BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar
natrium relatif lebih besar daripada kalium. Hal ini menandakan
bahwa ruangan ekstraseluler luas.Fungsi ginjal belum sempurna
karena jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa dan ada
ketidakseimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, renal blood flow (aliran darah ginjal) pada
neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.
j. Susunan saraf
Jika janin pada kehamilan sepuluh minggu dilahirkan hidup
maka dapat dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan
spontan.Gerakan menelan pada janin baru terjadi pada kehamilan
empat bulan.Sedangkan gerakan menghisap baru terjadi pada
kehamilan enam bulan.
Pada triwulan terakhir hubungan antara saraf dan fungsi otot-
otot menjadi lebih sempurna.Sehingga janin yang dilahirkan diatas 32
minggu dapat hidup diluar kandungan.Pada kehamilan 7 bulan maka
janin amat sensitif terhadap cahaya.
k. Sistem imunitas
Pada sistem imunologi Ig gamma A telah dapat dibentuk pada
kehamilan 2 bulan dan baru banyak ditemukan segera sesudah bayi
dilahirkan. Khususnya pada traktus respiratoris kelenjar liur sesuai
dengan bakteri dapat alat pencernaan, imunoglobolin G dibentuk
banyak dalam bulan kedua setelah bayi dilahirkan. Ig A, Ig D dan Ig E
diproduksi secara lebih bertahap dan kadar maksimum tidak dicapai
sampai pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang menyusui mendapat
kekebalan pasif dari kolostrum dan ASI.
l. Sistem integumen
Stuktur kulit bayi sudah terbentuk dari sejak lahir, tetapi masih
belum matang.Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan
7
4. Pathway
Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat
Adaptasi psikologis ibu
9
i. Definisi
Asfiksia adalah keadaan di mana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara
spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya
akan mengalami asfiksia pada saat di lahirkan. Masalah ini erat hubungannya
dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelaianan tali pusat, atau masalah yang
mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan (Winkjosastro,
2011).
Adapun beberapa definisi atau pengertian lain dari asfiksia neonatorum yaitu:
1) Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan nafas secara spontan
dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang
di tandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (Maryunani,
2013).
2) Asfiksia neonatorum adalah keadaan di mana bayi baru lahir tidak
segerah bernapas secara spontan dan teratur setelah di lahirkan.
Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan (Mochtar:
2012).
11
b) Faktor bayi
1) Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan).
2) Persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ekstrasi vakum, porsef).
3) Kelainan congenital.
4) Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan).
G :Grimace = Refleks
Dibawah ini tabel untuk menentukan tingkat/derajat asfiksia yang yang dialami bayi
pada saat dia dilahirkan. Penilaian dilakukan pada menit pertama dan kelima pada saat
bayi lahir.
Tanda 0 1 2
Frekuensi Tidak ada Kurang dari Lebih dari
Jantung 100/menit 100/menit
f. Diagnosis
Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari
anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam
persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu
mendapatkan perhatian yaitu:
a) Denyut jantung janin
Frekuensi normal ialah antara 120 dan 160 denyut per menit. Apabila frekuensi
denyutan terus sampai dibawah 100 per menit di luar his dan lebih. Jika tidak
teratur, itu merupakan tanda bahaya.
b) Mekonium dalam air ketuban.
Adanya mekonium pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan
oksigenasi dan gawat janin, karena terjadi rangsangan nervus X, sehingga
paristaltik usus meningkat dan sfingter ani membuka. Adanya mekonium dalam
air ketuban pada presentasi kepala merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
c) Pemeriksaan pH darah janin
Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu turun sampai
dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.
g. Penatalaksanaan
1) Prinsip Resusitasi
16
3) Prinsip Resusitasi
17
gram, bayi prematur <2500 gram dan bayi marosomia >3500 gram
(Maryunani & Nurhayati, 2009).
2. Mempertahankan Bersihan Jalan Napas
Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan selimut
diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase. Apabila
terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat dihisap
melalui mulut dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang
tersumbat oleh sekresi lendir, harus ditopang kepalanya agar menunduk
( Bobak dkk, 2005).
3. Suhu Tubuh
Setiap kali prosedur apa pun yang dilakukan pada bayi, upayakan
untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas. Stres dingin (cold
stress) akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Temperatur ruang
sebaiknya 24 0C. Bayi dapat segera diletakkan di atas abdomen atau dada
ibu, dikeringkan, dan dibungkus dengan selimut hangat ( Bobak dkk,
2005).
Dada ibu mampu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi
merangkak mencari payudarasehingga akan menurunkan kematian
karenakedinginan (hypothermia); baik ibumaupun bayi akan merasa lebih
tenang, pernapasan dan detakjantung bayi lebih stabil dan bayiakan jarang
menangis sehingga mengurangi pemakaian energi (Roesli, 2007).
4. Perawatan Organ Tubuh Bayi
Pada organ kepala lingkar kepala diukur dengan menggunakan
meteran (Maryunani & Nurhayati, 2008). Kepala bayi juga dilakukan
palpasi dan memantau fontanel. Mata harus bersih, tanpa drainase dan
kelopak mata tidak bengkak, perdarahan konjungtiva mungkin ada
(Ladewigs et al, 2006). Untuk membersihkan mata, gunakan kapas paling
lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika
sudah dibersihkan pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Bonny &
Mila, 2003).
20
Bayi cukup usia mempunyai dua per tiga ujung pinna yang tidak
melengkung. Rotasi telinga harus ada di garis tengah, dan tidak mengenai
bagian depan atau bagian belakang (Ladewigs et al, 2006). Untuk
membersihkan telinga, bagian luar dibasuh dengan lap atau kapas. Bagian
dalam hidung mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada
cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luarnya saja. Gunakan
cotton bad atau tisu yang digulung kecil, jika menggunakan jari pastikan
jari benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat
banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan menggunakan penyedot
hidung bayi, atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk
mengeluarkan cairan tersebut (Bonny & Mila, 2003).
Kebersihan mulut bayi harus diperhatikan, karena bercak putih pada
lidah (oral thrust) dapat menjadi masalah jika diikuti dengan tumbuhnya
jamur (Musbikin, 2005). Untuk membersihkan mulut bayi digunakan
kapas yang sudah direndam dengan air masak, diperas dan mulut bayi
dibersihkan dengan hati-hati serta mengeluarkan lendir yang ada di mulut
bayi (Dainur, 1995). Dapat juga dilakukan dengan menggunakan kain kasa
atau waslap yang sudah dibasahi dengan air matang hangat lalu dibalut
pada jari telunjuk, kemudian membersihkan mulut dari bagian luar, yaitu
bibir dan sekitarnya.
Kuku jari yang panjang dapat menimbulkan luka garukan pada
wajah bayi dan luka ini bisa terinfeksi. Kuku yang panjang dapat pula
terkoyak karena sekalipun panjang, tetapi kuku tersebut sangat lunak. Jika
kuku tersebut terkoyak, jaringan di bawahnya yang sensitif terhadap
infeksi dapat terpajan. Bayi dapat menggunakan sarung tangan atau
dengan melakukan pemotongan kuku dengan hati-hati (Farrer, 1999).
5. Merawat Tali Pusat
Menurut Penny dkk. (2007) tali pusat bayi umumnya berwarna
kebiruan dan panjangnya 2,5 cm sampai 5 cm sesudah dipotong. Klem tali
pusat akan dipasang untuk menghentikan perdarahan. Klem tali pusat
dibuka jika tali pusat sudah kering. Sebelum tali pusat lepas jangan
21
ASI eksklusif agar bayi mendapatkan nutrisi yang adekuat untuk tumbuh
kembangnya. Keputusan untuk memberikan bayi susu botol adalah logis
jika ibu tidak ingin menyusui karena berbagai alasan yang tepat (Helen,
2007).
10. Imunisasi
Bayi dan anak akan diberi vaksinasi pada saat pemeriksaan dengan
kondisi bayi dan anak sehat, untuk melindunginya dari penyakit-penyakit
dapatan yang mungkin serius. Kemampuan vaksinasi untuk untuk
memvaksinasi bayi terhadap penyakit-penyakit seperti polio dan batuk
rejan bahkan cacar. Beberapa orang tua dalam upaya melindungi dari efek
samping resiko vaksinasi memutuskan untuk tidak mengimunisasi
anaknya. Mereka lebih suka mengambil resiko yaitu anak mereka terkena
penyakit dari pada melihat anaknya mengalami efek samping dari
vaksinasi. Sebaiknya orang tua mengumpulkan informasi dari masing-
masing vaksin saat membuat pilihan tentang imunisasi (Ladewigs, et al
2006).
a Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi
tampak semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti
tidur dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk menilai
status kesehatan bai dalam kaitannya dengan pernapasan dan
peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score. Namun
secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh, frekwensi
denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140 kali/menit (12
jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi dari 70-100
kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.Tekanan
darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-rata 42,
tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan pertama
kelahiran.Tekanan darah sistolik bayi sering menurun (sekitar 15
mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis dan bergerak
biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,5 0C-
370C.Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada
rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan
padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki
dan selangkangan.Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara
putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
25
g. Refleks
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
6. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan
fisiologis.Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari
berat badan lahir.Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000
gram.
7. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
8. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar
lengan atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur.
Lingkar kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika
32cm, mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm.
Lingkar lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50
cm.
27
9. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema,
tanda vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau
rabas berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun,
skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau
masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian.
Masalah juga sering menyertai diagnosis.Diagnosis kebidanan adalah
diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
a. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
b. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
c. Memiliki cirri khas kebidanan.
d. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
e. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
3. Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah
Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
28
DAFTAR PUSTAKA
33
Data Rekam Medik RSU Bahtramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Dewi, 2011. Asuhan Neonatal Bayi Dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI, 2008. Pusat Data Dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta : Depkes RI
Sultra, 2012. Data Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Tenggara. Kendari
Murti, B. 2013. Desain Dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif Dan
Kualitatif Di Bidang Kesehatan, Yogyakarta : UGM Press
Safrina, 2011. Dampak Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir. Sumatera Utara, Medan
Ibrahim, Cristina, s.Dra, 1996, Perawatan kebidanan jilid II, Bratara, Jakarta
Manuaba. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan
KB. Jakarta : EGC.
Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Trans Info
Media.
Suryana, Dra. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK, 1996, Jakarta, EGC
Syahlan, Dr. SKM, 1993. Asuhan Kebidanan pada anak dalam konteks keluarga,
Jakarta: Depkes RI