus tumor neuroektodermal primitif.
Primer neuroblastoma sistem saraf pusat sebagian besar terjadi pada dekade pertama.
Dua puluh enam persen kasus terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Primer neuroblastoma
ditandai dengan gejala dan tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial. Tumor dapat
menyebar dengan cepat dan tumor ini seringkali cukup besar.
Karena neuroblastoma paling banyak terjadi di retroperitoneum atau posterior
mediastinum, gejala awal biasanya tidak spesifik (malaise umum, berat badan menurun,
demam yang tidak jelas). Neuroblastoma intraabdominal sering hadir sebagai massa
asimptomatik yang terdeteksi secara kebetulan oleh orang tua atau dokter anak selama
kunjungan klinik rutin. Tumor panggul dapat menekan usus rectosigmoid atau kandung
kemih sehingga terjadi sembelit atau retensi urin.10 Secara khusus neuroblastoma toraks
biasanya hadir dengan gejala nonspesifik dan terdeteksi sebagai massa insidental pada
rontgen dada rutin yang diambil karena adanya gangguan nafas ringan. Perdarahan
spontan dapat terjadi pada tumor dengan malaise karena anemia. Pada pemeriksaan, massa
yang relatif tetap dalam perut mungkin teraba. Metastasis hematogen sering hadir pada
saat diagnosis.

G. Pemeriksaan Penunjang
Radiografi Rontgen dada dapat digunakan untuk memperlihatkan massa
mediastinum posterior, biasanya neuroblastoma di toraks pada anak menurut Suriadi &
Yuliani (2010).
1. Ultrasonography
Walaupun ultrasonography merupakan modalitas yang lebih sering digunakan
pada penilaian awal dari suspek massa abdomen, sensitivitas dan akurasinya kurang
dibandingkan computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI)
untuk diagnosis neuroblastoma. Modalitas lain biasanya digunakan setelah screening
dengan USG untuk menyingkirkan diagnosis banding. Gambaran USG neuroblastoma
lesi solid dan heterogen.
2. Computed Tomography (CT)
CT umumnya digunakan digunakan sebagai modalitas untuk evaluasi
neuroblastoma. Itu dapat menunjukkan kalsifikasi pada 85% kasus neuroblastoma.
Perluasan intraspinal dari tumor dapat dilihat pada CT dengan kontras. Secara
keseluruhan, CT dengan kontras dilaporkan akurasinya sebesar 82% dalam
mendefinisikan luasnya neuroblastoma. Dengan akurasi mendekati 97% ketika
dilakukan dengan bone scan.CT scan adalah metode yang menggambarkan massa
abdomen yang dapat dilakukan tanpa pembiusan yang juga menunjukkan bukti daerah
invasi, limfadenopati, dan kalsifikasi yang sangat sugestif dari diagnosis, khususnya
berkaitan dengan membedakan antara neuroblastoma dan tumor Wilms. Magnetic
Resonance Imaging (MRI) MRI adalah modalitas imaging yang lebih sensitif untuk
diagnosis dan staging dari neuroblastoma. MRI lebih akurat daripada CT untuk
mendeteksi penyakit stadium IV. Sensitivitas MRI adalah 83%, sedangkan CT 43%.
Spesifitas MRI 97% sedangkan CT 88%. MRI adalah modalitas pilihan untuk
menentukan keterlibatan sumsum tulang belakang.
3. Scintigraphy Metaiodobenzylguanidine (MIBG) merupakan imaging pilihan untuk
mengevaluasi penyebaran ke tulang dan bone marrow oleh neuroblastoma. Isotop 123
dari I-metaiodobenzylguanidine (123I-MIBG) selektif diambil sel tumor yang
mensekresi katekolamin (ditunjukkan lebih dari 90%).
4. Bone Marrow Examination
Biopsi sumsum tulang adalah metode rutin dan penting untuk mendeteksi
penyebaran ke sumsum tulang pada neuroblastoma. Aspirasi dan biopsi harus dilakukan
untuk mendapatkan diagnosis yang lebih tepat. Untuk mengumpulkan informasi yang
akurat, diambil spesimen dari lokasi multipel yang direkomendasikan.
5. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah dapat ditemukan adanya penurunan jumlah sel-sel darah
Pemeriksaan ini dapat dilengkapi dengan pemeriksaan apusan darah tepi.

H. Penatalaksanaan
Menurut (Shimada, 2012), International Staging System untuk neuroblastoma
menetapkan definisi standar untuk diagnosis, pertahapan dan pengobatan serta
mengelompokkan pasien berdasarkan temuan-temuan radiografik dan bedah ditambah
keadaan sumsum tulang. Tumor yang terlokalisasi dibagi menjadi stadium I, II, III,
tergantung ciri tumor primer dan status limfonodus regional. Penyakit yang telah
mengalami penyebaran dibagi menjadi stadium IV dan IVS (S untuk spesial), tergantung
dari adanya keterlibatan tulang kortikal yang jauh, luasnya penyakit sumsum tulang dan
gambaran tumor primer. Anak dengan prognosis baik umumnya tidak memerlukan
pengobatan, pengobatan minimal atau hanya reseksi. Reseksi untuk tumor stadium I.
Untuk stadium II pembedahan saja mungkin sudah cukup tetapi kemoterapi juga banyak
digunakan dan terkadang ditambah dengan radioterapi lokal. Neuroblastoma tahap IVS
mempunyai angka regresi spontan yang tinggi dan penatalaksanaannya mungkin hanya
terbatas pada kemoterapi dosis rendah dan observasi ketat. Neuroblastoma tahap III dan
IV memerlukan terapi intensif, termasuk kemoterapi, terapi radiasi, pembedahan,
transplantasi sumsum tulang autologus atau alogenik, penyelamatan sumsum tulang,
metaiodobenzilquainid (MIBG) dan imunoterapi dengan antibodi monoklonal yang
spesifik terhadap neuroblastoma. Sebuah modalitas gabungan operasi, kemoterapi, dan
radioterapi berdasarkan stadium penyakit dan umur pasien pada presentasi digunakan
untuk neuroblastoma. Adapun untuk penjelasan mengenai jenis terapi pada ketiga
tingkatan risiko neuroblastoma adalah sebagai berikut:
1. Pembedahan
Tujuan dari intervensi bedah adalah reseksi lengkap dari tumor. Jika reseksi
lengkap tidak layak maka tujuannya adalah untuk melakukan biopsi tumor. Reseksi
tumor primer dinilai menggunakan pencitraan dengan mempertimbangkan ukuran
tumor, ekstensi kedekatan struktur seperti sumsum tulang belakang, keterlibatan
kelenjar getah bening dan kemungkinan penyembuhan setelah bedah. Untuk stadium
lanjutan III dan IV, intervensi bedah awal harus dibatasi meliputi biopsi jaringan yang
didiagnosis bersama dengan analisis biomarker sitogenetik dan tumor. Menunda reseksi
bedah sampai adjuvan kemoterapi diberikan telah mengakibatkan penurunan morbiditas
dan tingkat reseksi lengkap. Untuk bayi yang telah sampai pada stadium penyakit 4S,
reseksi bedah dari tumor primer tidak menunjukkan manfaat signifikan bagi
kelangsungan hidup pasien secara keseluruhan karena tumor ini sering ditemukan
menunjukkan diferensiasi dan regresi spontan bahkan tanpa pengobatan khusus.
2. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan utama untuk stadium lanjut neuroblastoma.
Ketika digunakan dalam kombinasi dan berdasarkan sinergi obat, mekanisme kerja, dan
resistensi obat potensi tumor, pengobatan kemoterapi telah efektif untuk pasien yang
memiliki primer luas, berulang, atau metastasis neuroblastomas. Agen umum yang
sering digunakan sekarang adalah cyclophosphamide, iphosphamide, vincristine,
doxorubicin, cisplatin, carboplatin, etoposid, dan melphalan. Peningkatan kelangsungan
hidup jangka panjang dicatat dengan lebih intens pada terapi kombinasi dengan
mengorbankan toksisitas. Terapi dengan iradiasi total tubuh atau melphalan diikuti oleh
transplantasi sumsum tulang untuk pasien yang memiliki penyakit berisiko tinggi.
3. Radioterapi
Secara umum neuroblastoma dianggap radiosensitif. Ada sedikit manfaat
radioterapi untuk tahap I dan II tumor meskipun ada sisa. Radioterapi bagaimanapun
telah terbukti mengurangi tingkat kekambuhan lokal untuk neuroblastoma risiko tinggi.
Iradiasi lokal ke hati ditunjukkan pada bayi yang memiliki neuroblastoma stadium 4S
dan gangguan pernapasan akibat hepatomegali. Iradiasi lesi intraspinal kurang ideal
karena seiring kerusakan tulang vertebral mengakibatkan hambatan pertumbuhan dan
scoliosis. Kombinasi radioterapi dan kemoterapi telah digunakan baru-baru ini untuk
stadium lanjut penyakit untuk meningkatkan resectability. Penggunaan lain dari
radioterapi untuk radiasi total tubuh untuk mencapai ablasi sumsum tulang sebelum
transplantasi sumsum. Target pengobatan dengan MIBG, digunakan secara luas di
Eropa menunjukkan manfaat dalam pengobatan stadium lanjut neuroblastoma sebagai
lini pertama terapi dan untuk neuroblastomas refraktori namun sejumlah komplikasi
seperti terjadinya keganasan sekunder dan disfungsi tiroid telah dilaporkan.
Neuroblastoma risiko tinggi terus menunjukkan respon yang jelek untuk modalitas
pengobatan gabungan dan tetap sulit bagi kelompok tumor untuk mencapai kontrol
lokal. Baru-baru ini pembedahan agresif pengobatan dengan iradiasi lokal dan
kemoterapi myeloablative dengan penyelamatan sel induk telah menunjukkan kontrol
lokal yang sangat baik pada neuroblastoma risiko tinggi.

I. Komplikasi
Komplikasi dari neuroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini ke
berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen ke
sumsum tulang, tulang, hati, otak, paru dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya ke
tulang kranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sumsum tulang menyebabkan
anemia, perdarahan dan trombositopenia (John, 2010).
J. Pengkajian Focus
Menurut Kyle T & Carman S. (2014) pada pengkajian neuroblastoma adalah
sebagai berikut yang dapat dilakukan :
1. Anamnesa
a Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
b Keluhan utama
Pasien yang datang ke Rumah Sakit biasanya mengeluh dengan adanya
gejala-gejala awal yang terjadi seperti perut membesar, perut terasa penuh, dan
nyeri perut. Bisa juga pasien datang ke Rumah Sakit karena tumor yang sudah
menyebar di beberapa bagian tubuh seperti jika tumor sudah menyebar pada
tulang. Pasien akan mengalami nyeri tulang. Jika tumor telah menyebar ke bagian
sumsum tulang akan terjadi anemia dan memar. Jika telah menyebar di bagian
kulit akan terjadi benjolan pada kulit. Yang lebih parahnya jika tumor telah
menyebar ke daerah paru-paru akan terjadi gangguan pernapasan.
c Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari karena terjadi
pendarahan dan wajah tampak pucat. Pendarahan yang ditandai dengan terjadinya
patachiae.
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan mengeluh demam tinggi dengan didukung
wajah yang pucat. Keluarnya banyak keringat juga dialami oleh pasien. Pasien sel alu
mengeluh nyeri yang ditandai dengan anak selalu rewel. Namun keluarga pasien dan
pasien tidak tahu apa yang terjadi dalam tubuhnya, seberapa parah tumor itu telah
menyebar.
3. Pemeriksaan fisik
Catat perkembangan leher dan wajah, memar diatas mata, atau edema disekitar
mata (metastasisi tulang tengkorak). Inspeksi kulit terhadap palor atau memar
(metastasis sumsum tulang) dan dokumentasi bentuk atau kesulitan bernapas.
Auskultasi paru untuk memeriksa mengi. Palpasi adanya limfadenopati, khususnya
servikal. Palpasi abdomen, catat masa yang kukuh dan tidak lunak. Palpasi dn catat
hepatomegali atau spkenomegali jika ada. Pemeriksaan fisik berdasarkan Review of
System :
a. B1 (Breath) : Sesak napas.
b. B2 (Blood) : Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah meningkat, perdarahan
di bawah kulit, pucat.
c. B3 (Brain) : nyeri
d. B4 (Bladder) : retensi urin
e. B5 (Bowel) : pembesaran perut, mual
f. B6 (Bone) : Rasa tidak enak badan (malaise), pembengkakan ada kaki,
pergelangan kaki atau skrotum, lelah. Terjadinya ptachiae.
4. Pemeriksaan laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik dapat menunjukan hal berikut ini :
a. CT scan atau MRI untuk menetukan lokasi tumor dan metastasis
b. Radiografi dada, pemindaian tulang, dan suvei skeletal untuk mengidentifikasi
metastasis
c. Aspirasi dan biopsi sumsum tulang untuk menentukan metastasis kesumsum tulang.
d. Pengumpulan urine 24 jam untuk mengetahui asam homovailat (homovanillic acid,
HVA) dan asam vanililmandelat (vanillymandelic acid, VMA); kadar akan
meningkat.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko injury berhubungan dengan proses mengganasnya tumor, proliferasi sel, dan
dampak pengobatan.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh.
3. Risiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah.
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pemberian kemoterapi, atau radioterapi.
6. Nyeri akut berhubungan dengan dilakukannya pereriksaan diagnostik, efek fisiologi
dan neoplasma.
L. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Keperawatan Intervensi Rasional
No
Keperawatan Keperawatan
1 Risiko injury NOC : Risk Kontrol NIC:Environment
berhubungan Outcome Dipertahanka Ditingkatkan Management
dengan proses n (Manajemen
mengganasnya Mengidentifikasi lingkungan)
tumor, proliferasi faktor risiko 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
sel, dan dampak Menggunakan panggil klien dengan saling percaya.
pengobatan cara/metode untuk nama kesukaannya,
mencegah Perkenalkan nama
injury/cedera dan tanggung jawab
Mengenali factor perawat,
risiko dari Menanyakan
lingkungan/perilaku keadaan klien
personal (perasaan klien/tidur
Memodifikasi gaya klien nyenyak atau
hidup tidak), Jelaskan
untukmencegah tujuan, prosedur, dan
injury lamanya tindakan
menggunakan pada klien dan
fasilitas kesehatan keluarga.
yang ada 2. Sediakan 2. Perasaan nyaman
Mengenali lingkungan yang yang dirasakan
perubahan status aman untuk pasien
kesehatan 3. Identifikasi 3. Kebutuhan
Skala Penilaian NOC : kebutuhan keamanan keamanan pasien
1. Tidak pernah menunjukan pasien, sesuai dengan terpenuhi
2. Jarang menunjukan kondisi fisik dan
3. Kadang-kadang menunjukan fungsi kognitif
4. Sedang menunjukan pasien dan riwayat
penyakit terdahulu
5. Secara konsisten menunjukan pasien
4. Menghindarkan 4. Terbebas dari
lingkungan yang bahaya
berbahaya (misalnya
memindahkan
perabotan)
5. Memasang side 5. Pemberian
rail tempat tidur pengaman tempat
tidur
6. Menyediakan 6. Memperoleh
tempat tidur yang keyamanan dan
nyaman dan bersih kebersihan terjamin
7. Memberikan 7. Penerangan cukup
penerangan yang
cukup
8. Menganjurkan 8. Mendapat dukungan
keluarga untuk dari keluarga
menemani pasien.
9. Berikan 9. Keluarga
penjelasan pada mengetahui kondisi
pasien dan keluarga yang dialami pasien
atau pengunjung
adanya perubahan
status kesehatan dan
penyebab penyakit.
2 Risiko infeksi NOC: Keparahan Infeksi NIC: Kontrol Infeksi
berhubungan Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
dengan Demam panggil klien dengan saling percaya.
menurunnya Malaise nama kesukaannya,
sistem pertahanan Peningkatan Perkenalkan nama
tubuh leukosit dan tanggung jawab
Menggigil perawat,
Skala Penilaian NOC : Menanyakan
1 = Berat keadaan klien
2 = Cukup berat (perasaan klien/tidur
3 = Sedang klien nyenyak atau
4 = Ringan tidak), Jelaskan
5 = Tidak Ada tujuan, prosedur, dan
lamanya tindakan
pada klien dan
keluarga
2. Pantau hasil 2. Mengetahui infeksi
laboratorium (hitung yang terjadi di
darah lengkap, dalam tubuh
hitung granulosit,
absolute, hitung
jenis, protein serum,
albumin)
3. Ajarkan kepada 3. Memutus rantai
pengunjung untuk infeksi
mencuci tangan
sewaktu masuk dan
meninggalkan ruang
pasien
4. Berikan terapi 4. Antibiotik
antibiotic, (kecuali mematikan kuman
ambroxol) penyebab infeksi
5. Pertahankan 5. Mengurangi
tehnik isolasi, bila paparan kuman
diperlukan
6. Batasi jumlah 6. Mengurangi
pengunjung, bila paparan kuman
diperlukan.
7. Pastikan 7. Mengurangi kuman
penanganan aseptic masuk melalui
dari semua saluran saluran IV
IV.
3 Risiko kurangnya NOC : Fluid Balance Fluid Management
volume cairan Outcome Dipertahankan Ditingkatkan Aktivitas
berhubungan Keseimbangan 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
dengan mual dan intake dan output panggil klien dengan saling percaya.
muntah dalam 24 jam nama kesukaannya,
Tidak terlihat mata Perkenalkan nama
cekung dan tanggung jawab
Kelembaban kulit perawat,
dalam batas Menanyakan
normal keadaan klien
Membran mukosa (perasaan klien/tidur
lembab klien nyenyak atau
Berat badan stabil tidak), Jelaskan
Skala Penilaian NOC : tujuan, prosedur, dan
1. Luar biasa kompromi lamanya tindakan
2. Kompromi sekali pada klien dan
3. Kompromi baik keluarga.
4. Kompromi sedang 2. Pertahan intake dan 2. Kebutuhan intake
5. Tidak ada kompromi output yang akurat dan output terpenuhi
3. Monitor status 3. Mengetahui status
hidrasi (kelembaban hidrasi pasien
membran mucosa,
nadi adekuat,
tekanan darah)
4. Monitor vital sign 4. Mengetahui keadaan
umum pasien
5. Dorong keluarga 5. Dukungan keluarga
untuk membantu membantu
pasien makan pemenuhan nutrisi
pasien
6. Kolaborasi 6. Pemenuhan cairan
Pemberian cairan IV tubuh yang hilang
4 Defisit nutrisi NOC: Status Nutrisi: Asupan Makanan dan NIC: Manajemen
berhubungan Cairan Nutrisi
dengan faktor Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
biologis Asupan makanan panggil klien saling percaya.
secara oral dengan nama
Asupan cairan kesukaannya,
secara oral Perkenalkan nama
Asupan cairan dan tanggung
secara iv jawab perawat,
Asupan nutrisi Menanyakan
parental keadaan klien
Skala Penilaian NOC : (perasaan
1 = Tidak adekuat klien/tidur klien
2 = Sedikit adekuat nyenyak atau
3 = Cukup adekuat tidak), Jelaskan
4 = Sebagian besar adekuat tujuan, prosedur,
5 = Sepenuhnya adekuat dan lamanya
tindakan pada klien
NOC: Status Nutrisi: Asupan Nutrisi dan keluarga.
Outcome Dipertahankan Ditingkatkan 2. Identifikasi adanya 2. Mengurangi
Asupan kalori alergi atau terjadinya alergi
Asupan protein intoleransi pada klien
Asupan lemak makanan
Asupan 3. Anjurkan kepada 3. Menambah napsu
karbohidrat keluarga untuk makan klien
membawa makanan
Asupan serat
favorit pasien
Asupan vitamin
sementara pasien di
Asupan mineral
rumah sakit atau
Asupan zat besi
Asupan kalsium fasilitas perawatan,
Asupan natrium yang sesuai
Skala Penilaian NOC : 4. Atur diet yang 4. Mencukupi
1 = Tidak adekuat diperlukan kebutuhan makan
2 = Sedikit adekuat klien dengan adekuat
3 = Cukup adekuat 5. Ciptakan 5. Mengurangi kuman
4 = Sebagian besar adekuat lingkungan optimal yang masuk bersama
5 = Sepenuhnya adekuat pada saat dengan makanan
mengkonsumsi
makanan (misal
bersih, santai,
bebas dari bau
menyengat)
6. Monitor 6. Indikator penegakan
kecenderungan diagnosa
terjadinya penaikan
atau penurunan
berat badan
7. Anjurkan pasien
atau keluarga untuk 7. Menentukan
memonitor kalori kebutuhan makanan
dan intake makanan klien
5 Kerusakan NOC : Kontrol risiko (risk control) NIC : Penjagaan
integritas kulit Outcome Dipertahankan Ditingkatkan terhadap kulit (skin
berhubungan Kontrol perubahan surveillance)
dengan pemberian status kesehatan 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
kemoterapi, atau Gunakan support panggil klien saling percaya.
radioterapi system pribadi dengan nama
untuk mengontrol kesukaannya,
risiko Perkenalkan nama
Mengenal dan tanggung
perubahan status jawab perawat,
kesehatan Menanyakan
Monitor factor keadaan klien
risiko yang berasal (perasaan
dari lingkungan klien/tidur klien
Skala Penilaian NOC : nyenyak atau
1. Tidak pernah menunjukan tidak), Jelaskan
2. Jarang menunjukan tujuan, prosedur,
3. Kadang-kadang menunjukan dan lamanya
4. Sedang menunjukan tindakan pada klien
5. Secara konsisten menunjukan dan keluarga.
2. Monitor area kulit 2. Tidak terdapat
yang terlihat keruakan pada kulit
kemerahan dan
adanya kerusakan.
3. Monitor kulit yang 3. Mengetahui kondisi
sering mendapat kulit pasien
tekanan dan
gesekan.
4. Monitor warna 4. Menegtahui
kulit. perubahan warna
pada kulit
5. Monitor suhu kulit. 5. Suhu dalam batas
normal
6. Periksa pakaian, 6. Melonggarkan
jika pakaian terlihat pakain untuk
terlalu ketat. melonggarkan jalan
nafas
6 Nyeri akut NOC: Kontrol Nyeri NIC : Manajemen
berhubungan Outcome Dipertahanka Ditingkatkan Nyeri
dengan n 1. Berikan salam, 1. Bina hubungan
dilakukannya Mengenali kapan panggil klien dengan saling percaya.
pereriksaan nyeri terjadi nama kesukaannya,
diagnostik, efek Menggambarkan Perkenalkan nama
fisiologi dan faktor penyebab dan tanggung jawab
neplasma Menggunakan perawat,
tindakan Menanyakan
pencegahan nyeri keadaan klien
Menggunakan (perasaan klien/tidur
tindakan nyeri klien nyenyak atau
tanpa analgesik tidak), Jelaskan
Melaporkan nyeri tujuan, prosedur, dan
yang terkontrol lamanya tindakan
Melaporkan gejala pada klien dan
yang tidak keluarga
terkontrol pada 2. Lakukan pengkajian 2. Pengakajian nyeri
profesional nyeri secara secara komprehensif
kesehatan komprehensif dapat mengetahui
Skala Penilaian NOC : meliputi lokasi, nyeri yang dirasakan
1 = Tidak pernah menunjukkan karakteristik, awitan klien
2 = Jarang menunjukkan dan durasi, frekuensi,
3 = Kadang-kadang menunjukkan kualitas, intensitas
4 = Menunjukkan atau keparahan nyeri
5 = Secara konsisten menunjukkan dan factor
NOC: Tingkat Nyeri presipitasinya
Outcome Dipertahanka Ditingkatkan 3. Observasi isyarat 3. Tanda nonverbal
n nonverbal dapat memperkuat
Nyeri yang ketidaknyamanan, nyeri yang
dilaporkan khususnya pada dilaporkan klien
Panjangnya episode mereka yang tidak
nyeri mampu
Ekspresi nyeri berkomunikasi
wajah efektif
Agitasi 4. Berikan informasi 4. Informasi akan
tentang nyeri, seperti menambah
Tidak bisa
beristirahat penyebab nyeri, pengetahuan klien
Mengerang dan berapa lama akan mengenai apa yang
menangis berlangsung. sedang klien rasakan
Skala Penilaian NOC : 5. Ajarkan penggunaan 5. Distraksi dapat
1 = Berat teknik mengalihkan rasa
2 = Cukup berat nonfarmakologi nyeri yang disakan
3 = Sedang (relaksasi, distraksi, oleh klien
4 = Ringan terapi) 6. Analgetik
5 = Tidak Ada 6. Berikan analgetik merupakan obat
yang digunakan
untuk mengurangi
rasa nyeri
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. Neuroblastoma.


http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003125-pdf.pdf. Diakses
pada tanggal 14 Desember 2020.
Cristol, H. (2015). New Hope for Kids with Neuroblastoma. Article American Cancer
Society.
Japaries, Willie. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta: FKUI.
Kyle T & Carman S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri Ed. 2. Vol 4. Jakarta : EGC.
Maris, John. (2010). Recent Advances in Neuroblastoma. Disitasi.
Priyadi, H. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pasien Dengan
Neuroblastoma Di Ruang 7B RSUD. Dr. Saiful Anwar Malang. Laporan Pendahuluan.
Stikes Maharani Malang Program Studi Profesi Ners.
Shimada, Hiroyuki. (2012). Neuroblastoma: Present and Future. Kroasia: In Tech.
Suriadi & Yuliani R. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Jilid 2. Jakarta : Sagung Seto.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus
Pasien Y perempuan berusia 7 tahun datang ke rumah sakit Yarsi dengan keluhan perut
membesar, batuk, sesak napas. Keluhan perut membesar dimulai sejak 2 bulan sebelum
masuk ke rumah sakit disertai dengan benjolan sebesar telur puyuh pada selangkangan dan
leher tidak terasa nyeri, panas atau kemerahan. Keluhan perut membesar juga diserta dengan
demam naik turun, pucat dan penurunan berat badan 3 kg dalam sebulan (BB bulan lalu 18
kg). Tidak ditemukan adanya keluhan saat defeksi dan berkemih. Perut semakin membesar
disertai dengan keluhan batuk yang muncul kurang lebih mulai 2 minggu yang lalu dan sesak
napas muncul Ketika anak berbaring. Benjolan diselangkangan dan leher tidak bertambah
besar, keluhan demam, pucat serta penurunan berat badan yang menetap. Dari Riwayat
keluarg tidak memiliki Riwayat keganasan dan tuberculosis. Riwayat imunisasi dasar lengkap
sesuai umur. Imunisasi Bacille Calmette-Guerin (BCG) telah diberikan sebanyak 1x pada
umur 0 bulan, dengan diameter scar 0,5 cm. Imunisasi lainnya seperti Polio juga didapatkan
sebanyak 3x pada umur 0, 2, 3 bulan dan juga Difteri Pertusis Tetanus (DPT) sebanyak 3x
pada umur 2,3,4 bulan. Imunisasi Campak diberikan 1x, pada umur 9 bulan, sedangkan
imunisasi Hepatitis B sebanyak 4x pada umur 0, 2, 3, 4 bulan. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai anak dalam keadaan sesak napas, kompos mentis, gizi kurang, pucat, asites, dan
edema pada labiya mayora tetapi tidak dijumpai edema di ekstremitas dan palpebra. Hasil
pemeriksaan TTV menunjukkan TD= 90/70 mmHg, N= 100 x/m, RR= 30 x/m, T= 37,8 0C.
Dijumpai adanya efusi pleura sinistra dengan masa abdomen teraba ukuran 5x5x6 cm, mulai
regio epigastrium kea rah inguinal dengan permukaan rata, padat, terfiksasi dan adanya nyeri
tekan. Limfadenopati pada regio inguinal dan servikal berukuran diameter 2-3 cm, padat,
terfiksasi, tidak nyeri, tidak merah dan tidak terasa panas. Hepatomegaly dan splenomegaly
sulit dinilai pada pemeriksaan fisik. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan anemia
normositik normokromik, trombositosis, peningkatan laju endap darah dan hipoalbumin.
Pemeriksaan apusan darah tepi juga dijumpai trombositosis dengan gambaran anemia dan
tidak dijumpai sel blast. Hasil biakan sputum BTA tiga kali pada pagi hari negative. Dari
pemeriksaan radiologis dada dijumpai efusi pleura masif sinistra yang mendorong trakea dan
mediastinum ke kontralateral. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan radiologi dada dilakukan
pemasangan water scale drainage (WSD) pada pasien dan keluar cairan pleura
serohemoragis dengan cairan eksudat. Hasil analisis PA cairan pleura dijumpai radang
granulomatous, tidak dijumpai sel keganasan, pewarnaan (bakteri tahan asam (BTA))
negative, biakan selain BTA negative. Tuberkulosis skor 4 berdasarkan ditemukan demam
lebih dari 2 minggu, gizi kurang, efusi pleura pada radiologis dada sugestif TB dan
pembesaran kelenjar. Pemeriksaan CT-scan toraks dijumpai hidropneumothoraks sinistra,
kolaps pulmos sinistra, limfadenopati supra clavicular, asites dan tidak dijumpai metastase sel
keganasan. Hasil CT-scan abdomen menunjukkan kalsifikasi suprarenal, penekanan masa
dari atas mendesak ginjal ke bawah dan dijumpai masa di para aortici dan para iliaca, tidak
tampak kelainan pada hepar, kandung empedu, limpa, kedua ginjal, pancreas, kandung
kemih, oevarium dan rectum. Dari hasil CT-scan abdomen dapat disimpulkan pasien di
diagnosis neuroblastoma. Hasil sitologi regio colli sinistra didapatkan sel-sel mengelompok
Sebagian tersusun roset dan Sebagian menyebar. Bentuk sel secara umum kecil, dan
polimorfi. Inti bentuk sel secara umum kecil dan polimorfi. Inti bulat, oval, spindle,
hiperkromatis dan anak inti tampak jelas. Latar belakang eritrosit mendukung kea rah
neuroblastoma. Dari aspirasi sumsum tulang tidak dijumpai metastase sel keganasan.
Dari hasil pemeriksaan penunjang tersebut maka dapat disimpulkan anak menderita
neuroblastoma stadium IV dan akan direncanakan mendapat kemotrapi dengan protocol
neuroblastoma. Lampiran Hasil Pemeriksaan Radiologis:
A. Pengkajian
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. Y Nama Panggilan :Y
Tgl Lahir/Umur : 13 Desember 2013
Jenis kelamin : perempuan Agama : Islam
Bahasa yang dipakai : bahasa Melayu
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Komyos Sudarso Telp : 081345657877
Ruang : Melati
No. Register : 121234
Nama Ayah : Tn. D Nama Ibu : Ny. D
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : PNS
Pendidikan : DIII Pendidikan : S1
1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 14 Desember 2020
Tanggal dan jam pengambilan data : 14 Desember 2020, 08.00
Diagnosis medik saat masuk : neuroblastoma
Cara masuk : [ √ ] Berjalan [ ] Kursi roda [ ] Brancar [ ] digendong
Ditemani oleh : [√] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain
Dikirim dari : [ ] Emergency [ ] Poli [ ] Kamar operasi [√ ] lain-lain
Keadaan waktu masuk :
Kesadaran : [√] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ] Soporcoma [ ] Coma
Pernafasan : 30 x/mnt, Suhu 37,8 C, Nadi 100 x/mnt
Tekanan darah : 90/70 mmHg, BB : 15 gr/kg, TB : 122 cm
Keluhan yang dirasakan sekarang : perut membesar, batuk, sesak napas. Keluhan
perut membesar dimulai sejak 2 bulan sebelum masuk ke rumah sakit disertai
dengan benjolan sebesar telur puyuh pada selangkangan dan leher tidak
terasa nyeri, panas atau kemerahan. Keluhan perut membesar juga diserta
dengan demam naik turun, pucat dan penurunan berat badan 3 kg dalam
sebulan. Perut semakin membesar disertai dengan keluhan batuk yang muncul
kurang lebih mulai 2 minggu yang lalu dan sesak napas muncul Ketika anak
berbaring. Benjolan diselangkangan dan leher tidak bertambah besar, keluhan
demam, pucat serta penurunan berat badan yang menetap.
Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ] lain-lain [√] tidak
Alat bantu yang dipakai :
[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran
[ ] kawat gigi [√] lain-lain tidak ada
Apakah pernah sakit sebelum ini ? [ ] ya [√ ] tidak
Bila pernah sakit apa ? demam, batuk dan pilek
Apakah sudah berobat ? [ ] sudah [√] belum
Bila sudah berobat dimana ? belum pernah
Riwayat dalam kandungan – kelahiran :
Prenatal : [√] normal [ ] tidak normal ( spesifik )
Natal : [√] spontan [ ] VE [ ] SC
BB lahir 3000 Gr panjang badan lahir 37 cm
Menangis saat lahir : [√] ya [ ] tidak
Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam
[√] lain-lain normal
Minum ASI [√] ya, sampai umur berapa 2 bulan/tahun [ ] tidak
Riwayat Imunisasi :
[√] DPT I [√] DPT II [√] DPT III [√] Polio I [√] Polio II [√] Polio III [√] BCG [√]
Campak
[√] MMR [√] Hepatitis, Vaksin ulangan [ ] ya [ ] tidak

Riwayat Keluarga
Saudara :
JENIS KELAMIN
NO NAMA UMUR SEHAT / SAKIT
L/P
1. An. H 12 tahun L SEHAT

2. An. Y 7 tahun P SAKIT

Genogram keluarga (minimal 3 generasi)

Keterangan:

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan Keluarga

2. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI


K E B U T U H A N
1. PERNAFASAN
Spontan (√ ) ya ( ) reguler () irreguler
( ) Tidak
Frekuensi nafas 30 x/mnt
Keadaan saat ini :
( ) Batuk (√) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :( a. Derajat tidak ada b. Lokasi
tidak ada)
( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( ) Ronkhi
Alat bantu nafas : tidak ada
( ) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece
Hasil analisa gas darah :
( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik
Keterangan : tidak terkaji
2. SIRKULASI
Frekuensi nadi 100 x/mnt
[√] Reguler [ ] Irreguler
Tekanan darah 90/70 mmHg
Keadaan saat ini :
[√] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada
[ ] kelelahan [ ] syncope
Extremitas : [√] Hangat [ ] Dingin [ ] Sianosis
[√] Anemia [ ] Trombositopenia
[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia
Keterangan : anemia normositik normokromik
3. MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Makan 2 x/hari saat sakit
Pagi jam 09.00 dan 16.00
Diet : tidak ada
Minum : 1600 cc/hari
Menggunakan [ ] Dot [√] Gelas [ ] Lain-lain
Makanan dan minuman yang tidak disukai: klien tidak suka makan sayur
Nafsu makan [ ] Baik [√ ] Sedang [ ] Buruk
BB sebelum sakit : 18 kg, BB sekarang : 15 kg
[√ ] BB turun [ ] BB tetap [ ] BB naik
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis
[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang
[ ] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati
Gigi bersih
Lidah : [√] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya normal
Selaput lendir : [√] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput
[ ] Lain-lain misalnya normal
Abdomen : [ ] Supel [ ] kembung [√ ] Tegang
Turgor : [√] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk
Hasil laboratorium :
[ ] Hipoproteimenia [√] Hipoalbuminemia
[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia
[ ] Hiponatremia
Dextrostik : [ } Normal [ } Rendah [ ] Tinggi
Keterangan : tidak terkaji
4. ELIMINASI
4.a. BUANG AIR KECIL ( BAK )
Frekuensi BAK 6 x/hari
Ada kesukaran : [ ] Ya [√] Tidak
Bila ada kesukaran lakukan apa ?
Tidak ada
Keadaan saat ini :
[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK
[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin
[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi
[ ] Distensi kandung kemih
keterangan : tidak ada
4.b. BUANG AIR BESAR ( BAB )
Frekuensi BAB 1 x/hari, namun terkadang tidak tentu
Ada kesukaran : [ ] Ya [√] Tidak
Bila ada dilakukan apa ? tidak ada
Kapan terakhir BAB kemarin pagi
Keadaan saat ini :
[ ] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid
[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet
[ ] Penurunan pemasukan cairan
[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi
Konsistensi Feces : [√] lembek [ ] Cair berampas
[ ] Cair tanpa ampas
Warna Feces : [√] Kuning [ ] Hijau
[ ] Putih dempul [ ] Darah
Keterangan : normal
5. NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran
[√] Kompos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent
[ ] Sopor coma [ ] Coma
Orientasi
[√] Waktu [√] Tempat [√] Orang [ ] Bingung
Sifat Anak
[ ] Tenang [ ] Sedih [√ ] Cemas [ ] Lain-lain ………………………………
Berbicara
[√] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina
[ ] Aphasia [ ] Kacau
Kontak mata : [√] Ya [ ] Tidak
Pupil mata : [√] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi
[√] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi
Keterangan : normal
6. KEAMANAN / MOBILISASI
6.a. Persepsi/koordinasi
Penglihatan
[√] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna
Pendengaran :
[√] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri
Sensori :
[√] Baik [ ] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri
[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa
Keterangan : normal
6.b. Mobilisasi
Tidak terkaji
[ ] Dapat menolong diri sendiri
[√ ] Ditolong dengan bantuan
Keadaan saat ini :
[ ] Sulit berjalan [ ] Kelelahan [√] Nyeri
[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang
[ ] Parasitis [ ] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh
[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas
[√] Pernafasan terganggu
[ ] Pengetahuan kurang
[ ] Penglihatan kurang
[ ] Gangguan Muskuloskeletal
[√] Penurunan daya tahan tubuh
Keterangan : klien sesak nafas diakibatkan hidropneumothorak
1. KEBERSIHAN DIRI / KULIT
Warna [ ] Normal [ √ ] Pucat [ ] Kemerahan [ ] Kuning
Temperatur [ ] Normal [ √ ] Hangat
[ ] Dingin [ ] Berkeringat
Turgor [√] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk
Integritas kulit [√] Baik/utuh [ ] Kering [ ] lesi
[ ] Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan
Rambut : bersih
Kuku bersih
Infus [√] Ya [ ] Tidak, Drain : [√ ] Ya [ ] Tidak
mandi 2 x/hari
Menggosok gigi 2 x/hari
Cuci rambut tiap 1 x/2 hari
Hasil laboratorium :
[ ] Lekositosis [ ] Trimbositopenia
Keterangan : tidak terkaji
2. KENYAMANAN
Keadaan saat ini :
Nyeri [√] karakteristik : mulai regio epigastrium kea rah inguinal adanya nyeri tekan
Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [ ] Mual [ ]
Temperatur : 37,8oC
Luka Operasi : [ ] Ya [√] Tidak
Keterangan : tidak terkaji
3. TIDUR DAN ISTIRAHAT
Tidur mulai jam berapa : jam 21.00 waktu bangun 06.30, akhir-akhir ini klien sulit tidur
Sering terbangun malam (alasannya) klien sering terbangun malam karena sesak
yang dialaminya
Tidur siang jam berapa : jam 12.30, terkadang tidak tidur siang
Tidur dengan siapa : dengan ibunya
Berdo’a/membaca cerita sebelum tidur: berdoa
Alat bantu untuk tidur : tidak ada
4. BERMAIN DAN REKREASI
Jam bermain : tidak terkaji
Jenis permainan tidak terkaji
Tempat bermain : diluar rumah / didalam rumah tidak terkaji
5. PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang
tidak terkaji
Siapa yang merawat : [√] Ibu [ ] Bapak [ ] Saudara
[√]Lain-lain jika orang tua bekerja anaknya dititip oleh neneknya.
Hubungan dalam keluarga :
[√] Harmonis [ ] Tidak harmonis
Hubungan dengan teman :
[ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois
[√] Lain-lain
Sifat anak : [ ] Pemarah [ ] Pemalu [ ] Pendiam
[ ] Manja [ ] Sabar [ ] Pemberani
[ ] Lain-lain tidak terkaji
Prestasi belajar :
[ ] Baik [√] Sedang [ ] Kurang
Harapan klien/keluarga tentang pengobatan
Penyakitnya : orangtua klien berharap agar klien cepat sembuh
Keterangan :
6. SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :
[√] Bersih [ ] Kotor [ ] Padat
Tempat tinggal : [√] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain
Misalnya : klien dan keluarga tinggal di lingkungan komplek yang bersih
Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [√] Tidak
Keterangan : orangtua menggunakan BPJS
7. AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : tidak ada

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik
Tingkat kesadaran : composmentis
A. Antropometri :
Berat Badan : 15kg Tinggi Badan : 122 Lingkar kepala : ……… (< 3 thn)
Lingkar Lengan Atas : .......................... Lingkar Dada : ....................
Lingkar Perut : ..................
B. Tanda Vital :
Suhu : 37,8oC Nadi : 92x/menit
Pernafasan 30x/menit Tekanan Darah : 90/70 mmHg
C. Pemeriksaan Umum
1. Kulit :
a. Warna pucat, kebersihan baik
b. Lesi akibat pemasangan WSD
c. Keadaan ( lembab, kering ) lembab
d. Temperatur hangat
e. Turgor ..., oedema edema benjolan di selangkangan dan leher serta edema
pada labiya mayora
2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) bersih pendek
b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) berwarna merah muda
c. Bentuk kuku ( cembung,cekung)cembung normal

3. Rambut :
Warna : hitam, Distribusi : merata
Bentuk/Sifat rambut lurus, mudah rontok: tidak
4. Kepala:
Bentuk bulat, kesemetrisan simetris
5. Wajah:
Bentuk bulat, warna normal
6. Mata :
a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ) simetris
b. Warna konjungtiva : anemis
c. Sclera tidak ikterik
d. Iris : coklat gelap
e. Cornea : transparan
f. Pupil ( jernih, refleks, oedema ) jernih
g. Lensa ( jernih, keruh ) jernih
h. Kelopak mata ( pitosis, oedema ) normal
i. Ketajaman penglihatan: normal
7. Hidung
a. Mukosa hidung ( warna) merah muda
b. Bulu hidung ada
c. Adakah akumulasi tidak ada sekret/darah tidak ada
d. Septum ada
8. Mulut
a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban) sedikit kering
b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) sedikit pucat
c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) normal
d. Uvula ( gerakan, posisi ) normal
e. Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) normal
f. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) normal
g. Tonsil (kemerahan, bengkak) normal
h. Kebersihan mulut bersih
9. Telinga
a. Bentuk dan besarnya normal
b. Letak ( simetris ) simetris
c. Benjolan tidak ada
d. Keadaan membran telinga normal
e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau tidak ada
f. Pendengaran baik
10. Leher
a. Gerakan leher normal
b. Pembesaran getah bening tidak ada
c. Bendungan vena jugularis tidak ada
d. Adakah tumor, oedema, lesi terdapat benjolan pada leher
11. Dada :
a. Lingkar dada : simetris
b. Gerakan dada : ekspansi simetris
c. Bentuk dada : normal
12. Paru-paru :
a. Gerakan pernafasan : normal
b. Pola pernafasan : dispneu
c. Frekuensi : 30 x/menit
d. Suara pernafasan : normal
13. Abdomen :
a. Menonjol dan gerakan: perut klien besar
b. Lembut, tegang, ada masa, cairan abnormal: tegang
c. Perkusi ( sonor, dulnes pekak ) tympani
d. Bising usus 7x/menit
e. Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) normal
14. Hepar :
a. Adakah pembesaran : tidak
b. Teraba(ada/tidak):tidak
c. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak) tidak
15. Kelenjar limpa :
a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) benjolan sebesar telur puyuh pada
selangkangan dan leher
b. Konsistensi ( padat, kenyal ) padat
c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) pada regio inguinal dan servikal
berukuran diameter 2-3 cm
d. Nyeri tekan : tidak nyeri
16. Ginjal :
a. Dapat diraba/tidak tidak
b. Pembesaran unilateral/bilateral tidak
17. Punggung
a. Bentuk ( simetris ) simetris
b. Lessi, tumor tidak ada
18. Ekstremitas atas dan bawah
a. Kekuatan otot: 5555
b. Adakah atropi otot: tidak ada
c. Adakah fraktur: tidak ada
d. Adakah kelumpuhan: tidak ada jenis …………………………………
e. Oedema/lessi tidak ada
f. Nyeri otot tidak ada
g. Refleks lutut/siku baik
19. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis
………………………………………………………………
b. Lessi mukosa labia, clitoris tidak ada
c. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) Edema pada labiya mayora
20. Anus
a. Perdarahan : tidak ada
b. Hemoroid : tidak ada
c. Atresia ani tidak ada
d. Massa, tumor : tidak ada

4. PEMERIKSAAN REFLEKS
A. Berkedip : baik
B. Moro : tidak terkaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
C. Rooting/mencari : tidak terkaji
(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)
D. Sucking/menghisap : tidak terkaji
(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi)
E. Swallowing/menelan : baik
F. Merangkak : baik
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)
G. Palmar Grasp/menggenggam : tidak terkaji
(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)
H. Tanda Balbinski : tidak terkaji
(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun)
5. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
A. Kemandirian dan bergaul : mandiri
B. Motorik halus : baik
C. Bernalar dan berbahasa : baik
D. Motorik kasar : baik
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosis penyakit : neuroblastoma
B. Pemeriksaan laboratorium : tidak terkaji
1. Urine : tidak terkaji
2. Feces : tidak terkaji
3. Kimia darah : tidak terkaji
C. Pengobatan
1. Simtomatik : tidak terkaji
2. Kausal/antibiotika : tidak terkaji
3. Terapi cairan : tidak terkaji
4. Terapi oksigen/karbondioksida : tidak terkaji
D. Radiologi
1. Hasil photo rontgen :
2. USG : tidak terkaji
3. Laboratorium: anemia normositik normokromik, trombositosis, peningkatan laju
endap darah dan hipoalbumin. Pemeriksaan apusan darah tepi dijumpai
trombositosis dengan gambaran anemia dan tidak dijumpai sel blast. Hasil
biakan sputum BTA tiga kali pada pagi hari negative.
4. CT Scan:
a. Abdomen : dijumpai supra renal, penekanan masa dari atas yang mendesak
ginjal ke bawah, disimpulkan terdapat neuroblastoma
b. Toraks : dijumpai hidropneumatoraks sinistra, kolaps pulmo sinistra,
limfadenopati supra klavikular, asites dan tidak dijumpai metastase
5. Lumbal fungsi : tidak terkaji
B. Analisa Data
No
Symtom Etiologi Masalah
.
1. Ds: Etiologi Pola napas tidak efektif
 klien mengatakan ia merasa
sesak napas Neuroblastoma
 klien mengatakan sesak
napas muncul saat berbaring Mediastinal
Do:
 klien tampak sesak Massa menekan
 efusi pleura sinistra mediastinal
 terdapat pemasangan WSD
dan keluar cairan pleura Batuk, sulit bernapas
serohemoragis dengan cairan
eksudat. Ekspansi dada ↓
 Pemeriksaan CT-scan toraks
dijumpai Pola napas tidak efektif
hidropneumothoraks sinistra,
kolaps pulmos sinistra
 RR = 30x/menit
2. Ds: Etiologi Defisit nutrisi
 Keluarga klien mengatakan
terjadi penurunan berat badan Neuroblastoma
3 kg dalam sebulan, berat
awalnya 18 kg. Retroperitoneal
 klien mengatakan tidak nafsu
makan. Menekan organ dalam
Do: abdomen
 klien tampak susah makan/
menolak makan Pelebaran vena dinding
 Hasil pemeriksaan abdomen
laboratorium menunjukkan
hipoalbumin Edema
 BB sekarang = 15kg, TB =
122cm Mual, muntah, anoreksia
 IMT = 10,1
Defisit nutrisi
3. Ds: Etiologi Hipertermi
 Keluarga klien mengatakan
perut membesar juga diserta Neuroblastoma
dengan demam naik turun.
 Leher & sum-sum tulang
Do:
 Hasil pemeriksaan Eritrosit, leukosit,
laboratorium menunjukkan trombosit
anemia normositik
normokromik, trombositosis, Anemia, mudah memar,
peningkatan laju endap darah imun ↓
dan hipoalbumin.
 masa abdomen teraba ukuran Resiko infeksi
5x5x6 cm
 S= 37,80C Hipertermi

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor biologis.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.

D. Intervensi Keperawatan
Tujuan &
No. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
pola nafas pasien perawat, Menanyakan
dapat normal keadaan klien (perasaan
kembali dengan klien/tidur klien nyenyak
kriteria hasil: atau tidak), Jelaskan
- TTV normal tujuan, prosedur, dan
- Pasien lamanya tindakan pada
menunjukkan klien dan keluarga
pola nafas yang 2. Monitor frekuensi, irama, 2. Beberapa derajat spasme
efektif kedalaman, upaya napas bronkus terjadi dengan
- Ekspansi dada obstruksi jalan napas dan
simetris. dapat/tak dimanifestasikan
- Tidak ada bunvi adanya bunyi napas
nafas tambahan. adventisius. Misalnya
penyebaran, krekels basah
(bronkitis); bunyi napas
redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma
berat).
3. Monitor pola napas 3. Takipnea biasanya ada pada
(seperti bradipnea, beberapa derajat dan dapat
takipnea, hiperventilasi, ditemukan pada penerimaan
Kussmaul, Cheyne- atau selama stres/adanya
Stokes, Biot, ataksik) proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
ekspirasi.
4. Monitor kemampuan 4. Batuk efektif dapat
batuk efektif dan adanya membantu mengurangi/
produksi sputum membersihkan sekret di
pernapasan klien, jika klien
tidak mampu untuk
melakukan batuf efektif
bantu menggunakan suction.
5. Palpasi kesimetrisan 5. Saat ekspansi tidak simetris
ekspansi paru maka diduga terjadi
penumpukan cairan di paru
tersebut.
6. Posisikan pasien semi 6. Peninggian kepala tempat
fowler. tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
Namun pasien dengan distres
berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
7. Kolaborasi pemberian 7. Mencukupi kebutuhan
oksigenasi. oksigen yang adekuat
8. Kolaborasi pemasangan 8. Suatu prosedur untuk
WSD mengeluarkan cairan atau
udara dari dalam rongga
pleura
2. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
defisit nutrisi perawat, Menanyakan
teratasi dengan keadaan klien (perasaan
kriteria hasil: klien/tidur klien nyenyak
- BB meningkat atau tidak), Jelaskan
- Nafsu makan dan tujuan, prosedur, dan
minum benambah lamanya tindakan pada
- Turor kulit baik klien dan keluarga
2. Identifikasi status nutrisi 2. Untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi klien
3. Identifikasi alergi dan 3. Menghindari alergi pada
makanan yang disukai klien dan menambah nafsu
makan klien
4. Identifikasi kebutuhan 4. Mengkaji pemasukan
kalori dan jenis nutrien makanan yang adekuat
5. Monitor berat badan 5. Mengetahui perkembangan
klien
6. Berikan makanan tinggi 6. Mencegah terjadinya
serat untuk mencegah konstipasi.
konstipasi
7. Anjurkan posisi duduk, 7. Meningkatkan kenyamanan
jika mampu klien saat makan
8. Kolaborasi dengan ahli 8. Menyeimbangkan atau
gizi untuk menentukan memenuhi kebutuhan nutrisi
jumlah kalori dan jenis klien
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu.
3. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama ...x24 jam nama dan tanggung jawab
diharapkan perawat, Menanyakan
hipertermi pada keadaan klien (perasaan
pasien teratasi klien/tidur klien nyenyak
dengan kriteria atau tidak), Jelaskan
hasil: tujuan, prosedur, dan
- Suhu normal lamanya tindakan pada
- Kulit merah klien dan keluarga.
berkurang 2. Identifikasi penyebab 2. Mengetahui penyebab
hipertermi masalahnya
3. Monitor suhu tubuh 3. Mengetahui perkembangan
pasien
4. Sediakan lingkungan yang 4. Menanfaatkan lingkungan
kondusif dalam mengatur suhu tubuh
5. Anjurkan tirah baring 5. Memudahkan proses
penyembuhan
6. Berikan Tepid Sponge 6. Menurunkan suhu tubuh
Bath atau Kompres Plester
7. Mengkolaborasikan 7. Meminimaisir terjadinya
pemberian cairan jika kekurangan cairan atau
perlu dehisrasi
E. Pembahasan Jurnal Tepid Sponge Bath dan Kompres Plester
Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal biasa, dapat disebabkan oleh zat
toksin yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak
atau dehidrasi. Gejala-gejala umum yang muncul biasanya suhu tinggi pada bagian kepala,
leher, maupun seluruh tubuh, sementara tangan dan kaki menggigil. Perawat sangat
berperan untuk mengatasi demam melalui peran mandiri ataupun kolaborasi. Untuk peran
mandiri perawat dalam mengatasi demam bisa dengan melakukan tepid sponge bath dan
kompres yang populer saat ini yaitu kompres plester yang sudah dijual bebas di apotik dan
toko obat.
Tepid sponge bath adalah sebuah tehnik kompres hangat yang menggabungkan
tehnik kompres blok pada pembuluh darah supervisial dengan tehnik seka. Pemberian
tepid sponge bath memungkinkan aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh
dengan cara konveksi. Suhu tubuh lebih hangat dari pada suhu udara atau suhu air
memungkinkan panas akan pindah ke molekul molekul udara melalui kontak langsung
dengan permukaan kulit. Pemberian tepid sponge bath ini dilakukan dengan cara menyeka
seluruh tubuh klien dengan air hangat. Ketika pasien diberikan tepid sponge bath maka
akan ada penyaluran sinyal ke hypotalamus yang memulai dan vasodiltasi perifer.
Vasodilatasi inilah yang menyebabkan peningkatan pembuangan panas dari kulit.
Selain tepid sponge bath, masih ada kompres yang dianggap lebih praktis, modern
dan saat ini sudah beredar secara luas di masyarakat yaitu plester kompres, dimana plester
ini dibuat dari bahan hydrogel yang mengandung hydrogel on polyacrylate-basis dengan
kandungan paraben dan mentol yang dapat menurunkan suhu tubuh melalui evaporasi.
Pada kekebalan tubuh anak sangat rentan terkena penyakit karena pada usia tersebut
anak mulai berintraksi dan bereksplorasi dengan lingkungan, sehingga meningkatkan
resiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri ataupun jamur yang
bisa menimbulkan gejala demam.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra, dkk (2018), menyatakan bahwa
tepid sponge bath dan kompres plester dapat menurunkan demam pada anak, namun tepid
sponge bath lebih efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak. Identifikasi suhu
tubuh sebelum diberikan tepid sponge bath dengan sampel sebanyak 11 responden, mean
suhu tubuh sebelum diberikan tepid sponge bath adalah 38,15oC, suhu tubuh setelah
diberikan tepid sponge bath menjadi 37,23oC. Identifikasi suhu tubuh sebelum diberikan
kompres plester dengan sampel sebanyak 11 responden, mean suhu tubuh sebelum
diberikan kompres plester adalah 37,90oC, suhu tubuh setelah diberikan kompres plester
menjadi 37,38oC.
Link jurnal : http://128.199.127.86/e-journal/index.php/JPRI/article/view/115/85

F. SOP
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TEPID SPONGE BATH
Pengertian Tepid sponge bath adalah sebuah tehnik kompres hangat yang
menggabungkan tehnik kompres blok pada pembuluh darah supervisial
dengan tehnik seka.
Tujuan 1. Memperlancar sirkulasi darah
2. Menurunkan suhu tubuh
3. Mengurangi rasa sakit
4. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
Persiapan Persiapan Alat:
1. Air hangat dan wadah
2. Thermometer air raksa
3. Beberapa buah waslpa/kain kasa dengan ukuran tertentu
Persiapan Klien:
1. Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi klien dengan
memeriksa identitas klien.
2. Kaji kondisi klien.
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Berikan privasi pada klien.
5. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman saat tindakan
berlangsung.
Prosedur Orientasi :
Kerja 1. Berikan salam, panggil klien dengan nama kesukaannya
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien dan
keluarga
4. Berikan kesempatan kepada klien atau keluarga untuk bertanya
sebelum terapi dilakukan.
Tahap Kerja :
1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat-alat ke klien
3. Buka baju anak dan tutup anak badan anak dengan selimut
4. Masukkan waslap/kain kasa kedalam wadah berisi air hangat lalu peras
sampai lembab
5. Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
yaitu pada dahi, axilah, lipatan paha, dan diusapakan keseluruh tubuh.
6. Tunggu sekitar 2-3 menit dan basahi kembali waslap dengan air hangat
dan peras serta letakan kembali pada dahi, axilah, lipatan paha, dan
diusapakan keseluruh tubuh.
7. Ganti waslap/ kain kasa dengan waslap/ kain yang sudah terendah
dalam kom berisi air hangat
8. Diulang-ulang sampai suhu tubuh turun atau max 30 menit
9. Pakaikan anak baju kering kembali
10. Mencuci tangan
Terminasi :
1. Jelaskan pada klien dan keluarga bahwa terapi sudah selesai dilakukan
2. Kaji respon klien setelah dilakukan terapi
3. Berikan reinforcement positif kepada klien
4. Rapikan pakaian klien dan kembalikan ke posisi yang nyaman
5. Rapikan alat-alat
Video tutorial : https://www.youtube.com/watch?v=VB_gPHn_DjE
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN

Nama : Dwi Anggraini

NIM : 891201023

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf


1. . Minggu/ 18.55 Arahan awal dari dosen pembimbing
13.12.20 Kontrak mingguan, meminta kasus
2. . Senin/ 07.00 Absen harian
14.12.20 07.44 Pemberian kasus
08.00 Membuat LP berdasarkan kasus pemicu, loog
book
3. . Selasa/ 07.00 Absen harian
15.12.20 14.00 Membuat ASKEP berdasarkan kasus pemicu,
loog book
4. . Rabu/ 07.00 Absen harian
16.12.20 09.00 Responsif LP dan Askep
15.00 Mencari jurnal penelitian berdasarkan intervensi
yang akan diberikan
5. . Kamis / 07.00 Absen harian
17.12.20 08.00 Supervisi pemasangan infus
10.45 Membuat video tindakan pemasangan infus
6. . Jumat/ 07.08 Absen harian
18.12.20 16.00 Membuat SOP terkait jurnal penelitian, loogbook
7. Sabtu/ 09.00 Mengumpulkan tugas
19.12.20 13.00 Membuat video tindakan
Menghadiri talk show “Pentingkah Melanjutkan
Vaksinasi Anak di Masa Pandemi?”

Anda mungkin juga menyukai