Anda di halaman 1dari 8

Hari/Tanggal : Selasa/ 10 November 2020

Nama : Siti Fahriyah Hidayati


NRI : 18011101086
Kelas/Ruang : C/17
Instruktur : Prof. dr. Linda Wilhelma Ancela Rotty, Sp.PD-KHOM

A. Anatomi

1. Mulut
2. Palatum mole
Uvula terletak dimedia dengan axis mengarah kebawah vertical. Pinggir kanan dan
kiri konkaf. Pada waktu mengucapkan aaaa pal.molle secara simetris.
3. Tonsil
Terdiri dari jaringan limfoid, yang didalamnya terdapat banyak canalikuli yang
bercabang-cabang dan bermuara pada permukaan tonsil (kripte). Pada proses radang
ditemukan banyak detritus (terdiri dari leukosit, epitel rusak, bakteri yang mati), yang
tampak sebagai bintik-bintik putih pada permukaan tonsil.
Batas-batas tonsil (palatina) :
 Depan : arkus palato-glossus → arkus anterior
 Belakan : arkus palato-faringeus → arkus posterior
 Lateral : ruangan peritonsiler berisi jar ikat longgar dan m. konstriktor faring
medius
4. Faring
Terdapat jaringan limfoid yang tersebar pada dinding belakang faring disebut
granulae, dan pada dinding lateral faring disebut lateral band. Yang merupakan
bagian dari lingkaranWaldeyer.
Lingkaran Waldeyer terdiri dari
- Tonsila palatine
- Tonsila lingualis
- Adenoid (= tonsila faringealis)
- Lateral band
Diantara uvula dan dinding faring terdapat ruangan. Ruangan ini menghilang pada
abses retrofaringeal, dimana uvula akan bersentuhan dengan dinding faring.
5. Refleks muntah
Bila dinding faring disentuh, menyebabkan refleks yang mengakibatkan kontraksi
beberapa musculi faring. Akibat kontraksi m. konstriktor medius perlu diperhatikan :
Faring (dinding belakang akan tertarik kedepan, sedangkan dinding lateral tertarik ke
medial, sehingga lumen faring menghilang) Tonsila (terdorong keluar dari fosa
tonsilaris ke arah medial, axis diputar dari frontal menjadi sagital Akibatnya lumen
faring tak nampak kecuali kedua tonsila palatina yang sangat besar.
Jadi, waktu gerakan muntah semua tonsil tampak sangat besar sampai menutup
lumen faring, sehingga saat memeriksa tonsila palatina sebaiknya pada waktu
respirasi terutama pada fase inspirasi

B. Pemeriksaan

1. Menanyakan identitas pasien


2. Menanyakan keluhan pasien
a. Sulit untuk menelan (disfagia) dan ATAU sakit untuk menelan (odynofagia) : Sejak
kapan, Apakah disertai keluhan-keluhan di bibir dan rongga mulut, Apakah disertai
dengan keluhan-keluhan lain, Apakah disertai dengan keluhan untuk menelan,
Diagnosis banding : Benda asing, Pharingitis akut dan kronis, Allergi, Tonsilitis akut
dan kronis, GERD, divertikulum, striktur, achalasia, Massa, Gangguan neurologi
b. Serak (hoarseness): Sejak kapan, Apakah disertai dengan keluhan yang lain seperti
sesak napas/ batuk, Apakah ada riwayat trauma, Batuk-batuk : apakah batuk dulu
baru serak; ATAU serak dulu baru batuk
Diagnosis banding : Laringitis akut dan kronis, Alergi, TB, Nodul, Neoplasma,
GERD, Gangguan neurologi (post stroke).
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan
Tujuan : memeriksa kondisi hidung
4. Cuci tangan menurut enam langkah WHO
5. Memakai masker dan sarung tangan (sarung tangan dipakai setelah memakai lampu
kepala)

 Mulut
1. Infeksi
Perhatikan apakah terdapat rinolalia. Rhinolalia oklusa disebabkan oleh obstruksi
nasi, adenoid yang besar, atau obstruksi nasofaring. Rhinolalia aperta terjadi karena
jalan dari orafaring ke nasofaring masih terbuka, hal mana bisa dijumpai pada
palatoskisis dan paralisis palatum molle
Perhatikan juga :
- Ptialismus → banyak ludah dimulut
- Gerakan bibir dan sudut mulut pada parese N.VII - Mukosa dan gingival →
adanya ulkus besar / kecil
- Gigi dan geraham → sinusitis maksilaris bisa berasal dari carries gigi P2 sampai
M3 atas. Pertumbuhan M3 bawah pada orang antara umur 13 dan 15 tahun bila
sukar dapat menimbulkan rasa sakit leher dan waktu menelan, disertai trismus.
- Lidah → atrofi, aphthae, parese atau paralisis N.XII. aphthae yang tidak hilang
dalam 5 hari ingat mungkin karsinoma.
- Palatum durum → bengkak dapat berasal dari tumor sinus maksilaris
2. Palpasi → jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah (karsinoma?)
3. Perkusi → pada gigi dan geraham
Perkusi  dilakukan dengan cara memberi pukulan cepat tetapi tidak keras dengan
menggunakan ujung jari, kemudian intensitas pukulan ditingkatkan. Selain
menggunakan ujung jari pemeriksaan ini juga sering dilakukan dengan menggunakan
ujung instrumen. Terkadang pemeriksaan ini mendapatkan hasil yang bias dan
membingungkan penegakan diagnosa. Cara lain untuk memastikan ada tidaknya
kelainan yaitu dengan mengubah arah pukulannya yaitu mula-mula dari permukaan
vertikal-oklusal ke permukaan bukal atau horisontal-bukolingual mahkota.
 Tonsil dan Faring
1. Teknik
Mulut dibuka lebar dan lidah harus tetap terbuka dalam keadaan relaks. Lidah ditekan
dengan spatula ke bawah pada bagian medial, sedangkan penderita tetap bernapas lewat
hidung. Penderita tidak boleh menahan napas, sebab faring dapat mengecil atau timbul
refleks muntah. Waktu ekspirasi sebaiknya mengucapkan huruf “h” dan bukan “cha” sebab
lidah bisa terangkat ke atas.
2. Memeriksa tonsil
Lidah ditekan pada anterior tonsil, hingga tampak pool bawah tonsil, dengan spatula lain
menekan arkus anterior ke lateral ke arah jaringan peritonsiler. Normal tonsil akan terdesak
ke luar dari fossa tonsilaris. Bila terdapat fiksasi mungkin tumor tonsil (karsinoma?). pada
tonsillitis kronis, terdapat rasa sakit waktu ditekan dan disertai keluarnya detritus,
sedangkan tonsil tetap mobil.
3. Patologi tonsil
a. Tonsilitis akut → semua nampak merah, bilateral, permukaan tonsil terdapat bitnikbintik
putih (detritus). Arkus anterior dan posterior merah, uvula udem seperti kantong plastik
berisi air.
b. Tonsilitis kronis → arkus anterior merah, rasa sakit waktu ditekan, banyak kripta, sikatris
dan detritus keluar dari kripta. Terdapat pembesaran kelenjar di daerah angulus
mandibula.
c. Aphthae → ulkus kecil dengan dasar putih dan tepi merah, nyeri tekan.
d. Abses peritonsil → tonsil terdesak ke medial, uvula udem dan terdorong kearah kontra
lateral. Penonjolan palatum molle unilateral, sekitar tonsil udem dan merah, sering
disertai trismus dan rinolalia aperta, Pembesaran kelenjar regional dan nyeri
menyebabkan tortikolis
e. Difteria → terdapat pseudomembran warna kotor putih kelabu pada kedua tonsil
bilateral dan diluar tonsil sampai faring dan laring, pseudomembran mudah berdarah,
pembengkakan leher karena periglanduler udem (bull-neck)
f. Angina plaut Vincent → ulkus unilateral, pembesaran kelenjar regional, febris tinggi dan
penderita kesannya sakit berat.
g. Radang spesifik → biasanya karena TBC, lues, frambusia. Pada TBC dan Lues tonsil bisa
hancur, pada lues tidak ada nyeri dan febris.
h. Tumor → pada Ca tonsil terfixasi dan keras
i. Korpus alienum → kira-kira 80% duri ikan tersangkut pada tonsil
j. Sikatris → post-tonsilektomi, insisi abses peritonsiler.
4. Patologi faring
- Faringitis akuta → semua merah termasuk granula, sedangkan tonsil normal.
- Faringitis kronika → faring tidak merah, granula merah dan besar
- Aphtae → ulkus kecil dengan dasar putih tepi merah
- Radang spesifik → lues : ulkus besar, tepi dalam dan tajam, tidak nyeri. TBC : ulkus kecil
dan dangkal, bisa terjadi konfluensi besar dengan tepi tidak rata, mukosa pucat, nyeri
hebat.
- Sikatriks
- Korpus alienum
5. Memeriksa paresa/ paralisis
 Normal : Waktu istirahat uvula ditengah dan vertical, konkavitas palatum molle
simetris. Pada saat mengucapkan aa ee, terangkat ke atas tetapi tetap simetris.
Gerakan tersebut terjadi oleh kerja M. levator veli palatini (gerakan keatas) dan
M.tensor veli palatini (ke lateral)
 Parese Bilateral → waktu istirahat normal, mengucapkan aaa tidak terangkat,
mengucapkan eee bergerak sedikit. Faktor penyebab → post difteri, bulber paralyse.
 Parese Unilateral → waktu istirahat normal, mengucapkan aaa eee uvula dan
konkavitas tertarik ke arah yang sehat / tidak simetris. Penyebab → tumor maligna
nasofaring. Parese N.X
 Faring normal disentuh → refleks muntah / sensitif. Bila terdapat parese bilateral,
tampak tumpukan saliva dan tidak ada gerakan otot. Pada parese unilateral,
disentuh menyebabkan gerakan pada sisi yang sehat (Gerakan coulissen)
 Laring
Pemeriksaan luar
- Inspeksi Diperhatikan warna dan keutuhan kulit serta bengkak yang ada pada penyakit
laring (mis: perikhondritis) dan sekitar laring. Pembengkakan yang mengikuti gerakan
waktu menelan biasanya disebabkan kelainan yang melekat pada laring (struma, kista
duktus tiroglossus)
- Palpasi Diperhatikan hal-hal sebagai berikut
1. Mengenai bagian-bagian dari kerangka laring → cart. thyroidea, cart. kricoid, os
hyoid) dan cincin trakhea.
2. pembengkakan → struma, kista, metastase
3. Susunan yang abnormal → fraktur, dislokasi Laring normal mudah digerakkan
kekakan dan kekikir oleh tangan pemeriksa.
a. Laringoskopi Indirek

Prinsip: Laring disinari dengan cahaya yang dipantulkan oleh kaca yang ditempatkan dalam
faring.
Syarat yang harus dipenuhi
- Harus ada jalan yang lebar untuk
cahaya yang dipantulkan oleh kaca
dari faring ke laring. Untuk maksud
itu, lidah harus dikeluarkan sehingga
radix lingua yang menutup akan
bergerak ke depan.
- Harus ada jalan yang luas buat
cermin dan cermin tidak boleh
ditutupi oleh uvula. Untuk itu,
penderita disuruh bernapas dari
mulut, dengan demikian uvula akan
bergerak keatas.

Tahap pemeriksaan

1. Memeriksa radix lingua, epiglottis dan sekitarnya


2. Memeriksa lumen laring dan rima glotis
3. Memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima glotis

Alat-alat :

- Cermin laring yang besar


- lampu spritus
- larutan tetracaine atau spray xylocaine untuk penderita yang peka
- kain kasa yang dilipat-lipat

Teknik :

1. Pada faring yang sensitive, 10 menit sebelum pemeriksaan dilakukan terlebih dahulu
diteteskan larutan tetracaine atau disemprot xylocaine spray.
2. Mulut dibuka lebar dan penderita harus bernapas lewat mulut
3. Penderita disuruh mengeluarkan lidah panjang-panjang
4. Bagian lidah yang diluar mulut dibungkus dengan kain kasa dan dipegang dengan tangan kiri
dengan tenaga optimal. Dipegang terlalu kuat → rasa sakit, terlalu lemah → mudah terlepas.
Cara memegang lidah : jari I diatas lidah, jari III dibawah lidah, jari II menekan pipi penderita
kedalam diantara geraham atas dan bawah.
5. Cermin dipegang dengan tangan kanan (seperti memegang potlot) dengan cermin mengarah
ke bawah. Cermin dipanasi dengan lampu spritus dan dikontrol pada bagian dorsat tangan
kiri.
6. Cermin dimasukkan kedalam faring didepan uvula, kalau perlu uvula didorong sedikit
kebelakang dengan punggung cermin.
7. Kemudian cermin disinari

Hasil pemeriksaan

1. Radix lingua, epiglottis dan sekitarnya Terlihat : Radix lingua, Epiglotis (menutupi introitus
laring), Plica glosso-epiglotica (median), Vallecula (disamping kanan dan kiri plica glosso-
epiglotica). Perhatikan kelainan patologi seperti → udem epiglottis, ulkus, tumor, corpus
alienum. Pada saat ini dapat diperiksa juga facies post tonsila palatine, diperhatikan adanya
aphthae, ulkus, warna.
2. Lumen laring dan sekitarnya
Untuk keperluan ini, penderita disuruh mengucapkan iiiii panjang dengan nada tinggi.
Akibatnya :
- Laring tertarik keatas dan kemuka (termasuk epiglotis), sehingga introitus laring yang
tertutup epiglottis terbuka.
- korda vokalis bergerak ke garis tengah (median)
 Perhatikan anatomi laring: Epiglotis, arytenoids (kanan kiri), Plika ariepiglotica (kanan kiri),
dinding posterior dan lateral faring, Sinus piriformis (kanan kiri), plica ventricularis (kanan kiri),
korda vocalis (kanan kiri), comissura anterior /posterior
 Perhatikan patologinya: Radang (laryngitis akuta/kronis), Ulsera (laringitis TBC → erosi, ulcus
comissura posterior dan korda vokjalis, udem infiltrat epiglotitis, Laryngitis lues →
infiltrate/ulcus arytenoids carcinoma), Edema (radang, alergi, tumor), Cairan (sputum
(hemoragis: TBC), tumpukan saliva di sinus piriformis → disfagia), Tumor benigna (polip,
papiloma), maligna (karsinoma)), Hipertrofi korda vocalis (fibroma, karsinoma).
 Perhatikan pergerakan normal dari :
1. Korda vocalis kanan kiri
a. Stadium fonasi :
- Bergeak ke medial bersama-sama
- Gerakanbsimetris / sama cepat
- korda vokalis bertemu di garis median
- Setelah bertemu digaris median, maka tepi dari kedua korda vokalis saling merapatkan
diri
- korda vokalis bergetar oleh tekanan udara dari paru-paru
b. Stadium respirasi
- Korda vokalis bergerak ke lateral bersama-sama
- Gerakan tersebut bersifat simetris
2. Aritenoids kanan kiri
a. Stadium fonasi
- Bersama-sama bergerak ke median
- Gerakan simetris dari kedua arytenoid → keduanya bertemu digaris median
b. Stadium respirasi
- Bersama-sama bergerak kembali ke lateral dan simetris Korda vokalis dan aritenoiod
digerakkan ke median (adduksi) oleh beberapa muskuli, yang disebut Adduktor.
Sedangkan pergerakan kembali ke lateral disebut abduksi dilaksanakan oleh suatu
muskulus →.Abduktor.
 Perhatikan gerakan yang abnormal (paresis/paralisis)
1. Paralisis adductor bilateral Stadium respirasi = Stadium fonasi :
- Rima glottis sangat lebar
- Korda vokalis → posisi ekstrim lateral
- pinggirannya bengkok, tonus (-)
- Klinis : afoni, napas tidak sesak
2. Paralisis aduktor monolateral (misalnya: kiri)
Stadium rerspirasi :
korda vokalis : kanan → posisi ekstrim kanan, pinggirnya lurus kiri → posisi para median,
pinggirnya bengkok, tonus (-)
Stadium fonasi korda vokalis kiri → tak bergerak kanan → bergerak ke medial
- Karena tidak bertemu dengan pasangannya di garis median maka ia melintasi garis
median hingga bertemu
- Rima glottis tidak tertutup rapat karena pinggir korda vokalis kiri konkaf dan kendor.
Aritenoid : seperti gerakan korda vokalis kanan
Klinis : afonia, napas tidak sesak.
3. Paralisis abductor bilateral
Stadium respirasi :
- korda vokalis : posisi para median / median
- rima glottis : sangat kecil (napas sesak dan lekas lelah)

Stadium fonasi

- Suara nyaring
- korda vokalis masih dapat bergerak ke median

Klinis : suara nyaring, napas sesak

4. Paralisis abduktor monolateral


Stadium respirasi
korda vokalis : kiri → median/para median kanan → lateral
Stadium fonasi
korda vokalis kanan bergerak ke garis median dapat bertemu dengan pasangannya yang
sudah berada di garis median.
Klinis → suara nyaring, napas tidak sesak (keadaan seperti normal)
 Kausa paralisis, bisa disebabkan oleh suatu proses :
- Kranium
- leher → tumor Coli, operasi struma
- thorax → Ca pulmo, TBC aorta aneurysma
- jantung → cor bovinum, pericarditis, stenosis/insuf mitral
- netritis
- diabetes
- dapat juga karena fiksasi arytenoids akibat Ca, arthritis.
3. Memeriksa trakea (tahap III)
Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi. Dalam stadium respirsi
lumen laring tertutup epiglottis. Jarang sekali didapati penderita dimana lumen laring tidak
tertutup oleh epiglottis dalam stadium respirasi. Jadi mukosa trakea hanya dapat dilihat
waktu belum ada adduksi yang komplit, atau diwaktu permulaan abduksi.
Yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan ini yaitu :
- Anatomi → carries, mukosa
- Patologi → warna mukosa, sekret, regio subglotik (edema, tumor)

Anda mungkin juga menyukai