Anda di halaman 1dari 17

SGD 1 THT LBM 5

Seorang laki-laki usia 23 tahun datang dengan keluhan nyeri tenggorok sejak 3 hari yang
lalu. Keluhan disertai dengan nyeri saat menelan di sisi sebelah kanan, dan nyeri terasa
menjalar sampai ke telinga, sehingga penderita sulit makan dan minum. Penderita mengeluh
sakit kepala dan badan lemas. 1 hari yang lalu penderita mengeluh sulit membuka mulut, keluar
air ludah terus menerus, dan disertai bau mulut. Tidak ada keluhan batuk maupun pilek.

Pada pemeriksaan didapatkan trismus 2 jari, drooling, dan halithosis. Pada pemeriksaan
tenggorok didapatkan T4-T2, hiperemis +/-, palatum udem +/-, uvula terdorong ke sisi kiri.
Dokter kemudian melakukan tindakan aspirasi di daerah peritonsiler.

STEP 1

1. Drooling : disebut jg ptialism/sialorea disebabkan oleh produksi air


liur berlebih, ketidak mampuan menelan dan menahan air liur dalam
mulut
2. Trismus : ketidak mampuan membuka mulut, adanya gang
mtorik n.trigeminus dan kesulitan mengunyah krn otot pengunyahnya.
3. Halithosis :bau nafas yg tidak sedap, hasil fermentasi anaerobic
makanan oleh bakteri gram (-) yg menghasilkan senyawa atsiri/belerang,
seperti nerkaptan metal dan hydrogen sulfide.

STEP 2

1. Jelaskan Anatomi, fisiologi histologi faring?


2. Mengapa pasien mengeluh nyeri tenggorok sejak 3 hari yang lalu, nyeri
saat menelan di sisi sebelah kanan, dan nyeri terasa menjalar sampai ke
telinga, sulit makan dan minum. mengeluh sakit kepala dan badan
lemas?
3. Mengapa pasien sulit membuka mulut, drooling, halithosis tanpa
mengeluh batuk pilek?
4. Mengapa dokter melakukan tindakan aspirasi di daerah peritonsiler?
5. Jelaskan alur diagnosis dari kasus di scenario!
6. Apa interpretasi pemeriksaan di scenario?
7. Sebutkan pemeriksaan penunjang!
8. Bagaimana diagnosis dan dd?
9. Apa etiologi dan factor resiko?
10.Bagaimana penatalaksanaan dari kasus tsb!
11.Apa saja komplikasi?
12.Bagaimana edukasi pada pasien?

STEP 3

1. Jelaskan Anatomi, fisiologi histologi faring?


Ans:
 Pharing: Organ yg berfungsi di trakrus respiratorius dan
pencernaan, dimulai dari basis crania sampa vertebra ke 6

Berhubungan dgn 5 lubang:


a. Koana: antara pintu belakang cavum nasi
b. Ostium faringeum tuba audtiva: antara ruangan faring dan
cavum tengah timpani
c. Isthmus francium
d. Aditus laringeus: pintu bagian laring dan faring
e. Faringeo esofagel junction

Otot-otot pada faring:

a. M. constrictor pharingeus superior:


b. M. constrictor pharingeus media
c. M. constrictor pharingeusinferior
d. M. stylopharingeus: untuk melebarkan
e. M. palatofaringeus
f. Raphee pharingeus

Ketika otot-otot dibuka, ada beberapa ruangan:

a. Nasofaring: konka nasi media, dibawahnya konka nasi inferior


b. Ororfaring
c. Laryngofaring
d. Ostium tuba
e. Torus levatorius: peninggian
f. Uvula: rongga mulut
g. Palatum mole: langit-langit mulut yang lunak
h. Isthmus fasium: di lateral kanan dan kiri ada kelenjar limfe
namanya tonsil palatine
i. Adtus laringeus: pintu masuk organ laring
j. Lidah: susternalis dan papilla palate
k. Tonsila lingualis
l. Ada cincin waldeyer: tonsila faringea, tonsila palatine, tonsila
lingua, ketiganya embentuk bayangan seperti cincin sebagai
ketahanan tubuh

 Tonsila Palatina: masa jaringan limfoid di fosa tonsilar dari kedua


susdut faring, dibatasi pilar anterior (m.palatoglosus), pilar
posterior (m.palatofaringeus), lateral (m. konstriktor faring
superior), inferior (tonsil lingua).

 Vaskularisasi
a. A. maksilaris externa: a. fascialis dan cabangnya a. tonsilaris
dan a. palatine ascenden
b. A. maksilaris interna dgn cabangnya a. palatine descenden
c. A. lingualis dan cabang a. lingualis dorsal
d. A. faringeal ascenden

Innervasi Faring

a. N.IX: tuba auditiva, tonsil, dinding faring, member cabang ke


telinga (branch auricular nerve)
b. N.X

Otot palatum mole:

a. M. levator veli palatini : meperlebar tuba eustachii


b. M. tensor veli palatin: mengencangkan bagiana anterior
palatum mole dan membuka tuba eustachii, inervasi n.x
c. M. palate glosus: menyempitkan isthmus faring, n X
d. M. palate faring
e. M. azygosuvula: memperpendek dan menaikkan uvula ke
bagian atas, n.X

Otot2 faring:

a. Sirkular: diatas
b. Longitudinal: m. stylofaring dan m. palatofaring

Ruang Parafaring:

a. Superior: dasar tengkorak


b. Inferior: kornumiinor os hyeoid
c. Medial: lap media fascia otot tensor, m. levator veli palatine,
m. styloglosus
d. Lateral: mandibula, kel parotis, pterigoideus medial
e. Posterior: preveetebra, dan belakang selubuhng karotis
f. Anterior: fasia pterigoideus

A. Prestyloid: bagian media fosa tonsilaris


Lateral: pterigoid
Tengah: lemak/ kel limfe
B. Poststyloid: selubung karotis dan n.ix, x, xi

 FISIOLOGI
a. Dari hidung ke laring: sal respirasi
b. Mulut melewati faring melalui esophagus: pencernaan
c. Resonansi suara dan artikulasi

-Menelan

1. gerakan makanan dari mulut secara volunteerdibantu gigi dan


lidahfaringeal
2. transport melaluif aring (involunter)palatum moleplica
palatoglossus & plika palatumole bolus naik masuk ke esofagus
mototik dari n.X, ke medulla oblongata membantu otot digesti agar
tidak bias dengan respirasi

3. Jalannya bolus melewati eseofagus (involunter) primer:


meneruskan gerakan peristaltic faringeal, sekundermakanan sisa dari
farring, setlah primer, n.IX N.X, /3 atas n.ix dan X, inferior: n.
mesentricus dan mennyambung ke git

 Prosesnya: pengunyahan dari 1/3 tengah lidah  elevasi lidah dan


palatum mole mendorong olus ke orofaring dibantu m. konstriktor
faringeus media dan superior setelahke ororfaring ada m.
suprahyoiselevasi os. Yoid dan larynxmembuka laringofaringotot
laryngitis intrinsic kontraksi, mencegah reflux keesofagus dibantu
m.) kontriktor faringeal inferior (konstraksi) dan m. krikofaringeus
(relaksasi)lambunggerakan peristaltic dan gaya berat makanan yang
mempengaruhi.
 Tonsil: kelenjar weber di ruang fosa supratonsil: mengeluarkan dari
kripte, infeksi dari bakterigangguan proses kel weber
tergangguganggua sekresi kelenjar bengkak infeksi berulang
ada pus  berlanjut ada abses

 Histologi
a. Nasofaring:ep. Respiratorik
b. Orofaring: squamous kompleks, bag jar ikat (kolagen dan fibrosa)
c. Tonsila Palatina: ada kripte, makanan akan menyangkut disitu dan
terdiri dari nodul nodul limfonodi
2. Mengapa pasien mengeluh nyeri tenggorok sejak 3 hari yang lalu, nyeri
saat menelan di sisi sebelah kanan, dan nyeri terasa menjalar sampai ke
telinga, sulit makan dan minum. mengeluh sakit kepala dan badan
lemas?
 Sulit makan dan minum: sulit menelan sudah lama
 Nyeri sampai ke telinga: tonsil di inervasi cabang lingual, cabang
faringal dan tonsilar, mempersarafi 1/3 posterior lidah, fossa
tonsilar, inervasi nasofaring inferior, ruang retrofaringeal, dan
parafaringeal, berhubugan dgn pleksus Jacobson dan pleksus
timpanicus.

 Nyeri tenggorok sampai telinga: kemungkinan ada inflamasi di


tonsil. Kemungkinan tonsillitis akut, dari n.IX motorik dan sensorik.
Dari keluhan sudah ada komplikasi, infeksi-mencapai kapsul
tonsilperitonsilitispus/nanah (mengisi daerah yg
longgar)fosa tonsilaris di superior dan lateral ada jar ikat
longgar supurasi menemmpati daerah tsbtampak palatum
mole membengkaksulit menelaaninfamasi jaringan sekitar
tonsiliritasi m.pterigoid internatrismus

 Penyebab: infeksi jar lunak kepala dan leher:


-bakteri suatu infeksi tubuh lain, gang vaskulersupurasi jar limfe
servikal profunda, bakteri masuk dari bawah kulit (infiltrasi
supuratif jaringan peritonsilar akan edem palatum moleuvula
terdorong melewati garis tengahmeluas ke jar lunak lainnyeri
menelan dan trismus, pf: uvula ke kiri) dari luka/trauma krn
penggunaan bronkoskopi, esofagoskopi, benda asing,
peraadangan kelenjar limfe
-infeksi di tonsillitis
-faringitis akut
-adenoidiis

3. Mengapa pasien sulit membuka mulut, drooling, halithosis tanpa


mengeluh batuk pilek?
Ans:
 Halitosis: perdangan berulaang--. Epiteljar limfois terkikisfase
penyembuhan akan terbentuk jaringan parutjaringan
mengalami pengerutankripte melebar terisis debritus atau
sisa makanan bau/halitosis
Bisa juga karena infeksi bakteri anaerobVSC (volatil sulfur
compound) mengandung senyawa metal nerkaptan dan
hydrogen sulfide

Factor-faktor:
-aliran liur menurunkekeringan mukosa bau (penggunaan
antihistamin, sialoadenitis, sindrom sjorgen, higen buruk krn sisa
makanan/gigi palsu
-makanan yg bau: bawang putih dan merah
-gang periodontal: infperiodontitis
-perokok berat
-penyakit sistemik: nafas bau pada dm dari terbentuknya arseton,
nafas bau amonia pd org uremia

 Batuk pilek: untuk dd faringitis akut

 Air liur
-kel parotis: kel serosa, diinervasi n.vii
-kel submandibula: kel serosa dan mukosa
-kel sublingual: dibwah dasar mulut

Proses:
a. N. parasmpatis: sensitasi kel parotis melalui nucleus salivator
inferior meninggalkan otak melalu n. glosofaringeus ke
telinga tengah
b. Sensitasi n. parasimatis ke kel submandibula nucleus
salivator superior nucleus intermediusn. intermedius
n.vii n. lingualis
c. Sensitasi n. simpatis: mempengaruhi kel saliva

Drooling: kontraksi mioepitel dan sel-sel basket yg berhubugan


dengan duktus striata

Suara seperti “hot potato voice”


4. Mengapa dokter melakukan tindakan aspirasi di daerah peritonsiler?
Ans:
 Curiga terkena abses peritonsiler
 Untuk mengetahui apakah abses atau hanya infiltrasi, kalau ada
pus dan sel PMN banyak  abses
 Aspirasi jarum uk 17
 Kalo ada pus: bisa selulitis peritonsilar
 Aspirasi pusnya bisa diambil: drainase

5. Jelaskan alur diagnosis dari kasus di scenario!

Anamnesisriwayatnyeri tenggorokan riwayat: nyeri tenggorok


dan faringitis akut / tomsilitis akut pf : pembengkakan, trismus,
pembesaran, nyeri tekan daerah regional, px cavum oral: hiperemis
tonsil dan eksudasi, uvula membengkak dan terdorong ke kontralateral
Dilkakukan pemeriksaan derajat pembesaran tonsil:
T0 sudah pernah dioerasi
T1ukuran normal tonsil
T2pembesaran tonsil tidak sampa grais tengah
T3 pembesaran tonsil dan mencapai garis tengah
T4 pembesaran melewati garis tengah

Abses peritonsil: unilateral dan terletak di pole superiorpx


penunjangnasofaringoskopi dan kultur

AB:

Gram +: broad spectrum sefalosporin gen 1&2

6. Apa interpretasi pemeriksaan di scenario?


 Trismus 2 jari: kesusahaan membuka mulut krn sensitisasi
m.pterygoideus interna
 Drooling: trismus, ada nyeri telan, aair liurakumulasi
 Halithosis: pus di daerah fosa supratonsil
 Px tenggorok: T2 & T4menyentuh uvula hingga kontralateral
 Hiperemis : tenggorok dextra ada rx peradangan
 Palatumudem pars dextra: inflamasi
 Uvula terdorong ke kiri: tonsil kanan membengkak

7. Sebutkan pemeriksaan penunjang!


 Quinsy: GS needle aspiration
 Hitung darah lengkap: meningkat leukosit pada quinsy
 USG: sederhana, membedakan selulitis dan abses
 Tes monospot
 Throat culture: identifikasi organisme memilih AB tepat efektif
dan mencegah resistensi
 Plaing radiograf: lateral soft tissue viewmenyingkirkan dx abses
retrofaring
 CT scan: quinsyhipodens apex tonsil
 Tomografi computer  dg kontras ,px tanpa
tomografikomputerperluasan tidak terdeteksi, yg tampak :
abses hipodense, air fluid levels, sgt diperlukan ada hub antara
ketidakteraturan dg dinding abses tsb.

Tomografi computer

- menilai lokasi abses yang akurat


- Membedakan abses peritonsiler dan
selulitis
- Menilai penyebaran infeksi sekunder

8. Bagaimana diagnosis dan dd?


 DD:
-selulitis peritonsilar (karena keluhan sama dana da edem tonsil,
hasil belum keluar dari aspirasi maka belum bisa dibedakan
-difteri: biasanya disertai dengan sesak nafas
Tonsillitis akut Tumor Selulitis/infiltrat Abses peritonsilar Kronis
eksaserbasi e peritonsilar
akut
-Tonsil -kripte - -peradangan -penimbunan pus Kripte
membesar dipenuhi penuruna didaerah diantara m. konstriktor melebar
-permukaan dendritus n BB peritonsilar faringea superior diisi
tidak rata -hiperemis - tanpa pus (jairingan longgar di dendrites
-kemerahan -viral & metastasi fossa supratonsiar -tanpa
-kripte bakterial s jika -ada trismus hieperemis
melebar -nyeri sudah -di tonsil saja

-tonsilitis kronis (tonsil membesar, dikripte seperti taburan keju)


dan akut (eksudat membrane, demam, malaise)
-tonsilitis eksaserbasi akut:
-tumor
-hipertrofi tenggorok parah -hot potato voice
-diikuti -nyeri telan
tonsillitis yg -nyeri sendi
tidak -otalgia
terobati -tonsil
sempurna bengkak
-jarang -dendritus
trismus seperti
kecuali folikel
parah -komplikasi:
-eksudat OMA,
diatas kripte Sinusitis,
tonsil, di abses
jaringan peritonsil,
sekitar abses
orofaring,
bronkitis

SERTAI GAMBAR
 Abses retrofaring
-tidak ada trismus
-pada anak2-didahului ISPA
 Abses parafaring
-dewasa muda
-ada trismus
-fluktuasi unilateral
 Abses submandibula
-karena gigi m2-m3
-keras seperti papan (ludwig’s angina)
9. Apa etiologi dan factor resiko?
 Kuman: bakteri
-aerob: streptococcus pyogens gol beta hemolitik grup A,
stapylocccoccus aureus, hemophilus influenza, neisheria sp,
mikobakteria sp.
-anaerob: fusobakterium, streptococcus sp, bakteroides sp,
 Virus
-EBV: gejalanya abses peritonsilar
-Virus influenza A & B
-herpes simpleks
 FR
-Sinusitis: post nasal discharge, mulai dari tonsilabses
peritonsiler
-tonsilektomi: ada jar tertinggal
-benda asing di daerah mulut
-konsumsi makanan dingin seringvasokontriksiimun
leukosit isi leukosit berkurang rentan

10.Bagaimana penatalaksanaan dari kasus tsb!


 STD infiltrative:
-AB penicillin (dewasa: 600mg IV tiap 6 jam, anak: 12500 -25k u/kg
tiap 6 jam) streptococcus, sefalosporinbakteroides,
hemophilus  clindamisin,
-simptomatik: analgetik
-demam: antipiretik
-kumur air hangat
-kompres air dingin daerah leher
-terbentuk abses insisi pus pd daerah paling fluktuasi
(pertengahan garis antara dasar uvula dgn gigi M terakhir disisi yg
sakit tonsilektomi (bersamaan insisi: a chaud, 3-4 hari setelah
insisi: a tiede, 4-6 minggu setelah insisi: a froide), paling sering 2-3
setelah insisi dx dan terapi
11.Apa saja komplikasi?
 aspirasi paru kalo abses pecah
 perdarahan
 abses otak
 meningitis
 thrombus sinus cavernosus di intracranial
 parafaringabses parafaring
 obtruksi jalan nafas pembengkakan smpai ssupraglotis
 perforasi abses sampai ke perforasismpai ke parafaring
 laserasi  sampaike daerah sterol tubuh
 limfogen, hematogen
 abses parafaring ,mengennai daerah perluasan Dri abses
retrofaring

12.Bagaimana edukasi pada pasien?


 Dirujuk ked THT Insisi dan drainase
 Jangan menusuk sendiri
 Higine oral
 Makanan dan minuman dingin

STEP 4
Pharing

Anatomi Fisiologi Histologi

Ruangan Respiras

Orofaring Nasofaring Laringofaring GIT

Cincin waldyer cincin waldeyer

tonsila
tonsila palatina tonsila lingua
faringeal

tonsilitis akut tonsilitis kronis

pembesaran
abses peritonsil
tonsil

n.IX

palatum mole

m. pterigoideus
: trismus

Anda mungkin juga menyukai