Persiapan pemeriksaan
a. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan telinga :
1. Lampu kepala
2. Garpu tala
3. Spekulum telinga beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
4. Pinset telinga
5. Aplikator (pelintir kapas)
6. Aligator (cunam) : untuk mengambil benda asin & mengangkat polip liang telinga
7. Cerumen hook dan cerumen spoon :
- Cerumen hook : tumpul & tajam (dengan kait)
- Cerumen spoon: ujung seperti sendok
8. Obat anestesi lokal : larutan Lidokain 2%
9. Balon Politzer
10. Pneumatoskop Siegel
11. Otoskop
12. Tampon Steril
b. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaan hidung :
1. Lampu kepala
2. Spekulum hidung ukuran kecil, sedang dan besar
3. Pinset bayonet
4. Hook untuk mengambil benda asing di hidung
5. Cairan : pemati rasa (Lidokain 2%), vasokonstriktor
(Ephedrine)
6. Kapas untuk tampon
7. Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
8. Penekan lidah(tongue depressor, tongue spatula)
9. Lampu spiritus
10. Mangkuk bengkok (nearbeken)
11. Tampon Steril
c. Alat-alat standar yang diperlukan untuk pemeriksaanmulut
(laring/ faring) :
1. Lampu kepala
2. Penekan lidah(tongue spatula)
3. Larutan pemati rasa lokal (Lidokain 2%)
4. Cunam untuk mengambil benda asing di tenggorok
5. Kaca laring beberapa ukuran (kecil, sedang, besar)
6. Lampu spiritus
Gambar 2. Meja Pemeriksaan THT (ENT unit)
Gambar 3. Meja Pemeriksaan THT (ENT unit) modern
Menyiapkan penderita
Interpretasi hasil :
- Tes Rinne positif : suara dari konduksi udara lebih keras dibandingkan konduksi tulang ,
tidak ada tuli hantaran.
- Tes Rinne negatif : suara dari konduksi tulang lebih keras , menunjukkan adanya tuli
hantaran atau tuli sensorineural total (suara garputala ditransmisikan melalui konduksi
tulang tengkorak dan diterima oleh telinga kontralateral tes Rinne false negative).
2. Tes Weber
Interpretasi hasil :
Suara terdengar sama keras di telinga kiri dan kanan , tidak ada lateralisasi/ normal.
Suara terdengar lebih keras di satu sisi ,ada lateralisasi.
Jika lateralisasi ke arah telinga yang terganggu , tuli hantaran.
Jika lateralisasi ke arah telinga kontralateral (telinga yang sehat) ,tuli sensorineural.
3. Tes Swabach
Interpretasi hasil:
- Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut Schwabach memendek (tuli
hantaran).
- Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara
sebaliknya, yaitu garputala diletakkan pada prosesus mastoideus pemeriksa lebih
dulu. Bila penderita masih dapat mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang
(tuli sensorineural).
- Bila pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya disebut Schwabach
sama dengan pemeriksa (normal).
Alat pemeriksaan hidung
- Pemeriksaan rinoskopi anterior
Prosedur :
- Pasien duduk berhadapan dengan dokter, posisi pasien sedikit
lebih tinggi dibandingkan dokter.
- Tubuh pasien sedikit condong ke depan, dengan mulut terbuka
lebar dan lidah dijulurkan keluar. Supaya kaca laring tidak
berkabut oleh nafas pasien, hangatkan kaca laring sampai sedikit
di atas suhu tubuh.
- Pegang ujung lidah pasien dengan kassa steril supaya tetap
berada di luar mulut. Minta pasien untuk tenang dan mengambil
nafas secara lambat dan dalam melalui mulut.
- Fokuskan sinar dari lampu kepala ke orofaring pasien.
- Untuk mencegah timbulnya refleks muntah, arahkan kaca
laring ke dalam orofaring tanpa menyentuh mukosa kavum oris,
palatum molle atau dinding posterior orofaring.
- Putar kaca laring ke arah bawah sampai dapat melihat permukaan
mukosa laring dan hipofaring. Ingat bahwa pada laringoskopi indirek,
bayangan laring dan faring terbalik : plika vokalis kanan terlihat di sisi
kiri kaca laring dan plika vokalis kanan terlihat di sisi kiri kaca laring.
- Minta pasien untuk berkata aaahh, amati pergerakan plika vokalis
(true vocal cords) dan kartilago arytenoid.
- Plika vokalis akan memanjang dan beraduksi sepanjang linea
mediana. Amati gerakan pita suara (adakah paresis, asimetri gerakan,
vibrasi dan atenuasi pita suara, granulasi, nodul atau tumor pada pita
suara).
- Untuk memperluas visualisasi, mintalah pasien untuk berdiri
sementara pemeriksa duduk, kemudian sebaliknya, pasien duduk
sementara pemeriksa berdiri.
- Amati pula daerah glotis, supraglotis dan subglotis.
Alat pemeriksaan Mata
Pemeriksaan visus
Reflek pupil
Sensibilitas Kornea
Pemeriksaan Slit lamp
Eversi kelopak mata
Pemeriksaan Tekanan Intra Okuler
Pemeriksaan Funduskopi
I Pemeriksaan visus
Menggunakan kartu Snellen dan penerangan 6/12 pasien bisa membaca sampai baris 6/12
cukup. pada snellen chart 6/30 pasien bisa membaca
Pasien didudukkan jarak 6 meter, paling sampai baris 6/30 pada snellen chart
sedikit jarak 5 meter dari kartu Snellen. 6/60 pasien bisa membaca barisan huruf 6/60
Kartu Snellen di digantungkan sejajar setinggi biasanya huruf yang paling atas. Visus yang
/ lebih tinggi dari mata pasien. tidak 5/5 atau yang tidak 6/6 dilakukan
Pemeriksaan dimulai pada mata kanan pemeriksaan lanjutan dengan memakai try
terlebih dahulu, mata kiri ditutup. Pasien lens
disuruh membaca huruf SNELLEN dari baris Apabila tidak bisa membaca huruf Snellen
paling atas ke bawah. Hasil pemeriksaan pasien diminta menghitung jari pemeriksa.
dicatat, kemudian diulangi untuk mata 5/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 5 meter
sebelahnya. 1/60 pasien bisa hitung jari pada jarak 1
Hasil dapat sebagai berikut misal : VOD 6/6 meter.
V OS 6/6 Apabila pasien tidak bisa juga hitung jari,
6/6 pasien dapat membaca seluruh huruf maka dilakukan pemeriksaan selanjutnya dg
dideretan 6/6 pada snellen chart menilai gerakkan tangan didepan pasien
dengan latar belakang terang. Jika pasien
dapat menentukan arah gerakan tangan pada
jarak 1 m, maka tajam penglihatan dicatat.
VISUS 1/300 (Hand Movement/HM) kadang
kala sdh perlu menentukan arah proyeksinya.
Jika tidak bisa melihat
gerakan tangan dilakukan
penyinaran dengan penlight
ke arah mata pasien.
Apabila pasien dapat
mengenali saat disinari dan
tidak disinari dari segala
posisi
(nasal,temporal,atas,bawah)
maka tajam penglihatan V =
1/ ~ proyeksi baik (Light
Perception/LP).
Jika tidak bisa menentukan
arah sinar maka penilai an V =
1/ ~ (LP, proyeksi salah) .
II REFLEKS PUPIK
Mata pasien fiksasi pada jarak Refleks pupil langsung(
tertentu Unconsensual)
Berikan objek yang bisa di lihat Respon pupil langsung di nilai
dan dikenali ( Gambar atau ketika diberikan cahaya yang
benda ) terang , pupil akan konstriksi (
Sumber cahaya haruslah mengecil ). Dilakukan pada
terang dan mudah di manipulasi masing-masing mata
Observasi general pupil : Refleks pupil tidak langsung (
bentuk, ukuran, lokasi, warna iris, consensual )
kelainan bawaan , Dinilai bila cahaya diberikan pada
salah satu mata , maka fellow eye
dan kelainan lain. akan memberikan respon yang
Rangsangan cahaya diberikan sama . Observasi dengansumber
2-5 detik. cahaya lain yang lebih redup
Isokoria fisiologis
dapat ditemukan pada 20%
populasi perbedaan ke 2 pupil <
1mm.
III. PEMERIKSAAN
SENSIBILITAS KORNEA
Cara : Hasil :
Bentuk ujung kapas dengan Pada tingkat sentuhan
pinset steril agar runcing dan
halus tertentu reflek mengedip
Fiksasi mata pasien keatas akan terjadi
agar bulu mata tidak Penilaian dengan
tersentuh saat kornea membandingkan
disentuh
Fiksasi jari pemeriksa pada
sensibilitas kedua mata
pipi pasien dan ujung kapas pada pasien tersebut.
yang halus dan runcing
disentuhkan dengan hati-hati
pada kornea, mulai pada
mata yang tidak sakit.
IV. EVERSI KELOPAK MATA
Pemeriksaan untuk menilai
konyungtiva tarsalis Cara:
Periksa oftalmoskop
terlebih dahulu, sesuaikan
dengan kelainan refraksi Gambaran media (
pemeriksan dengan termasuk Vitreus
kekuatan dioptri pada
oftalmoskop posterior)
Berdiri dengan sopan Gambaran Papil N. Optik,
disamping pasien, beritahu pembuluh darah, retina,
apa yang akan dikerjakan
Mata kanan pasien makula dan fovea
diperiksa dengan mata Lakukan pada kedua
kanan pemeriksa mata
Teliti segmen posterior
yang diperiksa
SLIT LAMP
Prosedur pemeriksaan :
1. Tekan tombol POWER slitlamp dan
monitor
2. Redupkan lampu ruangan jika perlu.
3. Bersihkan mata klien dengan kapas
bersih.
4. Minta klien untuk meletakkan dagu di
tempat yang telah disediakan pada
slitlamp
namun jika terlalu tinggi tekan DOWN
dan UP jika terlalu rendah.
5. Minta klien melihat fokus ke depan.
6. Dan arah kan alat ketitik mata yang
diperlukan untuk mendapatkan hasil.
7. Capture jika sudah mendapatkan hasil
maka akan muncul di monitor.
8. Jika belum lakukan tindakan nomor 7.
9. Setelah selesai matikan alat
Pemeriksaan fisik diagnostik
Inspeksi Palpasi
Inspeksi Adalah memeriksa dg
melihat dan mengingat . Palpasi Adalah pemeriksaan dg
perabaan, menggunakan rasa
Langkah kerja : propioseptif ujung jari & tangan.
Atur pencahayaan yg cukup Cara kerja :
Atur suhu & suasana ruangan Daerah yg diperiksa bebas dari
nyaman Posisi pemeriksa gangguan yg menutupi
sebelah kanan pasien Buka Cuci tangan
bagian yg diperiksa Perhatikan Beritahu pasien tentang prosedur &
kesan pertama pasien : perilaku, tujuannya
ekspresi, penampilan umum, Yakinkan tangan hangat tidak dingin
pakaian, postur tubuh &
Lakukan perabaan scr sistematis , u/
gerakan dg waktu cukup. menentukan ukuran, bentuk,
Lakukan inspeksi scr sistematis, konsistensi & permukaan : 1. 2. 3. 4.
bila perlu bandingkan bagian sisi Jari telunjuk dan ibu jari -->
tubuh pasien. menentukan besar/ukuran Jari 2,3,4
bersama --> menentukan konsistensi
dan kualitas benda Jari dan telapak
tangan --> merasakan getaran Sedikit
tekanan --> menentukan rasa sakit
Perkusi Auskultasi
pemeriksaan dg cara mengetuk Adalah pemeriksaan
permukaan badan dengan cara mendengarkan suara dalam
perantara jari tangan, u/ tubuh dengan menggunakan
mengetahui keadaan organ2 di alat STETOSKOP.
dlm tubuh. Cara Kerja : STETOSKOP
Lepas Pakaian ss dg keperluan
Bagian-bagian stetoskop :
Luruskan jari tengah kiri ,
dengan ujung jari tekan pada Ear Pieces --> dihubungkan
permukaan yang akan dengan telinga
diperkusi. Sisi Bell ( Cup ) -->
Lakukan ketukan dg ujung jari pemeriksaan thorak atau
tengah kanan diatas jari kiri, dg bunyi dengan nada rendah
lentur dan cepat, dg Sisi diafragma ( membran ) -->
menggunakan pergerakan Pemeriksaan abdomen atau
pergelangan tangan. bunyi dengan nada tinggi
Alat pemeriksaan
Pengukuran tanda vital
1. Suhu tubuh ( Normal : 36,5-37,50c)
2. Tekanan darah (Normal : 120/80 mmHg)
3. Nadi Normal : 60-100x/menit
4. Pernafasan Irama :