Disusun Oleh :
HASAN MUAFFA
NIM : 2021207209093
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI (NERS)
2021/ 2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS
1. Pengertian
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim seorang
wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai umur satu
bulan (FKUI,1999 dalam Kumalasari, 2018).
Menurut Kumalasari (2018), Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah masa
kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature
anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang
serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.
Masa perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam pertama kehidupan
bayi. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi dari kehidupan
intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia kehamilannya) dan ibu yang
mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk mencapai
masa transisi ini berjalan relatif mudah.
Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir antara lain (Menurut Chapman &
Durham, 2010; Perry et all, 2010; Reeder, Martin, Griffin, 2011; Novita,
2011) dijelaskan sebagai berikut :
a. Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar
neonates dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena
proses ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan
tekanan dari kehidupan di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus
mungkin menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan.
Karakteristik Pernapasan BBL (nenonatus) :
1) Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.
2) Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60x/menit tapi
kecepatan dan kedalamannya tidak teratur, nafas dapat
berhenti sampai 20 detik, RR bisa sampai 80x/menit.
3) Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada
b. Sistem Kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia
selama minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari
pemecahan hemoglobin tambahan. Sirkulasi perifer pada BBL agak
lambat sehingga terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan
sirkumoral BBL. Frekuensi nadi cenderung tidak stabil, dan mengikuti
pola yang serupa dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160 x/
menit.
Karakteristik kardiovaskuler pada BBL (Bayi Baru Lahir)
c. Sistem Termoregulasi
Karakteristik Bayi Baru Lahir yang dapat menyebabkan hilangnya
panas antara lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan
permukaan, sedikit lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup
bulan yang sehat akan mempertahankan posisi fleksi. Bayi Baru Lahir
dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:
d. Sistem Neurologis
Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus dilakukan,
karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti
blink, gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji reflek primitif
BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck, stepping, and
palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–reflek
fisiologis Bayi Baru Lahir). Anda dapat melihat perbedaan antara Caput
succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:
Succedanum Cephalhematom
1. Muncul saat lahir 1. Muncul beberapa jam setelah
2. Tidak bertambah besar lahir
3. Hilang beberapa hari 2. Bertambah besar pada hari 2-3
4. Batas tidak tegas hari
5. Kadang-kadang melewati 3. Hilang setelah 6 minggu
sutura 4. Batas tegas
6. Tidak ada komplikasi 5. Tidak melewati sutura
6. Penyebab perdarahan
periosteum
7. Komplikasi: jaundice, fraktur,
perdarahan intracranial.
e. Sistem Hematologic
Volume darah rata–rata pada Bayi Baru Lahir 80–85ml/Kg.
Eritrosit/sel darah merah (SDM) lebih banyak dan lebih banyak
mengandung hemoglobin dan hematokrit dibandingkan dengan dewasa,
sedangkan leukosit/sel darah putih (SDP) 9000– 30.000/mm3.
Bayi Baru Lahir memiliki risiko defisiensi pembekuan darah. Hal ini
terjadi karena:
1) Bayi Baru Lahir risiko defisit faktor pembekuan karena kurang
vitamin K (berfungsi sebagai aktivasi/ pemicu faktor
pembekuan secara umum
2) Vitamin K disintesa di usus tapi makanan dan flora usus
normal membantu proses ini.
3) Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan
secara Intra Muskuler (IM).
f. Sistem Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi
makanan setelah lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi
bertambah sekitar 90 ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke
saluran gastrointestinal setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam
pertama. Enzim mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim
pankreatik lipase sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna
g. Sistem Imunitas
Bayi Baru Lahir kurang efektif melawan infeksi karena SDP
berespon lambat dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat
imunitas pasif dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian
dilanjutkan dengan pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus
(imunitas pasif temporer terhadap toksin bakteri dan virus). IgM
diproduksi BBL untuk mencegah penyerangan bakteri gram negative. IgA
diproduksi BBL setelah usia 6–12 minggu setelah lahir (bisa didapat pada
kolostrum dan ASI).
h. Sistem Urinarium
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang. Intake/
asupan 2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2–6 X/ hari. BBL mudah
kehilangan bikarbonat sampai di bawah dewasa (meningkat risiko
asidosis).
i. Sistem Endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari pada
sistem yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan dengan
kondisi hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti terdapat
menstruasi pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti terdapat
pembesaran pada payudara). Kondisi tersebut adalah normal pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu dengan DM.
3) Pakaian
Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan
tersendiri seperti pakaian berupa popok, kain bedong dan
baju bayi. Bayi perlu banyak pakaian cadangan karena
bayi perlu mengganti pakaiannya tidak tergantung dengan
waktu. Bayi perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan
nyaman dipakai dan hendaknya pakaian tersebut terbuat
dari bahan yang mudah menyerap keringat (Nursalam,
2008).
4) Istirahat dan tidur
Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat
tertidur rata-rata selama 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga
kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan
selimuti bayi (Suririnah, 2009).
6) Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi pada
minggu pertama. Feses transisi (kecil-kecil berwarna
coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dalam 3
hari pertama frekuensi defekasi sebanyak 1x/hari. Untuk
membersihkannya gunakan air hangat dan sabun.
(Dwienda, 2014)
7) Berkemih (BAK)
Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-
10x/hari dengan warna urine yang pucat. Umumnya bayi
cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka
setelah BAK harus segera diganti popoknya (Dwienda,
2014).
b. Asih
1) Kasih sayang orang tua (Bounding Attachman)
a) Pengertian bounding attachment Bounding
attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara
orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi
pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian
yang saling tarik menarik (Bahiyatun, 2009)
b) Dampak positif bounding attachment
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman,
serta berani mengadakan eksplorasi.
c) Hambatan bounding attachment
Kurangnya sistem dukungan, ibu dan bayi yang
beresiko dan kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
d) Elemen-elemen bounding attachment :
- Inisiasi Menyusui Dini
- ASI eksklusif
- Rawat gabung
- Kontak mata
- Sentuhan
- Suara
- Aroma
- Hiburan
- Bioritme
2) Rasa aman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga
keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan
sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.
Selain itu juga perlu di hindari untuk membersihkan
apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa
tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan
di tempat tidur (Dwienda, 2014).
c. Asah
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan
berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti
popok, menyusui, menggendong. Stimulasi pada bayi dapat
dilakukan dengan cara:
1) Menatap mata bayi
2) Mengajak tersenyum
3) Berbicara
4) Membunyikan berbagai suara atau musik bergantian
5) Menggantung dan menggerakkan benda berwarna
mencolok
6) Dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.
3) Pemeriksaan plasenta
Prosedur :
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran,
nekrosis, berat dan jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.
7) Pemeriksaan kepala
Prosedur :
a) Ukur lingkar kepela
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan
dengan
c) lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3cm dari
lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus dan jika
diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi
tersebut mengalami mikrosefalus
d) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di
daerah bahu dan punggung
e) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang
saling menumpuk pada saat lahir, apakah asimetri atau
tidak
f) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma
g) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh
vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam
8) Pemeriksaan mata
Prosedur :
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang
kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan
terbuka
b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau
sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan adanya
epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil
berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema
palpebra, perdarahan konjungtiva, dll.
9) Pemeriksaan telinga
Prosedur :
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan
membunyikan bel atau suara apakah terjadi refleks
terkejut atau tidak
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
10) Pemeriksaan hidung dan mulut
Prosedur :
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola napas,
jika bayi bernapas melalui mulut, kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia
koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan gangguan
pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks
menghisap dengan mengamati saat bayi menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah
terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.
b. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Lowdermilk, 2013 :
Nilai laboraturium pada bayi baru lahir
1) Hematologi
a) Waktu pembekuan teraktivasi (ACT) : 2 menit
b) Waktu perdarahan (lvy) : 2 – 7 menit
c) Retraksi pembekuan darah : 1 – 4 jam
d) Fibrinogen : 125 – 300 mg/dl
e) Hemoglobin : 14 -24 g/dl
f) Hematokrit : 44 – 64 %
g) Sel darah merah : 4,8 x 106 – 7,1 x 106/mcl
h) Trombosit : 150.000 – 300.000
i) Sel darah putih : 9.000 – 30.000
j) Neutrofil : 54 -62 %
k) Eosinofil dan basofil : 1 – 3 %
l) Limfosit : 25 – 33 %
m) Monosit : 3 – 7 %
2) Biokimia
a) Bilirubin direk : 0 – 1 mg/dl
b) Bilirubin total : < 2 mg/dl
c) Gas darah :
- Arteri : pH 7,31 – 7,49, pCO2 26 – 41
mmHg, pO2 60 – 70 mmHg.
- Vena : pH 7,31 – 7,41, pCO2 40 – 50
mmHg, pO2 40 – 50 mmHg
d) Glukosa serum : 40 – 60 mg/dl
3) Urinalisis
a) Warna : bening, jernih
b) Berat jenis : 1,001 – 1,020
c) pH : 5 – 7
d) protein : negative
e) Glukosa : negatif
f) Keton : negative
g) SDM : 0 – 2
h) SDP : 0 – 4
i) Epitel : tidak ada
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan reflekshisaptidakadekuat
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
C. Rencana Keperawatan
Alamudi, MY, Hadi, MI, & Kumalasari. 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 9. Nomor 1: 30-33.
Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish
Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas :
Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.
Soedjatmiko, (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC