Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

MENINGITIS

Linda Mulyasari, A.Md.Kep


Melis Sulastri A.Md.Kep
M.A. Sugianto A.Md.Kep
Nalis A.Md.Kep
Neni Nuraeni A.Md.Kep
Nurjanah A.Md.Kep
Pipik Ropiqoh A.Md.Kep
Resi Trisnawati A.Md.Kep
Ridwan Fauzi A.Md.Kep
Salty Marliana, A.Md.Kep
DEFINISI
• Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh
virus, bakteri atau organ-organ jamur (Smeltzer, 2001).
• Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya
ditimbulkan oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok,
Meningokok, Stafilokok, Streptokok, Hemophilus influenza
dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
• Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi & Rita, 2001).
• Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan
serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses
infeksi pada sistem saraf pusat. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001).
ANATOMI DAN FISIOLOGI SELAPUT OTAK
ETIOLOGI

1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Protozoa
KLASIFIKASI MENINGITIS
1. Meningitis Purulent
• Radang selaput otak ( aracnoid dan piamater )
yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan non
virus
2. Meningitis Serosa (Tuberculosa)
• Terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru
paru. Meningitis bukan terjadi karena
terinpeksi selaput otak langsung
penyebaran hematogen
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS

1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)


2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak
responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda yaitu Rigiditas mukal
(kaku leher), Tanda Kernig positif, Tanda Brudzinki
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis
meningokokal
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi
tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda
koagulopati intravaskuler diseminata
KOMPLIKASI

• Komplikasi dan sequelle biasanya berhubungan dengan proses


inflamasi pada meningen dan pembuluh darah cerebral
(kejang, parese nervus cranial,lesi cerebral fokal,
hydrasefalus) serta disebabkan oleh infeksi meningococcus
• Pada organ tubuh lainnya (infeksi okular, arthritis, purpura,
pericarditis, endocarditis, myocarditis, orchitis, epididymitis,
albuminuria atau hematuria, perdarahan adrenal). DIC dapat
terjadi sebagai komplikasi dari meningitis

• Dapat pula terjadi karena infeksi pada saluran nafas bagian


atas, telinga tengah dan paru-paru, Sequelle biasanya
disebabkan karena komplikasi dari nervous system.s
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Analisis CSS dari pungsi lumbal :
• Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat,
kultur positip terhadap beberapa jenis bakteri.
• Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih,
sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal,
kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur
khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
4. Elektrolit darah : Abnormal
5. ESR/LED : meningkat pada meningitis
6. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
PEMERIKSAAN PENUNJANG
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine :
dapat mengindikasikan daerah pusat infeksi
atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi

8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam


melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral,
hemoragik atau tumor

9. Rontgen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada


indikasi sumber infeksi intra kranial.
PENATALAKSANAAN

• Terapi Antibiotik di berikan secepatnya setelah mendapatkan hasil kultur


• Terapi suportive seperti memelihara status hidrasi danoksigenasi harus
diperhatikan untuk keberhasilan terapi
• Untuk DIC, beberapa penulis merekomendasikan pemberian heparin 5000-
10.000 unit diberikan dengan pemberian cepat secara intravena dan
dipertahankan pada dosis yang cukup untuk memperpanjang clotting time
danpartial thromboplastin time menjadi 2 atau 3 kali harga norm
• Untuk mengontrol kejang diberikan anticonvulsan
• Pada udem cerebri dapat diberikan osmotik diuretik atau corticosteroid,
tetapi hanya bila didapatkan tanda awal dari impending herniasi
PENATALAKSANAAN

1. Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):


• Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari
maksimal 500 mg selama 1 setengah tahun.
• Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari
selama 1 tahun.
• Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x
sehari selama 3 bulan. Obat anti-infeksi (meningitis
bakterial): Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x
sehari
• Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN

2. Pengobatan simtomatis:
• Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau
rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24
jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3
x sehari.
• Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10
mg/kgBB/dosis.
• Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol)
dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
• Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
• Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena.
PENCEGAHAN

1. Imunisasi
2. Kemoprofilaksis
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
• Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi,
koma, kejang dan penurunan kesadaran
• Riwayat penyakit sekarang : Gejala yang timbul, kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, adanya
keluhan kejang, pernah mendapatkan tindakan invasive
atau tidak di rumah sakit.
• Riwayat penyakit Dahulu : Infeksi jalan nafas atas, otitis
media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, trauma kepala,
riwayat TB Paru, Riwayat pemakaian obat-obatan
• Riwayat penyakit Psikososial : pengkajian mekanisme
koping yang di gunakan pasien
KONSEP KEPERAWATAN

• Pemeriksaan Fisik
 Aktivitas/Istirahat : malaise, ataksia, masalah berjalan,
kelumpuhan, keterbatasan dalam rentang gerak
 Sirkulasi : riwayat kardiologi, Tekanan darah meningkat,
nadi menurun, tekanan nadi berat, takikardia, disritmia
 Eliminasi : inkotinensia dan retensi
 Makanan dan Cairan : kehilangan nafsu makan,
kesulitan menelan (periode akut), anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
 Hygiene : ketergangungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri
KONSEP KEPERAWATAN

• Pemeriksaan Fisik
 Neuro sensori : sakit kepala, parestesia, terasa kaki pada semua
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan saraf
kranial), hiperalgesia/meningkatnya sensitifitas (minimitis), timbul
kejang, gangguan penglihatan, fotofobia, ketulian
 Neuro sensori : Letargi, delusi dan halusinasi, kehilangan memori,
afasia, pupil unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya,
nistagmus, ptosis, karakteristik fasial, hemiparese hemiplegic,
tanda brudzinzki positif, tanda kernig positif, rigiditas muka,
refleks tendon terganggu, refleks abdominal menurun
KONSEP KEPERAWATAN

• Pemeriksaan Fisik
 Nyeri/kenyamanan : sakit kepala frontal berdenyut hebat, tampak
terus terjaga, perilaku distraksi, gelisah, menangis, mengeluh
 Pernafasan : riwayat infeksi sinus atau paru, peningkatan kerja
pernafasan, perubahan mental letargi sampai koma, gelisah
 Keamanan : riwayat infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga,
abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumnal, pembedahan,
fraktur pda tengkorak kepala, imunisasi yang baru saja
berlangusng, gangguan penglihatan atau pendengaran
 Keamanan : suhu badan meningkat, diaphoresis, menggigil, tonus
otos flaksid plastic
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
• Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan edema serebral.
• Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
• Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
• Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
• Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi
sensorik, integrasi.
• Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
• Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak terjadi infeksi
• Isolasi .
• Pertahankan tekhnik aseptik dan cuci tangan yang tepat, baik
perawat, pasien, keluarga, maupun pengunjung
• Pantau suhu secara teratur
• Teliti adanya keluhan nyeri dada, nadi tidak teratur
• Pantau kecepatan pernadasan dan usaha pernafasan
• Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan
nafas dalam
• Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
• Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses
infeksi serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Perfusi jaringan adekuat
• Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau
tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal
• Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya, seperti GCS
• Kaji adanya regiditas nikal , gemetar, kegelisahan yang meningkat,
peka rangsang dan adanya serangan kejang
• Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari
hipertensi sistolik yang terus menerus, dan tekanan nadi yang
melebar
• Pantai irama jantung, pola pernafasan, suhu, masukan dan haluaran
cairan
• Bantu pasien untuk berkemih, batasi batuk atau mengejan, berikan
tindakan yang menimbulkan rasa nyaman
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Tidak terjadi trauma
• Pantau adanya kejang
• Berikan keamanan kepada pasien
• Pertahankan tirah baring
• Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dilantin,
valium

4. Mengurangi nyeri akut


• Berikan lingkungan yang tenang, tingkatkan tirah baring
• Berikan latihan rentang gerak
• Gunakan pelembab yang hangat
• Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik
INTERVENSI KEPERAWATAN
5. Mempertahankan kekuatan dan fungsi otot yang optimal
• Periksa kemampuan fungsi otot
• Bantu untuk latihan gerak, periksa adanya nyeri tekan, kemerahan
pada kulit yang hangat, sumbatan pada vena kaki
• Pertahankan tirah baring
• Berikan terapi kinetik sesuai kebutuhan

6. Mengurangi nyeri akut


• Berikan lingkungan yang tenang, tingkatkan tirah baring
• Berikan latihan rentang gerak
• Gunakan pelembab yang hangat
• Kolaborasi untuk pemberian obat analgetik
INTERVENSI KEPERAWATAN
7. Meningkatkan tingkat kesadaran dan fungsi persepsi
• Evaluasi atau pantau secara teratur perubahan orientasi,
kemampuan berbicara, alam perasaan sensorik dan proses
fikirBantu untuk latihan gerak, periksa adanya nyeri tekan,
kemerahan pada kulit yang hangat, sumbatan pada vena kaki
• Kaji kesadaran sensorik, observasi respon perilaku,
• Rujuk pada ahli fisioterapi, terapi okupasi, terapi bicara dan terapi
kogni
8. Menurunkan tingkat kecemasan
• Kaji status mental dan tingkat ansietas pasien dan keluarga
• Berikan penjelasan tentang penyakit, tindakan yang dilakukan
• Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran nya
dan libatkan pasien dan keluarga dalam perawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
9. Meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakit
• Berikan informasi dalam bentuk yang sederhana
• Diskusikan mengenai proses penyembuhan
• Diskusikan proses pencegahan penyakit dan pentingnya evaluasi
ulang dan terapi rawat jalan secara rutin
• Berikan informasi tentang kebutuhan diet tinggi protein atau
karbohodrat.
Analisa kasus
a. Inisial nama : An “D”
b. Alamat : Jl. Benteng
Kecamatan Tanjung Batu
c. TTL : Lahat, 10-12-1996
Keluhan utama
- Kejang, demam, tungkai dan lengan
kanan tidak bisa bergerak
Data senjang
Data klinis :
• GCS : M : 4, V : 2, E : 2, Suhu : 37.8oC, Nadi 140 x/mnt,
teratur, Takanan darah : Lengan kanan : 140/90 mmHg,
lengan kiri : 140/90 mmHg, duduk : 140/90 mmHg, tidur
140/90 mmHg, TB 135 cm, BB 26 Kg, kesadaran : Samnolen
a. Kesan umum : Tampak sakit : Berat, pucat, sesak,
kejang.
b. Kulit : Suhu : hangat
c. Kepala : Rambut : warna hitam, tidak mudah dicabut
d. Mata : jernih, pupil : isokor, positif, KI : negatif,
konjungtiva : merah jambu
e. Telinga : Simetris, pendengaran : baik
ANALISA KASUS: Perubahan ferfusi jaringan

DS:
Proses reabsorbsi tertahan ibu mengatakan
akumulasi cairan terhadap anaknya tidak sadar,
merintih dan gelisah
eksudat dan tuberkel
obstruksi pada sistem
basalis DO:
↓ TTV :
penurunan suplai ke otak RR : 34
dan jaringan T : 37,8
Nadi 34

TD : 140/90
resiko perubahan perfusi Tingkat kesadaran
jaringan serebral sopor
klien tampak gelisah
GCS : 8, E2, M4, V2
ANALISA KASUS:Kerusakan
mobilitas fisik
DS :
penurunan metabolisme
ibu mengatakan bahwa
↓ anaknya dalam aktifitas
penurunan produk energi (mandi, makan) dibantu

oleh ibunya

kurang energi DO :
↓ Kekuatan otot lemah
mobilitas fisik terganggu rentang gerak :
ekstremitas kaki ektensi
ekstremitas tangan fleksi
DS : Ibu/keluarga
ANALISA KASUS: nyeri klien mengatakan
inflamasi
bahwa anaknya selalu

merintih nyeri di
pelepasan zat vasoaktif
kepala
(histamin, bradikinin,
DO :
prostaglandin)
Klien gelisah

Klien tampak
hipotalamus
meringis
↓ TTV : TD : 140/90
korteks serebri mmHg, RR : 34
↓ x/mnt, Temp : 37,8 o
Nyeri C, Pols : 140 x/mnt
Skala nyeri 5
ANALISA KASUS: hipertermi DO:
Kesadaran : Sopor
sistem imunitas imatur GCS : 8 (E4, V2, M2)
↓ Pupil : Isokor
TTV :
zat pirogen interleukin 1 & 2 TD : 140/90 mmHg
↓ N : 140 x/mnt
RR : 34 x/mnt
menstimulasi hipotalamus Temp : 37.8oC
regio anterior - Klien tampak rewel
↓ - Klien tampak
gelisah
Peningkatan suhu - Badan teraba panas
tubuh/hipertermi
DO :
ANALISA KASUS:
Kesadaran : sopor
Gangguan pertukaran gas GCS : 8 (E2, V2, M4)
perdarahan pada ruang epidural Pupil : Isokor
dan subdural TTV :
↓ TD : 140/90 mmHg
N : 140 x/mnt
kerusakan pembuluh darah
RR : 34 x/mnt
bersekat
Temp : 37.8oC
↓ - Klien tampak
penumpukan darah meningkat rewel
↓ - Klien tampak
gelisah
Peningkatan Tekanan Intrakranial
- O2 nasal
terpasang, kebutuhan
Jurnal intervensi?

2. PENGHANGATAN
DAERAH INSERSI Kompres hangat
menunjukkan adanya
JARUM INJEKSI
manfaat untuk mencegah
INTRAVENA PADA terjadinya
PASIEN ANAK DENGAN kemacetan injeksi
intravena
TERAPI FENITOIN
INTRAVENA UNTUK
MENCEGAH
Fiksasi yang terjaga
TERJADINYA bisa menurunkan
PEMBENGKAKAN DAN kemungkinan
KEMACETAN INJEKSI terjadinya ekstravasasi.
INTRAVENA
3. Faktor Risiko Sekuele Meningitis
Bakterial pada Anak
Akapede dkk.19 menemukan bahwa
umur kurang atau sama dengan dua
tahun, durasi sakit lebih dari 7 hari,
terapi antibiotik, defisit nervus fokal,
postur abnormal
merupakan faktor yang mempengaruhi
timbulnya sekuele neurologis, syok
atau koma.
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Mobile Untuk
Diagnosis Dini Meningitis
Mona Pradipta Hardiyanti*), R. Rizal Isnanto,
Ike Pertiwi Windasari
Aplikasi sistem pakar dapat
melakukan proses diagnosis
penyakit sesuai data yang
didapatkan dari pakar. Untuk
memperbarui penyakit dan gejala
dilakukan dengan cara merubah
basisdata.
Aplikasi sistem pakar “Awas
Meningitis!” dapat melakukan
proses diagnosis penyakit sesuai
data rekomendasi yang didapatkan
dari pakar.
saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan
pengetahuan tentang meningitis dan problem solving
yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai meningitis
kepada para orang tua anak yang paling utama. Dan
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
pada pasien dengan meningitis
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat
memicu terjadinya meningitis dan meningkatkan pola
hidup yang sehat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai