Anda di halaman 1dari 20

Abses Otak

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2

Rini Yuliani 213221002


Vevi Haerunnisa 213221008
Khaf Ahmad Mubarok 213221014
Halma Faujiah 213221021
Lala Komala Dewi 213221027
Syifa Sari Nurannisa 213221033
Rexy Alfariji 213221040
Resty Herdiaty 213221046
Konsep Penyakit
• Abses otak (AO) adalah suatu proses infeksi yang melibatkan parenkim
otak: terutama disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus yang
berdekatan atau melaui sistem vaskular. Timbunan abses pada daerah
otak mempunyai daerah spesifik, yaitu pada daerah cerebrum 75% dan
cerebellum 25%.

• Abses otak adalah infeksi lokal intrakranial yang dimulai dengan fase
cerebritis dan berkembang menjadi kumpulan nanah yang dikelilingi oleh
kapsul. Abses otak dapat disebabkan oleh berbagai mikroorganisme
seperti bakteri, fungi, dan parasit yang berasal dari fokus infeksi yang
berdekatan dengan otak ataupun menyebar secara hematogen.
Etiologi

• Banyak agen infeksius yang telah


dilaporkan menjadi penyebab
abses otak. Infeksi patogen
bergantung pada sumber infeksi • Penyebab dari abses otak ini
utama, patogenesis dan faktor antara lain :
presdiposisi penderita. Walaupun Bakteri
demikian, pada 25% kasus abses Fungi
otak, hasil kultur tidak
menunjukan adanya Parasite
mikroorgnisme. Komplikasi dari infeksi lain
BAKTERI
• Bakteri yang paling sering menyebabkan abses otak adalah Streptococcus (aerob, anaerob, dan
mikroaerophili) yang ditemukan hingga pada 70% kasus. umumnya ditemukan pada penderita
dengan cedera kranial atau endokarditis infektif. Bakteri lainnya dapat dipertimbangkan sesuai
dengan penyakit penyerta yang dialami.
FUNGI
• Candida merupakan jamur yang paling sering menyebabkan abses otak berupa mikroabses,
makroabses dan difusi nodul glial. Jamur lainnya yang telah dilaporkan menjadi penyebab abses
otak adalah Cryptococcus neoformans dan mikosis endemik (Coccidioides spp., Histoplasma spp.,
dan Blastomyces dermatitis).
PARASIT
• Abses otak juga dapat disebabkan oleh parasit. Beberapa parasit yang diketahui menjadi penyebab
abses otak ialah protozoa dan helminthes seperti Trypanosoma cruzi, Taenia solium, Protozoa
penyebab infeksi otak yang terpenting adalah Toxoplasma gondii yang bisa terlihat terutama pada
penderita HIV.
KOMPLIKASI
• Komplikasi dari infeksi telinga (otitis media, mastoiditis) hampir setengah dari jumlah penyebab
abses otak serta komplikasi infeksi lainnya seperti: paru-paru (bronkiektaksis, abses paru,
empisema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.
Patofisiologi
• Organisme penyebab abses otak dapat memasuki sistem saraf pusat melalui sumber
infeksi yang dekat dari otak pada 25% - 50% kasus. Sumber infeksi tersebut dapat berasal
dari telinga tengah, sel mastoid, dan sinus paranasal. Abses otak yang disebabkan oleh
otitis media biasanya akan berlokasi di lobus temporal atau serebelum. Komplikasi
intrakranial akan meningkat pada penderita otitis media yang tidak ditangani dengan baik.
• Pasien abses otak sekunder yang berasal infeksi di sinus paranasalis, abses otak dominan
terjadi di lobus frontal. Ketika abses merupakan komplikasi dari sphenoid sinusitis, risiko
infeksi di lobus temporal atau sella turcica akan meningkat. Infeksi pada gigi terutama gigi
molar akan meningkatkan risiko abses otak yang sering terjadi di lobus frontal, tetapi
infeksi bisa sampai ke lobus temporal.
• Abses otak juga dapat terjadi setelah terapi varises esophagus. Penyakit jantung
kongenital sianotik terutama tetralogi of fallot merupakan faktor presdiposisi penyebab
abses otak yang terjadi pada 5%-15% kasus. Abses otak terjadi pada 5% pasien
endokarditis infektif. Ada kemungkinan abses otak pada pasien dengan telangiectasia
hemoragik herediter, malformasi arterivenous paru.
Manifestasi Klinis
• Sakit kepala merupakan gejala awal yang paling sering ditemukan
pada abses otak. Trias klasik dari abses otak berupa sakit kepala,
demam dan defisit neurologi fokal ditemukan pada kurang dari 50%
penderita. Edema yang berada disekitar jaringan otak dapat
meningkat tekanan intrakranial dengan cepat sehingga memperberat
sakit kepala, mual, dan muntah merupakan gejala awalnya. Sakit
kepala yang memberat dengan tiba-tiba dengan kaku kuduk
menunjukkan terjadinya ruptus abses otak ke ruang ventrikel. Kejang
baik fokal maupun umum sering dijumpai.
Lanjutan….
• Pada pemeriksaan neurologis bisa dijumpai papil edema dan tanda neurologi fokal
tergantung dari lokasi abses. Pasien dengan abses otak multipel lebih cepat terjadi
peningkatan intrakranial dengan sakit kepala, drowsinnes dengan cepat menjadi
stupor.

• Gejala klinis yang terjadi pada abses otak ditandai dengan infeksi umum seperti
demam, malaise, sakit kepala, muntah, kajang fokal/umum, kaku kuduk, gaugguan
bicara, kelemahan separuh tubuh, gangguan penglihatan dan gangguan endokrin.

• Dan pemeriksaan neorologis bisa didapatkan GCS (Glasgow Coma Scale) menurun,
rangsangan meningeal yang positif, gangguan nervus kranialis, papiledema, afasia
motorik/sensorik, gangguan motorik (parese, hiperefleksi, refleks patologia,
hipertonus otot), gangguan sensibilitas dan saraf otonom, serta gangguan
serebelar. Tanda/gejala yang timbul tergantung lokasi dan abses otak.
Komplikasi
• Kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada pasien dengan abses
otak, diantaranya :
Gangguan mental Hidrosefalus
Paralisis Herniasi
Kejang Ruptur abses ke ruang ventrikel
Defisit neurologis fokal dan subarachnoid
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah
Dijumpai peningkatan lekosit dan Laju Endap Darah (LED). Nilai serum C Reaktif Protein (CRP) pada
umumnya meningkat. Pada kultur darah hanya positif pada 30% penderita. Hasil kultur darah ini
sebagai dasar dalam menentukan antibiotik yang sesuai. Kultur darah menunjukkan organisme pada
penderita endokarditis.
Pungsi Lumbal
Peranan pungsi lumbal sangat diragukan dalam menentukan abses, walaupun pungsi lumbal abnormal
pada >90% kasus abses otak tapi tidak ada karakteristik khusus yang ditemukan dalam menegakkan
diagnosis. Mikroorganisme penyebab infeksi biasanya jarang teridentifikasi dari CFS melalui pungsi
lumbal (kecuali abses pecah dan masuk ke ventrikel) dengan kultur positif pada 6-22% kasus.
Pemeriksaan Cairan Serebrospinal (CSS)
Lumbal pungsi sebaiknya tidak dilakukan pada kasus dengan dugaan abses otak dengan peningkatan
TIK karena dapat menyebabkan terjadinya herniasi dan kematian. Prosedur ini jarang memberikan
informasi tambahan yang signifikan dan dikaitkan dengan resiko herniasi pada sejumlah kasus.
Perubahan CSS tidak spesifik dan harus dihindari.
CT Scan
Pemeriksaan CT Scan baik dalam menentukan ukuran, jumlah, dan lokasi abses dan juga untuk
memantau keberhasilan terapi. Tetapi pemeriksaan ini tidak dapat membedakan abses dengan tumor.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


Pemeriksaan MRI paling sensitif untuk abses. Menunjukkan adanya hypointense pada area nekrosis
(abses) dikelilingi sinyal hyperintense (edema) pada T2-weighted atau fluid attenuated inversion
recovery (FLAIR) images. Pemeriksaan ini lebih baik dalam menunjukkan stadium serebritis serta
perluasan inflamasi ke ruang ventrikel dan subarachnoid.

Biopsi Otak
Terkadang hanya tindakan operatif yang dapat menegakkan diagnosa. Biopsi otak aman dilakukan jika
lokasi abses di permukaan otak. Jika abses dalam, aspirasi jarum dengan bantuan stereotactic mungkin
diperlukan.
Penatalaksanaan Medis
• Terapi Konservatif
Sebelum abses terbentuk kapsul dan terlokalisasi, pengobatan konservatif bermanfaat pada penderita
abses.
 Antibiotika • Jika abses serebri berasal dari prosedur operasi :
• Sebagai terapi empiris awal untuk abses serebri :  Vancomycin 1 gr/12 jam/iv
 Penicillin G 10-20 juta unit/hari/iv ditambah  Anti Edema Serebri
 Chloramphenicol 3 gr/hari/iv diberikan setiap 8 Pemberian kortikosteroid untuk dewasa, dosis awal :
jam, ditambah 10-12 mg IV dan dosis lanjutan 4 mg IV/6 jam.
 Metronidazole 2 gr/hari/iv, diberikan setiap 6 jam Sedangkan untuk anak-anak, dosis awal : 1-2
mg/kg/dosis IV dan dosis lanjutan 1-1,5 mg/kg/ IV.
• Terapi antimikrobial pada abses serebri biasanya
 Anti Konvulsan
lama (6-8 minggu) dikarenakan dibutuhkan waktu
yang panjang untuk perbaikan jaringan otak dan Antikonvulsan yang digunakan seperi
ruang abses yang tertutup. Perjalanan awal diphenylhidantoin atau karbamazepin untuk
melalui rute intravena, sering diikuti dengan profilaksis ataupun untuk mencegah berulangnya
tambahan 2-6 bulan pemberian oral. kejang. Umumnya, obat ini diberikan sampai 3 bulan
setelah operasi abses.
Penatalaksanaan Medis
• Terapi Operatif
Indikasi dilakukan operasi pada abses serebri
• Penanganan dengan terapi operatif berupa stereotactic-  Aspirasi tambahan dapat memberikan keuntungan dan
guided aspiration dan eksisi. Aspirasi menyebabkan sedikit secara mudah dapat dilakukan prosedur streotaksik
kerusakan dari jaringan otak dibandingkan dengan eksisi, CT berulang dengan anestesi lokal
(atau MRI) –guided aspirasi streotaksik melalui burr hole
dipertimbangkan menjadi pilihan. Beberapa keuntungan • Tindakan eksisi abses dilakukan pada sejumlah keadaan
dari aspirasi streotaktik diantaranya : seperti :
o Multiloculated abses
 Dapat dilakukan secara cepat dan aman melalui single burr
hole dengan pasien dalam anestesi lokal o Abses yang meluas dengan pemberian antibiotika
 Aspirasi dari abses memungkinkan konfirmasi patologis dari o Herniasi
diagnosis, dimana sangat membantu dalam
membedakannya dengan tumor o Lesi unencapsulated akibat infeksi jamur dan helminthes
 Prosedur dasar dari sterotaksik dengan tindakan invasif o Infeksi yang diakibatkan trauma kepala (untuk
yang minimal mengeluarkan benda asing)
 Kultur bakteri dari sampel diambil secara langsung dari o Penurunan kesadaran
abses yang diaspirasi o Tidak ada perbaikan dalam 7 hari, dan atau terjadi
progresifitas dari perkembangan abses
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Klien
Keluhan Utama
Keluhan yang dapat muncul antara lain : nyeri kepala, demam, malaise,
muntah, kejang fokal/umum, kaku kuduk, gangguan berbicara, gangguan
penglihatan, gangguan endokrin, dan kelemahan separuh tubuh.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat Kesehatan Keluarga
Pemeriksaan Fisik
Diagnosa Keperawatan
• Berikut adalah uraian dari masalah yang timbul bagi klien dengan abses
otak :
Nyeri akut D.0077 b.d iritasi selaput, peningkatan TIK
Perfusi perifer tidak efektif D.0009 b.d proses peradangan, peningkatan
TIK
Hipertermi D.0130 b.d infeksi atau peradangan
Defisit nutrisi D.0019 b.d anoreksia, mual, muntah
Gangguan mobilitas fisik D.0054 b.d gangguan motorik, kelemahan
separuh tubuh, kekuatan otor menurun, mobilisasi inadekuat
Resiko jatuh D.0143 b.d penurunan kesadaran
Risiko ketidakseimbangan elektrolit D.0037 b.d anoreksia, muntah
Ansietas D.0080 b.d perubahan status kesehatan
NO. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut D.0077 b.d iritasi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan (Manajemen nyeri I.08238)
selaput, peningkatan TIK keperawatan diharapkan tingkat nyeri  
menurun 1) Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri,
  durasi, frekuensi, intensitas nyeri
Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066) 2) Identifikasi skala nyeri
  3) Identifikasi faktor yang memperberat
1) Pasien mengatakan nyeri dan memperingan nyeri
berkurang 4) Berikan terapi non farmakologis untuk
2) Pasien menunjukan ekspresi mengurangi rasa nyeri (mis:
wajah tenang akupuntur,terapi musik hopnosis,
3) Pasien dapat beristirahat dengan biofeedback, teknik imajinasi
nyaman terbimbing,kompres hangat/dingin)
1.  
  5)Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis: suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
6) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
7) Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Perfusi perifer tidak efektif D.0009 b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
proses peradangan, peningkatan TIK keperawatan diharapkan perfusi perifer ( I.02060 )
meningkat  
  1) Memonitor tekanan darah
Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011) 2) Monitor GCS
  3) Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)
1) Nadi perifer teraba kuat 4) Memonitor pernapasan (frekuensi,
2) Akral teraba hangat kedalaman)
3) Warna kulit tidak pucat 5) Memonitor suhu tubuh
2.    6) Memonitor oksimetri nadi
  7) Identifikasi penyebab perubahan tanda vital
8) Atur interval pemantauan sesuai kondisi
pasien
9) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

Hipertermia D.0130 b.d infeksi atau Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I.5506)
peradangan keperawatan diharapkan hipertermi dapat  
teratasi 1) Identifikasi penyebab hipertermia
  2) Monitor suhu tubuh
Kriteria hasil : Termoregulasi (L.14134) 3) Monitor komplikasi akibat hipertermia
  4) Berikan cairan oral
3.  1) Suhu tubuh membaik 5) Anjurkan tirah baring
2) Menggigil menurun 6) Kolaborasi pemberian cairan dan pemberian
  intravena jika perlu
 
 
Defisit nutrisi D.0019 b.d anoreksia, Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
mual keperawatan diharapkan defisit nutrisi  
terpenuhi 1) Identifikasi status nutrisi
  2) Identifikasi alergi
Kriteria hasil : 3) Identifikasi makanan yang disukai
Status nutrisi membaik (L. 03030) 4) Monitor asupan makanan
  5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
4. 
1) Nafsu makan membaik menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan

Gangguan mobilitas fisik D.0054 b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Dukungan ambulasi (I.06171)
gangguan motorik, kelemahan separuh keperawatan diharapkan gangguan  
tubuh, kekuatan otor menurun, mobilitas fisik menurun. 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
mobilisasi inadekuat   lainnya
Kriteria hasil : Mobilitas fisik (L.05042) 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan
  ambulasi
1) Kekuatan otot meningkat 3) Monitor kondisi umum saat melakukan
ambulasi
5.  4) Fasilitasi melakukan mobilisasi jika perlu
5) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
6) Ajarkan ambulasi sederhana yang bisa
dilakukan
Resiko jatuh D.0143 b.d penurunan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pencegahan jatuh ( I.14540)
kesadaran keperawatan diharapkan resiko jatuh tidak  
terjadi. 1) Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65
  tahun, penurunan tingkat kesadaran,
Kriteria hasil : Tingkat jatuh (L.14138) defisit kognitif, hipotensi ortostatik.
  Gangguan keseimbangan, gangguan
1) Risiko jatuh dari tempat tidur menurun penglihatan, neuropati)
2) Risiko jatuh saat berjalan menurun 2) Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali
3) Risiko jatuh saat berdiri menurun setiap shift atau sesuai dengan kebijakan
institusi
3) Identifikasi factor lingkungan yang
6.  meningkatkan risiko jatuh (mis. Morse
scale, humpty dumpty, ontario)
4) Pasang handrail tempat tidur
5) Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpidah.
6) Implementasi keperawatan

Risiko ketidakseimbangan elektrolit Tujuan : Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit (I.03122)
D.0037 b.d anoreksia keperawatan diharapkan risiko  
ketidakseimbangan elektrolit tidak terjadi. 1) Identifikasi penyebab ketidakseimbangan
  elektrolit
Kriteria Hasil : Keseimbangan elektrolit 2) Monitor kadar elektrolit
7  (L.03021) 3) Monitor mual, muntah
  4) Monitor tanda gejala hipokalemia,
1) Keseimbangan elektrolit membaik hiponatremia, hipokalsemia,
hypomagnesemia
Ansietas D.0080 b.d Tujuan : Setelah dilakukan Reduksi ansietas (I.09314 )
perubahan status tindakan  
kesehatan keperawatan diharapkan 1) Identifikasi saat tingkat
tingkat ansietas menurun ansietas berubah (mis. Kondisi,
  waktu, stressor)
Kriteria hasil : Tingkat ansietas 2) Gunakan pendekatan yang
(L.09093) tenang dan nyaman
  3) Informasikan secara factual
1) Pasien mengatakan telah mengenai diagnosis,
memahami penyakitnya pengobatan , dan prognosis
8  2) Pasien tampak tenang  
3) Pasien dapat beristirahat  
dengan nyaman  
TERIMA KASIH ATAS
PERHATIANNYA
Tetap Jaga
Protokol Kesehatan

Pakai Masker Cuci Tangan Jaga Jarak

Anda mungkin juga menyukai