Anda di halaman 1dari 22

ANATOMI HIDUNG

KOMPLEKS OSTIOMEATAL
INERVASI HIDUNG
VASKULARISASI HIDUNG
FISIOLOGI HIDUNG

• Fungsi Respirasi (Air conditioning, penyaring udara,


humidifikasi, penyeimbang dalam pertukaran
tekanan dan mekanisme imunologik lokal)
• Fungsi Penghidu (mukosa olfaktorius dan reservoir
udara untuk menampung stimulus penghidu)
• Fungsi Fonetik (resonansi suara, membantu proses
bicara)
• Fungsi Statik dan Mekanik (meringankan beban
kepala, proteksi trauma dan pelindung panas)
• Reflek nasal.
Pemeriksaan Luar

• Inspeksi
1. Bentuk hidung : cacat bawaan, trauma, tumor, dll
2. Warna hidung : eritema, hematom
3. Pembengkakan, furunkel, dll.
• Palpasi
1. Dorsum nasi : krepitasi, deformitas
2. Ala nasi : furunkel vestibulum
3. Regio frontalis
4. Regio maksilaris
Pemeriksaan Rhinoskopi Anterior

• Alat : Spekulum hidung, lampu kepala


• Pasien duduk menghadap pemeriksa
• Spekulum hidung dipegang dengan tangan kiri, arah
horizontal, dengan jari telunjuk ditempelkan pada
dorsum nasi.
• Tangan kanan untuk mengatur posisi kepala.
Spekulum dimasukkan ke dalam rongga hidung
dalam posisi tertutup, dan dikeluarkan dalam posisi
sedikit terbuka.
• Saat pemeriksaan diperhatikan keadaan :
1. Rongga hidung, luasnya lapang/sempit (dikatakan lapang kalau dapat
dilihat pergerakan palatum mole bila pasien disuruh menelan),
2. Adanya sekret, lokasi serta asal sekret tersebut. Jika terdapat sekret
kental yang keluar daridaerah antara konka media dan konka inferior
kemungkinan sinusitis maksila, sinusitis frontal dan sinusitis etmoid
anterior, sedangkan sekret yang terdapat di meatus superior berarti
sekret berasal dari sinus etmoid posterior atau sinus sphenoid
3. Konka inferior, konka media dan konka superior warnanya merah muda
(normal), pucat atau hiperemis. Besarnya, eutrofi, atrofi, edema atau
hipertrofi.
4. Septum nasi cukup lurus, deviasi.
5. Massa dalam rongga hidung, seperti polip atau tumor perlu diperhatikan
keberadaannya.
6. Asal perdarahan di rongga hidung, krusta yang bau dan lain-lain perlu
diperhatikan.
7. Fenomena palatum molle
• Cahaya lampu diarahkan ke dinding belakang
nasofaring
• Minta pasien mengucapkan huruf “iii”
• Interpretasi
- (+)  palatum molle bergerak sehingga tampak
benda gelap bergerak ke atas
- (-)  palatum molle tidak bergerak, nasofaring tetap
terang. Bisa pada paralisis palatum molle, spasme
palatum molle, sikatrik, tumor nasofaring.
Rhinoskopi Posterior

• Alat : Spatel lidah, kaca nasofaring, lampu kepala, spiritus, tetracain


• Teknik :
1. Untuk pemeriksaan ini dipakai kaca tenggorok no. 2-4. Kaca ini
dipanaskan dulu dengan lampu spritus atau dengan
merendamkannya di air panas supaya kaca tidak menjadi kabur
oleh nafas pasien.
2. Sebelum dipakai harus diuji dulu pada punggung tangan
pemeriksa apakah tidak terlalu panas.
3. Lidah pasien ditekan dengan spatula lidah, pasien bernafas melalui
mulut kemudian kaca tenggorok dimasukkan ke belakang uvula
dengan arah kaca ke atas. Setelah itu pasien diminta bernafas
melalui hidung. Perlu diperhatikan kaca tidak boleh menyentuh
dinding posterior faring supaya pasien tidak terangsang untuk
muntah.
• Sinar lampu kepala diarahkan ke kaca tenggorok dan
diperhatikan :
1. septum nasi bagian belakang
2. nares posterior (koana)
3. sekret di dinding belakang faring (post nasal drip)
dengan memutar kaca tenggorok lebih ke lateral
maka tampak konka superior, konka media dan
konka inferior.
4. Dapat dilihat nasopharing, perhatikan muara tuba,
torus tubarius dan massa di fossa Rossenmuller.
Laringoskop Indirect

• Alat : laryngeal mirror, kassa, lampu kepala, spirtus,


xylocaine spray
• Prosedur :
1. Anestesi faring dengan xylocain spray
2. Cermin diuapkan terlebih dahulu
3. Minta pasien menjulurkan lidah
4. Ambil kassa, pegang lidah dengan tangan kiri, jari I di
atas lidah, jari III dibawah lidah jari II menekan pipi
5. Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan
depan uvula) dan fokuskan cahaya
Gambaran patologi [ada Laring

• Radang
- Laringitis akut  seluruh permukaan laring merah
- Laringitis kronik  hanya sedikit merah, atau merah di korda vokalis
• Ulkus
- Laringitis TBC  erosi-ulkus pada commisura posterior dan erosi
ulkus pada korda vokalis
- Epiglotitis  edema, infiltrat, ulkus
- Karsinoma
• Edema
- Radang, alergi, tumor
• Cairan
- Spurum hemoragik
• Tumor
- Benigna  papiloma, polip, nodul, kista.

Anda mungkin juga menyukai