MENINGITIS
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Protozoa
KLASIFIKASI MENINGITIS
1. Meningitis Purulent
• Radang selaput otak ( aracnoid dan piamater )
yang menimbulkan eksudasi berupa pus,
disebabkan oleh kuman non spesifik dan non
virus
2. Meningitis Serosa (Tuberculosa)
• Terjadi akibat komplikasi penyebab
tuberculosis primer, biasanya dari paru
paru. Meningitis bukan terjadi karena
terinpeksi selaput otak langsung
penyebaran hematogen
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
2. Pengobatan simtomatis:
• Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau
rectal: 0,4-0,6 mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24
jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7 mg/kgBB/24 jam, 3
x sehari.
• Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10
mg/kgBB/dosis.
• Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol)
dapat digunakan untuk mengobati edema serebri.
• Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
• Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik:
pemberian tambahan volume cairan intravena.
PENCEGAHAN
1. Imunisasi
2. Kemoprofilaksis
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
• Keluhan utama yang sering adalah panas badan tinggi,
koma, kejang dan penurunan kesadaran
• Riwayat penyakit sekarang : Gejala yang timbul, kapan
mulai serangan, sembuh atau bertambah buruk, adanya
keluhan kejang, pernah mendapatkan tindakan invasive
atau tidak di rumah sakit.
• Riwayat penyakit Dahulu : Infeksi jalan nafas atas, otitis
media, mastoiditis, tindakan bedah saraf, trauma kepala,
riwayat TB Paru, Riwayat pemakaian obat-obatan
• Riwayat penyakit Psikososial : pengkajian mekanisme
koping yang di gunakan pasien
KONSEP KEPERAWATAN
• Pemeriksaan Fisik
Aktivitas/Istirahat : malaise, ataksia, masalah berjalan,
kelumpuhan, keterbatasan dalam rentang gerak
Sirkulasi : riwayat kardiologi, Tekanan darah meningkat,
nadi menurun, tekanan nadi berat, takikardia, disritmia
Eliminasi : inkotinensia dan retensi
Makanan dan Cairan : kehilangan nafsu makan,
kesulitan menelan (periode akut), anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek, membrane mukosa kering
Hygiene : ketergangungan terhadap semua kebutuhan
perawatan diri
KONSEP KEPERAWATAN
• Pemeriksaan Fisik
Neuro sensori : sakit kepala, parestesia, terasa kaki pada semua
persarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan saraf
kranial), hiperalgesia/meningkatnya sensitifitas (minimitis), timbul
kejang, gangguan penglihatan, fotofobia, ketulian
Neuro sensori : Letargi, delusi dan halusinasi, kehilangan memori,
afasia, pupil unisokor atau tidak berespon terhadap cahaya,
nistagmus, ptosis, karakteristik fasial, hemiparese hemiplegic,
tanda brudzinzki positif, tanda kernig positif, rigiditas muka,
refleks tendon terganggu, refleks abdominal menurun
KONSEP KEPERAWATAN
• Pemeriksaan Fisik
Nyeri/kenyamanan : sakit kepala frontal berdenyut hebat, tampak
terus terjaga, perilaku distraksi, gelisah, menangis, mengeluh
Pernafasan : riwayat infeksi sinus atau paru, peningkatan kerja
pernafasan, perubahan mental letargi sampai koma, gelisah
Keamanan : riwayat infeksi saluran pernafasan, infeksi telinga,
abses gigi, abdomen atau kulit, fungsi lumnal, pembedahan,
fraktur pda tengkorak kepala, imunisasi yang baru saja
berlangusng, gangguan penglihatan atau pendengaran
Keamanan : suhu badan meningkat, diaphoresis, menggigil, tonus
otos flaksid plastic
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan status cairan tubuh,
penekanan respon inflamasi, pemanjangan terhadap patogen
• Resiko terhadap perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan edema serebral.
• Resiko terhadap trauma berhubungan dengan iritasi korteks serebral
• Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
• Kerusakan mobiltas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskuler
• Perubahan persepsi sensorik berhubungan dengan perubahan resepsi
sensorik, integrasi.
• Kecemasan berhubungan dengan krisis situasi
• Kurang pengetahuan mengenai penyebab infeksi dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurang pemajangan
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Tidak terjadi infeksi
• Isolasi .
• Pertahankan tekhnik aseptik dan cuci tangan yang tepat, baik
perawat, pasien, keluarga, maupun pengunjung
• Pantau suhu secara teratur
• Teliti adanya keluhan nyeri dada, nadi tidak teratur
• Pantau kecepatan pernadasan dan usaha pernafasan
• Ubah posisi pasien dengan teratur dan anjurkan untuk melakukan
nafas dalam
• Catat karakterisitik urine, seperti warna, kejernihan dan bau
• Identifikasi kontak yang beresiko terhadap perkembangan proses
infeksi serebral dan anjurkan mereka untuk meminta pengobatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Perfusi jaringan adekuat
• Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau
tanda vital sesuai indikasi setelah dilakukan fungsi lumbal
• Pantau / catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya, seperti GCS
• Kaji adanya regiditas nikal , gemetar, kegelisahan yang meningkat,
peka rangsang dan adanya serangan kejang
• Pantau tanda vital seperti tekanan darah. Catat serangan dari
hipertensi sistolik yang terus menerus, dan tekanan nadi yang
melebar
• Pantai irama jantung, pola pernafasan, suhu, masukan dan haluaran
cairan
• Bantu pasien untuk berkemih, batasi batuk atau mengejan, berikan
tindakan yang menimbulkan rasa nyaman
INTERVENSI KEPERAWATAN
3. Tidak terjadi trauma
• Pantau adanya kejang
• Berikan keamanan kepada pasien
• Pertahankan tirah baring
• Kolaborasi untuk pemberian obat sesuai indikasi seperti dilantin,
valium
DS:
Proses reabsorbsi tertahan ibu mengatakan
akumulasi cairan terhadap anaknya tidak sadar,
merintih dan gelisah
eksudat dan tuberkel
obstruksi pada sistem
basalis DO:
↓ TTV :
penurunan suplai ke otak RR : 34
dan jaringan T : 37,8
Nadi 34
↓
TD : 140/90
resiko perubahan perfusi Tingkat kesadaran
jaringan serebral sopor
klien tampak gelisah
GCS : 8, E2, M4, V2
ANALISA KASUS:Kerusakan
mobilitas fisik
DS :
penurunan metabolisme
ibu mengatakan bahwa
↓ anaknya dalam aktifitas
penurunan produk energi (mandi, makan) dibantu
↓
oleh ibunya
kurang energi DO :
↓ Kekuatan otot lemah
mobilitas fisik terganggu rentang gerak :
ekstremitas kaki ektensi
ekstremitas tangan fleksi
DS : Ibu/keluarga
ANALISA KASUS: nyeri klien mengatakan
inflamasi
bahwa anaknya selalu
↓
merintih nyeri di
pelepasan zat vasoaktif
kepala
(histamin, bradikinin,
DO :
prostaglandin)
Klien gelisah
↓
Klien tampak
hipotalamus
meringis
↓ TTV : TD : 140/90
korteks serebri mmHg, RR : 34
↓ x/mnt, Temp : 37,8 o
Nyeri C, Pols : 140 x/mnt
Skala nyeri 5
ANALISA KASUS: hipertermi DO:
Kesadaran : Sopor
sistem imunitas imatur GCS : 8 (E4, V2, M2)
↓ Pupil : Isokor
TTV :
zat pirogen interleukin 1 & 2 TD : 140/90 mmHg
↓ N : 140 x/mnt
RR : 34 x/mnt
menstimulasi hipotalamus Temp : 37.8oC
regio anterior - Klien tampak rewel
↓ - Klien tampak
gelisah
Peningkatan suhu - Badan teraba panas
tubuh/hipertermi
DO :
ANALISA KASUS:
Kesadaran : sopor
Gangguan pertukaran gas GCS : 8 (E2, V2, M4)
perdarahan pada ruang epidural Pupil : Isokor
dan subdural TTV :
↓ TD : 140/90 mmHg
N : 140 x/mnt
kerusakan pembuluh darah
RR : 34 x/mnt
bersekat
Temp : 37.8oC
↓ - Klien tampak
penumpukan darah meningkat rewel
↓ - Klien tampak
gelisah
Peningkatan Tekanan Intrakranial
- O2 nasal
terpasang, kebutuhan
Jurnal intervensi?
2. PENGHANGATAN
DAERAH INSERSI Kompres hangat
menunjukkan adanya
JARUM INJEKSI
manfaat untuk mencegah
INTRAVENA PADA terjadinya
PASIEN ANAK DENGAN kemacetan injeksi
intravena
TERAPI FENITOIN
INTRAVENA UNTUK
MENCEGAH
Fiksasi yang terjaga
TERJADINYA bisa menurunkan
PEMBENGKAKAN DAN kemungkinan
KEMACETAN INJEKSI terjadinya ekstravasasi.
INTRAVENA
3. Faktor Risiko Sekuele Meningitis
Bakterial pada Anak
Akapede dkk.19 menemukan bahwa
umur kurang atau sama dengan dua
tahun, durasi sakit lebih dari 7 hari,
terapi antibiotik, defisit nervus fokal,
postur abnormal
merupakan faktor yang mempengaruhi
timbulnya sekuele neurologis, syok
atau koma.
Aplikasi Sistem Pakar Berbasis Mobile Untuk
Diagnosis Dini Meningitis
Mona Pradipta Hardiyanti*), R. Rizal Isnanto,
Ike Pertiwi Windasari
Aplikasi sistem pakar dapat
melakukan proses diagnosis
penyakit sesuai data yang
didapatkan dari pakar. Untuk
memperbarui penyakit dan gejala
dilakukan dengan cara merubah
basisdata.
Aplikasi sistem pakar “Awas
Meningitis!” dapat melakukan
proses diagnosis penyakit sesuai
data rekomendasi yang didapatkan
dari pakar.
saran
1. Tenaga kesehatan
Sebagai tim kesehatan agar lebih bisa meningkatkan
pengetahuan tentang meningitis dan problem solving
yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan
informasi atau health education mengenai meningitis
kepada para orang tua anak yang paling utama. Dan
dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat
pada pasien dengan meningitis
2. Masyarakat
Masyarakat sebaiknya mengindari hal-hal yang dapat
memicu terjadinya meningitis dan meningkatkan pola
hidup yang sehat.
TERIMAKASIH