Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN MULUT, TONSIL,

FARING, LARING (TENGGOROK)

Oleh:
FINNI D.R.
STENLY J.K
ARYA R.M
MARNITHA B.
MARIA Y.
RITA S.
Prosedur Pemeriksaan Mulut
1. Pasien diminta membuka
mulut (apakah ada rasa nyeri
di sendi temporomandibula
ketika membuka mulut)
2. Proyeksi cahaya lampu kepala
ke mulut pasien
3. Pemeriksa menginspeksi
keadaan bibir, mukosa rongga
mulut, lidah, dan gerakan
lidah
4. Dengan menekan bagian
tengah lidah menggunakan
spatula lidah maka bagian-
bagian rongga mulut lebih
jelas terlihat.
1. Inspeksi:
• Trismus Pemeriksaan Mulut
• Ptialismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N. VII)
• Mukosa dan gingiva : ulkus
• Gigi – geligi:
• Sinusitis oleh caries P2.M1. M2. M3 (atas)
• Dentitis dificilis M3 (sakit leher, trismus)
• Lidah : parese N. XII, atrofi, aptae, tumor
maligna
• Pergerakan palatum molle: apakah terdapat
edema
• Palatum durum : bengkak (tumor) o.k.
tumor sin.maksilaris atau ulkus
2. Palpasi : Palpasi rongga mulut diperlukan bila ada
massa tumor, kista dan lain-lain. Palpasi lidah bila
ada ulkus pada lidah dan dugaan keganasan.
3. Perkusi : pada gigi dan geraham (sakit) bila ada
radang
Pemeriksaan Tonsil dan Faring
 Pasien diminta untuk membuka
mulut lebar – lebar, lidah ditekan
didalam, dilunakkan, lidah ditekan
kebawah, dibagian medial.
 Penderita disuruh bernapas biasa dan
santai :
 tidak boleh menahan napas
 tidak boleh bernafas dengan keras
 Memeriksa tonsil dan faring
 Lidah ditekan anterior dari tonsil,
hingga kelihatan pole bawah tonsil,
spatula II (posisi ujungnya vertikal)
menekan jaringan peritonsil, sedikit
lateral dari arcus anterior.
Pemeriksaan Tonsil dan Faring
1. Inspeksi:
a. Tonsil
• Warna (Normal: merah muda; Peradangan: Hiperemis)
• Derajat Pembesaran Tonsil
• Mobilitas Tonsil: Terfiksasi atau dapat digerakkan
 Tumor tonsil : fiksasi
 Tonsilitis kronik : tonsil mobilitasnya berkurang
• Permukaan tonsil
b. Faring
 Warna dinding belakang faring (Normal: merah muda;
Peradangan: Hiperemis; Infeksi kronis: Pembesaran granul pada
dinding belakang faring dan berwarna merah)
 Nilai apakah didapatkan ulkus
 Nilai apakah terdapat parase atau paralisis
Pemeriksaan laring

Laringoskopi Indireck
Laringoskopia indirekta

Melihat laring secara tidak Alat – alat :


 Cermin laringoskop yang
langsung dengan cara besar, lampu kepala, lampu
menempatkan cermin di spiritus, larutan
depan uvula dan menyinari tetrakain/xylocain spray, kain
dengan cahaya. Atur posisi kassa yang dilipat
cermin untuk memeriksa Tahap – tahap pemeriksaan :
bayangan laring pada  Memeriksa radix linguae,
cermin. epiglotis dan sekitarnya
 Memeriksa lumen laring dan
rima glotidis
 Memeriksa bagian yang
letaknya kaudal dari rima
glotidis
Alat

Lampu kepala Kaca nasofaring

Bunset dan Xilocain Kasa


spirtus spray
Perhatikan anatomi laring, berupa:
 Epiglotis dan pinggirnya
 Aritenoid kiri dan kanan
 Plika ari epiglotika kiri dan kanan
 Sinus piriformis kiri dan kanan
 Dinding posterior dan dinding lateral laring
 Plika ventrikularis kiri dan kanan
 Komisura anterior dan posterior
 Korda vokalis kiri dan kanan
 Perhatikan gerak korda vokalis kiri dan kanan (normal, gerak
simetris dan merapat di garis tengah, tidak bergerak, unilateral atau
bilateral)
Pelaksanaan :
 Anestesi faring dengan tetrakain/xlocaine spray. Pada umumnya
anestesi ini tidak diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat
sensitif. Pemeriksaan dapat dimulai kira – kira 10 menit setelah
disemprotkan larutan tetrakain.
 Mulut harus dibuka lebar – lebar, harus bernapas dari mulut
 Penderita diminta menjulurkan lidah panjang – panjang.

Bagian lidah yang diluar mulut :


 Dibungkus dengan kain kassa, kita pegang dengan tangan kiri, jari
I di atas lidah, jari III di bawah lidah dan jari II menekan pipi.
 Dipegang dengan tenaga yang optimal. Lebih keras dari itu
menyebabkan penderita merasa sakit, bila lebih lunak lidah akan
terlepas
Laring

Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil arah


cermin ke bawah.
Cermin dihangatkan (lebih sedikit dari 37ºC), supaya nanti tidak menjadi
kabur.
Panas cermin dikontrol pada lengan bawah kiri pemeriksa. Cermin
dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula.
Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung
cermin, cermin disinari.
Untuk pemeriksaan laringoskopia inderekta kepala
penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu :
 Posisi tegak (a)
 Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura
posterior (b)
 PosisiTurck’s lebih jelas untuk melihat sekitar komisura
anterior (c)
Tahap I : Radix lingue, epiglotis
dan sekitarnya:
 Kelihatan gambar dri radix
linguae, epiglotis yang
menutup introitus laringitis,
plica glossoepiglotika,
valekula kiri dan kanan.
 Perhatikan anatominya
 Perhatikan patologinya :
oedem dari epiglotis, ulkus,
tumor, korpus alienum
 Facies psoterior tonsil pada
kesempatan ini dapat
diperiksa yaitu pada awal
tahap 1 atau pada akhir tahap
3
 Perhatikan : warna, aftae,
ulkus
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
 Epiglotis dan pinggirnya
 Aritenoid kiri dan kanan
 Plika ari-epiglotika kiri dan kanan sinus piriformis kiri dan kanan
 Dinding posterior dan dinding lateral faring
 Plika ventrikularis kiri dan kanan
 Komisura anterior dan posterior
 Korda vokalis kiri dan kanan
Tahap 3 : melihat trakea
 Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam
stadium fonasi
 Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup
oleh epiglotis, sehingga mukosa trakea hanya
dapat dilihat waktu belum ada adduksi yang
komplit, atau di waktu permulaan abduksi.
 Inspeksi: anatomi, patologi mukosa, warna
mukosa, sekret regio subglotik, oedem, tumor
 Untuk keperluan ini penderita disuruh
mengucapkan huruf “iii” yang panjang dan yang
tinggi.
 Akibat mengucapkan huruf “iii” yang tinggi itu,
ialah laring ditarik ke atas dan ke muka
 Dalam gerakan ke atas dan ke muka itu, ikut pula
serta epiglotis
 Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus
laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya dapat
masuk ke dalam laring dan trakea
 Korda vokalis bergerak ke garis median.
Laringoskopi direct
 Alat : Nasoendoskopi
 Prosedur : alat endoskopi diarahkan masuk ke laring dan
didapatkan gambaran laring pada monitor yang direkam
melalui kamera yang terdapat dalam alat endoskopi
Laringoskopi direct

Posisi Respirasi

Posisi Fonasi

Posisi Berbisik
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai