Anda di halaman 1dari 25

Skenario 3.

2
Janti Pare Nari
2016 – 83 - 001
skenario
Seorang laki – laki 35 tahun datang dengan
keluhan sulit menelan yang dirasakan sudah
sejak 1 minggu yang lalu, disertai trismus
dan hipersalivasi. Pada pemeriksaan
orofaring tampak hiperemis dan bengkak
pada tonsil kanan, uvula dan tonsil kanan
terdorong kontralateral

2
Learning Objective

1. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi dan patogenesis terjadinya abses


peritonsiler
2. Mahasiswa dapat menjelaskan prinsip diagnosis dan diagnosis banding
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan rencana penatalaksanaan medikamentosa dan
tindakan operasi
5. Mahasiswa dapat menjelaskan edukasi yang diberikan pada pasien
6. Mahasiswa dapat menjelaskan komplikasi yang dapat terjadi

3
1.
Etiologi dan patogenesis
terjadinya abses peritonsiler

4

Terkumpulnya pus di ruang antara tonsil dan kapsulnya.
Perluasan abses dapat melibatkan struktur di sekitarnya
hingga ke m. masseter. serta menembus selubung
karotis. Abses peritonsilar biasanya merupakan
komplikasi dari tonsilitis akut atau perluasan dari
infeksi mukus Weber di superior tonsil.

5
Etiologi
▧ Etiologi : bakteri bersifat aerob maupun yang anaerob dan virus
○ Organisme aerob yang paling sering Streptococcus pyogene (Group A
betahemolitic streptococcus) , Streptokokus aureus, Haemofilus influenza,dan
kelompok Neisseria

○ Organisme anaerob adalah Fusobacterium.Peptostreptococcus, Prevotella, dan


Bacteriodes sp.

○ kebanyakan disebabkan karena kombinasi organisme aerob dan anaerob.

○ Virus : Eipsten-Barr, Adenovirus, Influenza A dan B, Herpes simplex,


Parainfluenza

▧ Kelenjar Weber yang terletak di atas kapsul tonsil. Kelenjar ini bisa
tertinggal pada saat tonsilektomi, sehingga dapat menjadi sumber
infeksi setelah tonsilektomi

6
PATOFISIOLOGI
Infeksi memasuki kapsul tonsil sehingga terjadi peritonsilitis dan kemudian terjadi
pembentukan nanah.

Daerah superior dan


lateral fosa tonsilaris Stadium infiltrat :
palatum mole
merupakan jaringan ikat infiltrasi supurasi permukaan yang
membengkak
longgar (sering ) , daerah hiperemis, berlanjut.
inferior (jarang)

Pembengkakan peritonsil
akan mendorong tonsil
supurasi  lebih lunak Berlanjutiritasi pada m. Abses dapat pecah
ke tengah, depan,
dan berwarna kekuning- pterigoid spontan  dapat
bawah, dan uvula
kuningan. internatrismus aspirasi ke paru
bengkak terdorong ke
sisi kontra lateral.

7
2.
Prinsip diagnosis dan
diagnosis banding

8

Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat penyakit,
gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Tiga tanda khas utama adalah demam, nyeri
tenggorok, dan trismus.

9
Anamnesis

▧ diawali dengan gejala tonsilitis akut. Dapat pula


datang dengan nyeri tenggorok yang sangat berat,
demam, nyeri menelan, hipersalivasi,
▧ Perubahan suara  bergumam(hot potato voice/
muffled voice), bau mulut, trismus, dan nyeri telinga
ipsilateral.
▧ Riwayat tertusuk duri atau benda asing dapat
merupakan suatu etiologi.

10
Pemeriksaan Fisik
▧ Terkadang sulit dilakukan karena adanya trismus.
▧ Palatum mole akan terlihat bengkak dan menonjol
ke depan dandan pada perabaan terdapat fluktuasi.
Tonsil tampak bengkak, hiperemis, dengan atau
tanpa detritus.
▧ Terdapat pendorongan tonsil ke inferior medial,
serta terdapat pendorongan uvula ke sisi kontra
lateral yang khas pada abses peritonsilar
▧ Air liur akan tampak keluar (drooling)
▧ nyeri menelan.
▧ Dapatteraba pembesaran KGB submandibula dan
servikal dengan nyeri tekan,

11
Diagnosis Banding
Pada semua penyakit abses
Abses Leher leher dalam, nyeri tenggorok,
dalam : demam, serta terbatasnya
gerakan membuka mulut
1. Abses retrofiring, merupakan keluhan yang paling
2. abses parafaring, umum. Untuk membedakan
3. abses submandibular, abses peritonsil dengan
penyakit leher dalam lainnya,
4. angina ludovici..
diperlukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang cermat

12
3.
Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan

13

Gold standar yaitu dengan melakukan aspirasi jarum
(Needel Aspiration).
▧Dilakukan anastesi dgn lidokain atau epinefrin
▧Jarum yang digunakan 16-18 berisi 10 cc.
▧Abses yg purulen(khas) diperiksa untuk diketahui
penyebab dan terapi antibiotika

14
Pemeriksaan Penunjang

▧ Hitung darah lengkap


▧ Tes monospot (antibodi heterophile)
▧ Throat cultur atau throat swab and culture
▧ Ultrasonografi  meletakkan transdusen di permukaan
kelenjar submandibulaAbses tampak gambaran "echo tree
cavity“
▧ CT Scan dgn kontras  daerah hipodens (adanya cairan pada
tonsil, juga dapat dilihat pembesaran yang asimetris pada
tonsil)

15
4.
Rencana penatalaksanaan
medikamentosa dan tindakan
operasi

16

Quotations are commonly printed as a
means of inspiration and to invoke
philosophical thoughts from the reader.

17
Medika mentosa

▧ Fokus utama adalah menjaga jalan napas adekuat,


dan hidrasi, mengendalikan nyeri dan demam.
▧ Bila obstruksi jalan napas atas atau disfagia berat
Deksametason 0,75 - 9 mg/ hari dalam dosis
terbagi.
▧ Trismus  untuk mengatasi rasa nyeri, diberikan
analgesia (lokal), dengan menyuntikkan xylocain
atau novocain 1% di ganglion sfenopalatinum

18
Medika mentosa

Terapi suportif (stadium infiltrat)


▧ Antibiotika dan obat simptomatik
Antibiotik pilihan mencakup Penisilin (amoksisilin- asam klavulanat, sefalosporin)
dan klindamisin selama 10 hari.dengan dosis
○ Penisilin G benzathine: injeksi IM 1 x 1,2 unit.
○ Amoksisilin/klavulanat: 2 x 500/125 mg per oral.
○ Klindamisin: 3-4 x 150-4 50 mg per oral.
Pemberian penisilin bila dalam 24 jam tidak ada perubahan dapat
dikombinasi dengan metronidazol 3 x 500 mg
Simptomatik  Analgesik dan penurun panas seperti :
Ibuprofen: 3 x 400 mg per oral.
Asetaminofen: 3 x 500 mg per oral.
▧ Pemberian obat kumur tetap diperlukan untuk menjaga kebersihan mulut. Selain
itu, dapat dilakukan kompres dingin pada leher.

19
Rencana Operasi
Terbentuk abses Operasi (tonsilektomi)
▧Pungsi  diinsisi untuk ▧ bersamaan dengan tindakan
mengeluarkan nanah. drainase abses tonsilektomi “
▧Tempat insisi  daerah menonjol a` chaud”.
& lunak atau pertengahan yg ▧ 3-4 hari setelah drainase 
menghubungkan uvula dan geraham tonsilektomi “a`tiede”
atas terakhir pada sisi yg sakit ▧ 4-6 mgg setelah drainase 
tonsilektomi “a`froid”
▧ Umumnya dilakukanSesudah
infeksi tonsil tenang (2-3 mgg
stlh drainase. Biasanya
bilateral..

20
5.
Edukasi yang diberikan pada
pasien

21
Eduksi

▧ Pemberian obat kumur untuk menjaga kebersihan


mulut
▧ Rajin menggosok gigi. Min 2x/ hari
▧ Rutin memeriksa gigi ke dokter (setiap 6 bln)
▧ Hindari merokok
▧ Menjaga kebersihan makanan dan mencuci tangan
sebelum makan

22
6.
Komplikasi yang dapat terjadi

23
komplikasi

▧ Komplikasi segera yang dapat terjadi berupa


dehidrasi karena masukan makanan yang kurang.
▧ Abses pecah spontan  perdarahan, aspirasi paru
atau piemia
▧ Penjalaran infeksi abses ke daerah
parafaringabses parafaring  Abses parafaring
mediastinitis
▧ penjalaran ke daerah intrakranial trombus sinus
kavenosus, meningitis dan abses otak.

24
Thanks!

Any questions?

25

Anda mungkin juga menyukai