Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BARU LAHIR


 
 
 

 
Disusun Oleh :
HASAN MUAFFA
NIM : 2021207209093
 
 
 
 
 
 
 
 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PROFESI (NERS)
2021/ 2022
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

BAYI BARU LAHIR

1. Pengertian

Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim seorang
wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai umur satu
bulan (FKUI,1999 dalam Kumalasari, 2018).
Menurut Kumalasari (2018), Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah masa
kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi
perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar
rahim.Pada masa ini terjadi pematangan organ hampir pada semua system.
Neonatus (BBL) bukanlah miniature orang dewasa,bahkan bukan pula miniature
anak. Neonatus mengalami masa perubahan dari kehidupan didalam rahim yang
serba tergantung pada ibu menjadi kehidupan diluar rahim yang serba mandiri.
Masa perubahan yang paling besar terjadi selama 24-72 jam pertama kehidupan
bayi. Selama beberapa minggu, neonatus mengalami masa transisi dari kehidupan
intrauterine ke extrauterine dan menyesuaikan dengan lingkungan yang baru.
Kebanyakan neonatus yang matur (matang usia kehamilannya) dan ibu yang
mengalami kehamilan yang sehat dan persalinan berisiko rendah, untuk mencapai
masa transisi ini berjalan relatif mudah.

2. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Adaptasi fisiologis pada bayi baru lahir antara lain (Menurut Chapman &
Durham, 2010; Perry et all, 2010; Reeder, Martin, Griffin, 2011; Novita,
2011) dijelaskan sebagai berikut :

a. Sistem Pernafasan
Sebelum lahir, O2 janin disuplai oleh plasenta, sehingga agar
neonates dapat bertahan, maka maturasi organ paru sangat penting karena
proses ini melibatkan faktor fisik, sensorik, dan kimiawi (perubahan
tekanan dari kehidupan di dalam uterus dan kehidupan di luar uterus
mungkin menghasilkan stimulasi fisik untuk mempercepat pernafasan.
Karakteristik Pernapasan BBL (nenonatus) :
1) Jam–jam pertama sering disebut periode reaktivitas.
2) Respirasi Rate (RR) BBL normal 30–60x/menit tapi
kecepatan dan kedalamannya tidak teratur, nafas dapat
berhenti sampai 20 detik, RR bisa sampai 80x/menit.
3) Dapat terjadi nafas cuping hidung, retraksi dada

b. Sistem Kardiovaskuler
Menilai volume darah pada BBL sulit. Saat dilakukan klem pada tali
pusat terjadi peningkatan volume darah yang cepat sehingga menekan
vaskularisasi jantung dan paru. BBL dapat menjadi hiperbilirubinemia
selama minggu–minggu pertama kehidupannya sebagai hasil dari
pemecahan hemoglobin tambahan. Sirkulasi perifer pada BBL agak
lambat sehingga terjadi sianosis residual pada area tangan, kaki, dan
sirkumoral BBL. Frekuensi nadi cenderung tidak stabil, dan mengikuti
pola yang serupa dengan pernapasan. Frekuensi nadi normal 120–160 x/
menit.
Karakteristik kardiovaskuler pada BBL (Bayi Baru Lahir)

1) Jika BBL menangis, Heart Rate (HR) dapat mencapai 180


x/menit, namun jika BBL tidur maka HR turun menjadi 100
x/menit. Perubahan sirkulasi menyebabkan darah mengalir ke
paru–paru.
2) Perubahan tekanan di (paru–paru, jantung, pembuluh darah
besar) menyebabkan menutupnya foramen ovale, duktus
arteriosus, duktus venosus.
3) Inspirasi O2 menyebabkan vena pulmonal dilatasi sehingga
resistensi vaskuler di pulmonal menurun (tekanan di atrium
kanan, ventrikel kanan, arteri pulmonal menurun sehingga
terjadi peningkatan aliran darah pulmonal)
4) Kondisi yang mempengaruhi penutupan duktus: peningkatan
konsentrasi O2 dalam darah, penurunan prostaglandin (dari
plasenta),
asidosis (PO2 menurun, pH menurun PCO2 meningkat).

c. Sistem Termoregulasi
Karakteristik Bayi Baru Lahir yang dapat menyebabkan hilangnya
panas antara lain kulit tipis, pembuluh darah yang dekat dengan
permukaan, sedikit lemak subkutan Untuk menjaga panas, bayi cukup
bulan yang sehat akan mempertahankan posisi fleksi. Bayi Baru Lahir
dapat mengalami kehilangan panas melalui cara:

1) Penguapan/evaporasi: terjadi ketika permukaan yang


basah terkena udara (selama mandi, Insensible Water
Loose (IWL) artinya kehilangan panas tanpa disadari,
linen atau pakaian basah).
2) Konduksi: terjadi ketika bayi bersentuhan langsung
dengan benda– benda padat yang lebih dingin dari kulit
mereka
3) Konveksi: terjadi ketika panas dipindahkan ke udara
sekitar bayi (pintu/ jendela terbuka, AC)
4) Radiasi: transfer panas ke benda dingin yang tidak
bersentuhan langsung dengan bayi (bayi di dekat panas
permukaan yang dingin hilang ke luar dinding &
jendela).

d. Sistem Neurologis
Pengkajian terhadap reflek–reflek fisiologis BBL harus dilakukan,
karena hal ini penting sekali untuk mengetahui reflek protektif seperti
blink, gag, bersin, dan batuk. Anda juga harus mengkaji reflek primitif
BBL meliputi: rooting/sucking, moro, startle, tonic neck, stepping, and
palmar/plantar grasp (Anda dapat melihat cara pengkajian reflek–reflek
fisiologis Bayi Baru Lahir). Anda dapat melihat perbedaan antara Caput
succedanum dan Cephalhematom di bawah ini:

Tabel 1.1. Perbedaan Caput succedanum dan Cephalhematom Caput

Succedanum Cephalhematom
1. Muncul saat lahir 1. Muncul beberapa jam setelah
2. Tidak bertambah besar lahir
3. Hilang beberapa hari 2. Bertambah besar pada hari 2-3
4. Batas tidak tegas hari
5. Kadang-kadang melewati 3. Hilang setelah 6 minggu
sutura 4. Batas tegas
6. Tidak ada komplikasi 5. Tidak melewati sutura
6. Penyebab perdarahan
periosteum
7. Komplikasi: jaundice, fraktur,
perdarahan intracranial.
e. Sistem Hematologic
Volume darah rata–rata pada Bayi Baru Lahir 80–85ml/Kg.
Eritrosit/sel darah merah (SDM) lebih banyak dan lebih banyak
mengandung hemoglobin dan hematokrit dibandingkan dengan dewasa,
sedangkan leukosit/sel darah putih (SDP) 9000– 30.000/mm3.
Bayi Baru Lahir memiliki risiko defisiensi pembekuan darah. Hal ini
terjadi karena:
1) Bayi Baru Lahir risiko defisit faktor pembekuan karena kurang
vitamin K (berfungsi sebagai aktivasi/ pemicu faktor
pembekuan secara umum
2) Vitamin K disintesa di usus tapi makanan dan flora usus
normal membantu proses ini.
3) Untuk mengurangi risiko perdarahan, vitamin K diberikan
secara Intra Muskuler (IM).

f. Sistem Gastrointestinal
Bayi Baru Lahir harus mulai makan, mencerna, dan mengabsorpsi
makanan setelah lahir. Kapasitas lambung 6 ml/Kg saat lahir tapi
bertambah sekitar 90 ml pada hari pertama kehidupan. Udara masuk ke
saluran gastrointestinal setelah lahir dan bising usus terdengar pada jam
pertama. Enzim mengkatalis protein dan karbohidrat sederhana. Enzim
pankreatik lipase sedikit diproduksi, lemak susu dalam ASI mudah dicerna

dibanding dengan susu formula. BBL yang aterm (matang usia


kehamilannya) memiliki kadar glukosa stabil 50–60mg/dl (jika dibawah
40mg/dl hipoglikemi).

g. Sistem Imunitas
Bayi Baru Lahir kurang efektif melawan infeksi karena SDP
berespon lambat dalam menghadapi mikroorganisme. BBL mendapat
imunitas pasif dari ibu selama kehamilan trimester 3, kemudian
dilanjutkan dengan pemberian ASI. IgG menembus plasenta saat fetus
(imunitas pasif temporer terhadap toksin bakteri dan virus). IgM
diproduksi BBL untuk mencegah penyerangan bakteri gram negative. IgA
diproduksi BBL setelah usia 6–12 minggu setelah lahir (bisa didapat pada
kolostrum dan ASI).
h. Sistem Urinarium
Kemampuan bayi dalam mengkonsentrasikan urin kurang. Intake/
asupan 2 hari pertama: 65ml/ Kg. Output 2–6 X/ hari. BBL mudah
kehilangan bikarbonat sampai di bawah dewasa (meningkat risiko
asidosis).

i. Sistem Endokrin
Sistem ini merupakan sistem yang kondisinya lebih baik dari pada
sistem yang lainnya. Jika terjadi gangguan, biasanya berkaitan dengan
kondisi hormonal ibunya. Contoh: pseudomenstruasi (seperti terdapat
menstruasi pada BBL perempuan), breast engorgement (seperti terdapat
pembesaran pada payudara). Kondisi tersebut adalah normal pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu dengan DM.

3. Tujuan Asuhan Keperawatan

a. Melakukan pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan dasar


b. Menentukan masalah keperawatan sesuai dengan
kebutuhan dasar
c. Merencanakan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan
d. Melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan dasar
e. Melakukan evaluasi keperawatan

4. Kebutuhan Bayi Baru Lahir

Tumbuh dan kembang seorang bayi secara optimal dipengaruhi


oleh hasil interaksi antara faktor genetis , herediter dan konstitusi dengan
faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang
positif bagi tumbuh kembang bayi, maka diperlukan pemenuhan atas
kebutuhan dasar tertentu yaitu :
a. Asuh
1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi secara mencukupi pada bayi harus
sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan
pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil.
Setelah lahir harus diupayakan pemberian ASI secara
eksklusif (sejak lahir – 6 bulan) dengan tidak memberikan
makanan atau cairan tambahan lain. Berikan ASI sesuai
keinginan bayi paling sedikit 8x/hari. Pada hari-hari
pertama setelah kelahiran apabila bayi diberikan menyusu
sesuai keinginannya dan tidak diberikan cairan lain maka
akan dihasilkan secara bertahap 10-100 ml ASI/hari.
Produksi ASI akan optimal setelah hari ke 10-14. Setelah
6 bulan pertama produksi ASI akan menurun sehingga
diperlukan makanan pendamping ASI (Kemenkes, 2010).

2) Perawatan kesehatan dasar (imunisasi)


Bayi sangat perlu diberikan imunisasi dasar lengkap
agar terlindung dari penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi diantaranya :
a) Imuniasasi Hepatitis B, umur pemberiannya 0-7 hari
dengan dosis 0,5 ml
b) Imunisasi BCG, umur pemberiannya 0-11 bulan
dengan dosis 0,05 ml
c) Imunisasi polio,umur pemberiannya 0-11 bulan
dengan dosis 2 tetes
d) Imunisasi DPT, umur pemberiannya 2-11 bulan
dengan dosis 0,5 tetes
e) Imunisasi campak, umur pemberiannya 9 bulan
dengan dosis 0,5 ml (Soedjatmiko, 2008).

3) Pakaian
Seorang bayi baru lahir memiliki kebutuhan
tersendiri seperti pakaian berupa popok, kain bedong dan
baju bayi. Bayi perlu banyak pakaian cadangan karena
bayi perlu mengganti pakaiannya tidak tergantung dengan
waktu. Bayi perlu mendapatkan pakaian yang bersih dan
nyaman dipakai dan hendaknya pakaian tersebut terbuat
dari bahan yang mudah menyerap keringat (Nursalam,
2008).
4) Istirahat dan tidur
Pada minggu-minggu pertama kehidupan bayi dapat
tertidur rata-rata selama 16 jam sehari. Pada umumnya
bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga
kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dan
selimuti bayi (Suririnah, 2009).

5) Hygiene diri dan lingkungan


Menjaga kebersihan kulit, Memandikan bayi sebaiknya
ditunda sampai 6 jam kelahiran. Hal ini dimaksudkan
agar bayi tidak hipotermi selain itu juga meminimalkan
resiko terjadinya infeksi. Prinsip yang perlu
diperhatikan pada saat memandikan bayi antara lain:
- Menjaga bayi agar tetap hangat
- Menjaga bayi agar tetap aman dan selamat
- Suhu air tidak boleh terlalu panas atau terlalu
dingin

6) Defekasi (BAB)
Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi pada
minggu pertama. Feses transisi (kecil-kecil berwarna
coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dalam 3
hari pertama frekuensi defekasi sebanyak 1x/hari. Untuk
membersihkannya gunakan air hangat dan sabun.
(Dwienda, 2014)

7) Berkemih (BAK)
Frekuensi berkemih pada bayi baru lahir adalah 6-
10x/hari dengan warna urine yang pucat. Umumnya bayi
cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari. Untuk
menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering maka
setelah BAK harus segera diganti popoknya (Dwienda,
2014).

b. Asih
1) Kasih sayang orang tua (Bounding Attachman)
a) Pengertian bounding attachment Bounding
attachment adalah suatu ikatan yang terjadi di antara
orang tua dan bayi baru lahir, yang meliputi
pemberian kasih sayang dan pencurahan perhatian
yang saling tarik menarik (Bahiyatun, 2009)
b) Dampak positif bounding attachment
Bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman,
serta berani mengadakan eksplorasi.
c) Hambatan bounding attachment
Kurangnya sistem dukungan, ibu dan bayi yang
beresiko dan kehadiran bayi yang tidak diinginkan.
d) Elemen-elemen bounding attachment :
- Inisiasi Menyusui Dini
- ASI eksklusif
- Rawat gabung
- Kontak mata
- Sentuhan
- Suara
- Aroma
- Hiburan
- Bioritme

2) Rasa aman
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga
keamanan bayi adalah dengan tetap menjaganya, jangan
sekalipun meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu.
Selain itu juga perlu di hindari untuk membersihkan
apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa
tersedak dan jangan menggunakan alat penghangat buatan
di tempat tidur (Dwienda, 2014).

c. Asah
Stimulasi sebaiknya dilakukan setiap kali ada kesempatan
berinteraksi dengan bayi, misalnya ketika memandikan, mengganti
popok, menyusui, menggendong. Stimulasi pada bayi dapat
dilakukan dengan cara:
1) Menatap mata bayi
2) Mengajak tersenyum
3) Berbicara
4) Membunyikan berbagai suara atau musik bergantian
5) Menggantung dan menggerakkan benda berwarna
mencolok
6) Dirangsang untuk meraih dan memegang mainan.

5. Penatalaksaan pada Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Kemenkes, 2010 :


a. Menjaga suhu tubuh bayi baru lahir saat lahir, mekanisme pengaturan
suhu tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika
tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh
maka BBL dapat mengalami hipotermia. BBL dapat kehilangan panas
di tubuhnya melalui cara-cara berikut : Evaporasi, konduksi, konveksi
dan radiasi. Namun kehilangan panas dapat dicegah dengan cara:
1) Ruang bersalin yang hangat
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu
ke kulit bayi
4) Inisiasi menyusui dini
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan
panas
6) Jangan segera memandikan bayi sebelum 6 jam setelah lahir
dan sebelum kondisi stabil

b. Isap lendir dari mulut dan hidung (hanya jika diperlukan)


c. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun
Luka tali pusat dibalut kassa steril. Jangan mengeoleskan cairan
apapun ke puntung tali pusat, mengoleskan alkohol atau povidon
yodium masih diperkenankan apabila terdapat tanda infeksi, tetapi
tidak di kompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau
lembab.
d. Inisiasi menyusui dini
Prinsip menyusu atau pemberian ASI adalah dimulai sedini mungkin
dan secara eksklusif. Segera setelah lahir dan tali pusat diikat, letakkan
bayi tengkurap di dada ibu dengan kulit bayi bersentuhan langsung ke
kulit ibu. Biarkan kontak kulit ke kulit ini
berlangsung selama 1 jam atau lebih, bahkan sampai bayi dapat
menyusu sendiri.
e. Pencegahan perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum
sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami
perdarahan. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pada semua
bayi baru lahir diberikan suntikan vitamin K (Phytomenadione)
sebanyak 1mg dosis tunggal, intramuskular pada anterolateral paha
kiri. Suntikan vitamin K dilakukan setelah proses IMD dan sebelum
pemberian imunisasi hepatitis B.
f. Pencegahan infeksi mata
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera
setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah
lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata
antibiotik tertrasiklin 1%.
g. Pemberian imunisasi
Imunisasi hepatitis B dengan dosis 0,5ml pertama diberikan 1-2
jam setelah pemberian vitamin K secara intramuskular. Imuniasasi
hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi.
h. Pemberian identitas
Semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan harus segera
mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada
bayi dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi. Gelang
pengenal berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan
jenis kelamin. Apabila fasilitas memungkinkan juga dilakukan cap
telapak kaki bayi pada rekam medis kelahiran.
6. Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada bayi baru lahir normal menurut Hidayat, 2008 :
a. Pemeriksaan fisik
1) Penilaian skor Apgar
Prosedur :
a) Kaji warna kulit
b) Hitung frekuensi jantung
c) Kaji kemampuan refleks
d) Kaji tonus otot
e) Kaji kemampuan bernafas
f) itung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian
g) Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia,
yaitu : Adaptasi baik skor 7-10, asfiksia ringan-sedang skor

4-6, asfiksia berat skor 0-3. Penilaian dapat dilakukan pada

menit pertama dan menit ke lima setelah lahir.

Tabel penilaian Apgar Score

2) Pemeriksaan cairan amnion


Prosedur :
a) Kaji jumlah cairan amnion
b) Lakukan penilaian jumlah cairan tersebut dengan
kategori :
>2000 ml, bayi mengalami polihidramnion dan <500
ml bayi mengalami oligohidramnion.

3) Pemeriksaan plasenta
Prosedur :
a) Kaji keadaan plasenta seperti adanya pengapuran,
nekrosis, berat dan jumlah korion
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.

4) Pemeriksaan tali pusat


Prosedur:
a) Kaji keadaan tali pusat, seperti adanya vena atau arteri,
adanya tali simpul atau kelainan lainnya
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian tersebut.

5) Pengukuran berat badan


a) Timbang berat badan dengan menggunakan timbangan
bayi
b) Lakukan penilaian dari hasil penimbangan, dengan
kategori
sebagai berikut :
- Normal : 2500 - 4000 gram
- Prematur : < 2500 gram
- Makrosomia : > 4000 gram.

6) Pengukuran panjang badan


a) Ukur panjang badan dengan menggunakan meteran
b) Lakukan penilaian dari hasil pengkajian, dengan
kategori maksimal adalah 45-50 cm.

7) Pemeriksaan kepala
Prosedur :
a) Ukur lingkar kepela
b) Lakukan penilaian hasil pengukuran, bandingkan
dengan
c) lingkar dada, jika diameter kepala lebih besar 3cm dari
lingkar dada, bayi mengalami hidrosefalus dan jika
diameter kepala lebih kecil 3cm dari lingkar dada, bayi
tersebut mengalami mikrosefalus
d) Kaji jumlah dan warna adanya lanugo terutama di
daerah bahu dan punggung
e) Kaji adanya moulage, yaitu tulang tengkorak yang
saling menumpuk pada saat lahir, apakah asimetri atau
tidak
f) Kaji apakah adanya kaput suksedaneum, sefalhematoma
g) Kaji adanya perdarahan akibat pecahnya pembuluh
vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam

tengkorak, batasnya tidak tegas sehingga bentul kepala


nampak asimetris, dengan palpasi teraba fluktuasi
h) Kaji adanya fontanel dengan cara melakukan palpasi
menggunakan jari tangan, denyutannya sama dengan
denyut jantung, kemudian fontanel posterior akan
dilihat proses penutupan setelah usia 2 bulan dan
fontanel anterior menutup pada usia 12-18 bulan.

8) Pemeriksaan mata
Prosedur :
a) Kaji adanya strabismus dengan cara menggoyang
kepala secara perlahan-lahan sehingga mata bayi akan
terbuka
b) Kaji adanya kebutaan jika bayi jarang berkedip atau
sensitivitas terhadap cahaya berkurang
c) Kaji adanya sindrom down jika ditemukan adanya
epikantus yang melebar
d) Kaji adanya katarak kongenital jika terlihat pupil
berwarna putih
e) Kaji adanya trauma pada mata seperti adanya edema
palpebra, perdarahan konjungtiva, dll.

9) Pemeriksaan telinga
Prosedur :
a) Kaji adanya gangguan pendengaran dengan
membunyikan bel atau suara apakah terjadi refleks
terkejut atau tidak
b) Kaji posisi hubungan mata dan telinga.
10) Pemeriksaan hidung dan mulut
Prosedur :
a) Kaji pola pernapasan dengan cara melihat pola napas,
jika bayi bernapas melalui mulut, kemungkinan bayi
mengalami obstruksi jalan napas karena adanya atresia
koana bilateral atau fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring
b) Kaji napas cuping hidung yang menunjukkan gangguan
pada paru
c) Kaji adanya kista di mukosa mulut
d) Kaji lidah untuk menilai warna, kemampuan refleks
menghisap dengan mengamati saat bayi menyusu
e) Kaji gusi untuk menilai adanya pigmen gigi apakah
terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

11) Pemeriksaan leher


Prosedur :
a) Kaji adanya pembengkakan dan benjolan
b) Kaji pergerakan leher, jika terjadi keterbatasan
pergerakan, kemungkinan terjadi kelainan di tulang
leher seperti kelainan tiroid, hemangioma, dll.

12) Pemeriksaan dada dan punggung


Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan bentuk (simteris atau tidak)
b) Kaji ada tidaknya fraktur klavikula dengan cara meraba
ikutus kordis dengan menentukan posisi jantung
c) Kaji frkuensi, suara jantung dan bunyi napas dengan
auskultasi stetoskop.

13) Pemeriksaan abdomen


Prosedur :
a) Kaji bentuk abdomen, jika membuncit kemungkinan
disebabkan hepatosplenomegali atau cairan dalam
rongga perut
b) Kaji adanya kembung dengan perkusi

14) Pemeriksaan tulang belakang dan ektremitas


Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan tulang belakang seperti skoliosis,
meningokel, spina bifida dengan cara bayi diletakkan
dalam posisi tengkurap, kemudian tangan pemeriksa
meraba sepanjang tulang belakang
b) Kaji adanya kelemahan tau kelumpuhan dengan cara
melihat posisi kedua kaki, adanya equinovarus atau
valgus dan keadaan jari-jari tangan dan kaki apakah
terdapat polidaktili.

15) Pemeriksaan genetalia


Prosedur :
a) Kaji keadaan labia minora yang tertutup labia mayora,
lubang uretra dan lubang vagina terpisah atau tidak
b) Kaji adanya fimosis, hipospadia yang merupakan defek
di bagian ventral ujung penis atau defek sepanjang
penis dan epispadia merupakan kelainan defek pada
dorsum penis.

16) Pemeriksaan anus dan rektum


Prosedur :
a) Kaji adanya kelainan atresia ani atau mengetahui
posisinya
b) Kaji adanya mekonium. Jika dalam waktu 48 jam
belum keluar kemungkinan meconium plug syndrome,
megakolon, atau obstruksi saluran pencernaan.

17) Pemeriksaan kulit


Prosedur :
a) Kaji adanya verniks kaseosa yang ,merupakan zat yang
bersifat seperti lemak berfungsi sebagai pelumas atau
sebagai isolasi panas pada bayi cukup bulan
b) Kaji adanya lanugo, yakni rambut halus dipunggung
bayi, jumlahnya lebih banyak pada bayi kurang bulan
daripada cukup bulan.

b. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Lowdermilk, 2013 :
Nilai laboraturium pada bayi baru lahir
1) Hematologi
a) Waktu pembekuan teraktivasi (ACT) : 2 menit
b) Waktu perdarahan (lvy) : 2 – 7 menit
c) Retraksi pembekuan darah : 1 – 4 jam
d) Fibrinogen : 125 – 300 mg/dl
e) Hemoglobin : 14 -24 g/dl
f) Hematokrit : 44 – 64 %
g) Sel darah merah : 4,8 x 106 – 7,1 x 106/mcl
h) Trombosit : 150.000 – 300.000
i) Sel darah putih : 9.000 – 30.000
j) Neutrofil : 54 -62 %
k) Eosinofil dan basofil : 1 – 3 %
l) Limfosit : 25 – 33 %
m) Monosit : 3 – 7 %

2) Biokimia
a) Bilirubin direk : 0 – 1 mg/dl
b) Bilirubin total : < 2 mg/dl
c) Gas darah :
- Arteri : pH 7,31 – 7,49, pCO2 26 – 41
mmHg, pO2 60 – 70 mmHg.
- Vena : pH 7,31 – 7,41, pCO2 40 – 50
mmHg, pO2 40 – 50 mmHg
d) Glukosa serum : 40 – 60 mg/dl

3) Urinalisis
a) Warna : bening, jernih
b) Berat jenis : 1,001 – 1,020
c) pH : 5 – 7
d) protein : negative
e) Glukosa : negatif
f) Keton : negative
g) SDM : 0 – 2
h) SDP : 0 – 4
i) Epitel : tidak ada
B. Diagnosa Keperawatan
1. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan reflekshisaptidakadekuat
2. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
3. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
5. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawartan Kriteria Hasil
1 Risiko tinggi Tujuan : Setelah 1. Pantau 1. Pada
perubahan nutrisi dilakukan intake dan janin cukup
kurang dari tindakan out put bulan
kebutuhan tubuh keperawatan cairan  mengandung
berhubungan selama 2x24 2. Kaji (80-100 ml).
dengan refleks jam perubahan payudara ibu Masukan
hisap tidak nutrisi tidak tentang cairan
adekuat.  terjadi. kondisi adekuat
putting   untuk
3. Lakukan metabolisme
Kriteria hasil : breast care tubuh yang
 Penurun pada ibu tinggi 
an BB secara 2. Kondisi
tidak teratur  puting ibu
lebih dari 4. Lakukan sangat
10% BB pemberian menentukan
lahir. makan oral dalam
 Intake awal dengan proses
dan 5-15 ml air menyusui,
output steril kondisi
makanan kemudian puting
seimbang dextrosa dan inverted
. PASI  menggangu
 Tidak 5. Intruksika proses
ada n ibu cara laktasi 
tanda- dan posisi 3. Perawat
tanda menyusui an breast
hipoglike yang tepat care untuk
mi secara melancarkan
mandiri dan
6. Instruksik merangsang
an pada ibu produksi  air
agar  susu pada
mengkonsum ibu
si susu ibu menyusui
menyusui   4. Pemberi
7. Pantau an makan
warna, awal
konsentrasi, membantu
dan frekuensi memenuhi
berkemih  kebutuhan
kalori dan
cairan,
khususnya
pada bayi
yang
menggunaka
n 100-120
kal/kg dari
BB setiap 24
jam 
5. Cara dan
posisi ibu
dalam
menyusui
sangat
mempengar
uhi proses
laktasi,
sehingga
proses
laktasi harus
dilakukan
dengan
benar
6.  Untuk
meningkatka
n produksi
susu ibu
sehingga
proses
laktasi
menjadi
adekuat
7. Kehilan
gan cairan
dan
kurangnya
masukan
oral dengan
cepat
menghabisk
an cairan
ekstraseluler
dan
mengakibatk
an
penurunan
haluaran
urin

2 Resiko tinggi Tujuan:Setelah 1. Pertahank 1. Dalam


perubahan suhu dilakukan an suhu respon
tubuh tindakan lingkungan terhadap
berhubungan keperawatan dalam zona suhu
dengan adaptasi selama 2x24 termoneural lingkungan
dengan jam perubahan yang yag rendah,
lingkungan luar suhutubuh tidak ditetapkan bayi cukup
rahim, terjadi. dengan bulan
keterbatasan Kriteriahasil: mempertimb meningkatka
jumlah lemak.  Suhu angkan berat n suhu
tubuh badan tubuhnya
normal 36- neonatus, dengan
370 C. usia gestasi  menangis
 Bebas 2. Pantau atau
dari tanda- aksila bayi meningkatka
tanda kulit, suhu n aktivitas
strees, timpatik dan motorik
dingin, lingkungan karena
tidak ada sedikitnya banyak
tremor, setiap 30-60 mengkonsu
sianosis dan mnt msi oksigen
pucat. 3. Kaji 2. Stabilisa
frekuensi si suhu
pernapasan mungkin
perhatikan tidak terjadi
takipnea sampai 8-12
(frekuensi > jam setelah
60/mnt) lahir
4. Tunda kecepatan
mandi konsumsi
pertama oksigen dan
sampai suhu metabolisme
36,50 C  minimal bila
5. Mandikan suhu kulit
bayi dengan dipertahanka
cepat untuk n diatas
menjaga 36,50 C
agar bayi 3. Bayi
tidak menjadi
kedinginan takipnea
6. Perhatikan dalam
tanda-tanda respon
dehidrasi terhadap
(turgor kulit peningkatan
buruk, kebutuhan
pelambatan oksigen
berkemih, yang
membrane dihubungka
mukosa n dengan
kering ) stres dingin  
7. Lakukan 4. Memban
pemberian tu mencegah
makn oral kehilangan
dini panas lanjut
karena
evaporasi
5. Mengura
ngi
kemingkina
n kehilangan
panas
melalui
evaporasi
dan
konveksi
dan
membantu
menghemat
energi
6. Hilangn
ya panas
terjadi
melalui
vasodilatasi
perifer dan
melalui
augmentasi
pendinginan
dengan
evaporasi
dan
penigkatan
kehilangan
air kast mata
7. Untuk
peningkatan
10 C (1,8 F)
suhu tubuh,
metabolisme
dan
kebutuhan
cairan
meningkat
kira-kira
10%.
Kegagalan
menggantika
n kehilangan
cairan
selanjutnya
memperbera
t status
dehidrasi 

3 Resiko tinggi Tujuan :Setelah 1. Observasi 1. Mengeta


terjadi infeksi dilakukan tanda-tanda hui adanya
berhubungan tindakan infeksi indikasi
dengan trauma keperawatan 2. Pertahank infeksi
jaringan selama 3x24 an teknik 2. Melindu
(pemotongan tali jam infeksi pada septic dan ngi bayi dari
pusat) tali pusat tali pusat tidak aseptic. resiko infeksi
masih basah. terjadi. 3. Lakukan nosokomial
Kriteria hasil: perawatan tali 3. Potensia
 Bebas pusat setiap l entri
dari tanda- hari setelah organisme
tanda mandi satu kedalam
infeksi. kali perhari. tubuh
 TTV 4. Observasi 4. Deteksi
normal:S: tali pusat dan dini terhadap
36-370C, area sekitar penyebaran
N:70- kulit dari infeksi
100x/menit, tanda-tanda
RR: 40- infeksi.
60x/menit
 Tali
pusar
mongering

4 Resiko tinggi Tujuan:Setelah 1. Pertahank 1. Memant


kekurangan dilakukan an intake au
volume cairan tindakan sesuai jadwal keefektifan
berhubungan perawatan 2. Monitor aturan
dengan hilangnya selama 2x24 intake dan terapeutik 
air (IWL), jam  kekurangan output 2. Mengide
keterbatasan volume cairan 3. Berikan ntifikasi
masukan cairan. tidak terjadi. infuse sesuai keseimbanga
Kriteria hasil: program n antara
 Bayi 4. Kaji perkiraan
tidak tanda-tanda pemasukan
menunjukka dehidrasi, dan
n tanda- membran kebutuhan
tanda mukosa, cairan
dehidrasi ubun-ubun, 3. Ketentua
yang turgor kulit, n dukungan
ditandai mata cairan
dengan 5. Monitor didasarkan
output temperatur pada
kurang dari setiap 2 jam perkiraan
1- kebutuhan
3ml/kg/jam. bayi
 Membra 4. Deteksi
n mukosa dini terhadap
normal. keadaan
kekurangan
 Ubun-
cairan tubuh 
ubun tidak
5. Peningk
cekung.
atan suhu
 Tempera
tubuh
ture dalam
merupakan
batas
faktor resiko
normal.
meningkatny
a
pengeluaran
cairan tubuh
melalui
mekanisme
konveksi,
radiasi dan
evaporasi
5 Kurangnya Tujuan :Setelah 1. Tentukan 1. Mengide
pengetahuan dilakukan tingkat ntifikasi area
orangtua tindakan pemahaman permasalahan
berhubungan perawatan ibu atau orang / kebutuhan
dengan kurang selama 1x24 tua tentang yang
terpaparnya jam orang tua kebutuhan memerlukan
informasi. mengetahui fisiologis bayi informasi
perawatan dan adaptasi tambahan
pertumbuhan terhadap atau
dan kehidupan demonstrasi
perkembangan ekstrauterus  aktivitas
bayi. 2. Lakukan perawatan 
Kriteria hasil: pemeriksaan 2. Memban
 Orang fisik bayi saat tu orang tua
tua orang tua ada. mngenali
mengatakan Berikan variasi
memahami informasi normal, dan
kondisi bayi tentang variasi dapat
 Oaring normal dan menurunan
tua karakteristik ansietas
berpartisipas seperti : 3. Meningk
i dalam pseudomentru atkan
perawatan asi, pemahaman
bayi pembesaran tentang
payudara prinsip-
3. Demonstr prinsip dan
asikan dan tekhnik
awasi aktivitas perawatan
perawatan bayi baru
bayi yang lahir
berhubungan 4. Menghil
dengan posisi angkan
menyusui dan kekhawatiran
menggendong yang
4. Diskusika potensial
n kebutuhan terjadi bila
nutrisi bayi, masukan bayi
variabilitas bervariasi
napsu makan dari
dari satu pemberian
pemberian makan ke
makan ke pemberian
berikutnya  makan
dan cara  selanjutnya.
mengkaji Membantu
keadekuatan menjamin
hidarasi dan persiapan dan
nutrisi pemberian
5. Tekanan formula yang
kebutuhan tepat 
bayi baru lahir 5. Evaluasi
untuk tindak terus
evaluasi degan menerus
pemberi penting untuk
pelayanan pemantauan
kesehatan pertumbuhan
dan
perkembanga

DAFTAR PUSTAKA

Alamudi, MY, Hadi, MI, & Kumalasari. 2018. Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Volume 9. Nomor 1: 30-33.

Bahiyatun. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC

Chapman, L, dan Durham, R. 2010. Maternal-newborn nursing: The critical


components of nursing care, Volume 16 Nomor 1,: 18-24.

Dwienda, O. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi / Balita dan
Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogyakarta : Deepublish

Hidayat, A. A. (2008). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan (2 ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar, RISKESDAS. Jakarta: Balitbang


Kemenkes RI

Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

Nanda.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatn NANDA Nic Noc. Yogyakarta;


Mediaaction

NANDA International. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi


2015 – 2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.

Novita & Franciska (2011). Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan.


Salemba Medika; Jakarta

Reeder, S.J., Martin, L.L., & Griffin, D.K. (2011). Keperawatan maternitas :
Kesehatan wanita, bayi & keluarga edisi 18. Jakarta : EGC.
Soedjatmiko, (2008). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Suririnah. (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0 – 12 Bulan. Jakarta : Gramedia


Pusaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai