Anda di halaman 1dari 40

OLEH MUHAMMAD HASBI.

S KEP

1. 2. 3. 4.

Test Test Test Test

Bisik Arloji Garpu Tala Audiometri

Cara Kerja : 1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m. 2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa 3. Bisikkan suatu kata dgn huruf desis, misal sisi,susu,sisa 4. Minta klien untuk mengulangi kata yang didengar 5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama 6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga dex dan kiri klien. Nilai normal : 5/6 atau 6/6

Cara kerja : 1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang 2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien 3. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji 4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

A. Tes Rinne Tujuan : Membandingkan pendengaran melalui tulang dan melalui udara pada probandus. Dasar Teori : Bila garputala digetarkan, maka getaran melalui udara dapat didengar dua kali lebih lama dibandingkan melalui tulang. Normal getaran melalui tulang dapat didengar selama 70 detik, maka getaran melalui udara dapat didengar selama 40 detik.

Cara Kerja : 1. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada proses mastoideus klien. Mula-mula klien akan mendengar garputala itu makin lemah dan akhirnya tidak mendengar lagi. 2. Pada saat klien tidak mendengar suara garputala, penguji dengan segera memindahkan garputala itu, ke dekat telinga di depan MAE. Dengan pemindahan garputala itu, maka ada dua kemungkinan yang bisa diperoleh:

3. Lakukan percobaan ini untuk telinga kanan dan kiri, dan ulangi percobaaan sebanyak tiga kali, catatlah hasilnya dilembar kerja dan bandingkan hasilnya yang anda peroleh antara telinga kanan dan telinga kiri. - klien akan mendengar garputala lagi, disebut Tes Rinne Positif. - klien tidak mendengar suara garputala lagi, disebut Tes Rinne Negatif.

Interpretasi : Normal : Tes Rinne Positif/tuli persepsi/neural Tuli Konduksi : Tes Rinne Negatif (getaran dapat didengar melalui tulang lebih lama).

B. Test Weber 1. Peneliti meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada puncak kepala klien 2. klein memperhatikan intensitas di ke dua telinga 3. Apabila klien mendengar lebih keras pada sisi sebelah kanan, disebut lateralisasi ke kanan, ke kiri disbt lateralisasi ke kiri

Interprestasi : disesuakan pada sisi telinga mana yang sakit Normal : apabila antara sisi kanan dan kiri intensitasnya sama (kedua telinga terganggu pendengarannya) Tuli kundutif : lateralisasi ketelinga yang sakit Tuli Persepsi : lateralisasi ketelinga yang sehat

C. Tes Swabach 1. Tujuan : Membandingkan daya transport melalui tulang mastoid antara pemeriksa normal) dengan klien.

2. Dasar :

Gelombang-gelombang dalam endolymphe dapat ditimbulkan oleh : Getaran yang datang melalui udara. Getaran yang datang melalui tengkorak, khususnya osteo temporale

Cara Kerja : 1. Penguji meletakkan pangkal garputala yang sudah digetarkan pada depan telinga/ MAE klien. 2. Klien akan mendengar suara garputala itu makin lama makin melemah dan akhirnya tidak mendengar suara garputala lagi. 3. Pada saat garputala tidak terdengar, maka penguji akan segera memindahkan garputala itu, ke depan telinga/MAE penguji.

Interprestasi: Normal ; apabila klien sudah tidak mendengar getaran/bunyi garpu tala langsung di pindah ke telinga penguji juga tidak mendengar Memendek ; apabila klien sudah tidak mendengar getaran/bunyi garpu tala, langsung di pindah ke telinga penguji masih dapat mendengar Memanjang ; apabila cara kerja dibalik (penguji yang pertama mendengarkan getaran garpu tala kemudian klien. Klien masih dapat mendengar getaran garputala

Memendek = Tuli persepsi/syaraf Memanjang = Tuli Kunduktif/hantaran tulang

Contoh : Telinga yang sakit sebelah kiri


Dextra (D) Rinne Weber + Sinistra (S) Lateralisasi ke kiri = pendengaran memanjang :klien mengalami tuli kundoktif normal

Kesimpulan

Swabach

1. Audiometri dasar Pemeriksaan audiometri memerlukan : audiometer, ruang kedap suara, audiologist dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar yang dilakukan adalah : * audiometri nada murni * audiometri tutur

Audiometri nada murni Pemeriksaan ini menghasilkan grafik nilai ambang pendengaran pasien pada stimulus nada murni. Nilai ambang diukur dengan frkwensi yang berbeda-beda. Secara kasar bahwa pendengaran yang normal grafik berada diatas. Grafiknya terdiri dari skala desibel. Suara dipresentasikan dengan earphone ( air conduction ) dan skull vibrator ( bone conduction ).

Audiometri tutur : pada prinsipnya pasien disuruh mendegar kata-kata yang jelas artinya pada intensitas mana mulai terjadi gangguan sampai 50 % tidak dapat menirukan kata-kat dengan tepat.

Tuli terdiri dari beberapa derajat : 1. Dalam batas normal 0 - 20 dB 2. Ringan masih bisa mendengar pada intensitas 20-40 dB 3. Sedang = 40-60 dB 4. Berat sudah tidak dapat mendengar pada= 6080 dB 5. Berat sekali = > 80 dB

Bagian otoscope terdiri atas: Lampu Gagang Alat pneumatik utk memasukan udara ke dlm KAE dan utk mengetest membran timpani

Tehnik pemeriksaan Kepala pasien tegak lurus kedepan, Pasang utoscope oleh tangan yang dominan, Tangann yang lain menarik pinna scr perlahaan kebelakang. Perawat memperhatikan KAE scr perlahan pada saat otoscope dimasukan ke KAE. Perawat hrs hati-hati dan menghindarkan penekanan ke dalam KAE dpt menimbulkan nyeri

Pada saat otoscope terletak pada tempat yg nyaman pada KAE kaji : Membran timpani : warna keutuhan dan bentuk Normalnya utuh bag. Panjang maleus dan bagian pendek adalah umbo, memberikan reflek cahaya(R, politzer (+)). Normalnya berwarna sprt kulit utuh,tanpa lesi Serumen sedikit, dan lembek, terdpat rambut

Pemeriksaan fungsi keseimbangan dapat dilakukan mulai dr pemeriksaan yg sederhana yaitu: 1.Uji Romberg : berdiri, tangan dilipat di dada, mata ditutup, dapat dipertajam (Sharp Romberg) dengan memposisikan kaki tandem depan belakang, lengan dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal dapat berdiri lebih dari 30 detik. Bila terjatuh berarti tdp ggn keseimbangan

2. Uji berjalan (stepping test) : berjalan di tempat 50 langkah, bila tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari 30 berarti sudah terdapat gangguan kesimbangan. 3. Pemeriksaan fungsi serebelum :
Past pointing test, dilakukan dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk menyentuh telunjuk yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung, dilakukan dalam posisi duduk, pasien diminta menunjuk hidung dengan jari dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.

4. Posturografi Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat menilai secara obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil. Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan.1

Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat yang terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force platform, komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk mengganggu input proprioseptif, disket data digunakan untuk menyimpan data hasil pengukuran.1

Teknik pemeriksaan :
a.Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat, mata memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik. 1) Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu, dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama, 2) Berdiri di atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual diganggu

3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka, memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif diganggu, 4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu, jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan keseimbangan.1

5.Uji Kalori
Pada uji ini, subyek ditempatkan sedemikian rupa sehingga bidang salah satu kanalis semisirkularis (biasanya horisontal) menjadi sejajar dengan suatu bidang yang vertikal terhadap bumi. Selanjutnya suatu cairan yang lebih hangat atau lebih dingin daripada suhu tubuh dialirkan ke liang telinga. Sebagai akibatnya terjadi transfer panas dari dan ke telinga dalam yang menimbulkan suatu arus konveksi dalam endolimfa.

Hal ini menyebabkan defleksi kupula dalam kanalis yang sebanding dengan gravitasi, dan rangsangan serabut-serabut aferennya. Suatu cairan dingin yang dialirkan ke liang telinga kanan akan menimbulkan nistagmus dengan fase lambat ke kanan, sedangkan suatu cairan hangat akan menyebabkan suatu fase lambat ke kiri. Respon ini secara khas berlangsung dua sampai tiga menit. Kecepatan maksimum dari komponen lambat dan lamanya nistagmus diukur bila tidak timbul penglihatan.7

1) Stand 1-2 feet behind client so they can not read your lips. 2) Instruct client to place one finger on tragus of left ear to obscure sound. 3) Whisper word with 2 distinct syllables towards client's right ear. 4) Ask client to repeat word back. 5) Repeat test for left ear. 6) Client should correctly repeat 2 syllable word.

KASIH

Anda mungkin juga menyukai