Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN ABSES OTAK

By : Erlin Ifadah
Pengertian
Abses otak (AO) adalah suatu proses infeksi
yang melibatkan parenkim otak; terutama
disebabkan oleh penyebaran infeksi dari fokus
yang berdekatan oleh penyebaran infeksi dari
fokus yang berdekatan atau melaui sistem
vaskular. Timbunan abses pada daerah otak
mempunyai daerah spesifik, pada daerah
cerebrum 75% dan cerebellum 25%.
Etiologi dan Predisposisi
Sebagian besar abses otak berasal langsung
dari penyebaran infeksi telinga tengah,
sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis
dan maxillaries)
• Abses dapat timbul akibat penyebaran secara
hematogen dari infeksi paru sistemik
(empyema, abses paru, bronkiektasis,
pneumonia), endokarditis bakterial akut.
• Infeksi sinus paranasal dapat menyebar secara
retrogradthromboplebitis melalui klep vena
menuju lobus frontal atau temporal. Bentuk
abses biasanya tunggal dan dekat dengan
sumber infeksi.
• Sinusitis frontal dapat menyebabkan abses di
bagian anterior atau inferior lobus frontalis
• Sinus sphenoidalis dapat menyebabkan abses
pada lobus frontalis atau temporalis
• Sinusitis maxilaris dapat menyebabkan abses
pada lobus temporalis
• Sinusitis ethmoidalis dapat enyebabkan abses
pada lobus temporalis
• Infeksi pada telinga tengah dapat menyebar ke
lobus temporalis
• Infeksi parasit, fungus, dapat menimbulkan
abses tapi ini jarang terjadi
Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala awal dan umum dari
abses otak adalah sakit kepala, vomitus,
penurunan kesadaran mungkin dapat
terjadi, kaku kuduk, kejang, defisit
motorik, adanya tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Tanda dan gejala
lain tergantung dari lokasi abses.
Lobus Frontalis
• Kulit kepala lunak/lembut
• Nyeri kepala yang terlokalisir di frontal
• Letargi, apatis, disorientasi
• Hemiparesis /paralisis
• Kontralateral
• Demam tinggi
• Kejang
Sumber infeksi biasanya berasal dari sinus
paranasal
Lobus Temporal
• Disfagia
• Gangguan lapang pandang
• Distonia
• Paralisis saraf III dan IV
• Paralisis fasial kontralateral
Cerebellum
• Ataxia ipsilateral
• Nystagmus
• Dystonia
• Kaku kuduk positif
• Nyeri kepala pada suboccipital
Sumber infeksi biasanya berasal dari telinga
tengah
Empat fase terbentuknya kapsul abses
1. Early cerebritis (1-3 hari)
terjadi reaksi radang lokal dengan infiltrasi
polymorphonuklear leukosit, limfosit dan
plasma sel dengan pergeseran aliran darah
tepi yang dimulai pada hari petama dan
meningkat pada hari ketiga. Sel-sel radang
terdapat pada tunika advenisia dari pembuluh
darah dan mengelilingi daerah nekrosis infeksi.
Peradangan perivaskular ini disebut cerebritis.
Saat ini terjadi edema di sekitar otak
danpeningkatan efek masa karena
pembesaran abses.
2. Late cerebritis (4-9 hari)
saat ini terjadi perubahan histologis yang sangat
berarti. Daerah pusat nekrosis membesar oleh
karena peningkatan “acellular debris” dan
pembentukan nanah karena pelepasan enzim-
enzim dari sel radang, makrofag-makrofag
besar dan gambaran fibroblast yang terpencar.
Fibroblast mulai menjadi retikulum yang akan
membentuk kapsul kolagen. Pada fase ini
edema otak menyebar maksimal sehingga lesi
menjadi semakin besar.
3. Early capsule formation (10-13 hari)
Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag-
makrofag mula menelan “acellular debris”
dan fibroblast meningkat dalam
pembentukan kapsul. Lapisan fibroblast
membentuk anyaman retikulum mengelilingi
pusat nekrosis. Didaerah ventrikel,
pembentukan dinding sangat lambat oleh
karena kurangnya vaskularisasi di daerah
substansi alba dibandingkan substansi abu.
4. Late capsule formation (14 hari atau lebih)
Terjadi perkembangan lengkap abses dengan
gambaran histologis sebagai bentuk pusat
nekrosis di isi oleh “acellular debris” dan sel-
sel radang.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diganostik yang dapat dilakukan pada
pasien dengan kasus abses otak, yaitu:
1. X-ray tengkorak, sinus, mastoid, paru-paru : terdapat
proses suppurative.
2. CT scan : adanya lokasi abses dan ventrikel terjadi
perubahan ukuran.
3. MRI : sama halnya dengan CT scan yaitu adanya
lokasi abses dan ventrikel terjadi perubahan ukuran.
4. Biopsi otak : mengetahui jenis kuman patogen.
5. Lumbal Pungsi terlihat meningkatnya sel darah putih,
glukosa normal, protein meningkat (kontraindikasi pada
kemungkinan terjadi herniasi karena peningkatan TIK).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada abses otak,
yaitu:
1. Penatalaksaan Umum
a. Support nutrisi: tinggi kalori dan tinggi protein.
b. Terapi peningktan TIK
c. Support fungsi tanda vital
d. fisioterapi
2. Pembedahan
3. Pengobatan
a. Antibiotik: Penicillin G, Chlorampenicol, Nafcillin,
Metronidazole.
b. Glukokortikosteroid : Dexamethasone
c. Antikonvulsan : Oilantin.
Komplikasi
Kemungkinan komplikasi yang akan terjadi pada
pasien dengan abses otak adalah:
1. Gangguan mental
2. Paralisis,
3. Kejang
4. Defisit neurologis fokal
5. Hidrosephalus
6. Herniasi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Identitas klien dan psikososial
a. usia
b. Jenis kelamin
c. Pendidikan
d. Alamat
e. Pekerjaan
f. Agama
g. Suku bangsa
h. Peran keluarga
i. Penampilan sebelum sakit
j. Mekanisme koping
k. Tempat tinggal yang kumuh
2. Keluhan utama: nyeri kepala disertai dengan
penurunan kesadaran.
3. Riwayat penyakit sekarang: demam, anoreksi
dan malaise, peninggikatan tekanan intrakranial
serta gejala neurologik fokal .
4. Riwayat penyakit dahulu: pernah atau tidak
menderita infeksi telinga (otitis media,
mastoiditis) atau infeksi paru-paru
(bronkiektaksis,abses paru,empiema), jantung
(endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit.
5. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat kesadaran
b. Nyeri kepala
c. Nystagmus
d. Ptosis
e. Gangguan pendengaran dan penglihatan
f. Peningkatan sushu tubuh
g. Paralisis/kelemahan otot
h. Perubahan pola napas
i. Kejang
j. Tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial
k. Kaku kuduk
6. Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas/istirahat
Gejala: malaise
Tanda : ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan
involunter.
b. Sirkulasi
Gejala: adanya riwayat kardiopatologi, seperti
endokarditis
Tanda: TD meningkat,nadi menurun (berhubungan
peningkatan TIK dan pengaruh pada vasomotor).
c. Eliminasi
Tanda: adanya inkontensia dan/atau retensi
d. Nutrisi
Gejala: Kehilangan nafsu makan,disfagia (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia,muntah.turgor kulit jelek,membran mukosa
kering.
e. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri(pada periode akut)
f. Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan
penglihatan
Tanda: Penurunan status mental dan kesadaran,kehilangan
memori, sulit dalam mengambil keputusan,afasia,mata ; pupil
unisokor (peningkatan TIK),nistagmus,kejang umum lokal.
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan
pada leher/punggung kaku.
h. Pernapasan
Gejala: adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan ( episode
awal ). Perubahan mental (letargi sampai koma) dan
gelisah.
i. Keamanan
Gejala: adanya riwayat ISPA/infeksi lain meliputi ;
mastoiditis, telinga tengah, sinus,abses gigi, infeksi
pelvis,abdomen atau kulit,fungsi lumbal,
pembedahan, fraktur pada tengkorak/cedera kepala.
Tanda: suhu meningkat, diaforesis, menggigil.
Kelemahan secara umum: tonus otot flaksid atau
spastik;paralisis atau parese, gangguan sensasi.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
dengan abses otak, yaitu:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan proses peradangan, peningkatan tekanan
intra kranial (TIK)
Ditandai dengan :
Data Subjektif (DS):
a. Klien mengatakan nyeri kepala
b. Klien mengatakan merasa mual
c. Klien mengatakan merasa lemah
d. Klien mengatakan bahwa pandangannya kabur
Data Objektif (DO):
a. Perubahan kesadaran
b. Perubahan tanda vital
c. Perubahan pola napas, bradikardia
d. Nyeri kepala
e. Muntah
f. Kelemahan motorik
g. Kerusakan pada Nervus kranial III, IV, VI, VII,
VIII
h. Refleks patologis
i. Hasil pemeriksaan CT scan adanya edema
Intervensi
Intervensi yang direncanakan pada klien dengan abses otak,
yaitu:
1. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan proses
peradangan, peningkatan tekanan intra kranial (TIK)
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi
b. Tanda vital dalam batas normal
c. Tidak terjadi defisit neurologi
Intervensi:
a. Monitor status neurologi setiap 2 jam: tingkat kesadaran, pupil,
refleks, kemampuan motorik, nyeri kepala, kaku kuduk.
R/ : Tanda dari iritasi meningeal terjadi akibat peradangan dan
mengakibatkan peningkatan TIK.
b. Monitor tanda vital dan temperatur setiap 2 jam.
R/ : perubahan tekanan nadi dan bradikardia indikasi herniasi
otak dan peningkatan TIK.
c. Kurangi aktivitas yang dapat menimbulkan peningkatan
TIK: batuk, mengedan, muntah, menahan napas.
R/ : Menhindari peningktan TIK.
d. Berikan waktu istirahat yang cukup dan kurangi
stimulus lingkungan.
R/ : mengurangi peningkatan TIK.
e. Tinggikan posisi kepala 30-40o pertahankan
kepala pada posisi neutral, hindari fleksi leher.
R/ : Memfasilitasi kelancaran aliran darah vena.
f. Kolaborasi dalam pemberian diuretik osmotik, steroid,
oksigen, antibiotik.
R/ : Mengurangi edema serebral, memenuhi
kebutuhan oksigenasi, menghilangkan faktor
penyebab.
2. Resiko injuri: jatuh berhubungan dengan
aktivitas kejang, penurunan kesadaran dan
status mental.
Ditandai dengan:
Data Subjektif (DS):
Keluarga klien mengatakan bahwa klien mengalami
penurunan kesadaran.
Data Objektif (DO):
a. Penurunan kesadaran
b. Aktivitas kejang
c. Perubahan status mental
2. Resiko injuri: jatuh berhubungan dengan aktivitas
kejang, penurunan kesadaran dan status mental.
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan tingkat kesadaran dan orientasi
b. Kejang tidak terjadi
c. Injuri tidak terjadi
Intervensi:
a. Kaji status neurologi setiap 2 jam.
R/ : Menentukan keadaan pasien dan resiko kejang.
b. Pertahankan keamanan pasien seperti penggunaan
penghalangtempat tidur, kesiapan suction, spatel,
oksigen.
R/ : Mengurangi resiko injuri dan mencegah obstruksi
pernapasan.
c. Catat aktivitas kejang dan tinggal bersama pasien
selama kejang.
R/ : Merencanakan intervensi lebih lanjut dan
mengurangi kejang.
d. Kaji status neurologik dan tanda vital setelah
kejang.
R/ : Mengetahui respon post kejang.
e. Orientasikan pasien ke lingkungan.
R/ : Setelah kejang kemungkinan pasien
disorientasi.
f. Kolaborasi dalal pemberian obat anti kejang.
R/ : Mengurangi resiko kejang / menghentikan
kejang.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan umum, defisit neurologik.
Ditandai dengan:
Data Subjektif (DS):
Pasien mengatakan lemah.
Data Objektif (DO):
a. Paralisis, parese, hemiplegia, tremor
b. Kekuatan otot kurang
c. Kontraktur, atropi.
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan
kelemahan umum, defisit neurologik.
Kriteria hasil:
a. Pasien dapat mempertahankan mobilisasinya
secara optimal.
b. Integritas kulit utuh.
c. Tidak terjadi atropi.
d. Tidak terjadi kontraktur.
Intervensi:
a. Kaji kemampuan mobilisasi.
R/ : Hemiparese mungkin dapat terjadi.
b. Alih posisi pasien setiap 2 jam.
c. Lakukan masage bagian tubuh yang tertekan.
R/ : Melancarkan aliran darah dan mencegah
dekubitus.
d. Lakukan ROM pasive.
R/ : Menghindari kontraktur dan atropi.
e. Monitor tromboemboli, konstipasi.
R/ : Komplikasi immobilitas.
f. Konsul pada ahli fisioterapi jika diperlukan.
R/ : Perencanaan yang penting lebih lanjut.
4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
intake tidak adekuat, kehilangan cairan.
Ditandai dengan:
Data Subjektif (DS):
Pasien mengatakan demam dan rasa haus,
muntah
Data Objektif (DO):
a. Suhu tubuh di atas 38oC.
b. Turgor kulit kurang
c. Mukosa mulut kering
d. Urine pekat
e. Perubahan nilai elektrolit
4. Ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
intake tidak adekuat, kehilangan cairan.
Kriteria Hasil :
a. Suhu tubuh normal 36,5 – 37, 5o C.
b. Tanda vital normal.
c. Turgor kulit baik.
d. Pengeluaran urine tidak pekat, elektrolit dalam batas
normal.
Intervensi:
a. Ukur tanda vital setiap 4 jam.
R/ : Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit menimbulkan
perubahan tanda vital seperti penurunan tekanan darah,
dan peningkatan nadi.
b. Monitir hasil pemeriksaan laboratorium terutama elektrolit.
R/ : Mengetahui perbaikan atau ketidak seimbangan cairan
c. Observasi tanda-tanda dehidrasi.
R/ : Mencegah secara dini terjadinya dehidrasi.
d. Catat intake dan output cairan.
R/ : Mengetahui keseimbangan cairan.
e. Berikan minuman dalam porsi sedikit tetapi sering.
R/ : Mengurangi distensi gaster.
f. Pertahankan temperatur tubuh dalam batas normal.
R/ : Peningkatan temperatur mengakibatkan pengeluaran
cairan lewat kulit bertambah.
g. Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena.
R/ : Pemenuhan kebutuhan cairan dengan IV akan
mempercepat pemulihan dehidrasi.
h. Pertahankan dan monitor tekanan vena setral.
R/ : Tekanan vena sentral untuk mengetahui
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, kelemahan, mual dan
muntah, intake yang tidak adekuat.
Ditandai dengan:
Data Subjektif (DS):
Pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Data Objektif (DO):
a. Pasien tidak menghabiskan makanan yang telah
disediakan
b. Diet makan
c. Penurunan BB
d. Adanya tanda-tanda kekurangan nutrisi: anemis, cepat
lelah.
e. Hb dan Albumin kurang dari normal
5. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, kelemahan, mual dan muntah, intake yang
tidak adekuat.
Kriteria hasil:
a. Nafsu makan pasien baik.
b. Pasien dapat menghabiskan makanan yang telah disediakan RS.
c. Terjadi peningkatan BB secara bertahap.
d. Tanda-tanda kurang nutrisi tidak ada.
e. Hb dan albumin dalam batas normal.
f. Tanda vital normal.
Intervensi:
a. Kaji makanan kesukaan pasien.
R/ : Meningkatkan selera makan pasien.
b. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
R/ : Menhindari mual dan muntah.
c. Hindari berbaring kurang 1 jam setelah makan.
d. Timbang BB 3 hari sekali secara periodik.
R/ : Penuruna BB berarti kebutuhan makanan kurang.
e. Berikan antiemetik 1 jam sebelum makan.
R/ : Menekan rasa mual dan muntah.
f. Kurangi minum sebelum makan.
R/ : Minum yang banyak sebelum makan mengurangi intake
makanan.
g. Hindari keadaan yang dapat menggangu selera makan:
lingkungan kotor, bau, kebersihan tempat makan, suara gaduh.
R/ : Meningkatkan selera makan.
h. Sajikan makanan dalam keadaan hangat dan hygiene, menarik.
R/ : Meningkatkan selera makan.
i. Lakukan perawatan mulut.
R/ : Meningkatkan nafsu makan.
j. Monitor kadar Hb dan albumin.
R/ : Mengetahui status nutrisi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai