• Abses otak adalah infeksi lokal intrakranial yang dimulai dengan fase
cerebritis dan berkembang menjadi kumpulan nanah yang dikelilingi oleh
kapsul. Abses otak dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, fungi, dan parasit yang berasal dari fokus infeksi yang
berdekatan dengan otak ataupun menyebar secara hematogen.
Etiologi
• Gejala klinis yang terjadi pada abses otak ditandai dengan infeksi umum seperti
demam, malaise, sakit kepala, muntah, kajang fokal/umum, kaku kuduk, gaugguan
bicara, kelemahan separuh tubuh, gangguan penglihatan dan gangguan endokrin.
• Dan pemeriksaan neorologis bisa didapatkan GCS (Glasgow Coma Scale) menurun,
rangsangan meningeal yang positif, gangguan nervus kranialis, papiledema, afasia
motorik/sensorik, gangguan motorik (parese, hiperefleksi, refleks patologia,
hipertonus otot), gangguan sensibilitas dan saraf otonom, serta gangguan
serebelar. Tanda/gejala yang timbul tergantung lokasi dan abses otak.
Komplikasi
• Kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada pasien dengan abses
otak, diantaranya :
Gangguan mental Hidrosefalus
Paralisis Herniasi
Kejang Ruptur abses ke ruang ventrikel
Defisit neurologis fokal dan subarachnoid
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Dijumpai peningkatan lekosit dan Laju Endap Darah (LED). Nilai serum C Reaktif Protein (CRP) pada
umumnya meningkat. Pada kultur darah hanya positif pada 30% penderita. Hasil kultur darah ini
sebagai dasar dalam menentukan antibiotik yang sesuai. Kultur darah menunjukkan organisme pada
penderita endokarditis.
Pungsi Lumbal
Peranan pungsi lumbal sangat diragukan dalam menentukan abses, walaupun pungsi lumbal abnormal
pada >90% kasus abses otak tapi tidak ada karakteristik khusus yang ditemukan dalam menegakkan
diagnosis. Mikroorganisme penyebab infeksi biasanya jarang teridentifikasi dari CFS melalui pungsi
lumbal (kecuali abses pecah dan masuk ke ventrikel) dengan kultur positif pada 6-22% kasus.
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (CSS)
Lumbal pungsi sebaiknya tidak dilakukan pada kasus dengan dugaan abses otak dengan peningkatan
TIK karena dapat menyebabkan terjadinya herniasi dan kematian. Prosedur ini jarang memberikan
informasi tambahan yang signifikan dan dikaitkan dengan resiko herniasi pada sejumlah kasus.
Perubahan CSS tidak spesifik dan harus dihindari.
CT Scan
Pemeriksaan CT Scan baik dalam menentukan ukuran, jumlah, dan lokasi abses dan juga untuk
memantau keberhasilan terapi. Tetapi pemeriksaan ini tidak dapat membedakan abses dengan tumor.
Biopsi Otak
Terkadang hanya tindakan operatif yang dapat menegakkan diagnosa. Biopsi otak aman dilakukan jika
lokasi abses di permukaan otak. Jika abses dalam, aspirasi jarum dengan bantuan stereotactic mungkin
diperlukan.
Penatalaksanaan Medis
• Terapi Konservatif
Sebelum abses terbentuk kapsul dan terlokalisasi, pengobatan konservatif bermanfaat pada penderita
abses.
Antibiotika • Jika abses serebri berasal dari prosedur operasi :
• Sebagai terapi empiris awal untuk abses serebri : Vancomycin 1 gr/12 jam/iv
Penicillin G 10-20 juta unit/hari/iv ditambah Anti Edema Serebri
Chloramphenicol 3 gr/hari/iv diberikan setiap 8 Pemberian kortikosteroid untuk dewasa, dosis awal :
jam, ditambah 10-12 mg IV dan dosis lanjutan 4 mg IV/6 jam.
Metronidazole 2 gr/hari/iv, diberikan setiap 6 jam Sedangkan untuk anak-anak, dosis awal : 1-2
mg/kg/dosis IV dan dosis lanjutan 1-1,5 mg/kg/ IV.
• Terapi antimikrobial pada abses serebri biasanya
Anti Konvulsan
lama (6-8 minggu) dikarenakan dibutuhkan waktu
yang panjang untuk perbaikan jaringan otak dan Antikonvulsan yang digunakan seperi
ruang abses yang tertutup. Perjalanan awal diphenylhidantoin atau karbamazepin untuk
melalui rute intravena, sering diikuti dengan profilaksis ataupun untuk mencegah berulangnya
tambahan 2-6 bulan pemberian oral. kejang. Umumnya, obat ini diberikan sampai 3 bulan
setelah operasi abses.
Penatalaksanaan Medis
• Terapi Operatif
Indikasi dilakukan operasi pada abses serebri
• Penanganan dengan terapi operatif berupa stereotactic- Aspirasi tambahan dapat memberikan keuntungan dan
guided aspiration dan eksisi. Aspirasi menyebabkan sedikit secara mudah dapat dilakukan prosedur streotaksik
kerusakan dari jaringan otak dibandingkan dengan eksisi, CT berulang dengan anestesi lokal
(atau MRI) –guided aspirasi streotaksik melalui burr hole
dipertimbangkan menjadi pilihan. Beberapa keuntungan • Tindakan eksisi abses dilakukan pada sejumlah keadaan
dari aspirasi streotaktik diantaranya : seperti :
o Multiloculated abses
Dapat dilakukan secara cepat dan aman melalui single burr
hole dengan pasien dalam anestesi lokal o Abses yang meluas dengan pemberian antibiotika
Aspirasi dari abses memungkinkan konfirmasi patologis dari o Herniasi
diagnosis, dimana sangat membantu dalam
membedakannya dengan tumor o Lesi unencapsulated akibat infeksi jamur dan helminthes
Prosedur dasar dari sterotaksik dengan tindakan invasif o Infeksi yang diakibatkan trauma kepala (untuk
yang minimal mengeluarkan benda asing)
Kultur bakteri dari sampel diambil secara langsung dari o Penurunan kesadaran
abses yang diaspirasi o Tidak ada perbaikan dalam 7 hari, dan atau terjadi
progresifitas dari perkembangan abses
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Klien
Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain : nyeri kepala, demam, malaise,
muntah, kejang fokal/umum, kaku kuduk, gangguan berbicara, gangguan
penglihatan, gangguan endokrin, dan kelemahan separuh tubuh.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan
• Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan abses
otak :
Nyeri akut D.0077 b.d iritasi selaput, peningkatan TIK
Perfusi perifer tidak efektif D.0009 b.d proses peradangan, peningkatan
TIK
Hipertermi D.0130 b.d infeksi atau peradangan
Defisit nutrisi D.0019 b.d anoreksia, mual, muntah
Gangguan mobilitas fisik D.0054 b.d gangguan motorik, kelemahan
separuh tubuh, kekuatan otor menurun, mobilisasi inadekuat
Resiko jatuh D.0143 b.d penurunan kesadaran
Risiko ketidakseimbangan elektrolit D.0037 b.d anoreksia, muntah
Ansietas D.0080 b.d perubahan status kesehatan
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut D.0077 b.d iritasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan (Manajemen nyeri I.08238)
selaput, peningkatan TIK keperawatan diharapkan tingkat nyeri
menurun 1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066) 2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi faktor yang memperberat
1) Pasien mengatakan nyeri dan memperingan nyeri
berkurang 4) Berikan terapi non farmakologis untuk
2) Pasien menunjukan ekspresi mengurangi rasa nyeri (mis:
wajah tenang akupuntur,terapi musik hopnosis,
3) Pasien dapat beristirahat dengan biofeedback, teknik imajinasi
nyaman terbimbing,kompres hangat/dingin)
1.
5)Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Perfusi perifer tidak efektif D.0009 b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
proses peradangan, peningkatan TIK keperawatan diharapkan perfusi perifer ( I.02060 )
meningkat
1) Memonitor tekanan darah
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011) 2) Monitor GCS
3) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
1) Nadi perifer teraba kuat 4) Memonitor pernapasan (frekuensi,
2) Akral teraba hangat kedalaman)
3) Warna kulit tidak pucat 5) Memonitor suhu tubuh
2. 6) Memonitor oksimetri nadi
7) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
8) Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
9) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Hipertermia D.0130 b.d infeksi atau Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I.5506)
peradangan keperawatan diharapkan hipertermi dapat
teratasi 1) Identifikasi penyebab hipertermia
2) Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : Termoregulasi (L.14134) 3) Monitor komplikasi akibat hipertermia
4) Berikan cairan oral
3. 1) Suhu tubuh membaik 5) Anjurkan tirah baring
2) Menggigil menurun 6) Kolaborasi pemberian cairan dan pemberian
intravena jika perlu
Defisit nutrisi D.0019 b.d anoreksia, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
mual keperawatan diharapkan defisit nutrisi
terpenuhi 1) Identifikasi status nutrisi
2) Identifikasi alergi
Kriteria hasil : 3) Identifikasi makanan yang disukai
Status nutrisi membaik (L. 03030) 4) Monitor asupan makanan
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4.
1) Nafsu makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Gangguan mobilitas fisik D.0054 b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi (I.06171)
gangguan motorik, kelemahan separuh keperawatan diharapkan gangguan
tubuh, kekuatan otor menurun, mobilitas fisik menurun. 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
mobilisasi inadekuat lainnya
Kriteria hasil : Mobilitas fisik (L.05042) 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
ambulasi
1) Kekuatan otot meningkat 3) Monitor kondisi umum saat melakukan
ambulasi
5. 4) Fasilitasi melakukan mobilisasi jika perlu
5) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
6) Ajarkan ambulasi sederhana yang bisa
dilakukan
Resiko jatuh D.0143 b.d penurunan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh ( I.14540)
kesadaran keperawatan diharapkan resiko jatuh tidak
terjadi. 1) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65
tahun, penurunan tingkat kesadaran,
Kriteria hasil : Tingkat jatuh (L.14138) defisit kognitif, hipotensi ortostatik.
Gangguan keseimbangan, gangguan
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun penglihatan, neuropati)
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun 2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
3) Identifikasi factor lingkungan yang
6. meningkatkan risiko jatuh (mis. Morse
scale, humpty dumpty, ontario)
4) Pasang handrail tempat tidur
5) Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpidah.
6) Implementasi keperawatan
Risiko ketidakseimbangan elektrolit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit (I.03122)
D.0037 b.d anoreksia keperawatan diharapkan risiko
ketidakseimbangan elektrolit tidak terjadi. 1) Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
elektrolit
Kriteria Hasil : Keseimbangan elektrolit 2) Monitor kadar elektrolit
7 (L.03021) 3) Monitor mual, muntah
4) Monitor tanda gejala hipokalemia,
1) Keseimbangan elektrolit membaik hiponatremia, hipokalsemia,
hypomagnesemia
Ansietas D.0080 b.d Tujuan : Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314 )
perubahan status tindakan
kesehatan keperawatan diharapkan 1) Identifikasi saat tingkat
tingkat ansietas menurun ansietas berubah (mis. Kondisi,
waktu, stressor)
Kriteria hasil : Tingkat ansietas 2) Gunakan pendekatan yang
(L.09093) tenang dan nyaman
3) Informasikan secara factual
1) Pasien mengatakan telah mengenai diagnosis,
memahami penyakitnya pengobatan , dan prognosis
8 2) Pasien tampak tenang
3) Pasien dapat beristirahat
dengan nyaman
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA
Tetap Jaga
Protokol Kesehatan