STEP 1
- Dix-hallpike : pemeriksaan untuk mengetahui adanya nistagmus atau
tidak ( nistagmus laten atau kelelahan)
- Brandt Darof : terapi ( latihan) mandiri untuk kasus vertigo
STEP 2
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga sebagai alat keseimbangan?
2. Bagaimana patofiologi dari gangguan keseimbangan?
3. Mengapa pasien mengeluh kepala berputar setelah bangun tidur, disertai
mual tapi tidak muntah?
4. Mengapa rasa berputar bertambah hebat karena perubahan posisi dan
berlangsung hanya beberapa menit?
5. Apa etiologi dari kasus diatas?
6. Apa diagnosis dan DD dari scenario?
7. Jelaskan macam-macam gangguan keseimbangan?
8. Pemeriksaan apa saja (pf dan penunjang) yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dari kasus di scenario?
9. Kenapa dokter melakukan perasat dix-hallpike dan menyarankan pasien
untuk melakukan latihan brandt darof?
10.Bagaimana terapi dari kasus di scenario?
STEP 3
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga sebagai alat keseimbangan?
Telinga dalam labirintus oceus (vestibulum, kss, cochlea, MAE) dan
membranaceus ( labirintus vestibularis dan labirintus cochlearis)
3 KSS : anterior, posterior, lateral
*gambar*
Cochlea : skala vestibule-skala media-skala-tympani
Telinga dalam :
- Reseptor keseimbangan
- reseptor keseimbangan (vestibulum, KSS)
vetibulum utriculus & saculus ( macula didalamnya tdp batu batu kecil
( otolith) untuk mengatur gravitasi dan percepatan linear)
KSS di ujung tdp pelebaran (ampula) didalamnya tdp krista ampularis
( tdp rambut ramput digerakan oleh kupula) agar tjd depolarisasi
*KSS diisi oleh cairan endolimfe yang menggerakkan kupula
Gangguan keeimbangan :
- Visual (penglihatan) orientasi ruang
- Batang otak
- Propioseptif posisi sendi
Klasifikasi :
- Perifer
Vestibular
Visual
Somatosensorik
- Central ( trauma, degenartif, tumor)
Cerebellum
Nucleus vestibularis ( cortex cerebri vertigo, pons (N III, N IV, N
VI) nistagmus, sistem limbic nausea, vestibule ataksia )
4. Mengapa rasa berputar bertambah hebat karena perubahan posisi dan
berlangsung hanya beberapa menit?
Kepala terasa berputar : spontan ,perubahan posisi, kalori
Spontan karena penyakit yang mendasari ( penyakit meneire karena
cairan endolimfe yang tinggi)
Perubahan posisi perangsangan kupula KSS oleh debris atau kotoran
yang menempel ( ada kelainan di labirin di utriculus dan sacus)
Kalori : vertigo terasa saat dicek kalori
5. Apa etiologi dari kasus diatas?
- BPPV
- Pusing nonvestibular : hiperventilasi ( alkalosis), hipoglikemia,
vascular ( gangguan suplai ke batang otak), vertigo cervicalis,
- Pusing vestibular : BPPV, vestibular neuronitis ( kesakita, tidak bisa
mendengar), labirintis ( radang labirin), penyakit meneire
- Tumor N VIII
Perbedaan :
Kejadian semakin memberat tumor
Meneire kejadian semakin ringan
Sclerosis multiple ( kejadian 1 dan 2 sama saja )
BPPV memberat dengan perubahan posisi
Anatomi fisiologi
Komponen Cerebellum
keseimbangan
Vestibular
Somatosensorik
Pengihatan
Vestibular Vestibular
Step 7
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi telinga sebagai alat keseimbangan?
Fisiologi gangguan keseimbangan naik bis !
fisiologi keseimbangan
Mescher, Anthony L. 2013, Atlas Junqueira ed. 13 : Mc Graw Hill Lange
Motion sickness
a. Teori Kupulolitiasis
Pada tahun 1962, Horald Schuknecht mengemukakan teori ini dimana
ditemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsium karbonat dari
fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari makula utrikulus yang
berdegenerasi dan menempel pada permukaan kupula. Dia menerangkan
bahwa kanalis semiriskularis posterior menjadi sensitif akan gravitasi akibat
partikel yang melekat pada kupula. Sama halnya seperti benda berat
diletakkan pada puncak tiang, bobot ekstra itu akan menyebabkan tiang sulit
untuk tetap stabil, malah cenderung miring. Begitu halnya digambarkan oleh
nistagmus dan rasa pusing ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang
posisi tergantung (seperti pada tes Dix-Hallpike). Kanalis semi sirkularis
posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara
utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing
(vertigo). Perpindahan partikel tersebut membutuhkan waktu, hal ini
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing dan nistagmus.
b. Teori Kanalitiasis
Pada 1980 Epley mengemukakan teori kanalitiasis, partikel otolith
bergerak bebas didalam kanalis semi sirkularis. Ketika kepala dalam posisi
tegak, endapan partikel tersebut berada pada posisi yang sesuai dengan gaya
gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang, partikel
ini berotasi ke atas di sepanjang lengkung kanalis semi sirkularis. Hal ini
menyebabkan cairan endolimfe mengalir menjauhi ampula dan
menyebabkan kupula membelok (deflected), sehingga terjadilah nistagmus
dan pusing. Saat terjadi pembalikan rotasi saat kepala ditegakkan kembali,
terjadi pula pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang
bergerak ke arah berlawanan. Digambarkan layaknya kerikil yang berada
dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil akan terangkat seberntar kemudian
terjatuh kembali karena gaya gravitasi. Jatuhnya kerikil tersebut seolah-olah
yang memicu organ saraf menimbulkan rasa pusing. Dibanding dengan teori
kupulolitiasis, teori ini dapat menerangkan keterlambatan sementara
nistagmus, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi maneuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin kurang
efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal ini menerangkan
konsep kelelahan dari gejala pusing.
Patofisiologi:
CupulolithiasisTheory
13
vertigo
3. Mengapa pasien mengeluh kepala berputar setelah bangun tidur, disertai mual
tapi tidak muntah?
PATFIS VERTIGO
Sistem vestibuler sangat sensitif terhadap perubahan
konsentrasi O2 dalam darah, oleh karena itu
perubahan aliran darah yang mendadak dapat
menimbulkan vertigo. Vertigo dapat terjadi jika
- kurang O2
- Sklerosis/terjepitnya A. auditiva interna
Perubahan konsentrasi O2 dapat terjadi, misalnya pada
hipertensi, hipotensi, spondiloartrosis servikal. Pada
kelainan vasomotor, mekanisme terjadinya vertigo
disebabkan oleh karena terjadi perbedaan konsentrasi
O2 antara arteri auditiva interna kanan dan kiri,
sehingga menimbulkan perbedaan potensial antara
vestibuler kanan dan kiri.
TEORI-TEORI VERTIGO
Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian
tersebut :
1. Teori Rangsang Berlebihan (Overstimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang
berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis
sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan timbul
vertigo, nistagmus, mual dan muntah.
4. Teori Otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf
otonom sebagai usaha adaptasi gerakan/perubahan
posisi; gejala klinis timbul jika sistim simpatis terlalu
dominan, sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis
mulai berperan .
5. Teori Neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin
(Kohl) dan terori serotonin (Lucat) yang masing-
masing menekankan peranan neurotransmiter
tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom
yang menyebabkan timbulnya gejala vertigo
6. Teori Sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi
pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan
menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing factor) --> mengaktifkan susunan saraf simpatik -->
meningkatnya aktivitas sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat
menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat,
berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang
berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah
beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis.
Sumber :Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, FK UI, ed. VI.
Patofisiologi:
Gejala klinis penyakit Meniere disebabkan oleh adanya hidrops endolimfe pada
koklea dan vestibulum.
Hidrops yang terjadi mendadak dan hilang timbul diduga disebabkan oleh :
1. meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri,
2. berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler,
3. meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler,
4. jalan keluar saccus endolimfatikus tersumbat, sehingga terjadi penimbunan
cairan endolimfa.
Pada pemeriksaan histopatologi tulang temporal, ditemukan pelebaran dan
perubahan morfologi pada membran Reissner. Terdapat penonjolan ke dalam
skala vestibuli, terutama di daerah apeks koklea Helikotrema. Sakulus juga
mengalami pelebaran yang dapat menekan utrikulus. Pada awalnya pelebaran
skala media dimulai dari daerah apeks koklea, kemudian dapat meluas mengenai
bagian tengah dan basal koklea. Hal ini yang dapat menjelaskan terjadinya tuli
saraf nada rendah pada penyakit Meniere.
Manifestasi klinis:
Terdapat trias atau sindrom Meniere yaitu vertigo, tinitus dan tuli sensorineural
terutama nada rendah.
Dapat dibedakan dengan penyakit yang lain berdasarkan keluhan vertigo, seperti
penyakit Meniere, tumor N.VIII, sklerosis multipel, neuritis vestibuler atau Vertigo
posisi paroksismal jinak(VPPJ).
Pada tumor N VIII: serangan vertigo periodik, mula-mula lemah dan semakin
lama semakin kuat. Pada sklerosis multipel: vertigo periodik, tetapi intensitas
serangan sama pada tiap serangan. Pada neuritis vestibuler: serangan vertigo tidak
periodik dan semakin lama semakin menghilang. Penyakit ini diduga disebabkan
virus. Biasanya penyakit ini timbul setelah menderita influenza. Vertigo hanya
didapatkan pada permulaan penyakit. Penyakit ini akan sembuh total bila tidak
disertai dengan komplikasi. Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ): keluhan vertigo
datang secara tiba-tiba terutama pada perubahan posisi kepala dan keluhan vertigo
terasa sangat berat, kadang-kadang disertai rasa mual sampai muntah, berlangsung
tidak lama.
Penatalaksanaan:
Pada penyakit Meniere, diberikan obat-obat vasodilator perifer untuk Mengurangi
tekanan hidrops endolimfa. Dapat pula tekanan endolimfa ini disalurkan ke tempat
lain dengan jalan operasi, yaitu membuat "shunt".
Obat-obat antiskemia, dapat pula diberikan sebagai obat alternatif dan juga diberikan
obat neurotonik untuk menguatkan sarafnya.
Vestibular Neuritis
Vestibular neuritis ditandai dengan vertigo, mual, ataxia, dan nistagmus. Hal ini
berhubungan dengan infeksi virus pada nervus vestibularis. Labirintis terjadi dengan
komplek gejala yang sama disertai dengan tinnitus atau penurunan pendengaran.
Keduanya terjadi pada sekitar 15% kasus vertigo otologik (Chain,2009) .
Diagnosis
BPPV tipe kanalis lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua. BPPV tipe kanalis
lateral sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan BPPV tipe kanal posterior. Hal ini
dikarenakan kanal posterior tergantung di bagian inferior dan barier kupulanya terdapat
pada ujung yang lebih pendek dan lebih rendah. Debris yang masuk dalam kanalis
posterior akan terperangkap di dalamnya. Sedangkan kanalis lateral memiliki barier
kupula yang terletak di ujung atas. Karena itu, debris bebas yang terapung di kanalis
lateral akan cenderung untuk mengapung kembali ke utrikulus sebagai akibat dari
pergerakan kepala.
8. Pemeriksaan apa saja (pf dan penunjang) yang dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dari kasus di scenario?
Fungsi vestibuler/serebeler
a. Uji Romberg :
penderita berdiri dengan kedua kaki dirapatkan, mula-mula dengan kedua
mata terbuka kemudian tertutup. Biarkan pada posisi demikian selama
20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak dapat menentukan
posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara tertentu).
Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata
terbuka badan penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan serebeler
badan penderita akan bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada
mata tertutup.
b. Tandem Gait:
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti.Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler penderita
akan cenderung jatuh.
c. Uji Unterberger.
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar ke
arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala dan
badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi dengan
lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini disertai
nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi
d. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dan lengan lurus ke depan, penderita
disuruh mengangkat lengannya ke atas, kemudian diturunkan sampai
menyentuh telunjuk tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang
dengan mata terbuka dan tertutup. Pada kelainan vestibuler akan terlihat
penyimpangan lengan penderita ke arah lesi
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah ke depan
dan lima langkah ke belakang selama setengah menit; jika ada gangguan
vestibuler unilateral, pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang
Pemeriksaan Khusus Oto-Neurologis
a. Uji Dix Hallpike
Dix-Hallpike Test
Nistagmus yang ditemukan saat dilakukan pemeriksaan tes Dix-
Hallpike biasanya menunjukkan dua karakteristik penting. Pertama, terdapat
periode laten antara akhir dari masa percobaan dan saat terjadi serangan dari
nistagmus. Periode laten tersebut terjadi selama 5 sampai 20 detik, tetapi
dapat juga terjadi hingga 1 menit.
LatihanBrandtDaroff
34
BRANDT DAROFF
ANTIEMETIKA (ANTIMUNTAH)
A. Definisi
Obat antimual adalah zat-zat yang berkhasiat menekan rasa mual dan
muntah.
B. Pengolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan enam kelompok
sebagai berikut :
1. Antikolinergik
Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin
(siklizin, meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat-
obatan ini efektif terhadap segala jenis muntah, dan banyak
digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan (antihistaminika)
efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga blokade
reseptor H1 di CTZ.
2. Antagonis Dopamin
Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh efek
samping. Mekanisme kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari
CTZ ke pusat muntah dengan jalan blokade reseptor dopamine.
Propulsive (prokinetika) : metoklopramida dan domperidon banyak
sekali digunakan. Pada dosis tinggi, metoklopramida menimbulkan
efek-efek antikolinergis lebih kuat daripada
neuroleptika.Alizaprida (litican) menghambat refleks muntah secara
sentral dan bersifa anksiolitis.
Derivate fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazintorecan).
Derivate butirofenon : haloperidol dan droperidol terutama
digunakan pada muntah-muntah akibat gangguan neurologis dan
setelah pembedahan.
3. Antagonis
Contoh obatnya antara lain: granisetron, ondansetron, dan tripisetron.
Mekanisme kerja kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas, tetapi
mungkin karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari
usus halus dan rangsangan terhadap CTZ. Terutama efektif selama
hari pertama dari teraapi dengan sitostika yang bersifat emetogen
kuat, juga pada radioterapi.
4. Kortikosteroida
Contoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah
yang diakibatkan oleh sitostatika. Mekanisme kerjanya tidak diketahui.
Pengunaannya sering sekali bersamaan suatu antagonis serotonin.
5. Benzodiazepine
Mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi
frekuensi dan hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein
terhadap peristiwa muntah. Terutama lorazepam ternyata efektif
sebagai pencegah muntah.
6. Kanabinoida
Contohnya antara lain : marihuana, THC. Efektif pada dosis tinggi
untuk sitostatika.