Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HIPOTERMI DAN HIPETERMIA


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal dan Basic Life Support”
Dosen Pengampu : SITTI NURUL HIKMAH SALEH S. ST.,M.KEB

Disusun Oleh :

Sri Dewinal Ibrahim (0211102039)


Teysa Mokodompit (0211102041)
Sri Dewi Supu (0211102038)

INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEBIDANAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

i
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME karena rahmat
dan karunianya kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“HIPOTERMI DAN HIPETERMIA”. Penulisan makalah ini dimaksudkan
untuk menunjang proses pembelajaran pada mata kuliah “Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal dan Basic Life Support”. Kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, Semoga makalah ini dapat bermanfaat khusus bagi kami dan
umumnya bagi kita semua pembaca.

Kotamobagu, 21 Maret 2023

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PENDAHULUAN.............................................................................. 3
A. Pengertian............................................................................................. 3
B. Etiologi................................................................................................. 3
C. Manifestasi Klinis................................................................................. 4
D. Klasifikasi............................................................................................. 4
E. Patofisiologi.......................................................................................... 7
F. Diagnosis.............................................................................................. 8
G. Prognosis............................................................................................... 8
H. Penanganan........................................................................................... 9
BAB III PENUTUP......................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................... 10
B. Saran..................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PEDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran yang paling sering dilakukan adalah pengukuran suhu,
nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan saturasi oksigen. Sebagai
indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan
sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat
penting maka disebut tanda vital. Banyak faktor seperti suhu lingkungan,
latihan fisik, dan efek sakit yang menyebabkan perubahan tanda vital,
kadang-kadang di luar batas normal. Suhu tubuh manusia cenderung
berfluktuasi setiap saat. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia
dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipothalamus.
Hipothalamus ini dikenal sebagai thermostat di bawah otak.
Thermostat hipothalamus memiliki semacam titik kontrol yang
disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun
sampai di bawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan memulai
impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas.
Dalam pengaturan suhu tubuh, makhluk hidup harus mengatur panas
yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Makhluk butuh suhu
lingkungan yang cocok, agar metabolisme dalam tubuh berjalan normal.
Jika suhu lingkungan terlalu rendah ia harus mengeluarkan energi lebih
besar daripada biasanya berupa panas. Enzim bekerja dalam suhu
optimum. Kalau suhu rendah enzim tak bisa bekerja, dan hal ini dapat
menyebabkan metabolisme terganggu. Mengingat pentingnya
keseimbangan suhu tubuh bagi manusia, maka kelompok tertarik untuk
membahas makalah tentang ”gangguan keseimbangan suhu tubuh
(hipertermi dan hipotermi).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini diharapkan mahasiswa/i kebidanan
dapat mengetahui dan memahami tentang masalah kebidanan pada klien
dengan gangguan kebutuhan keseimbangan suhu tubuh akibat patologis
sistem tubuh (Hipertermi & Hipotermi).
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penyusunan makalah ini diharapkan
mahasiswa/I mampu memahami dan menjelaskan :
a. Pengertian hipertermi dan hipotermi
b. Etiologi hipertermi dan hipotermi
c. Manifestasi Klinis hipertermi dan hipotermi
d. Klasifikasi hipertermi dan hipotermi
e. Patofisiologi hipertermi dan hipotermi
f. Diagnosis hipertermi dan hipotermi
g. Prognosisi hipertermi dan hipotermi

1
h. Penanganan hipertermi dan hipotermi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
1. Hipertermi
Hipertermi adalah keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari 39oC.
(Baradero, 2009).
Hipertermi adalah situasi ketika suhu tubuh melebihi set point,
yang biasanya terjadi akibat kondisi tubuh/ kondisi eksternal yang
menciptakan lebih banyak panas dari yang dapat dihilangkan tubuh,
seperti heatstroke, toksisitas, kejang, atau hipertiroidisme. (Wong,
2009).
Hipertermia adalah kenaikan suhu tubuh melebihi set point
hipotalamus. (Davey, 2006).
2. Hipotermi
Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah 35oC.
(Bilotta, 2009).
Hipotermi yaitu diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi,
konveksi, radiasi, atau transpirasi. Local cold injury dan frostbite timbul
karena terjadi hipotermia karena penurunan vikositas darah dan
kerusakan intraseluler (intracellular injury). (Sudoyo, 2009).
B. Etiologi
1. Hipertermi
Menurut potter dan petty,(2005) etiologi hipertermi adalah :
a. Kehilangan cairan elektrolit
b. Penyakit atau trauma pada hipotalamus
c. Infeksi
d. Virus
Munurut Davey,(2006) Selain infeksi, peyebab hipertermia yang
penting yang harus dibedakan dari demam adalah :
a. Sidrom keganasan neuroleptik suatu reaksi idiosinkrasi terhadap obat
anti psikotik yang jarang terjadi, dipicu oleh penyakit yang
interkuren atau dehidrasi, ditandai oleh demam tinggi, pegal-pegal
otot, delirium dan instabilitas otonom yang jelas.
b. Hipertermia maligna pada anastesia
Terjadi pada orang dengan predisposisi genetic yang diberi anastesi
suksametonium atau halotan dan berhubungan dengan gangguan
pelepasan kalsium dari reticulum sarkoplasma. Saat terjadi serangan,
terjadi aritmia jantung dan kenaikan suhu pusat dengan cepat disertai
kekakuan otot, yang menyebabkan koma, asidosis metabolic yang
berat dan kolaps sirkulasi.
c. Kelainan serebrovaskular.
d. Ensefalitis.
2. Hipotermi
Menurut Bilotta (2009), etiologi hipotermi yaitu :
Terganggunya pengaturan suhu tubuh melalui perubahan produksi

3
panas, konduksi, konveksi, radiasi, evaporasi, atau respirasi. Contoh:
a. Nyaris tenggelam di air yang sangat dingin
b. Pemajanan terhadap suhu yang dingin dan lama
c. Pemberian produk darah
d. Proses penyakit
C. Manifestasi Klinis
1. Hipertermi
a. Suhu badan tinggi (>37,5°C)
b. Terasa kehausan
c. Mulut kering
d. Kedinginan, lemas
e. Anoreksia (tidak selera makan)
f. Nadi cepat
g. Pernapasan cepat (>60x/menit)
h. Turgor kulit kering
2. Hipotermi
Menurut Elizabeth J. Corwin (2009) :
a. Rasa baal/ kesemutan di kulit atau ekstremitas
b. Kulit pucat dan kebiruan serta dingin apabila diraba
c. Menggigil pada awalnya; kemudian kaku pada kondisi yang
memburu
d. Penurunan tingkat kesadaran, mengantuk, dan konvusi.
Menurut Bilotta (2009) manifestasi klinis hipotermi antara lain :
a. Kulit dingin
b. Sianosis
c. Hipotensi
d. Menggigil
e. Konvusi
f. Oliguria
g. Keletihan
D. Klasifikasi
1. Hipotermi
1) Berdasarkan sumber paparan yaitu :
a. Hipotermi Primer: terjadi akibat paparan langsung individu yang
sehat terhadap dingin.
b. Hipotermi sekunder: mortalitas banyak terjadi pada fase ini di mana
terjadi kelainan secara sistemik.
2) Berdasarkan temperature tubuh, yaitu :
a. Ringan (34°C -36°C)
Kebanyakan orang bila berada pada suhu ini akan menggigil secara
hebat, terutama di seluruh ekstremitas. Bila suhu tubuh lebih turun
lagi, pasien mungkin akan mengalami amnesia dan disartria.
Peningkatan kecepatan nafas juga mungkin terjadi.
b. Sedang (30°C –34 °C)
Terjadi penurunan konsumsi oksigen oleh sistem saraf secara besar
yang mengakibatkan terjadinya hiporefleks, hipoventilasi, dan

4
penurunan aliran darah ke ginjal. Bila suhu tubuh semakin menurun,
kesadaran pasien bisa menjadi stupor, tubuh kehilangan
kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh, dan adanya risiko timbul
aritmia.
c. Berat (<30 °C)
Pasien rentan mengalami fibrilasi ventrikular, dan penurunan
kontraksi miokardium, pasien juga rentan untuk menjadi koma, pulse
sulit ditemukan, tidak ada reflex, apnea, dan oligouria
2. Hipertermia
1) Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panasa.
a. Hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anesthesia.
Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang
diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut
terjadipeningkatan kalsium intraselular dalam otot rangka
sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia.Pusat pengatur
suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak
bemanfaat.
b. Exercise-Induced hyperthermia (EIH)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar/remaja yang
melakukan aktivitas fisikintensif dan lama pada suhu cuaca yang
panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama
latihanfisik terutama bila dilakukan pada suhu 30°C atau lebih
dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberianminuman lebih
sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian
yang berwarna terang,satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
c. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic/endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih
jarang dijumpai pada anakdibandingkan dengan pada dewasa.
Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan
hipertermiaantara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus,
phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone
suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam
(merangsangpembentukan pirogen leukosit).
2) Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan pelepasan panas.
a. Hipertermia neonatal Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada
hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh :
 Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan
cairan atau paparan oleh suhu kamaryang tinggi. Hipertermia
jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah
infeksi dan traumalahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan
suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demamkarena
infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti
leukositosis/leucopenia, CRP yangtinggi, tidak berespon baik
dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan

5
prematur/resiko infeksi.
 Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi
terpapar sinar matahari langsungdalam waktu yang lama.
 Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul
pada 24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan
menurun pada1-3 hari tapi bisa juga menetap dan
menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar
hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi
secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan
memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruangan. Jika suhu
tubuh bayi lebih dari 39°C dilakukan tepid sponged sampai
dengan suhu tubuh mencapai 37°C.
 Heat stroke
Tanda umum heat stroke adalah suhu tubuh > 40,5°C atau
sedikit lebih rendah, kulit terabakering dan panas, kelainan
susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi
perdarahan miokard,dan pada saluran cerna terjadi mual,
muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain
DIC,lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal,
dan perubahan gambaran EKG. Anak dengan serangan heat
stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu
tubuh segera diturunkan( melepas baju dan sponging dengan
air es sampai dengan suhu tubuh 38,5°C kemudian anak segera
dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan
selimut), membuka akses sirkulasi, dan memperbaiki gangguan
metabolic yang ada.
 Haemorrhargic Shock and Encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada
riwayat penyelimutan berlebihan,kekurangan cairan, dan suhu
udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat
genetic dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-
1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari
sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia <1 tahun dengan
median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh
penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi
dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau
gastroenteritis dengan febris ringan). Pada 2-5 hari kemudian
timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang/koma,
hipertermia (suhu > 41°C), perdarahan yang mengarah pada
DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang
membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul
hepatomegali dan asidosis dengan pernafasan dangkaldiikuti
gagal ginjal. Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi

6
pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan
hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini
tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat
pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi
menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema
serebri.
 Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak,
tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang
mendahului sering berupa infeksi saluran nafas akut dengan
febrisringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat
berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah
pada bayi usia 2- 4 bulan. Hipotesis yang dikemukakan untuk
menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi
mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda
sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity
pengaturan pernafasan, suhu, dan respons tekanan darah.
Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan
kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah
ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat
menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernafasan sehingga
berakhir dengan apnea.
E. Patofisiologi
1. Hipertermi
Hipertermi disebabkan karena adanya vasodilatif (pelebaran
pembuluh darah) aktif pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah
melalui kulit lengan bawah dan batang tubuh bertambah tiga kali lipat
sehingga menyebabkan suhu tubuh akan meningkat atau berlebih. Hal
ini menyebabkan jumlah implus simpatis sangat berkurang anatomis
tersebut berdilatasi dan memungkinkan jumlah besar darah hangat
mengalir kedalam fleksus verosus sehingga mengakibatkan peningkatan
pengeluaran panas dari dalam tubuh. Pusat pengatur suhu tubuh terletak
di hipotalamus dimana terdapat suatu pusat kecil yang mengatur suhu
tubuh yang disebut preoptik hipotalamus anterior. Pemanasan daerah ini
menyebabkan vasodilatif atau vasokontriksi pembuluh darah tubuh.
Pada hipertermi, terdapat kenaikan suhu tubuh yang tinggi yang
disebabkan oleh peningkatan suhu inti tubuh secara berlebih sehingga
terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas. Hipertermi anatara lain
dijumpai pada heat stroke (tersengat panasnya udara lingkungan),
aktivitas fisik yang berlebih pada cuaca panas serta dikarenakan efek
dari beberapa jenis obat-obatan seperti ekstasi.
2. Hipotermi
Tubuh menggigil adalah suatu respon potensial dan merupakan
kegiatan involunter dari otot-otot skeletal yang dicetuskan oleh
hipotalamus untuk memproduksi panas. Dengan menggigil, tonus otot

7
meningkat sehingga menghasilkan panas dan kebutuhan akan oksigen
juga meningkat sekitar 300-400%. Peningkatan kebutuhan oksigen akan
meningkatkan kecepatan metabolik sekitar 50-100% dan menambah
beban pada miokardium. Bagi pasien yang sudah mengalami penyakit
arteri koroner, menggigil bisa mengakibatkan dekompensasi kordis.
Eliminasi obat untuk relaksasi otot bisa menjadi lebih lama apabila
pasien mengalami hipotermia. Hipotermia juga mempengaruhi
koagulasi darah, fibrinolisis meningkat dan kegiatan trombosit
menurun. Keadaan ini bisa mengakibatkan perdarahan. Vasokontriksi
bisa juga terjadi dengan hipotermia yang kemudian diikuti dengan
vasodilatasi ketika tubuh mulai menghangat kembali. Pasien ini
memerlukan lebih banyak cairan ketika tubuh mulai menjadi hangat
kembali untuk menghindari hipovolemia.
F. Diagnosis
1. Hipertermia
Salah satu tindakan yang perawat atau dokter lakukan adalah
pengukuran suhu tubuh yang benar pada area yang tepat dan
menggunakan termometer yang akurat.Untuk menentukan apakah klien
terjadi hipertermia atau tidak, perawat harus mengetahui terlebih dahulu
standart normal suhu tubuh baik melalui aksila, rektal, oral dan
telinga.Selain itu perawat juga harus mengetahui penyebab dari
hipertermia klien, apakah karena terpapar oleh kuman dan virus
penyebab infeksi sebelumnya, apakah klien selesai melakukan aktivitas
olah raga jantung atau mengalami kekurangan cairan atau bahkan
karena cuaca bahkan penyakit yang menyertainya (Hartini,2012).
2. Hipotermia
Diagnosis hipotermia ditetapkan berdasarkan dasar wawancara
medis mendetail, di mana dokter akan menemukan riwayat kontak
dengan lingkungan dingin dalam waktu lama. Selain itu, dokter juga
akan melakukan pemeriksaan fisik, di mana akan didapatkan suhu
tubuh yang berada di bawah 35°C.
Orang yang terdiagnosis mengalami hipotermia juga akan
mengalami gejala beberapa gejala khas. Misalnya seperti menggigil,
penurunan konsentrasi, bicara meracau atau penurunan kesadaran.
G. Prognosis
1. Hipertermia
Prognosis hipertermia berakibat fatal bila penanganan terlambat,
dengan mortalitas 80%, namun angka ini sudah turun ke 1,4% dengan
adanya administrasi dantrolene. Studi dari Larach et al pada tahun 2014
menunjukkan pentingnya monitoring suhu dalam tatalaksana malignant
hyperthermia. Studi ini menemukan bahwa risiko kematian 14 kali
lebih tinggi pada pasien dengan core temperature yang tidak dimonitor.
Selain itu, kemungkinan komplikasi meningkat 2,9 kali untuk setiap
kenaikan suhu 2°C dan 1,6 kali untuk setiap penundaan 30 menit dalam
administrasi dantrolene.
2. Hipotermi

8
Orang yang mengalami hipotermi harus segera ditangani dengan
cepat karena jika tidak segera ditangani, hipotermi dapat menyebabkan
henti jantung, gangguan sistem pernafasan, bahkan kematian.
H. Penanganan
Menurut Corwin,(2009) penatalaksanaa hipotermi dan hipertermi
antara lain :
1. Hipertermia
a. Antibiotik
b. Antipiretik
c. Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang tipis untuk
membantu mempermudah penguapan panas
d. Memberikan banyak minum pada klien untuk mencegah terjadinya
dehidrasi sewaktu panas.
e. Meminta klien untuk banyak istirahat agar dapat meminimalisir
produksi panas yang di produksi oleh tubuh.
f. Memberikan kompres air hangat dibeberapa bagian tubuh, seperti
ketiak, lipatan paha, dan leher bagian belakang. Hal ini dilakukan
untuk mempercepat dalam penurunan produksi panas.
2. Hipotermi
a. Segera bawa ke rumah sakit untuk penghangatan aktif. Setiap
penderita yang tampak mati akibat hipotermia perlu di evaluasi di
fasilitas medis dan diberi penghangatan sapai suhu 32°C sebelum
dinyatakan mati.
b. Selama pemindahan ke fasilitas klinis, pakaian basah yang
dikenakan pasien harus dilepas dan pasien diberi selimut.
Penghangatan aktif diberikan sampai pasien berada di fasilitas
medis. Udara atau oksigen lembab hangat dapat diberikan selama
perjalanan ke fasilitas medis
c. Mungkin dibutuhkan obat-obatan, untuk melisiskan bekuan darah.
Untuk ganggren, diperlukan antibiotic dan mungkin amputasi.
d. Resusitasi jantung paru dapat diberikan apabila pasien mengalami
fibrilasi ventrikel.
e. Pasien dengan hipotermi sedang dapat diatasi dengan penghangatan
pasif dengan cara memindahkan dari lingkungan dingin dan
menggunakan selimut kolasi. Sedangkan pasien dengan hipotermi
berat, sebaiknya dipantau dengan pulse oxymetri.
f. Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada
gangguan kardiovaskuler, penghangatan aktif eksternal dapat
diterapkan (radiasi panas, selimut hangat, immersi air hangat dan
obyek yang dihangatkan) dengan cairan hangat IV dan oksigen yang
dihangatkan.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pusat pengaturan suhu tubuh terletak di hipotalamus anterior dimana
terdapat suatu pusat kecil yang mengatur suhu tubuh. Masalah gangguan
keseimbangan suhu tubuh secara patologi dapat terjadi seperti hipertermi
dan hipotermi. Hipertermi adalah keadaan ketika suhu inti tubuh lebih dari
39°C. Pada hipertermi terjadi kenaikan suhu tubuhyang tinggi yang
biasanya dapat disebabkan oleh infeksi virus (peradangan), penyakit atau
trauma hipotalamus dan kehilangan cairan dan elektrolit sehingga dapat
menyebabkan peningkatan suhu inti tubuh secara berlebihan sehingga
terjadi kegagalan mekanisme pelepasan panas. Tanda dan gejala yang
timbul pada hipertermi biasanya suhu badan tinggi > 37,5°C, turgor kulit
kering, terasa kehausan, mulut kering, nadi cepat, pernapasan cepat, dan
anoreksia. Hipertermi dapat menimbulkan komplikasi biasanya seperti
heat cramps, heat exhaustion, dan heat stroke. Dalam pengobatan medis
hipertermi dapat diatasi dengan antibiotik dan antipiretik.
Sedangkan Hipotermi adalah penurunan suhu basal tubuh dibawah
35°C, diakibatkan oleh lepasnya panas karena konduksi, konveksi, radiasi,
atau transpirasi. Penyebabnya bisa terjadi karena pemajanan terhadap suhu
yang dingin dan lama, pemberian produk darah dan proses penyakit.
Tanda dan gejala yang ditimbulkan pada hipotermi antara lain kulit dingin,
sianosis, hipotensi, konvusi, oliguria, keletihan, dan menggigil. Tubuh
menggigil adalah suatu respon potensial dan merupakan kegiatan
involunter dari otot- otot skeletal yang dicetuskan oleh hipotalamus untuk
memproduksi panas. Dengan menggigil, tonus otot meningkat sehingga
menghasilkan panas dan kebutuhan akan oksigen juga meningkat sekitar
300-400%.
B. Saran
1. Mahasiswa/i
Diharapakan kepada mahasiswa/i kebidanan dalam penyusunan
makalah ini dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran,
mengingat kelompok dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna karena dengan semakin maju dan berkembangnya ilmu
pengetahuan untuk diharapkan pula dapat dikembangkan kembali
dalam penyusunan makalah berikutnya.
2. Tenaga Medis
Diharapkan bagi setiap tenaga medis yang mendapati pasien dengan
hipotermi maupun hipertermia agar ditangani segera dan tidak
menyepelehkan pasien tersebut.

10
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan Perioperatif . Jakarta :


EGC.

Billota, Kimberly A.J. 2014. Kapita Selekta Penyakit. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

Davey, Patrick. 2006. Medicine At a Glance. Jakarta: PT Gelora Pratama.

https://www.academia.edu/9192731/Hipertermi

https://www.alomedika.com/penyakit/anestesiologi/malignant-hyperthermia/
prognosis

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing Wong, Donna L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Jakarta: EGC.

11

Anda mungkin juga menyukai