Anda di halaman 1dari 46

Nama : Dwi Anggraini

NIM : 891201023
Prodi : Pendidikan Profesi Ners

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. (Kadek Hartini, 2014).
Obesitas merupakan penumpukan lemak yang tidak normal atau berlebih yang dapat
mengganggu kesehatan. Obesitas terjadi bila terjadi pertambahan jumlah sel lemak dan
pertambahan ukuran sel lemak disebabkan oleh pemasukan jumlah makan yang lebih
besar dari pada pemakaiannya oleh tubuh sebagai energi. Energi yang berlebihan akan
disimpan dalam jaringan adiposa (Adriani & Wiratmadi, 2012).

B. Penyebab
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan tubuh. Beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami obesitas, Menurut
Adriani & Wiratmadi (2012) diantaranya adalah:
1. Faktor genetik
Faktor ini merupakan faktor turunan dari orang tua dan faktor yang sulit untuk
dihindari. Apabila ibu dan bapak mempunyai kelebihan berat badan maka kemungkinan
besar ini akan menurun pada anaknya. Biasanya anak yang berasal dari keluarga yang
juga mengalami overweight, dia akan lebih beresiko memiliki berat badan berlebih,
terutama berkaitan dengan selalu tersedianya makanan tinggi kalori dan aktivitas fisik
tidak terlalu diperhatikan. Keluarga bukan hanya masalah berbagi gen tetapi juga gaya
hidup. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata factor genetik memberikan kontribusi
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
2. Pola makan
Pola makan memberikan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan resiko
kegemukan pada anak seperti: apa yang biasa dimakan dan berapa kali dia makan.
Makanan cepat saji, makanan ringan dalam kemasan, dan minuman ringan merupakan
beberapa makanan yang digemari anak yang dapat meningkatkan resiko kegemukan.
Maraknya restoran cepat saji merupakan salah satu faktor penyebabnya. Anak-anak
sebagian besar menyukai makanan cepat saji padahal makanan seperti itu umumnya
mempunyai kadar lemak dan gula tinggi yang dapat menyebabkan obesitas.
Orang tua yang sibuk sering menggunakan makanan cepat saji yang mudah
dihidangkan untuk dihidangkan kepada anak mereka, walaupun kandungan gizinya
buruk untuk anak mereka. Makanan cepat saji walaupun rasanya enak namun tidak
mempunyai cukup gizi untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan anak. Itu
sebabnya makanan cepat saji sering disebut junk food atau makanan sampah. Selain itu,
kesukaan anak pada makanan ringan dalam kemasan atau makanan manis menjadi hal
yang patut diperhatikan. Sama seperti makanan cepat saji, minuman ringan (soft drink)
terbukti memiliki gula yang tinggi sehingga berat badan akan cepat bertambah bila
mengkonsumsi makanan ini. Rasa yang nikmat dan menyegarkan menjadikan anak-
anak sangat menggemari minuman ini.
3. Kurangnya aktifitas fisik
Masa kanak-kanak identik dengan masa bermain. Dulu permainan anak umumnya
adalah permainan fisik yang mengharuskan anak berlari, melompat, atau gerakan
lainnya. Tetapi, hal itu telah tergantikan dengan game elektronik, computer, internet,
atau televisi yang cukup dilakukan dengan hanya duduk di depannya tanpa harus
bergerak. Hal inilah yang menyebabkan anak kurang melakukan gerak badan sehingga
menyebabkan kelebihan berat badan.
4. Faktor psikologis
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.
Ketika dalam keadaan tertekan, ia menjadi banyak makan, atau sebaliknya. Ketika
dalam keadaan senang, ia lampiaskan dengan makan-makan.
5. Faktor keluarga
Faktor keluarga ini berkaitan dengan pola makan dan pola hidup yang
diajarkan/terjadi pada keluarga. Jika orang tua selalu memberikan makanan ringan,
seperi biskuit, chips, dan makanan tinggi kalori lain, hal ini juga berkontribusi pada
peningkatan berat badan anak. Jika orang tua dapat mengontrol akses anak ke makanan
yang tinggi kalori, mereka dapat membantu anaknya untuk menurunkan berat badan.
6. Factor social ekonomi
Anak yang berasal dari latar belakang keluarga berpendapatan rendah mempunyai
resiko lebih besar untuk mengalami obesitas. Karena mereka tidak pernah
memperhatikan apakah makanan mereka sehat atau tidak, yang terpenting bagi keluarga
tidak mamapu adalah mereka bisa makan. Memprioritaskan makanan yang sehat dan
olahraga membutuhkan uang dan waktu. Itulah yang membuat anak-anak mereka
tumbuh menjadi anak yang berkelebihan berat badan. Tetapi di sisi lain kadang tidak
demikian. Beberapa anak dari golongan keluarga dengan sosial ekonomi baik juga
mengalami kegemukan, hal ini karena pola makan dan gaya hidup keluarga itu yang
kurang baik, memberikan akses makanan yang disukai anak tanpa pembatasan dan
banyak tersedia permaianan game maupun internet yang membuat aktivitas fisik
kurang.
7. Factor psikososial
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan emosi ini
merupakan masalah serius pada wanita muda penderita obesitas, dan dapat
menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam
pergaulan social.
8. Factor kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat mengakibatkan terjadinya obesitas, antara lain:
a. Hipotiroidisme
b. Syndrome chusing
c. Sindroma prader-willi
d. Beberapa kelainan saraf yang dapat menyebabkan seseorang menjadi banyak makan
e. Obat-obatan juga dapat meyebabkan terjadinya obesitas, yaitu obat-obatan tertentu
seperti steroid dan beberapa antidepresant.

C. Patofisiologi
Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi. Asupan
energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut jumlah sel lemak, obesitas
dapat terjadi karena hipertrofi sel lemak dan atau hiperplasia sel lemak. Penambahan dan
pembesaran sel lemak paling cepat pada masa tahun pertama kehidupan dan mencapai
puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi
hiperplasia sel lemak, tetapi hanya terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada
masa anak-anak selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia sel lemak
(Prihaningtyas, 2018).
Sebuah konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme fisiologis
berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang mencerminkan
cadangan lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di pusat hipotalamus. Ketika
simpanan lemak berkurang, sinyal adipostat rendah, dan hipotalamus merespon dengan
merangsang rasa lapar dan penurunan pengeluaran energi untuk menghemat energi.
Sebaliknya, ketika penyimpanan lemak berlimpah, sinyal meningkat, dan hipotalamus
merespon dengan menurunkan rasa lapar dan meningkatkan pengeluaran energi
(Prihaningtyas, 2018).

D. Pathway keperawatan
E. Manifestasi klinik
Manifestasi klinik yang dapat kita temukan pada anak dengan obesitas menurut
Prihaningtyas (2018), yaitu:
1. Riwayat pertumbuhan/pertambahan berat badan: perawakan pendek atau defek
pertumbuhan linear pada anak dengan obesitas harus dicurigai kemungkinan defisiensi
growth hormone, hipotiroidisme, kelebihan kortisol, pseudohipoparatiroidisme, atau
sindrom genetik, misalnya sindrom Prader-Willi.
2. Riwayat kerusakan pada SSP (misalnya infeksi, trauma, perdarahan, radiasi, kejang)
mengarah pada obesitas hipotalamikus dengan atau tanpa defisiensi growth hormone
atau hipotiroidisme hipotalamus. Riwayat sakit kepala pagi hari, muntah, gangguan
penglihatan dan miksi berlebih juga merupakan petunjuk bahwa obesitas disebabkan
oleh tumor atau massa di hipotalamus.
3. Kulit kering, konstipasi, intoleransi terhadap cuaca dingin atau cepat lelah mengarah
pada hipotiroidisme.
4. Kapan mulai tampak gemuk: pranatal, early adiposity rebound, remaja.
5. Riwayat masukan makanan dan obat-obatan misalnya kortikosteroid.
6. Riwayat obesitas dalam keluarga
7. Pola makan dan aktivitas harian
8. Riwayat penyakit keluarga yang berkaitan dengan risiko obesitas misalnya penyakit
kardiovaskular dini (misalnya, stroke atau serangan jantung sebelum usia 55 tahun),
peningkatan kadar kolesterol, hipertensi, diabetes tipe II.
Anak obesitas memiliki berat badan lebih yang lebih tinggi dari anak seusianya.
Anak obesitas akan mencapai masa pubertas lebih capat. Hal ini menyebabkan tidak hanya
memiiki berat badan yang lebih tinggi tetapi juga pematangan tulang anak obesitas lebih
cepat dari anak seusianya. Pertumbuhan anak obesitas lebih cepat dari anak seusianya dan
pertumbuhan tingginya lebih cepat selesai. Ini menyebabkan anak obesitas relatif lebih
tinggi pada masa remaja awal dan akhirnya memiliki tinggi badan yang relatif lebih
pendek dari anak sebayanya. Anak obesitas memiliki bentuk muka yang tidak
proporsional, hidung dan mulut relatif kecil dan memiliki dagu ganda. Terdapat timbunan
lamak pada daerah lengan atas, payudara, perut, dan paha. Timbunan lemak ini
menyebabkan payudara anak obesitas laki-laki terlihat tumbuh, penis terlihat kecil, dan
jari-jari terlihat kecil dan runcing. Pada beberapa bagian tubuh terdapat striae (More,
2014).
F. Dampak obesitas
Menurut Nirwana (2012), menyatakan bahwa dampak negatif dari obesitas sebagai
berikut:
1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler
Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL kolesterol
dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL-kolesterol. Risiko penyakit
kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-2,6. IMT mempunyai
hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke
99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 23 15% mempunyai kadar HDL-
kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi. Anak obesitas
cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30%
menderita hipertensi.
2. Diabetes Mellitus tipe-2
Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas. Prevalensi
penurunan glukosa toleran test (GTT) pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes
mellitus tipe-2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2
mempunyai Indeks Massa Tubuh (IMT) > + 3SD atau > persentile ke 99.
3. Obstruktive sleep apnea
Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala
mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan
perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja
otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai
penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot
yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh kearah dinding
belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan
menyebabkan tidur gelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan
hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan.
4. Gangguan ortopedik
Pada anak obesitas cenderung berisiko mengalami gangguan ortopedik yang
disebabkan kelebihan berat badan, yaitu tergelincirnya epifisis kaput femoris yang
menimbulkan gejala nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul
5. Pseudotumor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada obesitas
disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang menyebabkan peningkatan
kadar CO2 dan memberikan gejala sakit kepala, papil edema, diplopia, kehilangan
lapangan pandang perifer dan iritabilitas.

G. Pemeriksaan penunjang
Misnadirly (2015), menyatakan pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan jika
memungkinkan dilakukan secara rutin pada semua pasien obesitas, yaitu:
1. Darah perifer lengkap
2. Profil lipid: trigliserida, kolesterol total, HDL dan LDL
3. Tes toleransi glukosa oral, insulin puasa
4. Fungsi hati: SGPT, SGOT
5. Fungsi ginjal: ureum, creatinin, asam urat Dilakukan sesuai indikasi:
6. Fungsi tiroid
7. Sekresi dan fungsi growth hormone
8. Kalsium, fosfat dan kadar hormon paratiroid bila dicurigai pseudohipoparatiroidisme
9. Foto orofaring AP dan Lateral bila dicurigai hipertrofi tonsiloadenoid
10. Sleep studies untuk mendeteksi sleep apnea
11. USG hati jika dicurigai NASH
12. Echocardiography jika terindikasi secara klinis
13. Pemindaian MRI otak dengan fokus hipotalamus dan hipofisis, bila terindikasi secara
klinis
14. Pemeriksaan analisis kromosom jika terdapat dismorfisme
15. Pemeriksaan analisis genetik jika diduga berkaitan dengan sindrom tertentu.

H. Penatalaksanaan
Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas
seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam
proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi
serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas
fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup (Ramayulis, 2014).
1. Menetapkan target penurunan berat badan
Untuk penurunan berat badan ditetapkan berdasarkan: umur anak, yaitu usia 2 - 7
tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta/komplikasi. Pada anak obesitas tanpa komplikasi dengan usia dibawah 7
tahun, dianjurkan cukup dengan mempertahankan berat badan, sedang pada obesitas
dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan obesitas pada usia diatas 7
tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan. Target penurunan berat badan sebesar
1-2 kg per bulan.
2. Pengaturan diet
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan
AKG, karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Intervensi diet
harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang
rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas
berat (IMT > 97 persentile) dan jika penyakit penyerta, diberikan diet kalori sangat
rendah. Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang:
a. Menurunkan berat badan dengan tetap memertahankan pertumbuhan normal.
b. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak
jenuh <10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol <300 mg per hari.
c. Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan penghitungan dosis
menggunakan rumus: (umur dalam tahun + 5) gram per hari.
3. Pengaturan aktifitas fisik
Peningkatan aktifitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.
Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik,
kemampuan fisik dan umurnya. Aktifitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat
yang menggunakan ketrampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam.
Dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik selama 20-30 menit per hari.
4. Mengubah pola hidup/perilaku
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai komponen
intervensi, dengan cara:
a. Pengawasan sendiri terhadap: berat badan, asupan makanan dan aktifitas fisik serta
mencatat perkembangannya.
b. Mengontrol rangsangan untuk makan. Orang tua diharapkan dapat menyingkirkan
rangsangan disekitar anak yang dapat memicu keinginan untuk makan.
c. Mengubah perilaku makan, dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang
dikonsumsi dan mengurangi makanan camilan.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman.
e. Pengendalian diri, dengan menghindari makanan berkalori tinggi yang pada
umumnya lezat dan memilih makanan berkalori rendah.
5. Peran serta orangtua, anggota keluarga, teman dan guru.
Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk
ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet,
mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
6. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai
komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari diet
berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi bedah.
1. Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140% BB Ideal
atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800 kkal per hari dan
protein hewani 1,5-2,5 gram/kg BB Ideal, dengan suplementasi vitamin dan mineral
serta minum > 1,5 L per hari. Terapi ini hanya diberikan selama 12 hari dengan
pengawasan dokter.
2. Farmakoterapi dikelompokkan menjadi 3, yaitu: memengaruhi asupan energi dengan
menekan nafsu makan, contohnya sibutramin; memengaruhi penyimpanan energi
dengan menghambat absorbsi zat-zat gizi contohnya orlistat, leptin, octreotide dan
metformin; meningkatkan penggunaan energi. Farmakoterapi belum
direkomendasikan untuk terapi obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang
masih belum jelas.
3. Terapi bedah diindikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal.
Prinsip terapi ini adalah untuk mengurangi asupan makanan atau memerlambat
pengosongan lambung dengan cara gastrik banding, dan mengurangi absorbsi
makanan dengan cara membuat gastric bypass dari lambung ke bagian akhir usus
halus. Sampai saat ini belum banyak penelitian tentang manfaat dan bahaya terapi
ini pada anak. The Expert Committee Of American Academy Of Pediatrics
merekomendasikan 4 langkah penanganan obesitas pada anak. Langkah pertama
adalah mengonsumsi 5 porsi atau lebih sayur dan buah per hari,
mengurangi/menghentikan konsumsi minuman yang manis, mengurangi menonton
televisi atau bermain video game (<2 jam per hari), dan melakukan aktivitas fisik
minimal 1 jam sehari. Apabila dalam waktu 6 bulan tidak ada perbaikan IMT maka
lakukan langkah kedua yaitu membatasi asupan energi, pengaturan pola makan (3
kali makan utama dan 2 kali selingan), melakukan aktivitas fisik lebih dari 1 jam
sehari, membatasi menonton televisi atau sejenis nya <1 jam sehari dan melakukan
monitoring yang ketat terhadap perilaku anak dan menentukan target IMT. Apabila
dalam waktu 3-6 bulan tidak ada perbaikan IMT maka lakukan langkah ketiga yaitu
intervensi multidisiplin dengan melibatkan psikolog, nutrisionis dan fisiolog; target
asupan energi dan aktivitas seperti pada langkah kedua namun pelaksanaan lebih
ketat dengan target IMT <persentil-85. Langkah keempat jarang dilakukan pada
anak-anak, biasanya dikerjakan pada remaja dengan obesitas berat. Penanganan ini
meliputi penggunaan obat-obatan atau pembedahan.
Transcultural Nursing Teory merupakan teori yang berfokus pada budaya keluarga
dalam merawat anak. Keluarga harus terlibat dalam perawatan kesehatan anak, karena
keluarga dan masyarakat sangat mempengaruhi status kesehatan anak. Contoh
Transcultural Nursing Teory, Masalah: obesitas dan overweigh pada anak. Terdapat
keselahan presepsi dari orang tua yang menyakini bahwa anak gemuk berarti sehat. Dan
selama anak tidak memiliki keluhan sakit maka seorang ibu tidak akan membawa anak
mereka ke Rumah Sakit. Sehingga dalam permasalahn ini dibutuhkan peran perawat
dalam memberikan pengetahuan pada seorang ibu dan pendidikan nutrisi yang baik untuk
anak Dari hasil beberapa penelitian mengatakan bahwa peran perawat dalam mengatasi
permasalahan ini sebagai culture care preservation, accommodation, dan repatterning
yaitu membantu menciptakan, memodifikasi budaya keluarga yang sehat dengan prilaku
hidup sehat dalam mengendalikan gaya hidup anak obes dengan aktifitas fisik teratur dan
asupan makanan yang sehat dan seimbang. Dari hasil diberikanya pengetahuan serta
pendidikan pada keluarga mengalmi peningkatan pengetahuan akan bahaya obes bagi anak
(Putri, 2016).

I. Pencegahan
Menurut Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (2014), pencegahan terjadinya
gizi lebih dan obesitas terdiri dari 3 tahap, pencegahan primer dengan menerapkan pola
makan dan aktivitas fisis yang benar sejak bayi, pencegahan sekunder dengan mendeteksi
early adiposity rebound, dan pencegahan tersier dengan mencegah terjadinya
komorbiditas.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan menggunakan dua strategi pendekatan yaitu strategi
pendekatan populasi untuk mempromosikan cara hidup sehat pada semua anak dan
remaja beserta orang tuanya, serta strategi pendekatan pada kelompok yang berisiko
tinggi mengalami obesitas. Anak yang berisiko mengalami obesitas adalah seorang anak
yang salah satu atau kedua orangtuanya menderita obesitas dan anak yang memiliki
kelebihan berat badan semenjak masa kanak-kanak. Usaha pencegahan dimulai dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan di Pusat Kesehatan Masyarakat. Perawat/
tenaga kesehatan lainnya harus mendiskusikan risiko jangka panjang yang potensial dan
mendorong orangtua untuk menerapkan strategi pencegahan obesitas. Pada bayi 0-12
bulan, peran dokter anak adalah:
a. Mendorong pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif sampai usia 6 bulan dan
meneruskan pemberian ASI sampai usia 12 bulan dan sesudahnya setelah
pengenalan makan padat dimulai
b. Mendorong orangtua untuk menawarkan makanan baru secara berulang serta
menghindari minuman manis dan makanan selingan (french fries dan potato chips)
c. Tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak
d. Pengasuh selain orangtua harus menerapkan strategi yang dianjurkan
Pada anak berusia 12-24 bulan, strategi pencegahan obesitas yang dianjurkan
adalah:
a. Menghindari minuman manis, konsumsi jus dan susu yang berlebih. Konsumsi susu
>480-720 mL/hari dapat menambah energi ekstra atau menggantikan nutrien
lainnya.
b. Makan bersama di meja makan dengan anggota keluarga lainnya sebanyak 3x/hari
dan televisi dimatikan selama proses makan bersama.
c. Keluarga tidak membatasi jumlah makanan dan selingan yang dikonsumsi anak,
tetapi memastikan bahwa semua makanan yang tersedia sehat serta cukup buah dan
sayuran.
d. Selingan dapat diberikan sebanyak 2 kali, dan orangtua hanya menawarkan air putih
bila anak haus diantara selingan dan makan padat.
e. Anak harus mempunyai kesempatan bermain aktif, membatasi menonton televisi
atau DVD, serta tidak meletakkan televisi di dalam kamar tidur anak.
f. Orangtua dapat menjadi model untuk membantu anak belajar lebih selektif dan sehat
terhadap makanan yang dikonsumsi. Orangtua berperan aktif dalam pendidikan
media anak dengan menemani anak saat menonton program televisi dan
mendiskusikan acara tersebut dengan anak.
g. Membuat jadwal penggunaan media, membatasi waktu menonton <1-2
jam/hari dan mengurangi pajanan media.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendeteksi early adiposity rebound.
Anak mengalami peningkatan IMT pada tahun pertama kehidupan. Indeks massa tubuh
menurun setelah usia 9-12 bulan dan mencapai nilai terendah pada usia 5-6 tahun, dan
selanjutnya meningkat kembali pada masa remaja dan dewasa. Nilai IMT paling rendah
adalah disebut sebagai adiposity rebound. Waktu terjadinya adiposity rebound
merupakan periode kritis untuk perkembangan obesitas pada masa anak. Adiposity
rebound yang terjadi lebih dini dan cepat (<5 tahun) berhubungan dengan peningkatan
risiko obesitas dan sindrom metabolik.
3. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dilakukan dengan mencegah komorbiditas yang dilakukan
dengan menata laksana obesitas pada anak dan remaja. Prinsip tata laksana obesitas
pada anak berbeda dengan orang dewasa karena faktor tumbuh kembang pada anak
harus dipertimbangkan. Tata laksana obesitas pada anak dan remaja dilakukan dengan
pengaturan diet, peningkatan aktivitas fisis, mengubah pola hidup (modifikasi
perilaku), dan terutama melibatkan keluarga dalam proses terapi. Sulitnya mengatasi
obesitas menyebabkan kecenderungan untuk menggunakan jalan pintas, yaitu diet
rendah lemak dan kalori, diet golongan darah atau diet lainnya serta berbagai macam
obat. Penggunaan diet rendah kalori dan lemak dapat menghambat tumbuh kembang
anak terutama di masa emas pertumbuhan otak, sedangkan diet golongan darah ataupun
diet lainnya tidak terbukti bermanfaat untuk digunakan dalam tata laksana obesitas pada
anak dan remaja. Penggunaan obat dipertimbangkan pada anak dan remaja obes dengan
penyakit penyerta yang tidak memberikan respons pada terapi konvensional.

J. Pengkajian fokus
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang
pernah menderita obesitas.
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial, spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah, kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
c. kesulitan napas
d. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
e. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
f. Sistem muskuloskeletal: Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
g. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah
bening.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan metabolik/ endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).
5. Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas istirahat: Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
b. Sirkulasi: Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan
dapat  menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi.
c. Makanan/ cairan: Mencerna makanan berlebihan.
d. Kenyamanan: Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam
menopang berat badan atau tulang belakang.
e. Pernafasan: Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea.
f. Seksualitas: Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan
amenouria
Pemeriksaan fisis:

Sumber: dikutip dan dimodifikasi dari Barlow SE and The Expert Committee Pediatrics.
2007, dan Standar Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
K. Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tak efektif yang berhubungan dengan penekanan diafragma, obesitas.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang berlebih.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang
besar.

L. Perencanaan keperawatan
Tujuan &
No. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
pola nafas pasien perawat, Menanyakan
dapat normal keadaan klien (perasaan
kembali dengan klien/tidur klien nyenyak
kriteria hasil: atau tidak), Jelaskan
- Nafas kembali tujuan, prosedur, dan
normal lamanya tindakan pada
- TTV normal klien dan keluarga
2. Monitor frekuensi, irama, 2. Beberapa derajat spasme
kedalaman, upaya napas bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan
dapat/tak dimanifestasikan
adanya bunyi napas
adventisius. Misalnya
penyebaran, krekels basah
(bronkitis); bunyi napas
redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma
berat).
3. Monitor pola napas 3. Takipnea biasanya ada pada
(seperti bradipnea, beberapa derajat dan dapat
takipnea, hiperventilasi, ditemukan pada penerimaan
Kussmaul, Cheyne- atau selama stres/adanya
Stokes, Biot, ataksik) proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
ekspirasi.
4. Monitor kemampuan 4. Batuk efektif dapat
batuk efektif dan adanya membantu mengurangi/
produksi sputum membersihkan sekret di
pernapasan klien, jika klien
tidak mampu untuk
melakukan batuf efektif
bantu menggunakan suction.
5. Palpasi kesimetrisan 5. Saat ekspansi tidak simetris
ekspansi paru maka diduga terjadi
penumpukan cairan di paru
tersebut.
6. Posisikan pasien semi 6. Peninggian kepala tempat
fowler. tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
Namun pasien dengan distres
berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
7. Kolaborasi pemberian 7. Mencukupi kebutuhan
oksigenasi. oksigen yang adekuat
2. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
Perubahan nutrisi perawat, Menanyakan
lebih dari keadaan klien (perasaan
kebutuhan tubuh klien/tidur klien nyenyak
teratasi dengan atau tidak), Jelaskan
kriteria hasil: tujuan, prosedur, dan
- Pasien akan lamanya tindakan pada
mendekati berat klien dan keluarga.
badan ideal 2. Kaji pola makan klien 2. Mengetahui segala sesuatu
- Mengalami yang dimakan, termasuk
asupan yang waktu jumlah yang
adekuat, tetapi dimakan, dimanan
tidak makanan tersebut
berlebihan, dikonsumsi, aktivitas yang
menyangkut dilakukan selama makan,
kaori, lemak, perasaan pada waktu
karbohidrat, makan, dan sebagainya.
vitamin, 3. Kaji lingkungan makan 3. untuk menentukan
mineral, besi kemungkinan efek pada
dan kalsium obesitan (dimanan, dengan
- Menahan diri siapa, aktivitas saat
untuk tidak makan).
makan banyak 4. Ajarkan kepada pasien 4. untuk mengendalikan
dalam satu atau keluarga tentang jumlah lemak dna kalori
waktu pemilihan makanan yang dikandung oleh suatu
yang tepat. makanan.
5. Timbang berat badan 5. untuk mengetahui
pasien dalam interval jangkauan aktivitas dan
yang tepat. mobilitas klien.
6. Kolaborasi dengan ahli 6. Memberikan nutrisi yang
gizi dalam tepat dan seimbang
menentuknan diit yang
sesuai untuk pasien.
3. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama ...x24 jam nama dan tanggung jawab
diharapkan pasien perawat, Menanyakan
dapat mentoleransi keadaan klien (perasaan
aktivitas dengan klien/tidur klien nyenyak
kriteria hasil: atau tidak), Jelaskan
- Berpartisipasi tujuan, prosedur, dan
dalam aktivitas lamanya tindakan pada
fisik dengan klien dan keluarga.
TTV yang 2. Identifikasi gangguan 2. Untuk menentukan derajat
sesuai. fungsi tubuh yang dan faktor yang memperberat
- Warna kulit mengakibatkan kelelahan. kelelahan.
normal, hangat, 3. Motivasi aktivitas rutin 3. Mendorong klien memulai
dan ering seperti berjalan, naik olahraga kecil tapi
- Toleransi tangga, dan sebagainya. bermanfaat.
aktivitas 4. Rencanakan aktivitas 4. motivasi tujuan yang
meningkat. dengan pasien atau sederhana dan realities
- Pasien akan keluarga yang dapat dicapai oleh pasien
meningkatkan meningkatkan yang meningkatkan
aktivitas fisik kemandirian dan daya kemandirian dan daya
- Tingkat daya tahan. tahan.
tahan adekuat 5. Anjurkan melakukan 5. Mencegah terjadinya
untuk aktivitas secara bertahap. kekakuan otot.
beraktifitas 6. Anjurkan keluarga 6. Motivasi keluarga
- Menyeimbang pasien untuk membantu meningkatkat percaya diri
kan aktivitas aktivitas pasien dalam klien.
dan istirahat meningkatkan
kemandirian dan daya
tahan serta
mengajarkan kepada
keluarga mengenai
aktivitas pasien.
7. Kolaborasi dengan ahli 7. Meningkatkan energi pada
gizi tentang cara tubuh klien.
meningkatkan asupan
makanan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Anak

I. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. P Nama Panggilan :P

Tgl Lahir/Umur : 2013

Jenis kelamin : perempuan Agama : Islam

Bahasa yang dipakai : bahasa Melayu

Pendidikan : SD

Alamat : Jl. Komyos Sudarso Telp : 081345657877

Ruang : Melati

No. Register : 121234

Nama Ayah : Tn. D Nama Ibu : Ny. D

Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : PNS

Pendidikan : DIII Pendidikan : S1

1. RIWAYAT KEPERAWATAN
Tanggal masuk : 08 Desember 2020

Tanggal dan jam pengambilan data : 08 Desember 2020, 08.00

Diagnosis medik saat masuk : Obesitas

Cara masuk : [ ] Berjalan [√ ] Kursi roda [ ] Brancar [ ] digendong

Ditemani oleh : [√] orang tua [ ] saudara [ ] lain-lain

Dikirim dari : [√] Emergency [ ] Poli [ ] Kamar operasi [ ] lain-lain

Keadaan waktu masuk :

Kesadaran : [√] Composmentis [ ] Apatis [ ] Somnolen [ ] Soporcoma [ ] Coma


Pernafasan : 45 x/mnt, Suhu 37,2 C, Nadi 92 x/mnt

Tekanan darah : 110/70 mmHg, BB : 41 gr/kg, TB : 122 cm

Keluhan yang dirasakan sekarang : klien mengatakan sesak napas dan sering merasa
cepat lelah.

Alergi : [ ] ya [ ] obat [ ] makanan [ ] lain-lain [√] tidak

Alat bantu yang dipakai :

[ ] kaca mata [ ] lensa kotak [ ] prothese [ ] alat bantu pendengaran

[ ] kawat gigi [√] lain-lain tidak ada

Apakah pernah sakit sebelum ini ? [√] ya [ ] tidak

Bila pernah sakit apa ? demam, batuk dan pilek

Apakah sudah berobat ? [ ] sudah [√] belum

Bila sudah berobat dimana ? belum pernah

Riwayat dalam kandungan – kelahiran :

Prenatal : [√] normal [ ] tidak normal ( spesifik ) ……………………………………………

Natal : [√] spontan [ ] VE [ ] SC

BB lahir ………… Gr panjang badan lahir …………… cm

Menangis saat lahir : [√] ya [ ] tidak

Post natal : [ ] kejang [ ] gangguan nafas [ ] kejang demam

[√] lain-lain normal

Minum ASI [√] ya, sampai umur berapa 2 bulan/tahun [ ] tidak

Riwayat Imunisasi :

[√] DPT I [√] DPT II [√] DPT III [√] Polio I [√] Polio II [√] Polio III [√] BCG [√] Campak

[√] MMR [√] Hepatitis, Vaksin ulangan [ ] ya [ ] tidak

Riwayat Keluarga
Saudara :

JENIS KELAMIN
NO NAMA UMUR SEHAT / SAKIT
L/P

1. An. H 12 tahun L SEHAT

2. An. P 7 tahun P SAKIT

Genogram keluarga (minimal 3 generasi)

Keterangan:

: Pasien

: Laki-laki

: Perempuan

: Hubungan Keluarga

2. RIWAYAT KEBUTUHAN SEHARI-HARI


K E B U T U H A N

1. PERNAFASAN
Spontan ( ) ya ( ) reguler (√) irreguler

( ) Tidak

Frekuensi nafas 45 x/mnt

Keadaan saat ini :


( ) Batuk (√) Dyspone ( ) Sianosis ( ) Retraksi :( a. Derajat tidak ada b. Lokasi tidak
ada)

( ) Wheezing ( ) Sakit ( ) Lendir ( ) Ronkhi

Alat bantu nafas :

(√) O2 nasal ( ) ETT ( ) T. Piece

Hasil analisa gas darah :

( ) Asidosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik

( ) Alkolosis respiratorik ( ) Asidosis metabolik

Keterangan : tidak terkaji

2. SIRKULASI
Frekuensi nadi 92 x/mnt

[√] Reguler [ ] Irreguler

Tekanan darah 110/70 mmHg

Keadaan saat ini :

[ ] Edema [ ] nyeri kaki [ ] nyeri dada

[√] kelelahan [ ] syncope

Extremitas : [√] Hangat [ ] Dingin [ ] Sianosis

[ ] Anemia [ ] Trombositopenia

[ ] Lekositosis [ ] Hipoproteinemia

Keterangan : terkadang klien merasa mudah lelah

3. MAKANAN, CAIRAN DAN ELEKTROLIT


Makan 4 x/hari

Pagi jam 7.00 Siang jam 12.00 dan 16.00 Malam jam 20.00

Diet : tidak ada

Minum : 2000 cc/hari


Menggunakan [ ] Dot [√] Gelas [ ] Lain-lain

Makanan dan minuman yang tidak disukai: klien tidak suka makan sayur

Nafsu makan [√] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk

BB sebelum sakit : 41 kg, BB sekarang : 41 kg

[ ] BB turun [√] BB tetap [ ] BB naik

Keadaan saat ini :

[ ] Sulit mengunyah [ ] Stomatitis

[ ] Sakit menelan [ ] kebersihan mulut kurang

[ ] Mual [ ] Muntah [ ] Nyeri ulu hati

Gigi bersih

Lidah : [√] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput

[ ] Lain-lain misalnya normal

Selaput lendir : [√] Basah [ ] Kering [ ] Berselaput

[ ] Lain-lain misalnya normal

Abdomen : [√] Supel [ ] kembung [ ] Tegang

Turgor : [√] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk

Hasil laboratorium :

[ ] Hipoproteimenia [ ] Hipoalbuminemia

[ ] Hipokalemia [ ] Hipokalsemia

[ ] Hiponatremia

Dextrostik : [ } Normal [ } Rendah [ ] Tinggi

Keterangan : tidak terkaji

4. ELIMINASI
4.a. BUANG AIR KECIL ( BAK )

Frekuensi BAK 7 x/hari

Ada kesukaran : [ ] Ya [√] Tidak

Bila ada kesukaran lakukan apa ?

Tidak ada

Keadaan saat ini :

[ ] Rasa terbakar [ ] Dysuria [ ] Sering BAK

[ ] Hematuria [ ] Inkontinesia [ ] Retensi urin

[ ] Imobilisasi [ ] Menetes [ ] Infeksi

[ ] Distensi kandung kemih

keterangan : tidak ada

4.b. BUANG AIR BESAR ( BAB )

Frekuensi BAB 1 x/hari, namun terkadang tidak tentu

Ada kesukaran : [ ] Ya [√] Tidak

Bila ada dilakukan apa ? tidak ada

Kapan terakhir BAB kemarin pagi

Keadaan saat ini :

[ ] Diare [ ] Konstipasi [ ] Hemorroid

[ ] Kolostomi [ ] Ileustomi [ ] Perubahan diet

[ ] Penurunan pemasukan cairan

[ ] Sakit pada saat defekasi [ ] Imobilisasi

Konsistensi Feces : [√] lembek [ ] Cair berampas

[ ] Cair tanpa ampas

Warna Feces : [√] Kuning [ ] Hijau


[ ] Putih dempul [ ] Darah

Keterangan : normal

5. NEUROSENSORI
Tingkat Kesadaran

[√] Kompos mentis [ ] Apatis [ ] Somnolent

[ ] Sopor coma [ ] Coma

Orientasi

[√] Waktu [√] Tempat [√] Orang [ ] Bingung

Sifat Anak

[√] Tenang [ ] Sedih [ ] Cemas [ ] Lain-lain ………………………………

Berbicara

[√] Sesuai/teratur [ ] Tak sesuai [ ] Menghina

[ ] Aphasia [ ] Kacau

Kontak mata : [√] Ya [ ] Tidak

Pupil mata : [√] Isokor [ ] An isokor [ ] Dilatasi

[√] Bereaksi [ ] Tidak Bereaksi

Keterangan : normal

6. KEAMANAN / MOBILISASI

6.a. Persepsi/koordinasi

Penglihatan

[√] Baik [ ] Kabar [ ] Ganda [ ] Buta warna

Pendengaran :

[√] Baik [ ] Tuli [ ] Nyeri

Sensori :
[√] Baik [ ] Pusing [ ] Pingsan [ ] Nyeri

[ ] Sakit Kepala [ ] Mati rasa

Keterangan : normal

6.b. Mobilisasi

Aktifitas sehari-hari yang bisa dilakukan menonton tv dan bermain game

[√] Dapat menolong diri sendiri

[ ] Ditolong dengan bantuan

Keadaan saat ini :

[ ] Sulit berjalan [√] Kelelahan [ ] Nyeri

[ ] Gerakan yang terbatas [ ] kejang

[ ] Parasitis [ ] Otot lemah [ ] Riwayat jatuh

[ ] Koordinasi yang rusak [ ] Cemas

[√] Pernafasan terganggu

[ ] Pengetahuan kurang

[ ] Penglihatan kurang

[ ] Gangguan Muskuloskeletal

[ ] Penurunan daya tahan tubuh

Keterangan : klien mudah lelah, dan merasa sesak ketika banyak beraktifitas

1. KEBERSIHAN DIRI / KULIT


Warna [√] Normal [ ] Pucat [ ] Kemerahan [ ] Kuning

Temperatur [√] Normal [ ] Hangat

[ ] Dingin [ ] Berkeringat

Turgor [√] Baik [ ] Sedang [ ] Buruk

Integritas kulit [√] Baik/utuh [ ] Kering [ ] lesi


[ ] Pruritus [ ] Rash [ ] Kemerahan

Rambut : bersih

Kuku bersih

Infus [√] Ya [ ] Tidak, Drain : [ ] Ya [√] Tidak

mandi 2 x/hari

Menggosok gigi 2 x/hari

Cuci rambut tiap 1 x/2 hari

Hasil laboratorium :

[ ] Lekositosis [ ] Trimbositopenia

Keterangan : tidak terkaji

2. KENYAMANAN
Keadaan saat ini :

Nyeri [√] karakteristik : terkadang merasa klien merasa sakit pada tulang belakang

Diaporesis [ ] Gatal [ ] Panas [ ] Mual [ ]

Temperatur : 37,2oC

Luka Operasi : [ ] Ya [√] Tidak

Keterangan :

3. TIDUR DAN ISTIRAHAT


Tidur mulai jam berapa : jam 21.00 waktu bangun 06.30, akhir-akhir ini klien sulit tidur

Sering terbangun malam ( alasannya ) klien sering terbangun malam karena sesak yang
dialaminya

Tidur siang jam berapa : jam 12.30, terkadang tidak tidur siang

Tidur dengan siapa : dengan ibunya

Berdo’a/membaca cerita sebelum tidur: berdoa

Alat bantu untuk tidur : tidak ada


4. BERMAIN DAN REKREASI
Jam bermain : sejak pulang sekolah pukul 14.00 hingga menjelang tidur malam, klien
hanya menonton tv dan bermain game, sampai jam 21.00

Jenis permainan bermain game online

Tempat bermain : diluar rumah / didalam rumah

5. PSIKO SOSIAL
Persepsi klien/keluarga tentang status kesehatan sekarang

Ibu mengatakan tidak melarang anaknya memakan makanan cepat saji, jika dilarang
anaknya akan mengamuk dan menangis.

Siapa yang merawat : [√] Ibu [ ] Bapak [ ] Saudara

[√]Lain-lain jika orang tua bekerja anaknya dititip oleh neneknya.

Hubungan dalam keluarga :

[√] Harmonis [ ] Tidak harmonis

Hubungan dengan teman :

[ ] Ramah [ ] Kerja sama [ ] Nakal [ ] Egois

[√] Lain-lain klien mempunyai teman, namun klien sulit untuk beraktivitas bermain, karena
tubuhnya yang besar.

Sifat anak : [ ] Pemarah [√] Pemalu [ ] Pendiam

[ ] Manja [ ] Sabar [ ] Pemberani

[ ] Lain-lain ………………………………………………………………….

Prestasi belajar :

[ ] Baik [√] Sedang [ ] Kurang

Harapan klien/keluarga tentang pengobatan

Penyakitnya : orangtua klien berharap bahwa sesak napas klien dapat berkurang dan
berat badan anaknya bisa turun.

6. SOSIAL EKONOMI
Keadaan lingkungan tempat tinggal :

[√] Bersih [ ] Kotor [ ] Padat

Tempat tinggal : [√] Rumah [ ] Flat [ ] Lain-lain

Misalnya : klien dan keluarga tinggal di lingkungan komplek yang bersih

Masalah biaya keperawatan : [ ] Ya [√] Tidak

Keterangan : orangtua menggunakan BPJS

7. AGAMA
Adakah hal-hal yang mempengaruhi agama dalam hal : tidak ada

3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : baik

Tingkat kesadaran : composmentis

A. Antropometri :
Berat Badan : 41kg Tinggi Badan : 122 Lingkar kepala : ……… (< 3 thn)

Lingkar Lengan Atas : .......................... Lingkar Dada : ....................

Lingkar Perut : ..................

B. Tanda Vital :
Suhu : 37,2oC Nadi : 92x/menit

Pernafasan 45x/menit Tekanan Darah : 110/70 mmHg

C. Pemeriksaan Umum

1. Kulit :

a. Warna normal, kebersihan baik

b. Lesi tidak ada

c. Keadaan ( lembab, kering ) lembab

d. Temperatur hangat

e. Turgor baik, oedema tidak ada

2. Kuku :
a. Keadaan ( utuh, bersih, panjang, pendek ) bersih pendek

b. Warna ( sianosis, kronik, garis melintang berwarna ) berwarna merah muda


c. Bentuk kuku ( cembung,cekung)cembung normal

3. Rambut :
Warna : hitam, Distribusi : merata

Bentuk/Sifat rambut lurus, mudah rontok: tidak

4. Kepala:

Bentuk bulat, kesemetrisan simetris


5. Wajah:

Bentuk bulat, warna normal


6. Mata :

a. Bentuk dan gerak mata ( simetris/tidak ) simetris

b. Warna konjungtiva : tidak anemis

c. Sclera tidak ikterik

d. Iris : coklat gelap

e. Cornea : transparan

f. Pupil ( jernih, refleks, oedema ) jernih

g. Lensa ( jernih, keruh ) jernih

h. Kelopak mata ( pitosis, oedema ) normal

i. Ketajaman penglihatan: normal


7. Hidung

a. Mukosa hidung ( warna) merah muda

b. Bulu hidung ada

c. Adakah akumulasi tidak ada sekret/darah tidak ada

d. Septum ada

8. Mulut

a. Bibir (warna, kesemetrisan, kelembaban) sedikit kering

b. Mukosa (warna, lesi, kelembaban) sedikit pucat

c. Lidah ( lapis putih, bercak keabuan, fisura ) normal


d. Uvula ( gerakan, posisi ) normal

e. Gigi ( caries dentis, tidak tumbuh gigi ) normal

f. Pharing ( kemerahan pada dinding belakang, sekret ) normal


g. Tonsil (kemerahan, bengkak) normal

h. Kebersihan mulut bersih

9. Telinga

a. Bentuk dan besarnya normal

b. Letak ( simetris ) simetris

c. Benjolan tidak ada

d. Keadaan membran telinga normal

e. Adakah rasa nyeri, sekret, warna sekret, bau tidak ada

f. Pendengaran baik

10. Leher

a. Gerakan leher normal

b. Pembesaran getah bening tidak ada

c. Bendungan vena jugularis tidak ada

d. Adakah tumor, oedema, lesi tidak ada

11. Dada :

a. Lingkar dada : simetris

b. Gerakan dada : ekspansi simetris

c. Bentuk dada : normal

12. Paru-paru :

a. Gerakan pernafasan : normal

b. Pola pernafasan : dispneu

c. Frekuensi : 45 x/menit

d. Suara pernafasan : wheezing

13. Abdomen :

a. Menonjol dan gerakan: perut klien buncit


b. Lembut, tegang, ada masa, cairan abnormal: lembut

c. Perkusi ( sonor, dulnes pekak ) tympani

d. Bising usus 7x/menit

e. Umbilikus ( hernia, pembuluh darah ) normal

14. Hepar :

a. Adakah pembesaran : tidak

b. Teraba(ada/tidak):tidak

c. Sewaktu bernafas atau bergerak(sakit/tidak) tidak

15. Kelenjar limpa :

a. Pembesaran ( letak, ukuran, tonjolan ) tidak terkaji

b. Konsistensi ( padat, kenyal ) tidak terkaji

c. Arah pembesaran ( medial, lateral inferior ) tidak terkaji

d. Nyeri tekan : tidak terkaji

16. Ginjal :

a. Dapat diraba/tidak tidak

b. Pembesaran unilateral/bilateral tidak

17. Punggung

a. Bentuk ( simetris ) simetris

b. Lessi, tumor tidak ada

18. Ekstremitas atas dan bawah

a. Kekuatan otot: 5555

b. Adakah atropi otot: tidak ada

c. Adakah fraktur: tidak ada

d. Adakah kelumpuhan: tidak ada jenis …………………………………

e. Oedema/lessi tidak ada

f. Nyeri otot tidak ada

g. Refleks lutut/siku baik

19. Genitalia
a. Adakah pembesaran penis
………………………………………………………………

b. Lessi mukosa labia, clitoris tidak ada

c. Deformitas ( kelainan bentuk kelamin ) tidak ada

20. Anus

a. Perdarahan : tidak ada

b. Hemoroid : tidak ada

c. Atresia ani tidak ada

d. Massa, tumor : tidak ada

4. PEMERIKSAAN REFLEKS

A. Berkedip : baik

B. Moro : tidak terkaji


(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)

C. Rooting/mencari : tidak terkaji


(Normal : dijumpai sampai umur 4 bulan)

D. Sucking/menghisap : tidak terkaji


(Refleks menetap selama masa bayi dan mungkin terjadi selama tidur tanpa
stimulasi)

E. Swallowing/menelan : baik

F. Merangkak : baik
(Normal : bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan kaki)

G. Palmar Grasp/menggenggam : tidak terkaji


(Normal :dijumpai sampai umur 8 bulan)

H. Tanda Balbinski : tidak terkaji


(Normal : dijumpai sampai umur < 1 tahun)

5. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN

A. Kemandirian dan bergaul : mandiri, namun sulit untuk ikut bermain karena
tubuhnya yang besar, karena ia mudah merasa lelah
B. Motorik halus : baik

C. Bernalar dan berbahasa : baik

D. Motorik kasar : baik

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. Diagnosis penyakit : obesitas

B. Pemeriksaan laboratorium : tidak terkaji

1. Urine : tidak terkaji

2. Feces : tidak terkaji

3. Kimia darah : tidak terkaji

C. Pengobatan

1. Simtomatik : tidak terkaji

2. Kausal/antibiotika : tidak terkaji

3. Terapi cairan : tidak terkaji

4. Terapi oksigen/karbondioksida : oksigen dengan 2 L, nasal kanul

D. Radiologi

1. Hasil photo rontgen : tidak terkaji

2. USG : tidak terkaji

3. Lumbal fungsi : tidak terkaji

B. Analisa Data
No
Symtom Etiologi Masalah
.
1. Ds: Masukan energi berlebih Pola napas tidak efektif
 klien mengatakan ia merasa dari kebutuhan
sesak napas
 klien mengatakan ia mudah Pembesaran dan
terasa lelah penambahan sel lemak
Do:
 klien tampak sesak Obesitas
 BB = 41kg, TB = 122cm
 RR = 45x/menit Penimbunan lemak di
bawah diafragma

Menekan paru-paru

Pola napas tidak efektif


2. Ds: Masukan energi berlebih Perubahan nutrisi lebih
 klien mengatakan ia tidak dari kebutuhan dari kebutuhan
pernah berolahraga
 klien mengatakan badannya Pembesaran dan
mudah lelah penambahan sel lemak
 klien mengatakan jarang
bermain karena tubuh Obesitas
besarnya
 klien mengatakan ia suka Pemasukan makanan yang
makan ayam goreng, coklat, berlebih ke dalam tubuh
minuman bersoda, dan cake.
Do: Perubahan nutrisi lebih
 klien hanya mau makan dari kebutuhan
ayam goreng, tidak mau
makan makanan dari rumah
sakit.
 BB = 41kg, TB = 122cm
 IMT = 27,55
3. Ds: Masukan energi berlebih Intoleransi aktivitas
 klien mengatakan ia tidak dari kebutuhan
pernah berolahraga
 klien mengatakan badannya Pembesaran dan
mudah lelah, dan merasa penambahan sel lemak
sesak
 klien mengatakan jarang Obesitas
bermain karena tubuh
besarnya Berat badan meningkat
Do:
 klien hanya mau makan Keterbatasan aktifitas fisik
ayam goreng, tidak mau
makan makanan dari rumah Intoleransi aktivitas
sakit.
 Klien tampak sesak
 BB = 41kg, TB = 122cm
 IMT = 27,55

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan diafragma, obesitas.
2. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang berlebih.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup monoton, fisik yang
besar.

D. Perencanaan Keperawatan
Tujuan &
No. Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
pola nafas pasien perawat, Menanyakan
dapat normal keadaan klien (perasaan
kembali dengan klien/tidur klien nyenyak
kriteria hasil: atau tidak), Jelaskan
- Nafas kembali tujuan, prosedur, dan
normal lamanya tindakan pada
- TTV normal klien dan keluarga
2. Monitor frekuensi, irama, 2. Beberapa derajat spasme
kedalaman, upaya napas bronkus terjadi dengan
obstruksi jalan napas dan
dapat/tak dimanifestasikan
adanya bunyi napas
adventisius. Misalnya
penyebaran, krekels basah
(bronkitis); bunyi napas
redup dengan ekspirasi
mengi (emfisema); atau tak
adanya bunyi napas (asma
berat).
3. Monitor pola napas 3. Takipnea biasanya ada pada
(seperti bradipnea, beberapa derajat dan dapat
takipnea, hiperventilasi, ditemukan pada penerimaan
Kussmaul, Cheyne- atau selama stres/adanya
Stokes, Biot, ataksik) proses infeksi akut.
Pernapasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding
ekspirasi.
4. Monitor kemampuan 4. Batuk efektif dapat
batuk efektif dan adanya membantu mengurangi/
produksi sputum membersihkan sekret di
pernapasan klien, jika klien
tidak mampu untuk
melakukan batuf efektif
bantu menggunakan suction.
5. Palpasi kesimetrisan 5. Saat ekspansi tidak simetris
ekspansi paru maka diduga terjadi
penumpukan cairan di paru
tersebut.
6. Posisikan pasien semi 6. Peninggian kepala tempat
fowler. tidur mempermudah fungsi
pernapasan dengan
menggunakan gravitasi.
Namun pasien dengan distres
berat akan mencari posisi
yang paling mudah untuk
bernapas. Sokongan
tangan/kaki dengan meja,
bantal dan lain-lain
membantu menurunkan
kelemahan otot dan dapat
sebagai alat ekspansi dada.
7. Kolaborasi pemberian 7. Mencukupi kebutuhan
oksigenasi. oksigen yang adekuat
2. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama …X 24 jam nama dan tanggung jawab
Perubahan nutrisi perawat, Menanyakan
lebih dari keadaan klien (perasaan
kebutuhan tubuh klien/tidur klien nyenyak
teratasi dengan atau tidak), Jelaskan
kriteria hasil: tujuan, prosedur, dan
- Pasien akan lamanya tindakan pada
mendekati berat klien dan keluarga.
badan ideal 2. Kaji pola makan klien 2. Mengetahui segala sesuatu
- Mengalami yang dimakan, termasuk
asupan yang waktu jumlah yang
adekuat, tetapi dimakan, dimanan
tidak makanan tersebut
berlebihan, dikonsumsi, aktivitas yang
menyangkut dilakukan selama makan,
kaori, lemak, perasaan pada waktu
karbohidrat, makan, dan sebagainya.
vitamin, 3. Kaji lingkungan makan 3. Untuk menentukan
mineral, besi kemungkinan efek pada
dan kalsium obesitan (dimanan, dengan
- Menahan diri siapa, aktivitas saat
untuk tidak makan).
makan banyak 4. Ajarkan kepada pasien 4. Untuk mengendalikan
dalam satu atau keluarga tentang jumlah lemak dna kalori
waktu pemilihan makanan yang dikandung oleh suatu
yang tepat. makanan.
5. Anjurkan menerapkan 5. Energi (kalori) harus adekuat
diet dan olahraga. untuk menyokong
pertumbuhan dan
perkembangan serta untuk
mencapai atau memelihara
berat badan yang diinginkan
serta dilakukannya aktivitas
fisik yang memadai dapat
menurunkan persentasi lemak
tubuh yang selanjutnya dapat
mengurangi risiko menderita
obesitas dan penyakit
kardiovaskuler.
6. Circuit Training
6. Anjurkan melakukan memperbaiki kebugaran
Circuit Training. jasmani yang berkaitan
dengan kekuatan, kecepatan
dan daya tahan tubuh.
7. Untuk mengetahui
7. Timbang berat badan jangkauan aktivitas dan
pasien dalam interval mobilitas klien.
yang tepat. 8. Memberikan nutrisi yang
8. Kolaborasi dengan ahli tepat dan seimbang
gizi dalam
menentuknan diit yang
sesuai untuk pasien.
3. Setelah dilakukan 1. Berikan salam, panggil 1. Bina hubungan saling
tindakan klien dengan nama percaya.
keperawatan kesukaannya, Perkenalkan
selama ...x24 jam nama dan tanggung jawab
diharapkan pasien perawat, Menanyakan
dapat mentoleransi keadaan klien (perasaan
aktivitas dengan klien/tidur klien nyenyak
kriteria hasil: atau tidak), Jelaskan
a. tujuan, prosedur, dan
dalam aktivitas lamanya tindakan pada
fisik dengan klien dan keluarga.
TTV yang 2. Identifikasi gangguan 2. Untuk menentukan derajat
sesuai. fungsi tubuh yang dan faktor yang memperberat
b. mengakibatkan kelelahan. kelelahan.
normal, hangat, 3. Motivasi aktivitas rutin 3. Mendorong klien memulai
dan ering seperti berjalan, naik olahraga kecil tapi
c. tangga, dan sebagainya. bermanfaat.
aktivitas 4. Rencanakan aktivitas 4. motivasi tujuan yang
meningkat. dengan pasien atau sederhana dan realities
d. keluarga yang dapat dicapai oleh pasien
meningkatkan meningkatkan yang meningkatkan
aktivitas fisik kemandirian dan daya kemandirian dan daya
e. tahan. tahan.
tahan adekuat 5. Lakukan pengaturan 5. Pola tidur yang singkat
untuk durasi tidur sangat berpengaruh terhadap
beraktifitas pola makan karena
f. peningkatan grehlin
an aktivitas 6. Anjurkan melakukan 6. Mencegah terjadinya
dan istirahat aktivitas secara bertahap. kekakuan otot.
7. Anjurkan keluarga 7. Motivasi keluarga
pasien untuk membantu meningkatkat percaya diri
aktivitas pasien dalam klien.
meningkatkan
kemandirian dan daya
tahan serta
mengajarkan kepada
keluarga mengenai
aktivitas pasien.
8. Kolaborasi dengan ahli 8. Meningkatkan energi pada
gizi tentang cara tubuh klien.
meningkatkan asupan
makanan.
E. Pembahasan
1. Circuit Training
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Putri & Setiawati, menyatakan bahwa
perlakuan circuit training selama 6 minggu dengan frekuensi 3 kali seminggu dapat
menurunkan IMT. Latihan ini terdiri dari 8 pos, yaitu Lempar tangkap bola yang
dilakukan oleh 2 orang, yaitu 1 anak dengan peneliti, Star Jump, Going up and down,
Triceps extension, Biceps curl, Lompat tali, Sit Up, dan Squat.
Salah satu cara penentuan obesitas adalah dengan menggunakan Indeks Massa
Tubuh (IMT). IMT bisa menggambarkan lemak tubuh yang berlebihan, sederhana dan
bisa digunakan dalam penelitian populasi berskala besar. Pengukurannya hanya
membutuhkan 2 hal yakni berat badan dan tinggi badan, yang keduanya dapat
dilakukan secara akurat oleh seseorang dengan sedikit latihan. Tingginya IMT anak
sangat berhubungan dengan timbunan lemak berlebih pada anak tersebut. IMT sering
dijadikan kriteria dan dianggap baik dalam menentukan obesitas pada anak.
Circuit training merupakan suatu program latihan fisik berinterval, merupakan
gabungan latihan penguatan dan latihan aerobik, bermanfaat untuk kelenturan dan
kekuatan fisik. Jenis latihan bersifat sirkuit sehingga tidak bersifat membosankan.
Circuit training bertujuan dalam pengembangan dan memperbaiki kebugaran jasmani
yang berkaitan dengan kekuatan, kecepatan dan daya tahan tubuh.

Video tutorial : https://www.youtube.com/watch?v=q-vqf9iPa6Q


2. Diet Dan Aktivitas Fisik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anam (2010), menyatakan bahwa
intervensi diet dan olahraga selama 8 minggu menurunkan indeks massa tubuh dan
profil lipid, meningkatkan tingkat kesegaran jasmani pada anak.
Intervensi diet pada penelitian ini berupa konseling pada anak dan orangtua.
Sedangkan intervensi olahraga sebanyak 3 kali 45 menit per minggu selama 8 minggu.
Didapatkan penurunan indeks massa tubuh sebesar 0,6 kg/m2, peningkatan tingkat
kesegaran jasmani sebesar 1,66 ml/kg/menit, penurunan kadar LDL darah 13,5 mg/dL
dan peningkatan kadar HDL darah 7,5 mg/dL
Penelitian membuktikan bahwa anak obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik dan
tingkat kesegaran jasmani yang rendah. Aktivitas fisik yang tidak adekuat
menyebabkan semakin besarnya lemak tubuh yang ditimbun pada jaringan, sedangkan
kesegaran jasmani yang rendah dapat mempengaruhi kesehatan fisik anak obesitas.
Aktivitas fisik yang memadai dapat menurunkan persentasi lemak tubuh yang
selanjutnya dapat mengurangi risiko menderita obesitas dan penyakit kardiovaskuler.
Asupan diet harian subyek penelitian berbeda secara bermakna sebelum dan
sesudah intervensi diet dan olahraga. Intervensi diet dengan cara konseling terhadap
subyek dan orangtua pada penelitian ini, berhasil menurunkan asupan kalori harian
subyek penelitian dari rata-rata 1928 kkal/hari menjadi 1517 kkal/hari. Asupan diet
pada awal penelitian mendapatkan rerata asupan harian yang tinggi dengan rerata yang
dianjurkan untuk kelompok umur dan berat badan pada subyek sekitar 1600-1800
kkal/hari.
Pada penelitian ini, rerata IMT sebelum dan setelah intervensi berbeda secara
bermakna, intervensi selama 8 minggu menurunkan IMT sebesar ± 0,48 kg/m2.
Penurunan IMT ini berhubungan dengan penurunan persentase lemak tubuh. Beberapa
penelitian mendapatkan hasil bahwa olahraga dengan intensitas tertentu dapat
menurunkan IMT dan digunakan sebagai tatalaksana obesitas. Indeks massa tubuh
subyek yang tidak aktif ditemukan lebih tinggi dibandingkan dengan subyek yang aktif
dan berbeda secara bermakna, aktivitas fisik sebagai suatu bentuk pengeluaran energi
dapat merupakan salah satu target untuk tatalaksana obesitas yang efektif disamping
pembatasan diet, karena selain dapat menurunkan berat badan juga dapat meningkatkan
kebugaran fisik termasuk sistem kardiorespirasi.
3. Pengaturan Durasi Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Septiana (2017), menyatakan bahwa
durasi tidur yang kurang akan meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak usia
3-8 tahun dan pola tidur yang singkat sangat berpengaruh terhadap pola makan karena
peningkatan grehlin dan penurunan resistensi leptin, sehingga perlu mengontrol pola
tidur anak. Sehingga orang tua sebaiknya harus mulai memperhatikan waktu tidur anak
agar tidak kurang dari 10-12 jam hari. Memperhatikan pola tidur anak sebagai salah
satu upaya pencegahan obesitas sejak dini. serta orang tua juga perlu memperhatikan
asupan makanan pada anak usia 3-8 tahun.
Hasil penelitian dari 440 responden secara deskriptif, anak dengan riwayat durasi
tidur selama 7-9 jam 64,8 %, 10-12 jam 34,3 %, dan 13-> 14 jam 9%. Pola makan
berdasarkan jenis makanan menunjukkan bahwa seluruh responden mengkonsumsi
makanan pokok 100% dan sebagian besar mengkonsumsi lauk nabati 94,5%, hewani
94,5%, dan sayur 94.5%, namun hanya sebagian kecil responden yang mengkonsumsi
buah 25,9%. Jumlah makanan yang dikonsumsi dalam sehari didapatkan sebagian besar
94.1% pola makan dari responden dikategorikan dalam pola makan baik (memenuhi 2
80% AKG) dan kategori pola makan kurang baik (hanya memenuhi < 80% AKG anak
usia pra sekolah dan usia sekolah) sebanyak 5.7% anak. Frekuensi makan anak usia 3-8
tahun pada penelitian ini didapatkan sebagian besar berfrekuensi makan 2 3 kali dengan
jumlah 86.6%. Status gizi anak usia 3-8 tahun berdasarkan indeks IMT/U 7% memiliki
status gizi sangat kurus. 5.0°% memiliki status gizi kurus, 30.2% memiliki status gizi
normal.
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk fungsi restorasi dan
homeostatis seluruh sistem organ tubuh, yang bersifat menyegarkan dan penting dalam
termoregulasi normal serta penyimpanan energi. Kebutuhan tidur anak sekitar 10-12
jam per hari, dengan pola tidur yang irregular, sangat dipengaruhi oleh kondisi
psikologis, gaya hidup, dan gangguan siklus sirkadian bangun-tidur. Prevalensi
gangguan tidur pada anak 25-40%. Obesitas merupakan kondisi peningkatan lemak
total tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25%
pada wanita karena lemak. Hal ini merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh penyebab multifaktorial.
Kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesity) merupakan faktor resiko
penyebab kenmatian ke-5 di dunia.
Penelitian Vorona (2010), menunjukkan bahwa populasi yang overweight dan
obesitas memiliki jumlah jam tidur yang lebih pendek dibandingkan dengan populasi
yang indeks massa tubuhnya normal. Menurut analisis epidemiologis yang dilakukan
Johnny Hopkinson dari Fakultas Kesehatan Bloomberg, tidur atau istirahat ekstra dapat
mengurangi risiko kelebihan berat badan pada anak-anak sebanyak 9%. Demikian pula
meminut Grander & Krike (2014), sebanyak 30 survei yang dilakukannya di berbagai
negara menunjukkan bahwa kurang tidur menjadi salah sani penyebab meningkatnya
berat badan yaitu indeks massa tubuh baik pada usia anak anak maupun dewasa.
Kurangnya tidur (2-4 jam sehari) dapat mengakibatkan kehilangan 18% leptin dan
meningkatkan 28% ghrelin yang dapat menyebabkan bertambahnya nafsu makan kira-
kira 23-24% (Grander & Krike, 2014).
F. SOP

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGATURAN TIDUR PADA ANAK


Pengertian Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia untuk fungsi restorasi dan
homeostatis seluruh sistem organ tubuh, yang bersifat menyegarkan dan
penting dalam termoregulasi normal serta penyimpanan energi.
Tujuan Untuk mengurangi IMT pada anak dengan obesitas.
Persiapan Persiapan Alat:
1. Buku cerita
2. Susu hangat
3. Tape recorder
Persiapan Klien:
1. Berikan salam, perkenalkan diri perawat, dan identifikasi klien dengan
memeriksa identitas klien.
2. Kaji kondisi klien.
3. Jelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Berikan privasi pada klien.
5. Atur posisi klien sehingga merasakan aman dan nyaman saat tindakan
berlangsung.
Prosedur Orientasi :
Kerja 1. Berikan salam, panggil klien dengan nama kesukaannya
2. Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
3. Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada klien dan
keluarga
4. Berikan kesempatan kepada klien atau keluarga untuk bertanya
sebelum terapi dilakukan.
Tahap Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jika kaki tampak kotor cuci terlebih dahulu lalu keringkan.
3. Posisikan pasien dalam posisi duduk.
4. Mempersiapkan lingkungan yang tenang, pasang sketsel, kalau perlu
pasang lampu tidur yang redup.
5. Modifikasi lingkungan yang menunjang istirahat-tidur.
6. Menggali kebiasaan ritual tidur klien.
7. Membacakan cerita
8. Memberikan susu hangat
9. Dengarkan musik kesukaan klien
10. Mengobservasi tidur klien nyenyak atau tidak
11. Mencuci tangan
Terminasi :
1. Kaji respon klien setelah bangun tidur
2. Berikan reinforcement positif kepada klien
3. Rapikan pakaian klien dan kembalikan ke posisi yang nyaman
4. Rapikan alat-alat
DAFTAR PUSTAKA

Adriani dan Wirjatmadi. 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Kencana. Jakarta.

Anam, MS. (2010). Pengaruh Intervensi Diet Dan Olahraga Terhadap Indeks Massa Tubuh,
Kesegaran Jasmani, Hscrp Dan Profil Lipid Pada Anak Obesitas The Effects Of Diet
And Exercise On Body Mass Index, Physical Fitness, Hscrp And Lipid Profile In Obese
Children. Masters thesis, UNIVERSITAS DIPONEGORO.

Kadek, Hartini, dkk, (2014). Korelasi Derajat Obesitas dengan Prestasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar (Sari Pediatri, Vol. 16, No. 1, Juni 2014).

Misnadirly. (2015). Obesitas: Sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit. Jakarta: POP.

More, Judy. 2013. Gizi bayi, Anak dan Remaja. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Nirwana, Ade Benih. (2012). Obesitas Anak Dan Pencegahannya. Yogyakarta: Numed.

Prihaningtyas, Rendi Aji. (2018). Anak Obesitas. Jakarta: Geramedia.

Putri, Dewi Murdiyanti Prihatin. (2016). Keperawatan transkultural. Yogyakarta: KTD.

Putri, Rahima Ayu & Erna Setiawati. (2017). Pengaruh Circuit Training Terhadap Indeks
Massa Tubuh Pada Anak Obesitas. Jurnal Kedokteran Diponegoro.

Ramayulis, Rita. (2014). Atasi Obesitas pada Anak dengan Diet Rest. Jakarta: Gramedia.

Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2014). Diagnosis, Tata Laksana dan
Pencegahan Obesitas pada Anak dan Remaja.

Septiana, Puput. (2017). Hubungan Antara Durasi Tidur Dengan Kejadian Obesitas Pada
Anak Pada Usia 3-8 Tahun. Universitas Airlangga.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.
LOGBOOK KEGIATAN HARIAN

Nama : Dwi Anggraini

NIM : 891201023

No Hari/tanggal Waktu Kegiatan Paraf

1. . Minggu/ 22.55 Arahan awal dari dosen pembimbing


06.12.20
Kontrak mingguan, meminta kasus
Senin/
2. . 07.12.20 07.02 Absen harian

07.55 Diskusi dengan dosen pembimbing melalui zoom


meeting

Pemberian kasus
08.00
Membuat LP berdasarkan kasus pemicu, loog
14.00 book

Selasa/ Absen harian


08.12.20
3. . 07.01 Mengumpulkan LP

07.23 Bimbingan melalui zoom meeting

14.00 Membuat ASKEP berdasarkan kasus pemicu,


loog book
4. . 16.00
Rabu/ Absen harian
09.12.20
Mencari jurnal penelitian berdasarkan intervensi
07.01 yang akan diberikan

10.00 Membuat pembahasan terkait jurnal penelitian,


loogbook

Membuat video tindakan


5. . Kamis / 15.00
10.12.20 Menemukan video tutorial dan membuat SOP
6. Jumat/ 09.00 Mengumpulkan tugas
11.12.20
16.00

09.00

Anda mungkin juga menyukai