Anda di halaman 1dari 12

Skenario 3

Muhammad Fitrah Loilatu


201583051
Learning Objective
• Menjelaskan etiologi dan patogenesis terjadiya abses
peritonsiler
• Menjelaskan prinsip diagnosis dan DD
• Menjelaskan PP dan yang diperlukan
• Membuat rencana penatalaksaan medikamentosa dan
tindakan operatif
• Edukasi yang perlu diberikan pada pasien ini
• Komplikasi yang dapat terjadi
Etiologi dan Patogenesis

Etiologi
Abses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil.
Biasanya kuman penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis.

Abses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob


maupun yang bersifat anaerob. Organisme aerob yang paling sering
menyebabkan abses peritonsiler adalah Streptococcus pyogenes (Group
A Beta-hemolitik streptoccus), Staphylococcus aureus, dan
Haemophilus influenzae. Sedangkan organisme anaerob yang berperan
adalah Fusobacterium. Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium, dan
Peptostreptococcus spp.
Prinsip diagnosis dan DP
Anamnesis

Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan GOLD STANDAR : Mengumpulkan pus dari
Laboratorium abses dengan menggunakan aspirasi jarum.
DD
• Abses retrofaring
• Abses parafaring
• Abses submandibula
• Angina ludovici
Abses Retrofaring
Dari anamnesis biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atas. Gejala
dan tanda klinis yang sering dijumpai pada anak : 
1. demam
2. sukar dan nyeri menelan
3. suara sengau
4. dinding posterior faring membengkak ( bulging ) dan hiperemis pada satu sisi.
5. pada palpasi teraba massa yang lunak, berfluktuasi dan nyeri tekan
6. pembesaran kelenjar limfe leher ( biasanya unilateral ).

Pada keadaan lanjut keadaan umum anak menjadi lebih buruk, dan bisa
dijumpai adanya :
7. kekakuan otot leher ( neck stiffness ) disertai nyeri pada pergerakan
8. air liur menetes ( drooling )
9. obstruksi saluran nafas seperti mengorok, stridor, dispnea
Penatalaksanaan
Edukasi
Komplikasi

. Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahanm aspirasi paru, atau piema.


· Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
· Bila terjadi penjalaran ke daerah intracranial, dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.

Anda mungkin juga menyukai