Dr.rosmini sp.tht-kl
Page 2
Lidah
• Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel dida
sar mulut
• Lidah bagian depan terutama berasal dari daerah
brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus
lingualis dengan cabang korda timpani dari saraf
fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi
kelenjar submandibula.
• saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari
sepertiga lidah bagian belakang.
• Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang
bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus keleher.
Page 3
Anatomi dan Fisiologi Faring
• Suatu kantong fibromuskuler
yang berbentuk seperti corong,
yang di mulai dari dasar
tengkorak terus menyambung ke
esofagus.
Page 4
Bentuk mukosa bervariasi,
Mukosa tergantung letaknya.
Page 5
Otot
Page 6
Page 7
Berdasar letaknya faring dibagi atas :
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring (hipofaring)
Page 8
Nasofaring
•Batas atas : dasar tengkorak
Page 11
Anatomi laring
Page 12
Otot ekstrinsik (laring secara keseluruhan)
- Suprahioid : m. Digastrikus, m. Geniohioid, m. Stilohioid, m. Milohioid fx: menarik laring
ke bawah
- Infrahioid : m. Sternohioid, m. Omohioid, m. Tirohioid fx : menarik laring ke atas
Otot intrinsik ( bag. trtntu gerakan pita suara)
- Lateral : m. Krikoaritenoid, m. Tiroepiglotika, m, vokalis, m. Tiroaritenoid, m. Ariepiglotika,
m.krikotiroid
- Posterior : m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid pesterior
Page 13
Vaskularisasi & persyrafan Pembuluh limfe
Page 14
Fisiologi Menelan
Terdapat 3 fase dlm proses menelan :
Page 15
Page 16
Pemerikaan Fisik TONSIL dan FARING
Teknik pemeriksaan:
Pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya
dan kemudian pemeriksa menggunakan
spatel menekan lidah ke bawah dan
daerah faring dan tonsil dievaluasi.
Page 17
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :
T0 : tonsil sudah diangkat
T1 : bila masih dalam fossa tonsilaris
T2 : tonsil melewati arcus posterior hingga
mencapai linea paramediana
T3 : tonsil melewati linea paramediana hinnga
mencapai linea mediana (pertengahan uvula)
T4 : tonsil melewati linea mediana (uvula)
Page 18
Pemeriksaan Tenggorok
Laringoskopi
Indireck
Page 19
Laringoskopi inderect
Alat – alat :
– Cermin laringoskop yang besar, lampu
spiritus, larutan tetrakain/xylocain
spray buat faring yang sensitif, kain
kassa yang dilipat
Page 21
Laring
Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil arah
cermin ke bawah.
Cermin dipanasi (lebih sedikit dari 37ºC), supaya nanti tidak menjadi
kabur.
Panas cermin dikontrol pada lengan bawah kiri pemeriksa. Cermin
dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula.
Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung
cermin, cermin disinari.
Page 22
Laring
Page 23
Untuk pemeriksaan laringoskopia inderekta kepala
penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu :
– Posisi tegak (a)
– Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura
posterior (b)
– Posisi Turck’s lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior
(c)
Tahap I : Radix lingue, epiglotis dan sekitarnya
– Kelihatan gambar dri radix linguae, epiglotis yang menutup
introitus laringitis, plica glossoepiglotika, valekula kiri dan
kanan.
– Perhatikan anatominya
– Perhatikan patologinya : oedem dari epiglotis, ulkus, tumor,
korpus alienum
– Facies psoterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa
yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir tahap 3
– Perhatikan : warna, aftae, ulkus
Page 24
– Untuk keperluan ini penderita disuruh
menngucapkan huruf “iii” yang panjang dan
yang tinggi.
– Akibat mengucapkan huruf “iii” yang tinggi itu,
ialah laring ditarik ke atas dan ke muka
– Dalam gerakan ke atas dan ke muka itu, ikut
pula serta epiglotis
– Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus
laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya
dapat masuk ke dalam laring dan trakea
– Korda vokalis bergerak ke garis median.
Page 25
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
– Epiglotis dan pinggirnya
– Aritenoid kiri dan kanan
– Plika ari-epiglotika kiri dan kanan sinus piriformis kiri dan kanan
– Dinding posterior dan dinding lateral faring
– Plika ventrikularis kiri dan kanan
– Komisura anterior dan posterior
– Korda vokalis kiri dan kanan
Page 26
Page 27
Laringoskopi direct
Posisi Respirasi
Posisi Fonasi
Posisi Berbisik
Page 28
• Alat : Nasoendoskopi
• Prosedur : alat endoskopi diarahkan
masuk ke laring dan didapatkan gambaran
laring pada monitor yang direkam melalui
kamera yang terdapat dalam alat
endoskopi
Page 29
TONSILITIS AKUT
Definisi :
Infeksi pada akut jaringan tonsil palatina
Etiologi
· Virus (tersering) Epsteins Barr virus
· H. influenzae
· Strep. beta-hemolitikus (30 – 40%)
Insiden :
· Anak 3 – 10 tahun (sering)
· usia 15-25 tahun
30 Page 30
GEJALA KLINIS
31 Page 31
PEMERIKSAAN FISIK
· Plummy voice “
· “ Foetor ex ore “
· Ptialismus (nyeri tekan hebat)
· Tonsil udem, hiperemis, dan detritus
· Edematous
· Ismus fausium menyempit
· Palatum mole, arkus anterior dan arkus
posterior juga udem dan hiperemis.
32 Page 32
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Darah lengkap
b. Usap tonsil
DIAGNOSA BANDING
a. Faringitis.
b. Tumor tonsil.
c. Abses peritonsilar
Page 33
33
PENGOBATAN
Istirahat
Makan Lunak
Minum Hangat
Kausal Antibiotik
Simtomatik Analgetik/Antipiretik/Kortikosteroid
34 Page 34
KOMPLIKASI
indikasi tonsilektomi.
35 Page 35
EDUKASI
1. Mencegah penularan
tdk bergantian alat makan / minum
tutup mulut / hidung bila batuk / bersin
2. Meningkatkan kondisi badan
olah raga teratur
makanan bergizi
3. Meningkatkan daya tahan lokal
menghindari iritan
36 Page 36
37 Page 37
TONSILITIS KRONIK
DEFINISI
ETIOLOGI
Streptococcus B-hemolyticus
Page 38
Gejala Klinik
o Rasa mengganjal
o “ halitosis“
Page 39
PEMERIKSAAN FISIK
o Tonsil membesar
o Hiperemis
o Permukaan yang tidak rata,
o Kriptus melebar, dan kriptus berisi detritus.
o Pembesaran kelenjar limfe submandibula
o Tonsil yang mengalami perlengketan.
Page 40
Grade Tonsilitis
· Tonsilektomi / adenotonsilektomi
42 Page 42
Health Technology Assessment (2004)
Indikasi Absolut
1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran
nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmonar
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan
medis dan drainase
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
Page 43
Indikasi Relatif
Page 44
KOMPLIKASI
Lokal
Abses peritonsil, abses retrofaring, otitis
media akut, tonsilitis kronik
Sistemik
Defenisi
Anak < 10 tahun (2-5 tahun).
infeksi akut mukosa faring yg
spesifik oleh karena kuman
difteri.
Biasanya juga mengenai tonsil difteri
faring dan tonsil
Etiologi (TONSILOFARINGITIS DIFTERI).
Juga dpt terjadi pd hidung, laring
Corynebacterium diphtheriae
(gram positif)
Page 47
Gejala Dan Tanda
• Gejala umum : subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu
makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan
• Gejala lokal : tonsil membengkak ditutupi bercak
putih kotor (membran semu), dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan
bronkus dan dapat menyumbat saluran nafas. Bull
neck, jika diangkat akan mengalami perdarahan.
Page 48
Lanjutan…
Page 49
Diagnosis
• Gambaran klinik
Page 50
TERAPI
o Terapi didasarkan gambaran klinik
o Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu
hasil kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit
tergantung umur dan jenis kelamin.
o Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50
mg/kgBB/hari.
o Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus
diisolasi.
o Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3
51 Page 51
minggu.
52 Page 52
Abses Peritonsilar
Defenisi
Etiologi
Page 53
Gejala Klinis
• Demam
• sakit kepala
• Odinofagi hebat
• Foex ex ore
• Trismus iritasi dari m. pterygoideus internus
• Sakit tenggorok
Page 54
Pemeriksaan Fisik
Page 55
Tatalaksana
• Antibiotik
• Simptomatik : analgetik/antipiretik
• Abses : insisi untuk mengeluarkan nanah
Page 56
Page 57
FARINGITIS AKUT
Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang disebabkan oleh virus (40-60%),
Defenisi
bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan
lain-lain.
faktor lingkungan :
Fungal : candida
iritasi rokok
Etiologi
Bakteri : streptokokus beta hemolitikus grup Virus : rhino v., corona v., v.
A, B, C dan G, stafilokokus, hemofilus, influenza A & B, parainfluenza,
neisseria sp, korine bakterium sp, adeno v., resp. syncytial v., entero
v.
Page 58
Faktor Resiko
Page 59
Gejala klinis
• VirusDidahului rinitis akut, demam, rinorea dan
maul
• Bakteri nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk.
• Fungal nyeri tenggorok dan nyeri menelan
Page 61
Faringitis bakterial
Page 62
Pemeriksaan Penunjang
Page 63
Penatalaksanaan
• Simtomatik : analgetik/antipiretik
• Jika fungal diberikan nystatin
• kortikosteroid
Page 64
Komplikasi
abses peritonsilar
Page 65
Edukasi
Page 66
Page 67
Faringitis Kronik
Definisi
Etiologi
• Infeksi pada mukosa faring yang
Infeksi Yang Meluas
berulang
Dari Hidung Atau
• Paparan lama terhadap berbagai macam
Tonsil.
iritan seperti alkohol, dan rokok
Page 68
Gejala klinis
Faringitis kronik
hiperplastik
Faringitis kronik
atrofi
Page 69
Pemeriksaan Fisik
• Faringitis kronik hiperplastik, kelenjar limfa di bawah
mukosa faring dan lateral lateral band hiperplasi.
Mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular
(cobble stone).
• Faringitis kronik atrofi mukosa faring ditutupi oleh
lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering.
Page 70
Terapi
Page 71
Page 72
Benda Asing Tenggorok
DEFINISI
Page 73
PREDISPOSISI
• Pada anak :
dental : molar belum tumbuh
fisiologis : fungsi menelan belum sempurna
74
kebiasaan : makan sambil tertawa, teriak
kelalaian : memberi makanan yang keras
• Pada dewasa :
kelalaian : gigi palsu tidak dilepas waktu tidur
Page 74
JENIS BENDA ASING
organik : kacang
- iritasi mukosa (24 jam)
edema
75
sekret purulen
non-organik : logam / plastik
- obstruksi parsial
- dapat ditoleransi lebih lama
- iritasi lebih ringan
- diagnosis lebih mudah
Page 75
DIAGNOSIS
Anamnesis :
1. Batuk : - setelah / sedang makan sesuatu
- mendadak, bertubi-tubi
- sampai biru, ok : - obstruksi
76
- tak sempat inspirasi
merupakan refleks : watch dog reflex
benda asing dapat pindah tempat
masuk bronkus : fase tenang/tidak batuk
anamnesis batuk selalu ada
2. Sesak napas inspiratoir
3. Suara parau : b.a. di pita suara / subglotik
Page 76
DIAGNOSIS ……
Pemeriksaan
tergantung pada : - besar / kecil benda asing
- tempat
Inspeksi :
77
- stridor inspirasi
- retraksi: supraklavikular , suprasternal ,
interkostal , epigastrium
- gerak dada pada pernapasan sisi sakit <
- parau bila benda asing pada : - pita suara
- subglotik
Page 77
DIAGNOSIS ……
Palpasi :
gerak dada pada pernapasan sisi sakit
Perkusi :
suara napas pada sisi sakit <
78
Auskultasi :
bila baru : normal
lama : ronki (+)
Page 78
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
• foto toraks :
79
- hanya pada kasus tertentu
- benda asing radio-opaque
Page 79
PENATALAKSANAAN
Segera kirim ke RS
untuk ekstraksi benda asing / bronkoskopi
kirim dengan ambulans + oksigen
tidak mungkin kirim : trakeotomi
80
Heimlich Maneuver
Page 80
HEIMLICH MANEUVER
Page 81
CARA HEIMLICH MANEUVER
• Melakukan pendorongan pada abdomen di bawah
xyfoid, sedikit di atas umbilicus ke arah atas
dengan cepat
82
• Penderita berdiri :
dengan kepalan tangan kanan, sisi ibu jari &
jari telunjuk menempel pada abdomen
• Penderita berbaring :
dengan pangkal telapak tangan
• Penderita anak :
dengan ujung jari telunjuk + jari tengah
Page 82
Heimlich Maneuvre
83
Page 83
84
Page 84
Menolong
diri sendiri
85
Page 85
KOMPLIKASI
1. Obstruksi total laring – trakea
2. Atelektase ok obstruksi total
3. Emfisema
86
udara dapat masuk tapi tak dapat keluar
yaitu, bila : - edema (+)
- tumpukan sekret (+)
ok. waktu inspirasi lumen bronkus melebar
ekspirasi lumen bronkus mengecil
4. Bronkitis
Page 86
PENCEGAHAN
87
2. Jangan biarkan anak makan sambil
bergurau / berlari.
3. Jangan beri makanan keras pada anak
dengan geraham yang belum lengkap.
Page 87
DEFENISI
• Benda asing di esofagus :
benda yang tajam atau tumpul,
ataupun makanan yang tersangkut
dan terjepit di esofagus karena
tertelan,baik secara sengaja
ataupun tidak sengaja.
• Terjadi pada semua umur
• Sering di daerah penyempitan
fisiologis
• Komplikasi fatal jika sudah perforasi
Page 88
PATOGENESIS
Empat daerah penyempitan fisiologis :
1. Sfingter esofagus atas
2. Penyilangan dengan arkus aorta
3. Penyilangan dengan bronkus kiri
4. Sfingter esofagus bawah di esofagus
Atau adanya kelainan anatomis
Inflamasi,toksisitas,perforasi
Page 89
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri di daerah leher/tidak enak di
epigastrium
• Disfagia/odinofagia
• Hipersalivasi
• Regurgitasi
• Muntah
• Hematemesis
• Nyeri punggung :perforasi
• Gangguan napas :stridor,jika menekan
laring
• Lama : iritabilitas,gangguan pertumbuhan
pada anak
• Perforasi Sepsis: demam, syok
Page 90
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Riwayat ingesti
• Riwayat orangtua melihat anaknya
memasukkan benda ke dalam mulut
• Gejala,kadang asimptomatik terutama anak-
anak
PEMERIKSAAN FISIK
• Kekakuan lokal pada leher
• Perforasi ; mediatinitis,emfisema auskultasi
: suara getaran,palpasi : adanya krepitasi
• Tanda komplikasi lainnya
Page 91
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak terlalu berperan,kecuali sudah ada komplikasi
2.Pemeriksaan Radiologi
posisi AP dan lateral
foto ulangan untuk melihat benda asing berpindah/tidak
sangat jelas melihat benda radioopak seperti uang logam
benda radiolusen: dilihat apakah ada tanda inflamasi
periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus
bagian proksimal.
Page 92
PENATALAKSANAAN
• Pengangkatan benda asing dengan esofagoskopi dan
cunam yang sesuai dengan benda asing
• Pasang NGT jika curiga perforasi kecil
• Tidak bisa dengan esofagoskopi :pembedahan
• Secara umum penatalaksanaan berdasarkan kondisi
pasien: stabil atau tidak stabil
• Tidak stabil : management airway, endoskopi urgensi
• Stabil : endoskopi (gold standar), observasi (jika benda
kecil),obat yang merelaksasi sfingter
• Endoskopi : tatalaksana yang paling direkomendasikan
Page 93
Page 94
Karsinoma Nasofaring
Tumor ganas yang
Defenisi menyerang daerah
nasofaring
Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas
Epidemiologi
kepala dan leher yang
menempati urutan pertama.
Page 95
Gejala Klinis
Epistaksis, obstruksi nasi,
Hidung
blood stained rhinore.
Diagnosa KNF
Diplopia, neuralgia
Mata & saraf
trigeminus
Page 96
• Rhinoskopi anterior : ada massa atau tidak, FPM negatif
• Rhinoskopi posterior : ada massa atau tidak
Diagnosis
• Nasoendoskopi
• Ct scan sinus paranasalis potongan axial
• Foto thoraks
• USG Abdomen
• Bone survey
Page 97
KLASIFIKASI TNM
Page 98
N kelenjar limfe regional
N0 : tidak ada pembesaran kelenjar.
N1 : terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm.
N2 : terdapat pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm.
N3 : terdapat pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke
supraklavikular.
M metastasis jauh
Page 99
Staging Menurut UICC (1992)
Stadium 1 T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
T3 N0 M0
Stadium IV T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0
T1/T2/T3/T4 N0/N1/N2/N3 M1
Page 100
Tatalaksana
Page 101
Page 102
Page 103