OLEH :
NI KADEK NOVITA DEWI
NIM. 2022207209061
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan
(Rudolph, 2015). Neonatus adalah usia bayi sejak lahir hingga akhir
bulan pertama (Koizer, 2011). Menurut depkes RI ( 2011) Bayi baru lahir
normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dengan berat lahir 2500-3500 gram.
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan
keperawatan yang diberikan pada bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri
kekehidupan ekstra uteri hingga mencapai usia 37-42 minggu dan dengan
berat 2.500-4.000 gram.
Kepala bayi melewati Perubahan suhu tubuh dari Pemotongan tali pusat Adaptasi
psikologis ibu
jalan lahir suhu intra uterin yang stabil
(35-37 o C)
Perubahan peran
Adanya luka terbuka
Banyaknya cairan Suhu ruangan
Cemas
Amnion di jalan lahir
Kontaminasi pada luka
Koordinasi reflek menelan Penghilangan suhu tubuh Sekresi
oksitosin
Menghisap belum sempurna (konveksi, radiasi, evaporasi)
terhambat
Resti infeksi
Akumulasi cairan amnion Perubahan drastis suhu tubuh Pressure
the ejection
Pada jalan napas of breast
feeding
5. Kebutuhan BBL
a. Minum
Bayi baru lahir membutuhkan 5-7 ml atau satu sendok makan ASI
sekali minum, dan diberikan jarak 2 jam. Kebutuhan ASI memang
baru sedikit, karena ukuran lambung bayi pada usia ini hanya sebesar
biji kemiri.
b. BAB
BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu fese berwarna kehitaman, hari
3-6 yaitu feses transisi warna coklat sampai kehijauan karena masih
bercampur mekoneum, selanjutnya feses berwarna kekuningan.
Segera bersihkan bayi setelah BAB agar tidak terjadi iritasi di daerah
genetalia.
c. BAK
Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jjam pertama
kelahiran, BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup
nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi
iritasi di daerah genetalia.
d. Tidur
Dalam tidur 2 minggu pertama bayi sering tidur rata – rata 18 jam
sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan.
Jaga kehangatan bayi dengan suhu kamar yang hangat dengan
selimut bayi.
e. Kebersihan Kulit
Bayi sebaiknya mandi minimal 8 jam setelah kelahiran, sebelum
mandi sebaiknya periksa suhu tubuh bayi. Jika tidak hipotermi
lakukan skin to skin dan tutupi kepala bayi dengan ibu minimal 1
jam. Sebaiknya bayi mandi 2 kali sehari, mandikan dengan air hangat
di tempat yang hangat.
f. Keamanan
Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan bayi
sendirian, jangan menggunakan alat penghangat buatan..
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak
semi koma saat tidur, meringis atau tersenyum adalah bukti tidur
dengan gerakan mata cepat, tidur sehari rata-rata 20 jam.
b. Pernapasan dan peredaran darah
Bayi normal mulai bernapas 30 detik sesudah lahir, untuk
menilai status kesehatan bayi dalam kaitannya dengan pernapasan
dan peredaran darah dapat digunakan metode APGAR Score.
Namun secara praktis dapat dilihat dari frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta wajah, ekstremitas dan seluruh tubuh,
frekwensi denyut jantung bayi normal berkisar antara 120-140
kali/menit (12 jam pertama setelah kelahiran), dapat berfluktuasi
dari 70-100 kali/menit (tidur) sampai 180 kali/menit (menangis).
Pernapasan bayi normal berkisar antara 30-60 kali/menit warna
ekstremitas, wajah dan seluruh tubuh bayi adalah kemerahan.
Tekanan darah sistolik bayi baru lahir 78 dan tekanan diastolik rata-
rata 42, tekanan darah berbeda dari hari ke hari selama bulan
pertama kelahiran. Tekanan darah sistolik bayi sering menurun
(sekitar 15 mmHg) selama satu jam pertama setelah lahir. Menangis
dan bergerak biasanya menyebabkan peningkatan tekanan darah
sistolik.
c. Suhu Tubuh
Suhu inti tubuh bayi biasanya berkisar antara 36,50C-370C.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksila atau pada rektal.
d. Kulit
Kulit neonatus yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan padat
dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan, kaki dan
selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak berwara
putih kekuningan terutama di daerah lipatan dan bahu yang disebut
verniks kaseosa.
e. Keadaan dan Kelengkapan Ekstremitas
Dilihat apakah ada cacat bawaan berupa kelainan bentuk, kelainan
jumlah atau tidak sama sekali pada semua anggota tubuh dari ujung
rambut sampai ujung kaki juga lubang anus (rektal) dan jenis
kelamin.
f. Tali Pusat
Pada tali pusat terdapat dua arteri dan satu vena umbilikalis. Keadaan
tali pusat harus kering, tidak ada perdarahan, tidak ada kemerahan
disekitarnya.
g. Reflek
Beberapa refleks yang terdapat pada bayi :
1) Refleks moro (refleks terkejut). Bila diberi rangsangan yang
mengagetkan akan terjadi refleks lengan dan tangan terbuka.
2) Refleks menggenggam (palmer graps). Bila telapak tangan
dirangsang akan memberi reaksi seperti menggenggam. Plantar
graps, bila telapak kaki dirangsang akan memberi reaksi.
3) Refleks berjalan (stepping). Bila kakinya ditekankan pada bidang
datang atau diangkat akan bergerak seperti berjalan.
4) Refleks mencari (rooting). Bila pipi bayi disentuh akan menoleh
kepalanya ke sisi yang disentuh itu mencari puting susu.
5) Refleks menghisap (sucking). Bila memasukan sesuatu ke dalam
mulut bayi akan membuat gerakan menghisap.
h. Berat Badan
Pada hari kedua dan ketiga bayi mengalami berat badan fisiologis.
Namun harus waspada jangan sampai melampaui 10% dari berat
badan lahir. Berat badan lahir normal adalah 2500 sampai 4000 gram.
i. Mekonium
Mekonium adalah feces bayi yang berupa pasta kental berwarna
gelap hitam kehijauan dan lengket. Mekonium akan mulai keluar
dalam 24 jam pertama.
j. Antropometri
Dilakukan pengukuran lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan
atas dan panjang badan dengan menggunakan pita pengukur. Lingkar
kepala fronto-occipitalis 34cm, suboksipito-bregmantika 32cm,
mento occipitalis 35cm. Lingkar dada normal 32-34 cm. Lingkar
lengan atas normal 10-11 cm. Panjang badan normal 48-50 cm.
k. Seksualitas
Genetalia wanita ; Labia vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/himen dapat terlihat, rabas mukosa putih (smegma) atau rabas
berdarah sedikit mungkin ada. Genetalia pria ; Testis turun, skrotum
tertutup dengan rugae, fimosis biasa terjadi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas b. de mucus berlebihan
b. Risiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan refleks hisap tidak adekuat.
c. Resiko tinggi perubahan suhu tubuh berhubungan dengan adaptasi
dengan lingkungan luar rahim, keterbatasan jumlah lemak.
d. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat), tali pusat masih basah.
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
f. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasa.
Intervensi:
1) Pertahankan suhu lingkungan dalam zona termoneural yang
ditetapkan dengan mempertimbangkan berat badan neonatus,
usia gestasi.
2) Pantau aksila bayi kulit, suhu timpatik dan lingkungan sedikitnya
setiap 30-60 mnt.
3) Kaji frekuensi pernapasan perhatikan takipnea (frekuensi >
60/mnt).
4) Tunda mandi pertama sampai suhu 36,50 C .
5) Mandikan bayi dengan cepat untuk menjaga agar bayi tidak
kedinginan.
6) Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit buruk, pelambatan
berkemih, membrane mukosa kering ).
7) Lakukan pemberian makan oral dini
Rasional :
1) Dalam respon terhadap suhu lingkungan yag rendah, bayi
cukup bulan meningkatkan suhu tubuhnya dengan menangis
atau meningkatkan aktivitas motorik karena banyak
mengkonsumsi oksigen
2) Stabilisasi suhu mungkin tidak terjadi sampai 8-12 jam setelah
lahir kecepatan konsumsi oksigen dan metabolisme minimal bila
suhu kulit dipertahankan diatas 36,50 C
3) Bayi menjadi takipnea dalam respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen yang dihubungkan dengan stres dingin
4) Membantu mencegah kehilangan panas lanjut karena evaporasi
5) Mengurangi kemingkinan kehilangan panas melalui evaporasi
dan konveksi dan membantu menghemat energi
6) Hilangnya panas terjadi melalui vasodilatasi perifer dan melalui
augmentasi pendinginan dengan evaporasi dan penigkatan
kehilangan air kast mata
7) Untuk peningkatan 10 C (1,8 F) suhu tubuh, metabolisme dan
kebutuhan cairan meningkat kira-kira 10%. Kegagalan
menggantikan kehilangan cairan selanjutnya memperberat
status dehidrasi
d. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
(pemotongan tali pusat) tali pusat masih basah.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
infeksi pada tali pusat tidak terjadi.
Kriteria hasil:
1) Bebas dari tanda-tanda infeksi.
2) TTV normal:S: 36-370C, N:70-100x/menit, RR: 40-60x/menit
3) Tali pusat mongering
Intervensi :
1) Observasi tanda-tanda infeksi
2) Pertahankan teknik septic dan aseptic.
3) Lakukan perawatan tali pusat setiap hari setelah mandi satu kali
perhari.
4) Observasi tali pusat dan area sekitar kulit dari tanda-tanda
infeksi.
Rasional :
1) Mengetahui adanya indikasi infeksi
2) Melindungi bayi dari resiko infeksi nosokomial
3) Potensial entri organisme kedalam tubuh
4) Deteksi dini terhadap penyebaran infeksi
e. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
hilangnya air (IWL), keterbatasan masukan cairan.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 2x24 jam
kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil:
1) Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda dehidrasi yang ditandai
dengan output kurang dari 1-3ml/kg/jam.
2) Membran mukosa normal.
3) Ubun-ubun tidak cekung.
4) Temperature dalam batas normal.
Intervensi :
1) Pertahankan intake sesuai jadwal
2) Monitor intake dan output
3) Berikan infuse sesuai program
4) Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun, turgor
kulit, mata
5) Monitor temperatur setiap 2 jam
Rasional :
1) Memantau keefektifan aturan terapeutik
2) Mengidentifikasi keseimbangan antara perkiraan pemasukan dan
kebutuhan cairan
3) Ketentuan dukungan cairan didasarkan pada perkiraan kebutuhan
bayi.
4) Deteksi dini terhadap keadaan kekuranga cairan tubuh
5) Peningkatan suhu tubuh merupakan faktor resiko meningkatnya
pengeluaran cairan tubuh melalui mekanisme konveksi, radiasi
dan evaporasi.
f. Kurangnya pengetahuan orangtua berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama 1x24 jam
orang tua mengetahui perawatan pertumbuhan dan perkembangan
bayi.
Kriteria hasil:
1) Orang tua mengatakan memahami kondisi bayi
2) Orang tua berpartisipasi dalam perawatan bayi
Intervensi :
1) Tentukan tingkat pemahaman ibu atau orang tua tentang
kebutuhan fisiologis bayi dan adaptasi terhadap kehidupan
ekstrauterus Lakukan pemeriksaan fisik bayi saat orang tua ada.
Berikan informasi tentang variasi normal dan karakteristik
seperti : pseudomentruasi, pembesaran payudara
2) Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang
berhubungan dengan posisi menyusui dan menggendong
3) Diskusikan kebutuhan nutrisi bayi, variabilitas napsu makan dari
satu pemberian makan ke berikutnya dan cara mengkaji
keadekuatan hidarasi dan nutrisi
4) Tekanan kebutuhan bayi baru lahir untuk tindak evaluasi degan
pemberi pelayanan kesehatan
Rasional :
1) Mengidentifikasi area permasalahan / kebutuhan yang
memerlukan informasi tambahan atau demonstrasi aktivitas
perawatan
2) Membantu orang tua mngenali variasi normal, dan dapat
menurunan ansietas
3) Meningkatkan pemahaman tentang prinsip-prinsip dan tekhnik
perawatan bayi baru lahir
4) Menghilangkan kekhawatiran yang potensial terjadi bila
masukan bayi bervariasi dari pemberian makan ke pemberian
makan selanjutnya. Membantu menjamin persiapan dan
pemberian formula yang tepat
5) Evaluasi terus menerus penting untuk pemantauan pertumbuhan
dan perkembangan
C. Daftar Pustaka
Depkes RI, 2011, Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu
dan Anak (PWS-KIA), Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat,
Direktorat Kesehatan Keluarga, Jakarta.
Doenges, Marilynn E. 2011. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Ed.2. Jakarta : EGC.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder ( 2011 ). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan : Konsep, Proses & Praktik ( 7 ed, Vol. 1 ). Jakarta: EGC.
Nanda. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC
Rudolph, A. M. (2015). Buku Ajar Pediatri Rudolph (Voi. 1). Jakarta: EGC.