Anda di halaman 1dari 13

KEGIATAN BELAJAR

MODUL PEMBELAJARAN 4
 100 Menit

BAYI BARU LAHIR

A. PENDAHULUAN
Bayi baru lahir memerlukan perjuangan yang hebat untuk dapat bertahan hidup di
lingkungan barunya. Selama janin berada di lingkungan intrauterine (di dalam kandungan
ibu), janin mendapatkan pasokan nutrisi dan oksigen serta membuang hasil ekskresinya
dibantu oleh plasenta. Namun sejak janin itu dilahirkan, maka bayi tersebut harus
berjuang untuk bisa menyesuaikan diri dengan ingkungan extrauterine (di luar kandungan
ibu).

Setelah melaksanaan pembelajaran ini, mahasiswa diharapkan dapat:


1. Memahami tentang konsep bayi baru lahir dan asuhan keperawatannya.
2. Mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi baru lahir

B. URAIAN MATERI
1. KONSEP BAYI BARU LAHIR
a. Pengertian
Periode neonatal/neonatus/BBL adalah periode sejak bayi lahir sampai 28
hari pertama kehidupan. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa
transisi dari kehidupan intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia
kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan
berisiko rendah, untuk mencapai masa transisi ini berjalan relatif mudah.
BBL normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dengan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram, menangis spontan
kurang dari 30 detik serelah lahir dengan nilai APGAR antara 7-10.

b. Tanda-tanda BBL
BBL normal dan sehat mempunyai ciri-ciri:

1
1) Berat badan antara 2500-4000 gram
2) Panjang badan antara 48-52 cm
3) Lingkar kepala 33-35 cm
4) Lingkar dada 30-38 cm
5) Detak antung 120-140 x/menit
6) Frekuensi pernafasan 40-60 x/menit
7) Rambut lanugo (bulu badan halus) sudah tidak terlihat
8) Rambut kepala sudah muncul
9) Warna kulit badan merah muda dan licin
10) Memiliki kuku yang agak panjang dan lemas
11) Mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah lahir
12) Anak laki-laki testisnya sudah turun dan anak perempuan labia moyora
sudah melindungi labia minora.

c. Adaptasi fisiologis
Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir antara lain dijelaskan sebagai berikut:
(Chapman & Durham, 2010; Bobak & Lowdermilk, 2005; Kinzie & Gomez, 2004; Perry et all, 2010;
Pilliteri, 2003; Reeder, Martin, Griffin, 2011; Novita, 2011)

1) Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar neonatus dapat
bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses ini
melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan dari
kehidupan di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus mungkin
menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan.
Tekanan pada rongga dada bayi saat melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan bayi kehilangan cairan surfaktan dalam paru 1/3 dari
jumlahnya (jumlah pada bayi normal 80-100 ml). Cairan pada paru akan
diganti oleh udara.

Karakteristik pernapasan BBL (nenonatus)


a) Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.
b) Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60 x/menit tapi kecepatan dan
kedalamannya tidak teratur, nafas dapat berhenti sampai 20 detik, RR
bisa sampai 60 x/menit.
c) Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada.

2
2) Sistem kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali pusat
terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia selama
minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari pemecahan
hemoglobin tambahan. Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga
terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan sirkumoral BBL.
Frekuensi nadi cenderung tidak stabil, dan mengikuti pola yang serupa
dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160 x/ menit.

Karakteristik kardiovaskuler pada BBL


a) Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180 x/menit,
namun jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100 x/menit. Perubahan
sirkulasi menyebabkan darah mengalir ke paru–paru.
b) Perubahan tekanan di (paru–paru, jantung, pembuluh darah besar)
menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus arteriosus, duktus
venosus.
c) Inspirasi O2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga resistensi
vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium kanan, ventrikel
kanan, arteri pulmonal menurun sehingga terjadi peningkatan aliran
darah pulmonal)
d) Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: peningkatan
konsentrasi O2 dalam darah, penurunan prostaglandin (dari
plasenta), asidosis (PO2 menurun, pH menurun PCO2 meningkat).

3) Sistem termoregulasi
Suhu tubuh BBL yang normal yaitu 36,5ºC – 37 ºC. Apabila BBL dibiarkan
dalam suhu kamar (25 ºC) maka bayi akan kehilangan panas melalui
evaporasi, konveksi, dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit. Sedangkan
pembentukan panas yang dapat diproduksi oleh BBL hanya persepuluh dari
jumlah kehilangan panas tersebut dalam waktu yang bersamaan. Hal ini
menyebabkan penurunan suhu tubuh 2 ºC dalam waktu 15 menit. Ini
membahayakan BBL karena menyebabkan hipotermi.

3
Karakteristik BBL yang dapat menyebabkan hilangnya panas antara lain
kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan permukaan, sedikit lemak
subkutan. Untuk menjaga panas, bayi cukup bulan yang sehat akan
mempertahankan posisi fleksi.

BBL dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:


a) Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah terkena
udara (selama mandi, Insensible Water Loose (IWL) artinya kehilangan
panas tanpa disadari, linen atau pakaian basah).
b) Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda–
benda padat yang lebih dingin dari kulit mereka (timbangan berat
badan, tangan dingin, stetoskop).
c) Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi (pintu/
jendela terbuka, AC)
d) Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan
langsung dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang dingin
hilang ke luar dinding dan jendela).

4) Sistem neurologis
Reflek primitif BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck,
stepping, and palmar/plantar grasp.
Pemeriksaan refleks Cara mengkaji

Palmar grasp (tangan Letakkan jari pemeriksa di telapak tangan BBL,


menggenggam) maka BBL akan menggenggam jari pemeriksa
Muncul sejak lahir, menghilang pada
usia 3 – 4 bulan

Plantar grasp (kaki menggenggam) Letakkan jari pemeriksa di telapak kaki BBL, maka
Muncul sejak lahir, menghilang pada BBL akan menggenggam jari pemeriksa
usia 3 – 4 bulan

4
Pemeriksaan refleks Cara mengkaji

Babinski Sentuh/ tekan permukaan lateral telapak kaki, maka


Muncul sejak lahir, menghilang pada jari BBL akan hiperekstensi dan meregang
usia 1 tahun

Stepping/ melangkah Pegang BBL dengan posisi berdiri dengan kaki BBL
Muncul sejak lahir, menghilang pada menyentuh permukaan alas yang datar. Maka BBL
usia 3 – 4 minggu akan melangkah

Tonic Neck Ketika posisi BBL terlentang, kepala menoleh ke


Muncul antara lahir dan 6 minggu; samping sehingga dagu berada di atas bahu
menghilang dengan 4 sampai 6
bulan

Rooting Sentuh ujung bibir BBL dengan jari, maka mulut BBL
muncul saat lahir; menghilang antara akan menoleh ke arah jari pemeriksa
3 dan 6 bulan

Mengisap/ sucking Masukkan putting ibu atau jari atau dot, maka BBL
muncul saat lahir; menghilang pada akan mengisap benda yang dimasukkan tersebut
10-12 bulan

Perbedaan antara Caput succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:


CAPUT SUCCEDANUM CEPHALHEMATOMA
 Muncul saat lahir  Muncul beberapa jam setelah lahir
 Tidak bertambah besar  Bertambah besar pada hari 2–3 hari

5
CAPUT SUCCEDANUM CEPHALHEMATOMA
 Hilang beberapa hari  Hilang setelah 6 minggu
 Batas tidak tegas.  Batas tegas
 Kadang–kadang melewati sutura.  Tidak melewati sutura
 Tidak ada komplikasi  Penyebab perdarahan periosteum.

Komplikasi: jaundice, faktur, perdarahan


intrakranial.

5) Sistem hematologi
Volume darah rata–rata pada BBL 80–85ml/Kg. Eritrosit/ sel darah merah
(SDM) lebih banyak dan lebih banyak mengandung hemoglobin dan
hematokrit dibandingkan dengan dewasa, sedangkan leukosit/sel darah putih
(SDP) 9000–30.000/mm3.

BBL memiliki risiko defisiensi pembekuan darah. Hal ini terjadi karena:
a) BBL risiko defisit faktor pembekuan karena kurang vitamin K (berfungsi
sebagai aktivasi/pemicu faktor pembekuan secara umum (faktor II, VII,
IX, X).
b) Vitamin K disintesa di usus tapi makanan dan flora usus normal
membantu proses ini.
c) Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan secara intra
muskuler (IM).

6) Sistem Gastrointestinal
BBL harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi makanan setelah
lahir. Kapasitas lambung 50-60 ml saat lahir tapi bertambah sekitar 90 ml
pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke saluran gastrointestinal
setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam pertama. Enzim mengkatalis
protein dan karbohidrat sederhana. Enzim pankreatik lipase sedikit
diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna dibanding dengan susu
formula. BBL yang aterm (matang usia kehamilannya) memiliki kadar glukosa
stabil 50–60mg/dl (jika dibawah 40mg/dl hipoglikemi)

Feces pertama kali yang dikeluarkan BBL warnanya hijau kehitaman dan
lengket. Namanya adalah mekonium. Mekonium merupakan feses yang
dikeluarkan oleh BBL yang terdiri dari partikel cairan amnion seperti sel kulit,
rambut, empedu dan sekresi intestine lainnya.

6
Bayi dapat mengalami kuning/ikterik/jaundice. Fisiologis jaundice terjadi pada
usia 2–3 hari setelah lahir, sedangkan jaundice patologis muncul pada 24 jam
pertama. Jumlah bilirubin direct di atas 1 mg/dl atau bilirubin total > 5 mg/dl.
Jaundice patologis terjadi karena terjadi karena destruksi eritrosit yang
berlebih.

7) Sistem imunitas
BBL kurang efektif melawan infeksi karena SDP berespon lambat dalam
menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat imunitas pasif dari ibu selama
kehamilan trimester 3, kemudian dilanjutkan dengan pemberian ASI. IgG
menembus plasenta saat fetus (imunitas pasif temporer terhadap toksin
bakteri dan virus). IgM diproduksi BBL untuk mencegah penyerangan bakteri
gram negative. IgA diproduksi BBL setelah usia 6–12 minggu setelah lahir
(bisa didapat pada kolostrum dan ASI).

8) Sistem Urinaria
Ginjal sangat penting dalam kehidupan janin, kapasitasnya kecil hingga
setelah lahir. Urine bayi encer, berwarna kekuning-kuningan dan tidak
berbau. Warna coklat dapat disebabkan oleh lendir bebas membrane mukosa
dan udara asam akan hilang setelah bayibanyak minum. Garam asam urat
dapat menimbulkan warna merah jambu pada urine,namun hal ini tidak
penting.
Tingkat filtrasi glomerolus rendah dan kemampuan reabsorbsi tubular
terbatas. Bayi tidak mampu mengencerkan urine dengan baik saat mendapat
asupan cairan, juga tidak dapat mengantisipasi tingkat larutan yang tinggi
rendah dalam darah. Urine dibuang dengan cara mengosongkan kandung
kemih secara reflek. Urine pertama dibuang saat lahir dan dalam 24 jam , dan
akan semakin sering dengan banyak cairan.

9) Sistem Endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari pada sistem
yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan dengan kondisi
hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti terdapat menstruasi

7
pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti terdapat pembesaran
pada payudara).

10) Sistem Reproduksi


Saat lahir BBL perempuan mempunyai ovarium yang berisi beribu-ribu sel
germinal primitive yang akan berkurang sekitar 90% sejak lahir sampai
dewasa. Genetalia ekterna baisanya edematosa diserati hiperpigmentasi.
Pada bayi premature, klitoris menonjol, dan labia mayora kecil dan terbuka.

Bayi aterm Bayi premature

Testis turun kedalam skrotu pada 90% BBL laki-laki. Prepusium yang ketat
sering kali dijumpai pada BBL. Sebagai respon terhadap estrogen ibu, ukiran
genetalia BBL cukup bulan dapat meningkat juga pigmentasinya. Terdapat
rugae yang melapisi kantong skrotum.

Bayi aterm Bayi premature

2. APGAR SKORE
APGAR skor merupakan suatu metode sederhana untuk melakukan penilaian
kesejahteraan BBL untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan supaya proses
adaptasi kehidupan intrauterine ke ektrauterin dapat terfasilitasi dengan baik.
Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (menit 1) dan
setelah 5 menit.
Observasi dan periksa :
A = “Apppearance” (penampilan) dengan memperhatikan warna tubuh bayi
P = “Pulse”. Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut

8
jantung dengan jari
G = “Grimace” (seringai). Gosok berulang-ulang dasar kedua tumit kaki bayi dengan
jari. Perhatikan reaksi pada muka ,ketika lender pada mukanya dibersihkan,atau
ketika lendir pada mulut dan tenggorokannya dihisap.
A = “Activity”. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tangannya atau
tarik salah satu tangan atau kakinya.perhatikan bagaimana kedua tangan dan
kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.
R = “Respiration”. Perhatikan dada dan abdomen bayi atau perhatikan upaya
bernapasnya.
TABEL PENILAIAN APGAR
SKORE
TANDA 0 1 2
Apppearance Biru atau pucat Tubuh kemerahan, Tubuh kemerahan
(warna kulit) seluruh badan ekstremitas biru
Pulse Tidak ada <100 x/menit >100 x/menit
(denyut jantung)
Grimare Tidak ada respon Gerakan sedikit Menangis
(seringai atau reflex)
Activity Lumpuh atau lemas Ekstremitas fleksi Gerakan aktif
(tonus otot) sedikit

Respiration Tidak ada Tidak teratur, Menangis kuat


lambat

Keterangan:
Apgar skore 7-10 : sehat atau normal atau tidak asfiksia
Apgar skore 4-6 : asfiksia sedang
Apgar skore 0-3 : asfiksia berat
Contoh :
Seorang bayi baru lahir dilakukan pemeriksaan APGAR Score pada menit 5. Hasilnya
didapatkan data appearance tubuh kemerahan, ekstremitas biru; pulse 120 kali/menit;
grimace gerakan sedikit; activity gerakan aktif; respiration menangis kuat. Berapa nilai
APGAR Score pada bayi tersebut?
A = Tubuh kemerahan ekstremitas biru :1
P = 120 kali/menit :2
G = gerakan sedikit :1
A = gerakan aktif :2
R = menangis kuat :2
Maka APGAR Scorenya adalah 8 dengan kategori sehat atau tidak asfiksia

9
3. ASUHAN KEPERAWATAN
Fokus asuhan keperawatan selama periode neonatal adalah untuk melindungi dan
mendukung neonatus saat ia mengalami banyak perubahan fisiologis dan
menyesuaikan dengan kehidupan ekstrauterin, yang dilakukan dengan:
1. Mempertahankan panas tubuh
2. Mempertahankan fungsi pernafasan.
3. Penurunan risiko infeksi.
4. Membantu orang tua dalam memberikan nutrisi yang tepat dan hidrasi.
5. Membantu orangtua dalam belajar untuk merawat bayi mereka.

1. Pengkajian
Pengkajian fisik bayi meliputi:
a. Perhatikan warna kulit bayi, kuku, lipatan pada telapak kaki, palpasi dada,
bunyi nafas, auskultasi denyut jantung
b. Kaji refleks primitif pada bayi (refleks rooting, sucking, swallowing, moro,
tonick neck, babinski).
c. Kaji suhu bayi, tingkat aktivitas/tonus otot pemberian makan, interaksi ibu
dengan bayi.
d. Kaji APGAR skor pada menit pertama dan kelima
e. Kaji antropometri bayi

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul:


a. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan jumlah
lemak subkutan dan/atau permukaan tubuh besar.
b. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan / atau teknik mencuci
tangan yang kurang oleh petugas kesehatan dan orangtua.
c. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan transisi dari janin ke
sirkulasi neonatal, dingin stres, dan / atau produksi lendir yang berlebihan.
d. Risiko defisit volume cairan berhubungan dengan asupan oral terbatas.
e. Risiko defisit pengetahuan berhubungan dengan pertama kali menjadi
orangtua dan/atau sumber daya belajar yang terbatas.

10
3. Perencanaan
Hasil yang diharapkan:
a. Suhu neonatus berada dalam batas normal, dan kulit berwarna merah muda
dan terasa hangat saat disentuh
b. Neonatus tidak menunjukkan tanda–tanda atau gejala dari suatu infeksi.
c. Tingkat pernapasan neonatus dan denyut jantung berada dalam rentang
normal, kulit berwarna merah muda dan jalan napas bersih.
d. Neonatus BAK minimal enam kali sehari.
e. Orang tua merespon kebutuhan bayi mereka

4. Intervensi keperawatan
a. Diagnosa keperawatan 1
1) Menjaga suhu bayi dengan menutup pintu.
2) Jaga BBL agar tetap kering
3) Tutup BBL agar tetap hangat dengan selimut kering.
4) Tempatkan topi/penutup kepala BBL.
5) Tempatkan BBL dengan kontak kulit ke kulit pada orang tua dan selimut
hangat menutupi ibu dan BBL.
6) Monitor suhu sesuai protokol tiap RS.
7) Beritahu dokter atau perawat praktisi jika suhu neonatus masih rendah atau
sudah naik.

b. Diagnosa keperawatan 2
1) Pantau kulit apakah terjadi kerusakan jaringan.
2) Monitor suhu sesuai protokol RS.
3) Jaga kulit bersih dan kering.
4) Instruksikan orang tua dan pengunjung yang tepat
5) Cuci tangan sebelum menyentuh neonatus.
6) Instruksikan orang tua untuk mencuci tangan setelah mengganti popok.
7) Beritahu dokter atau perawat praktisi jika neonatus yang letargi/lemah, suhu
meningkat atau lesi pada kulit

c. Diagnosa keperawatan 3
1) Monitor pernafasan dan fungsi jantung sesuai protokol RS.
2) Auskultasi suara napas.

11
3) Kaji adanya dan lokasi sianosis.
4) Hisap mulut dan hidung.
5) Berikan oksigen sesuai protocol/order.
6) Laporkan tanda–tanda distress pernapasan kepada dokter atau perawat
praktisi.

d. Diagnosae keperawatan 4
1) Monitor intake dan output.
2) Monitor tanda–tanda dehidrasi, yaitu, fontanel cekung, turgor kulit buruk,
membrane mukosa kering.
3) Berikan pemberian makan/cairan secara oral.
4) Diagnosa keperawatan 5
1) Kaji tingkat pengetahuan orang tua .
2) Berikan informasi tentang karakteristik dan perilaku baru lahir.
3) Berikan informasi tentang perawatan bayi baru lahir.
4) Bantu orang tua dengan mengurus bayi mereka.
5) Puji orang tua untuk perawatan mereka dari mereka baru lahir.

5. Implementasi
Sesuai dengan intervensi.

LATIHAN

Untuk lebih mendalami pemahaman materi di atas, silakan Anda mengerjakan


latihan berikut :
1. Jelaskan tentang sistem peredaran darah pada janin dan bayi setelah tali pusat di
potong!
2. Jelaskan cara bayi kehilangan panas!
3. Sebutkan dan jelaskan macam-macam reflex pada pada bayi baru lahir!

12
DAFTAR PUSTAKA
Chapman, L. & Durham, R. (2010). Maternal–Newborn Nursing: The Critical
Component of Nursing Care. Philadelphia: FA Davis Company

Bobak, I. & Lowdermilk, D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. (edisi 4).
Alih bahasa: Wijayarini, M. A. Jakarta: EGC

Kinzie, B. & Gomez, P. (2004). Basic Maternal and Newborn Care: A Guide for
Skilled Providers. JHPIEGO

Manurung, S. (2011). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Asuhan Keperawatan


Intranatal. Jakarta: CV Trans Info Media.

Novita, R. (2011). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Perry, S., Hockenberry, M., Lowdermilk, D. & Wilson, D. (2010). Maternal Child
Nursing Care. Missouri: Mosby Elsevier.

Pillitteri, A. (2003). Maternal and Child Health Nursing Care of the Childbearing and
Childrearing Family. (4th ed). Philadelphia: Lippincott.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga. Vol 1. Alih bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta: EGC.

Wagiyo, Putrono. (2016). Asuhan Keperawatan Antenatal, Intranatal, Dan Bayi


Baru Lahir. Fisiologis dan patologis. Edisi 1. Yogyakarta : Penerbiit Andi

13

Anda mungkin juga menyukai