Anda di halaman 1dari 9

MENINGOENCEPHALITIS

A. DEFINISI Meningitis adalah suatu infeksi dan peradangan dari meninges,lapisan yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono., 2003) Meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu atau semua apisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum tulang belakang, yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa. Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus. Ensefalitis adalah peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan oleh bakteri). Penyakit parasit dan protozoa seperti toksoplasmosis, malaria, atau primary amoebic meningoencephalitis, juga dapat menyebabkan ensefalitis pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang. Kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak dan menyebabkan kematian. Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna D.,1999) B. Etiologi Meningitis Meningitis dibagi menjadi 2 jenis menurut penyebabnya : 1. Meningitis bakterial, yang disebabkan oleh organisme primer gram negatif. Pada neonatus umumnya disebabkan oleh basil gram negatif, batang gram negatif dan streptococcus grup B. Pada anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun disebabkan Haemophilus Influenzae tipe B. Pada anak-anak yang lebih besar disebabkan oleh Infeksi Neisseria Meningitis atau Infeksi Staphilococcus. 2. Meningitis Aseptik, umumnya hampir 85% disebabkan oleh entero virus diantaranya virus Influenza, Koriomeningitis Limfositik, virus EpsteinBarr namun dapat pula karena mikroplasma, klamidia dan berbagai jenis jamur, protozoa dan parasit lain. Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Penumococcus, Meningococcus,Hemophilus influenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002) Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur : 1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes 2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus. 3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus. (Japardi, Iskandar., 2002)

C. ANATOMI FISIOLOGI Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syarafyang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu: a. Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulangbelakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untukstruktur-struktur ini. b. Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter. c. Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringanikat tebal dan kuat. D. MANIFESTASI KLINIS Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk danpunggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernigs dan Brudzinky positif. (Harsono., 2003) Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK 1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering) 2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma. 3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb: a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher. b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna. c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan. 4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya. 5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tandatanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran. 6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.

7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata (Smeltzer, 2001).

E. GEJALA Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa yangmenyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala, pilek,mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar., 2002) F. Pemeriksaan Diagnostik. 1. Pemeriksaan cairan serebrospinal. Warna dan jernih terdapat pleocytosis berkisar antara 50-200 sel dengan dominasi sel limfosit. Protein agak meningkat sedangkan glucose dalam batas normal. 2. Pemeriksaan EEG. Memperlihatkan proses inflamasi yang difuse bilateral dengan aktivitas rendah. 3. Pemeriksaan virus. Ditemukan virus pada CSS didapatkan kenaikan titer antibody yang spesifik terhadap virus penyebab. G. Penatalaksanaan. 1) Pengobatan penyebab : Diberikan apabila jenis virus diketahui Herpes encephalitis : Adenosine arabinose 15 mg/Kg BB/hari selama 5 hari. 2) Pengobatan suportif. Sebagian besar pengobatan encephalitis adalah : pengobatan nonspesifik yang bertujuan mempertahankan fungsi organ tubuh. Pengobatan tersebut antara lain : ABC (Airway breathing, circulation) harus dipertahankan sebaik-baiknya. Pemberian makan secara adequate baik secara internal maupun parenteral dengan memperhatikan jumlah kalori, protein, keseimbangan cairan elektrolit dan vitamin. Obat-obatan yang lain apabila diperlukan agar keadaan umum penderita tidak bertambah jelek.

H. Komplikasi : Dapat terjadi : Akut : Edema otak. SIADH. Status konvulsi. - Kronik : Cerebral palsy. Epilepsy. Gangguan visus dan pendengaran. Dapat juga terjadi. 1. Hidrosefalus obstruktif 2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia ) 3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral) 4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone ) 5. Efusi subdural 6. Kejang 7. Edema dan herniasi serebral 8. Cerebral palsy 9. Gangguan mental 10. Gangguan belajar 11. Attention deficit disorder. (Rita & Suriadi, 2001) I. DIAGNOSA BANDING o Perdarahan sub arachnoid o Abses retrofaring o Demam typhoid o Encephalitis o Tatanus o Sengatan panas o Pneumonia o Psikosis o Meningitis TB o Abses otak o Tumor otak J. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Biodata klien Riwayat kesehatan yang lalu a) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ? b) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ? c) Pernahkah operasi daerah kepala ? Riwayat kesehatan sekarang a. Aktivitas

Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia, kelumpuhan, gerakan involunter. b. Sirkulasi

Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK. Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat, taikardi, disritmia. c. Eliminasi

Tanda : Inkontinensi dan atau retensi. d. Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering. e. Higiene

Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri. f. Neurosensori

Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki. g. Nyeri/keamanan

Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah, menangis. h. Pernafasan

Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja pernafasan. 2. Diagnosa keperawatan a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan diseminata hematogen dari patogen b) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia. c) Risiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal, kelemahan umum, vertigo. d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam sirkulasi. e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan kekuatan f) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.

Lapisan Pelindung Otak

autopsy specimen of meningitis due to. Streptococcus Pneumoniae

PATHWAY

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Apa Itu Meningitis. http://www.bluefame.com/lofiversion/indexphp/t47283.html

URL:

Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna., and Braner, Dana. 2006. Lumbar Puncture.The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL :http://content.nejm.org/cgi/reprint/355/13/e12.pdf Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta :http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.html Neurologi. 2 URL

Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The New EnglandJournal of Medicine. 336 : 708-16 URL :http://content.nejm.org/cgi/reprint/336/10/708.pdf Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503 Doenges, Marilyn E, dkk.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester, Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC. Harsono.(1996).Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996. Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai