Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR


STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

DISUSUN OLEH:

NADYA INTAN ZIAHARA

G3A022094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


A. Definisi bayi baru lahir
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai
umur satu bulan (FKUI,1999 dalam Kumalasari, 2018).
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang lahir selama satu jam pertama
kelahiran bayi sampai usia 4 minggu, bayi normal memiliki berat lahir antara
2500 – 4000 gram, cukup bulan dan lahir langsung menangis (Donna, 2016).
Menurut Kumalasari (2018), Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah masa
kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim.mPada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula
miniature anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam
rahim yang serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang
serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam
pertama kehidupan bayi. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa
transisi dari kehidupan intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan
lingkungan yang baru. Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia
kehamilannya) dan ibu yang mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan
berisiko rendah, untuk mencapai masa transisi ini berjalan relatif mudah.

B. Adaptasi fisiologi bayi baru lahir


1. Sistem Ginjal Sebagian besar BBL berkemih setelah 24 jam pertama dan 2-
6 kali sehari pada 1-2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali
dalam 24 jam (Sondakh, 2017). Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir
hingga masukan cairan meningkat, mungkin urine akan tampak keruh
termasuk berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang
tidak banyak berarti. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi pada
sistem ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI sesering mungkin dapat
membantu proses tersebut (Rohani, 2016).
2. Hati Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak terkonjugasi,
pigemen berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-
sel darah merah. Saat bayi lahir enzim hati belum aktif total sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Bilirubin tak
terkonjugasi dapat mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice atau
ikterus. Asam lemak berlebihan dapat menggeser bilirubin dari tempat
pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan
mengakibatkan peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar bilirubin
serum 10 mg/dL (Sondakh, 2017).
3. System musculoskeletal Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir,
tetapi tumbuh melalui proses hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat
terjadi pada waktu lahir karena pembungkus tengkorak belum seluruhnya
mengalami asifikasi. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang
tubuhnya. Lengan lebih sedikit panjang dari tungkai (Sondakh, 2017).
4. Sistem Saraf Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan
adanya kerjasama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.
Beberapa refleks tersebut adalah: (Sondakh, 2017).
a. Refleks moro Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya
lebar-lebar dan melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya
cepat seakanakan memeluk seseorang. Kaki juga mengikuti gerakan
serupa. Refleks ini biasanya akan hilang 3-4 bulan.
b. Refleks rooting Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan
daerah mulut. Refleks rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap.
Refleks ini dapat dilihat pada pipi atau sudut mulut bila disentuh dengan
pelan, maka bayi akan spontan melihat kearah sentuhan, mulutnya akan
terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini biasanya akan menghilang
saat berusia 7 bulan.
c. Refleks sucking Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk
menghisap dan menelan ASI.
d. Refleks batuk dan bersin Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan
obstruksi pernapasan.
e. Refleks graps Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak
tangan bayi maka bayi akan menutup tangannya. Pada refleks ini bayi
akan menggenggam jari dan biasanya akan hilang pada 3-4 bulan.
f. Refleks babinsky Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak
kaki. Ibu jari akan bergerak keatas dan jari-jari membuka dan biasanya
menghilang setelah 1 tahun.

C. Adaptasi pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar neonates
dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena proses ini
melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan tekanan dari
kehidupan di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus mungkin
menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan. Karakteristik
Pernapasan BBL (nenonatus) : Novita, 2015
1. Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.
2. Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60x/menit tapi kecepatan dan
kedalamannya tidak teratur, nafas dapat berhenti sampai 20 detik, RR bisa
sampai 80x/menit.
3. Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada.
D. Adaptasi kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia selama
minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari pemecahan
hemoglobin tambahan. Sirkulasi perifer pada BBL agak lambat sehingga
terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan sirkumoral BBL.
Frekuensi nadi cenderung tidak stabil, dan mengikuti pola yang serupa dengan
pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160 x/ menit. Karakteristik
kardiovaskuler pada BBL (Bayi Baru Lahir):
1. Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180 x/menit, namun
jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100 x/menit. Perubahan sirkulasi
menyebabkan darah mengalir ke paru–paru.
2. Perubahan tekanan di (paru–paru, jantung, pembuluh darah besar)
menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus arteriosus, duktus
venosus.
3. Inspirasi O2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga resistensi
vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium kanan, ventrikel kanan,
arteri pulmonal menurun sehingga terjadi peningkatan aliran darah
pulmonal)
4. Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: peningkatan konsentrasi
O2 dalam darah, penurunan prostaglandin (dari plasenta), asidosis (PO2
menurun, pH menurun PCO2 meningkat). Perry et all, 2016

E. Perubahan termoregulasi dan metabolik


Karakteristik Bayi Baru Lahir yang dapat menyebabkan hilangnya
panas antara lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan permukaan,
sedikit lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup bulan yang sehat
akan mempertahankan posisi fleksi. Bayi Baru Lahir dapat mengalami
kehilangan panas melalui cara:
1. Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang basah terkena udara
(selama mandi, Insensible Water Loose (IWL) artinya kehilangan panas
tanpa disadari, linen atau pakaian basah).
2. Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung dengan benda– benda
padat yang lebih dingin dari kulit mereka (timbangan berat badan, tangan
dingin, stetoskop).
3. Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara sekitar bayi (pintu/
jendela terbuka, AC).
4. Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak bersentuhan langsung
dengan bayi (bayi di dekat panas permukaan yang dingin hilang ke luar
dinding & jendela). Menurut Chapman & Durham, 2015

F. Adaptasi neurologis
Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus dilakukan,
karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti blink,
gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji reflek primitif BBL
meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck, stepping, and
palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–reflek
fisiologis Bayi Baru Lahir). Anda dapat melihat perbedaan antara Caput
succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:
Perbedaan Caput succedanum dan Cephalhematom
Caput succedanum Cephalhematom
1. Muncul saat lahir 1. Muncul beberapa jam setelah lahir
2. Tidak bertambah besar 2. Bertambah besar pada hari 2-3 hari
3. Hilang beberapa hari 3. Hilang setelah 6 minggu
4. Batas tidak tegas 4. Batas tegas
5. Kadang-kadang melewati sutura 5. Tidak melewati sutura
6. Tidak ada komplikasi 6. Penyebab perdarahan periosteum
7. Komplikasi: jaundice, fraktur,
perdarahan intracranial.
Reeder, Martin, Griffin, 2014

G. Adaptasi gastrointestinal
Bayi Baru Lahir harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi
makanan setelah lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi bertambah
sekitar 90 ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke saluran
gastrointestinal setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam pertama.
Enzim mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim pankreatik
lipase sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna dibanding
dengan susu formula. BBL yang aterm (matang usia kehamilannya) memiliki
kadar glukosa stabil 50–60mg/dl (jika dibawah 40mg/dl hipoglikemi). Menurut
Novita, 2016
H. Adaptasi sistem imun
Bayi Baru Lahir kurang efektif melawan infeksi karena SDP berespon
lambat dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat imunitas pasif
dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian dilanjutkan dengan
pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus (imunitas pasif temporer
terhadap toksin bakteri dan virus). IgM diproduksi BBL untuk mencegah
penyerangan bakteri gram negative. IgA diproduksi BBL setelah usia 6–12
minggu setelah lahir (bisa didapat pada kolostrum dan ASI). Reeder, Martin,
Griffin, 2016

I. Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir


Rangsangan hisapan bayi pada puting susu ibu akan diteruskan oleh
serabut syaraf ke hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon 25 prolaktin.
Prolaktin akan mempengaruhi kelenjar ASI untuk memproduksi ASI di
alveoli. Semakin sering bayi menghisap puting susu maka akan semakin
banyak prolaktin dan ASI yang di produksi. Penerapan inisiasi menyusui dini
(IMD) akan memberikan dampak positif bagi bayi, antara lain menjalin /
memperkuat ikatan emosional antara ibu dan bayi melalui kolostrum,
merangsang kontraksi uterus, dan lain sebagainya. Melihat begitu unggulnya
ASI, maka sangat disayangkan bahwa di Indonesia pada kenyataannya
penggunaan ASI belum seperti yang dianjurkan. Pemberian ASI yang
dianjurkan adalah sebagai berikut : (Saifuddin AB, 2016)
1. ASI eksklusif selama 6 bulan karena ASI saja dapat memenuhi 100%
kebutuhan bayi.
2. Dari 6-12 bulan ASI masih merupakan makanan utama bayi karena dapat
memenuhi 60-79% kebutuhan bayi dan perlu ditambahkan makanan
pendamping ASI berupa makanan lumat sampai lunak sesuai dengan usia
bayi.
3. Diatas 12 bulan ASI saja hanya memenuhi sekitar 30% kebutuhan bayi dan
makanan padat sudah menjadi makanan utama. Namun, ASI tetap
dianjurkan pemberiannya sampai paling kurang 2 tahun untuk manfaat
lainnya.
Menurut Novita, 2016

J. Pemeriksaan penunjang
1. Melakukan penilaian dan inisiasi pernapasan spontan
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
pernafasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. Segera setelah
bayi lahir, maka perlu dilakukan upaya inisiasi pernafasan spontan ( 0-30
detik ) secara cepat dan tepat, dengan langkah-langkah :
a) Melakukan penilaian kondisi bayi baru lahir secara cepat dan tepat, bayi
diletakkan diatas perut ibu yang dilapisi dengan handuk. Pertanyaan
yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
1) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekoneum ?
2) Apakah bayi bernafas spontan ?
3) Apakah kulit bayi berwarna kemerahan ?
4) Apakah tonus/ kekuatan otot bayi cukup ?
5) Apakah kehamilan ini cukup bulan ?
Bila kelima pertanyaan diatas jawabannya “ ya “, maka bayi dapat
diberikan kepada ibunya untuk segera menciptakan hubungan emosional,
kemudian dilakukan asuhan Bayi Baru Lahir Normal.
b) Evaluasi data yang terkumpul , buat diagnosa & tentukan rencana untuk
asuhan bayi baru lahir.
c) Melakukan rangsangan taktil untuk mengaktifkan refleks pada tubuh
bayi baru lahir. Salah satu teknik dalam melakukan rangsangan adalah
dengan mengeringkan bayi. Cara ini dapat merangsang pernafasan
spontan pada bayi yang sehat. Rangsangan taktil harus dilakukan secara
lembut dan hati-hati. Rangsangan taktil yang dapat dilakukan, adalah :
1) Dengan lembut gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstremitas ) 1 atau 2 kali.
2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (1 atau 2 kali).
Rangsangan yang kasar, keras, atau terus menerus, tidak akan banyak
menolong , malahan dapat membahayakan bayi.
Sistem Penilaian APGAR
No Tanda NILAI
0 1 2
1. Warna Biru/ pucat Tubuh Seluruh
kemerahan, tubuh
Ekstemitas kemerahan
biru
2. Frekuensi jantung Tidak ada Lambat < 100/ > 100/menit
menit
3. Reflek Tidak ada Gerakan Gerakan
sedikit kuat/
melawan
4. Aktivitas/ tonus Lumpuh/ Ekstremitas Gerakan aktif
otot lemah fleksi
5. Usaha nafas Tidak ada Lambat, tidak Menangis
teratur kuat
Apabila nilai APGAR :
7 – 10 : Bayi mengalami Asfiksia ringan atau dikatakan bayi dalam
keadaan normal
4 – 6 : Bayi mengalami Asfiksia sedang
0 – 3 : Bayi mengalami Asfiksia berat
Apabila ditemukan apgar score dibawah 6 maka bayi tersebut
membutuhkan tindakan resusitasi.

H. Asuhan keperawatan pada bayi baru lahir


1. Pengkajian bayi baru lahir
Menurut Yermia (2017), pengkajian keperawatan pada bayi baru lahir
meliputi :
a) Identitas
Biasanya berupa nama, tanggal lahir/jam lahir, jenis kelamin,
identitas orang tua (meliputi : nama, umur, alamat, pendidikan,
pekerjaan, agama)
b) Riwayat kehamilan dan kelahiran
Meliputi prenatal (pemeriksaan yang dilakukan sebelum
melahirkan/pada saat mengandung), intranatal (pada saat melahirkan),
dan postnatal (pemeriksaan yang dilakukan setelah malahirkan).
c) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir umumnya adalah
menggunakan APGAR(Appearance, Pulse, Grimace, Activity,
Respiration)scoreatau yang berarti ( A : warna kulit, P : denyut jantung,
G : respons refleks, A : tonus otot/keaktifan, dan R : pernapasan).
Pemeriksaan fisik secara komplek pada bayi baru lahir meliputi :
kesadaran, keadaan umum, tanda- 34 tanda vital, kepala, mata, hidung,
mulut dan lidah, telinga, leher, dada, abdomen, punggung, genetalia,
tanganm kaki, serta integumen.
d) Pemeriksaan Penunjang
Meliputi pemeriksaan darah lengkap di laboratium medis.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


a. Hipotermi berhubungan dengan terpapar suhu lingkungan yang rendah
dibuktikan dengan kulit teraba dingin, menggigil, suhu tubuh dibawah
normal (D.0131)
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan suplai
ASI dibuktikan dengan kelelahan maternal, kecemasan maternal, bayi
tidak mampu melekat pada payudara ibu, ASI tidak menetes, BAK bayi
kurang dari 8 kali dalam 24 jam (D.0029)
c. Resiko infeksi ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer (D.0142)

3. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan (SLKI) Keperawatan (SIKI)
(SDKI)
1. Hipotermi Setelah dilakukan Tindakan Manajemen hipotermi
berhubungan dengan keperawatan 3 X 24 Jam maka (I.14507)
terpapar suhu termoregulasi neonatus 1. Monitor suhu tubuh
lingkungan yang membaik. Dengan kriteria 2. Identifikasi
rendah dibuktikan hasil (L.14135) : penyebab hipotermi
dengan kulit teraba 3. Sediakan
dingin, menggigil, 1. Menggigil dari meningkat lingkungan yang
suhu tubuh dibawah (1) menjadi menurun (5) hangat
normal (D.0131) 2. Suhu tubuh dari 4. Lakukan
memburuk (1) menjadi penghangat pasif
membaik (5) 5. Anjurkan
3. Suhu kulit dari memburuk makan/minum
(1) menjadi membaik (5) hangat
2. Menyusui tidak Setelah dilakukan Tindakan Promosi ASI eksklusif
efektif berhubungan keperawatan 3 X 24 Jam maka (I.03135)
dengan status menyusui membaik. 1. Identifikasi
ketidakadekuatan Dengan kriteria hasil kebutuhan laktasi
suplai ASI (L.03029) : bagi ibu pada
dibuktikan dengan 1. Perlekatan bayi pada antenatal intranatal,
kelelahan maternal, payudara ibu dari menurun dan post natal
kecemasan maternal, (1) menjadi meningkat (5) 2. Fasilitasi ibu
bayi tidak mampu 2. Kemampuan melakukan IMD
melekat pada memposisikan dari 3. Dukung ibu
payudara ibu, ASI menurun (1) menjadi menyusui dengan
tidak menetes, BAK meningkat (5) mendampingi ibu
bayi kurang dari 8 3. Miksi bayi lebih dari 8 selama kegiatan
kali dalam 24 jam kali/ 24 jam dari menurun menyusui
(D.0029) (1) menjadi meningkat (5) 4. Jelaskan manfaat
4. Berat badan bayi dari menyusui bagi ibu
menurun (1) menjadi dan bayi
meningkat (5) 5. Anjurkan ibu
5. Tetesan/pancaran ASI dari menyusui sesering
menurun (1) menjadi mungkin setelah
meningkat (5) lahir sesuai
6. Suplai ASI dari menurun kebutuhan bayi
(1) menjadi meningkat (5)
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi
ketidakadekuatan keperawatan 3 X 24 Jam maka (I.14539)
pertahanan tubuh kontrol risiko meningkat. 1. Monitor tanda dan
primer (D.0142) Dengan kriteria hasil gejala infeksi local
(L.14128): dan sistemik
1. Kemampuan mencari 2. Pertahankan teknik
informasi tentang faktor aseptik
resiko dari menurun (1) 3. Jelaskan tanda dan
menjadi meningkat (5) gejala infeksi
2. Kemampuan 4. Ajarkan cara
mengidentifikasi faktor mencuci tangan
risiko dari menurun (1) dengan benar
menjadi meningkat (5) 5. Anjurkan
3. Kemampuan melakukan meningkatkan
control resiko dari menurun asupan nutrisi
(1) menjadi meningkat (5) 6. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika perlu

6. Evaluasi
a. Evaluasi formatif (proses) adalah aktivitas dari proses keperawatan dan
hasil kualitas pelayanan asuhan keperawatan. Evaluasi proses harus
dilakukan segera setelah perencanaan keperawatan implementasikan
untuk membantu menilai efektivitas intervensi tersebut.
b. Evaluasi hasil (sumatif) adalah perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan. Tipe evaluasi ini dilaksanakan
pada akhir asuhan keperawatan secara paripurna.
DAFTAR PUSTAKA

Chapman, L. & Durham, R. (2015). Maternal–Newborn Nursing: The Critical


Component of Nursing Care. Philadelphia: FA Davis Company.

Donna. L. Wong 2015. Buku Ajar Keperawatan. Cetak pertama. Jakarta;ECG

Kumalasari, Intan. (2018). Modul Bahan Ajar Asuhan Keperawatan Bayi Baru
Lahir. Palembang; Poltekkes Kemenkes Palembang.

Novita, R. (2013). Keperawatan Maternitas. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Perry, S., Hockenberry, M., Lowdermilk, D. & Wilson, D. (2016). Maternal Child
Nursing Care. Missouri: Mosby Elsevier.

Reeder, S., Martin, L., & Griffin, D. (2014). Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga. Vol 1. Alih bahasa Afiyanti, dkk. Jakarta:
EGC.

Sondakh Jenny J.S. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir:
Erlangga

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan kriteria hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI,2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Yermia.(2017). Resume Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir.Jakarta: Arcan.

Anda mungkin juga menyukai