Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MATERNITAS BAYI BARU LAHIR

OLEH

FEBRI CHRISTIAN TRISNA PUTRA

FIELDA DWINA SARASWATI

FITRIA KRISTANTI

IGNASIUS HENGKI ARIWIBOWO

KRISTA MEO

SADEDIACH RASIE DARIS

RICARD ANDRIANO AWOM

ROSALIA MELIK HANDAYANI

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2017

1
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dengan usia kehamilan cukup bulan

yaitu 36-40 minggu (Mintayani, 2010)

Periode neonatal yang berlangsung sejak bayi lahir sampai usianya 28 hari

merupakan waktu berlangsungnya perubahan fisik pada BBL (Bobak, 2004)

Bayi baru lahir harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam

rahim ke kehidupan diluar rahim. Perubahan lingkungan dari dalam uterus ke

ekstrauterin dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kimiawi, mekanik, dan

termik yang menimbulkan perubahan metabolik, pernapasan dan sirkulasi pada

BBL (Mitayani, 2010)

Neonatus adalah bayi yang baru lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya

dengan usia gestasi 38-42 minggu (Wong, 2003)

Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi

yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari

sebagian besar bayi akan menunjukkan usaha napas spontan dengan sedikit

bantuan (Prawiroharjo, 2002).

2
B. Fisiologis

1. Respirasi

Perubahan yang penting pada neonatus adalah respirasi. Pada saat

intarauterin, paru-paru berisi ± 20 cc/KgBB. Pada saat lahir, cairan

tersebut digantikan dengan udara. Dengan kelahiran pervaginam, cairan

tersebut dikeluarkan melalui trakea dan paru-paru. Nafas yang pertama

merupakan reflek dari perubahan tekanan, perubahan suhu, suara dan

sensasi fisik pada saat kelahiran dengan permukaan yang relative kasar.

Disisi lain, kemoreseptor di aorta berespon terhadap penurunan PO2 (dari

80 mmHg ke 15 mmHg), peningkatan CO2 (dari 40 mmHg ke 70 mmHg)

dan penurunan pH arteri. Depresi pernafasan tersebut terjadi karena

terputusnya tali pusat. Nafas pertama bersifat dangkal dan tidak teratur ±

30-60 x/menit disertai periode apnea pendek (<15”). Bayi baru lahir lebih

menyukai bernafas melalui hidung. Saat mengalami pembuntuan, reflek

yang digunakan adalah membuka mulut, tetapi kemampuan tersebut baru

dimiliki setelah usia 3 minggu, oleh karena itu bayi mudah mengalami

cyanosis jika mengalami obstruksi hidung.

2. Sirkulasi

Sistem sirkulasi mengalami perubahan saat lahir, foramen ovale,

duktus arteriosus dan duktus venosus menutup. Arteri dan vena umbilical

serta arteri hepatica menjadi ligament. Tekanan arteri pulmonal menurun

menyebabkan penurunan tekanan artrium kanan. Peningkatan aliran darah

yang kembali kesisi kiri jantung meningkatkan tekanan atrium kiri.

3
Perubahan tekanan ini menyebabkan penutupan foramen ovale. Selama

beberapa hari, menangis menyebabkan pengembalian aliran darah melalui

foramen ovale dan menyebabkan cyanosis. Saat level PO2 arteri

mendekati 50 mmHg, duktus arteriosus menutup kemudian duktus tersebut

menjadi ligament. Dengan pematangan tali pusat, arteri dan vena umbilical

serta duktus venosus menutup cepat dan menjadi ligament.

3. Termoregulasi

Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan fungsi

pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya

mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran panas.

Bayi bersifat homeothemic yang artinya berusaha menstabilkan suhu

badan internal dalam rentang yang pendek. Hipotermi dan kehilangan

panas yang berlebihan merupakan kejadian yang membahayakan.

Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan meningkatkan

aktifitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown fat terletak pada

antara kedua scapula dan axila, serta didalam pintu masuk dada, sekitar

ginjal dan vertebra. Lemak tersebut mengandung banyak pembuluh darah

dan saraf daripada lemak biasa.

4. Hematologi

Hb bayi lebih banyak dari orang dewasa yaitu 14,5-22,5 g/dl, tetapi

merupakan HbF yaitu Hb yang usianya lebih pendek dari orang dewasa

(40-90 hari). Dengan simpanan Fe selama dalam kandungan, bayi akan

4
membuat Hb yang baru. Simpanan Fe dapat dipertahankan sampai usia 5

bulan.

5. Sistem Renal

Pada usia khamilan empat bulan, ginjal bayi sudah terbentuk dan

sudah bisa memproduksi urine. Urin akan dikeluarkan kedalam cairan

amnion. Fungsi renal seperti orang dewasa baru bisa dipenuhi saat bayi

berusia 2 bulan. Saat lahir biasanya bayi akan BAK sedikit dan kemudian

tidak BAK selam 12-24 jam, kemudian akan BAK 6-10 x/menit. Urin

berwarna kuning, berjumlah 15-60 cc/KgBB.

6. Gastrointestinal

Bayi aterm sudah bisa menelan, mencerna dan mengolah serta

menyerap protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak

sederhana. Bayi yang hidrasinya baik, mukosa mulutnya basah, merah

muda. Setelah lahir ada sedikit mucus yang tersisa dimulut bayi.

7. Sistem Hepatika

Liver dan gall blader dibentuk usia kehamilan 4 bulan. Liver dapat

diraba pada bayi baru lahir 1 cm dibawah costa kanan karena liver

memenuhi ± 40 % kavitas abdomen. 50 % bayi aterm mengalami

hyperbilirubinemia yang fisiologis sebagai akibat dari frekuensi produksi

bilirubin yang tinggi dari pemecahan RBC yang lebih banyak dari dewasa,

selain itu ada sejumlah bilirubin yang diserap kembali dari usus halus.

5
8. Sistem Imunologi

Sistem imunologi pada bayi baru berkembang pada fase awal

ekstrauterin dan belum aktif sampai dengan beberapa bulan. Selam tiga

bulan pertama, bayi dilindungi oleh imunitas pasif dari ibu.

9. Sistem integument

Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi bayi saat

lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam vernix caseosa akan

diabsorsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi tidak perlu dibersihkan.

10. Sistem Reproduksi

Perempuan :

a. Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel primordial).

b. Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan penurunan

yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya pengeluaran

darah atau mucus dari vagina disebut pseudomenstruasi.

c. Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.

d. Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.

e. Vernix caseosa terdapat dikedua labia.

Laki-laki :

a. Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.

b. Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.

c. Sering terjadi hidriceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis, bisa

sembuh sendiri.

6
11. Sistem Muskuloskeletal

Pertumbuhan tulang terjadi cephalocaudal. Kepala mempunyai

panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan lebih panjang sedikit

dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat sedikit berubah akibat

penyesuaian dengan jalan lahir disebut molding.

C. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir (Depkes, 2002)

1. Evaporasi

Adalah cara kehilangan panas utama pada tubuh bayi. Kehilangan

panas terjadi karena menguapnya cairan ketuban pada permukaan tubuh

bayi. setelah lahir karena bayi tida langsung dikeringkan atau terjadi

setelah bayi dimandikan

2. Konduksi

Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh

bayi dengan permukaan yang dingin, miasal bayi yang diletakkan diatas

meja, tempat tidur atau timbangan yang dingin cepat mengalami

kehilangan panas tubuh melalui konduksi

3. Konveksi

Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayiterpapar dengan

udara disekitar yang telah dingin, bayi yang dilahirkan di ruangan yang

dingin cepat mengalmi kehilingan panas. Kehilangan panas terjadi jika

ada tiupan kipas angin, aliran udara atau penyejuk ruangan.

7
4. Radiasi

Adalah kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat

berada yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur

tubuh bayi, bayi akan mengalami kehilangan panas melalui cara ini. 

Benda yang lebih dingin tersebut tidak bersentuhan langsung dengan

panas bayi.

D. Adaptasi BBL

Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus keluar uterus, maka bayi

menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan termik. Hasil

perangsangan ini akan membuat bayi mengalami perubahan fisik seperti:

1. Gangguan metabolisme karbohidrat

Perubahan glukosa menjadi glikogen meningkat dengan adanya gangguan

pada metabolisme asam lemak yang tidak dapat memenuhi kebutuhan

neonatus, maka kemungkinan bayi akan menderita hipoglikemi.

2. Perubahan sistem pernapasan

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah

kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal SSP dan

perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya. Tekanan rongga

dada pada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam mengakibatkan

paru-paru yang pada bayi normal cukup bulan mengandung 80-100 ml

cairan, maka akan kehilangan cairan 1/3. Sesudah bayi lahir, cairan yang

8
hilang diganti dengan udara, paru-paru berkembang, sehingga rongga dada

kembali ke bentuk semula.

3. Perubahan sistem sirkulasi

Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan O2 di adalam alveoli

meningkat, sebaliknya tekanan CO2 turun. Hal tersebut mengakibatkan

turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah

meningkat.

4. Perubahan lain

Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain.

E. Kebutuhan dasar BBL

1. Penilaian awal

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:

Sebelum bayi lahir:

a. Apakah kehamilan cukup bulan

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium

2. Setelah bayi lahir:

a. Apakah bayi menangis atau bernapas

b. Apakah tonus otot bayi baik/bergerak aktif

Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung

menangis atau bernapas spontan dan bergerak katif. Jika bayi kurang

bulan atau lebih bulan, dan air ketuban bercampur mekonium dan tonus

otot tidak baik, maka lakukan manajemen BBL dengan asfiksia.

9
F. Komplikasi yang sering terjadi pada bayi baru lahir

1. Icterus neonatorum

Kira-kira 1/3 dari bayi yang baru lahir , memperlihatkan icterus

antara hari ke 2 dan ke 5 yang dinamakan icterus fisiologis yang

ditimbulkan oleh hiperbilirubinaemia yang disebabkan oleh:

a. Penghancuran erytrocyt yang hebat.

Kehidupan intra uterin terdapat polycytaemia untuk mengimbangi

kadar O2 yang rendah. Sedangkan untuk kehidupan diluar tidak

diperlukan sedemikian banyak erythrocyte

b. Hati bayi belum berfaal baik, sehingga tidak dapat mengubah

Bilirubin I menjadi bilirubin II.Pada anak premature icterus biasanya

lebih hebat dan lebih lama lagi karena faal hati masih sangat

kurang.         

2. Kehilangan Berat Badan

10
G. Menajemen BBL normal

1. Membersihkan jalan napas

Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi

tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan napas

dengan cara berikut:

a. Letakkan bayi terlentang

b. Posisi kepala jangan menekuk

c. Bersihkan hidung, rongga mulut, tenggorokan bayi dengan tangan

dibungkus kasa steril

d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi

dengan kain kering halus

e. Kekurangan zat asam pada BBL dapat menyebabkan kerusakan otak,

maka sangat penting membersihkan jalan napas, sehingga upaya bayi

bernapas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir.

f. Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin diperlukan untuk

mewujudkan ventilasi yang adekuat

2. Memotong tali pusat

3. Menjaga kehangatan

4. Kontak dini dengan ibu

5. Member vitamin K

6. Memberi obat tetes mata atau salep mata

11
BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pemeriksaan bayi dapat dilakukan segera setelah status kardiovaskuler

aman dan secara berkala.

1. Penampilan umum

a. BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %,

biasanya akan naik kembali setelah hari ke 8-12.

b. PB 46-56 cm.

c. Suhu 36,5-37,5 0C.

Pemeriksaan fisik

1. Kepala

 Ukur : lingkar kepala

 Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior

dan posterior.

 Periksa bentuk telinga.

 Simetris tidaknya wajah.

 Periksa mata : bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya

perdarahan.

 Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.

 Periksa hidung : septum, simetris atau tidak.

12
 Periksa leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik,

Pergerakan otot.

2. Kulit

 Vernix caseosa

 Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)

 Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan

akan semakin merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik,

deskuamasi, kering.

 Pembesaran payudara.

 Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.

 Cairan amnion, bau.

 Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning

akan lebih jelas.

3. Dada

 Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa

(diameter diukur sedikit diatas putting), lebih pendek daripada

abdomen.

 Pembesaran payudara, witch’s milk.

 Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit)

dan murmur.

 Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada,

frekuensi 30-60 x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1

menit penuh), periode apnea.

13
4. Abdomen

 Bentuk : simetris/tidak

 Bising usus : ada/ tidak

 Kelainan : cekung/cembung

 Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.

5. Neurologik

 Tonus otot.

 Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking

reflek, rooting reflek, sucking reflek.

6. Kelamin

 Bayi perempuan , labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan,

Anus.

 Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.

7. Punggung

 Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )

8. Ektremitas

 Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.

 Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan

gerakannya dengan menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.

14
Penilaian APGAR Score

APGAR Pemeriksaan 0 1 2

Appearance/ Inspeksi Biru/pucat Badan merah, Semua merah

warna kulit seluruh tubuh ekstremitas biru

Pulse/denyut Auskultasi Tidak terdengar < 100 x/menit > 100 x/menit

jantung jantung

Grimace/ Menghisap atau Tidak ada respon Menyeringai Menangis keras

reflek iritabily rangsang lain

Activity/ Inspeksi Lemah Fleksi Gerak aktif

tonus otot ekstremitas

Respiration/ Inspeksi Tidak ada Menangis Gerakan

pernafasan gerakan lemah atau pernafasan kuat/

pernafasan merintih menangis kuat

Total score : 0-3          : asfiksia berat

4-6                    : asfiksia sedang

7-10                : asfiksia ringan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat

2. Resti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus

15
C. Intervensi Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat

Tujuan : tidak terjadi infeksi pada tali pusat

Intervensi :

a. Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat

R : Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi

b. Lakukan perawatan pada tali pusat

R : mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat

c. Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh,

kemerahan disekitar tali pusat.

R : Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat

menunjukkan adanya infeksi

d. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

R : mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial

e. Jaga lingkungan tetap bersih

R : Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin

2. Resti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu

Tujuan : hipotermi tidak menjadi aktual

Intervensi :

a. Segera bungkus bayi dengan selimut kering.

R : Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi

b. Observasi suhu bayi tiap 4 jam

16
R : Deteksi dini bila terjadi hipotermi

c. Jaga lingkungan tetap hangat dan kering

R : Mencegah penguapan suhu

d. Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin

R : Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus

Tujuan : pola nafas efektif

Intervensi :

a. Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera

setelah kepala bayi lahir.

R : Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk

membebaskan jalan nafas bayi.

b. Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada

sisi mulut atau hidung.

R : Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi

dengan pola nafas yang efektif.

c. Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi

R : Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya

gagal nafas pada bayi.

d. Bersihkan jalan nafas

R : Membebaskan jalan nafas bayi.

e. Pertahankan suplai oksigen adekuat

R : Memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi

17

Anda mungkin juga menyukai