Anda di halaman 1dari 71

PEMERIKSAAN

TENGGOROK
Pembimbing :
dr. Novemi Elynawati, sp.THT
Dikerjakan oleh :
IGNA BAYU TRIHATMAJA 16710015

PUTU PUTRINEWA YUDISITA J 16710084

DEWA PUTU JAYA PRASATYA 16710121


Anatomi

Kavum Oris
Batas Anterior : bibir
Batas Posterior : arkus anterior
Batas Inferior : dasar mulut
Batas Superior : palatum mole
dan palatum durum
Batas kavum oris dan orofaring disebut ismus fausium yang
dibatasi :
Lateral : lengkungan arkus anterior
Inferior : pangkal lidah
Medial : uvula, selalu menunjuk vertikel ke bawah. Pada saat
bicara ‘aaa’, naik simetris kanan dan kiri
Anatomi
• TONSIL
menonjol dari fosa tonsilaris,
di muka dibatasi arkus
palatoglosus dan dibelakang
oleh arkus palatofaring
terdiri atas jaringan limfoid
dengan banyak kanalikuli
(saluran) yang bercabang-
cabang
• Cincin Waldeyer
melingkar pada awal jalan nafas
maupun jalan makanan.
terdiri-dari :
1. adenoid
2. jaringan limfoid pada dinding
lateral nasofaring
3. tonsil palatina
4. tonsil lingual
• Fungsi : sebagai pertahanan bagi saluran makanan
maupun saluran nafas terhadap serangan kuman yang
ikut masuk bersama makanan/minuman dan udara
pernafasan
ANATOMI

• FARING
Dibagi menjadi 3 bagian
1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring
• Nasofaring
Letaknya disebelah
dorsal kavum nasi dan
dihubungkan dengan
kavum nasi oleh koane
Berfungsi dalam proses
pernafasan dan ikut
menentukan kualitas
suara
• Batas-batas
Atas : dasar tengkorak
Bawah : palatum molle
Depan : koana
Belakang : vertebra cervicalis
Lateral : ostium tuba Eustachius, torus tubarius,
fossa Rossenmuler, recesus faringeus
2. Orofaring

Letaknya disebelah dorsal dari kavum oris dan


dihubungkan dengan kavum oris oleh ismus fausium.
Berfungsi dalam proses pernafasan dan proses menelan
Batas-batas
Atas : palatum mole
Bawah : tepi atas epiglotis
Depan : cavum oris
Belakang : vertebra cervicalis
3. Laringofaring

Letaknya berdekatan dengan laring, dapat bergerak.


Berfungsi pada proses pernafasan dan proses menelan
Batas-batas
Atas : tepi atas epiglotis
Bawah : introitus esofagus
Depan : laring
Belakang : vertebra cervicalis
ANATOMI

• LARING
Batas-batas Laring
Kranial : Aditus laringeus
Kaudal : Sisi inferior kartilago krikoid
Posterior : Otot prevertebral, dinding, dan cavum
laringofaring
Anterior : Fascia, jaringan lemak, Kulit
Lateral : Otot sternokleidomastoideus, infrahyoid, dan
lobus kelenjar tiroid
Tulang Rawan Laring
1. Kartilago tiroid
2. Kartilago krikoid
3. Kartilago epiglotis
4. Kartilago aritenoid
Ligamentum dan membran laring
terbagi atas 2 grup, yaitu
1. Ligamentum ekstrinsik , terdiri
dari :
• Membran tirohioid
• Ligamentum tirohioid
• Ligamentum tiroepiglotis
• Ligamentum hioepiglotis
• Ligamentum krikotrakeal
2. Ligamentum intrinsik, terdiri
dari :
• Membran quadrangularis
• Ligamentum vestibular
• Konus elastikus
• Ligamentum krikotiroid
media
• Ligamentum vokalis
• Muskulus Laring

Muskulus laring terbagi dalam 2


kelompok, yaitu muskulus ekstrinsik
dan muskulus intrinsik.
1. Muskulus Ekstrinsik

Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
• M. Stilohioideus, M. Geniohioideus, M. Genioglosus,
M. Milohioideus, M. Digastrikus, dan M. Hioglosus
2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :

- M. Omohioideus
- M. Sternokleidomastoideus
- M. Tirohioideus
2. Muskulus Intrinsik
Golongan Aduktor, 5 pasang:
M. Krikoaritenoid lateral, M. Vokalis,
M. Krikotiroid, M. Interaritenoid
obliqus, dan M. Interaritenoid
transversus
Golongan Abduktor, 1 pasang:
M. Krikoaritenoid posterior
Persarafan
Laring dipersarafi oleh cabang N. Vagus yaitu Nn. Laringeus
Superior dan Nn. Laringeus Inferior (Nn. Laringeus Rekuren)
kiri dan kanan.
1. Nn. Laringeus Superior
Meninggalkan N. vagus tepat di bawah ganglion nodosum,
melengkung ke depan dan medial di bawah A. karotis interna
dan eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu :
Cabang Interna : bersifat sensoris, mempersarafi vallecula,
epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di
atas pita suara sejati.
Cabang Eksterna : bersifat motoris, mempersarafi m.
Krikotiroid dan m. Konstriktor inferior.
2. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren).
Berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus,
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea.
N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan
dekat dengan Aorta sehingga mudah terganggu. Merupakan
cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia dan
berjalan membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea
dan esofagus, selanjutnya akan mencapai laring tepat di
belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan :
Sensoris, mempersarafi daerah sub glotis dan bagian atas
trakea
Motoris, mempersarafi semua otot laring kecuali M.
Krikotiroidea
Anatomi
• KORDA VOKALIS
Depan : melekat pada
kartilago tiroid
Belakang : melekat pada
aritenoid dextra dan
sinistra
Stadium Respirasi
Stadium Fonasi
Fisiologi

• Faring
Berfungsi untuk membantu proses menelan dan
pernafasan. Pada orofaring dan laringofaring terdapat
persilangan jalan udara pernafasan dan jalan makanan.
Udara pernafasan dari hidung akan menyilang masuk ke
trakea yang letaknya di depan esofagus, sedangkan
makanan akan menyilang masuk ke esofagus yang
letaknya dibelakang trakea.
Epiglotis akan mengatur penggunaan persilangan
tersebut, jika udara pernafasan akan masuk ke trakea,
epiglotis akan membuka rima glotis, sedangkan jika
makanan akan masuk esofagus, epiglotis akan menutup
rima glotis. Sehingga tidak terjadi salah jalan.
Proses Menelan
dibagi menjadi 3 fase :
1. Fase Oral (voluntary)
2. Fase Faringeal (involuntary)
3. Fase Esofageal (involuntary)
1. Fase Oral
Makanan dibawa dari rongga mulut ke faring. Pada
permulaan dari fase ini, dasar mulut, os hioid dan laring
ditarik ke atas dan depan oleh kontraksi dari M.
Milohioideus, ujung lidah menekan palatum durum,
makanan akan terdorong ke arah orofaring, gerakan ini
dibantu dengan adanya kontraksi stimulan dari M.
stiloglosus dan M. palatoglosus yang sekaligus
menyempitkan ismus fausium untuk mencegah makanan
masuk kembali ke rongga mulut.
2. Fase Faringeal
Laring telang diangkat dan ditarik ke anterior sehingga
akan tertutup oleh epiglotis. Lalu dengan kontraksi M.
tension palatini dan M. Levator veli palatini, palatum mole
bergerak ke atas dan menutup hubungan antara
nasofaring dan orofaring. Sehingga hanya tinggal satu
jalan yang terbuka, yaitu ke esofagus.
3. Fase Esofageal
Setelah makanan di dalam esofagus, dengan gerakan
peristaltik makanan akan dibawa masuk ke dalam lambung
Fisiologi

• Laring
Berfungsi untuk bersuara dan bernafas.
Pada stadium respirasi :Kartilago aritenoid bergerak ke
lateralkorda vokalis ke lateralrima glotis membuka
udara dapat keluar masuk trakea
Pada stadium fonasi :Kartilago aritenoid ke medial
korda vokalis ke medialrima glotis menutup/merapat
digaris median
Suara
terbentuk dari tiupan udara dari paru yang menggetarkan
korda vokalis. Korda vokalis akan membuka dan menutup
secara cepat sehingga timbul getaran suara.
Suara nyaring
1. secara anatomi korda vokalis normal (tidak ada tumor,
udem)
2. secara fisiologis korda vokalis normal (korda vokalis
harus dapat bergerak ke medial secara semetris dan
merapat dengan baik di garis median)
3. udara yang cukup kuat dari paru
• Agar dapat mengeluarkan suara bernada tinggi, korda
vokalis harus dapat ditipiskan, ditegangkan, dan
dipanjangkan
• Untuk nada rendah terjadi yang sebaliknya yaitu korda
vokalis ditebalkan, dikendorkan, dan dipendekan
• Setelah suara terbentuk dilaring oleh mulut, bibir, palatum,
lidah, dan gigi, suara akan diubah menjadi huruf-hurus untuk
bicara
Pemeriksaan Mulut

• Inspeksi
• Ptialismus, trismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (N.VII)
• Mukosa dan ginggiva atau geraham rusak  sinusitis
• Maksilaris (caries gigi P2, P1, M1, M2, M3)
• Lidah  paresa N. XII, atrofi, aftae, tumor malignant
• Palatum durum (torus palatinus), prosesus alveolaris
• Bengkak  radang atau tumor sinus maksilaris
• Palpasi : jangan dilupakan bila ada ulkus pada lidah
(karsinoma)
• Perkusi : pada gigi graham, terasa sakit bila ada
radang
Pemeriksaan Faring dan Tonsil

1. Memeriksa patologi faring


2. Memeriksa paresis faring
3. Memeriksa besar tonsil
4. Memeriksa mobilitas tonsil
5. Memeriksa patologi tonsil dan palatum mole
6. Memeriksa paresis palatum mole
Mulut dibuka lebar-lebar, lidah tarik ke dalam,
dilunakkan & ditekan ke bawah, di bagian medial.
 Penderita disuruh bernapas:
- tidak boleh menahan napas
- tidak boleh napas keras-keras
- tidak boleh ekspirasi / mengucap “ch”
 Lidah ditekan anterior tonsil sampai dengan kelihatan
pole bawah tonsil
Keluhan kelainan di daerah faring :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri menelan (odinofagia)
3. Dahak di tenggorok
4. Sulit menelan (disfagia)
5. Rasa sumbatan di leher
1. Memeriksa patologi Faring
 mukosa faring oedem, hiperemis  faringitis akut
 hanya granulae hiperemi  faringtis kronik
 aftae
 Difteri
 sikatriks
 korpus alienum
2. Memeriksa paresis Faring
Normalbila disentuh sensitif, dijumpai reflex muntah
Paresis bilateraldijumpai tumpukan air ludah, dan bila disentuh
tidak sensitif dan reflex muntah hilang
Paresis unilateralbila disentuh muncul gerakan coulisse (yang
bergerak hanya faring yang sehat)
3. Memeriksa Besar Tonsil
T0 : tonsil dalam fosa tonsil atau telah diangkat
T1 : besarnya ¼ arkus anterior – uvula
T2 : besarnya ½ arkus anterior – uvula
T3 : besarnya ¾ arkus anterior – uvula
T4 : besarnya mencapai uvula atau lebih
4. Memeriksa Mobilitas Tonsil
Menggunakan 2 spatula
Spatula 1 : letakkan diatas lidah anterior tonsil
(paramedian)
Spatula 2 : posisi ujungnya vertikal
menekan jaringan peritonsil,
sedikit lateral dari arkus anterior
Fiksasi  tumor tonsil
Mobile, nyeri  tonsilitis kronis
5. Memeriksa patologi tonsil dan palatum mole
Perhatikan anatomi
Perhatikan patologi
tonsilitis akut : hiperemi, ada titik-titik putih pada tonsil
tonsilitis kronis : hiperemi arkus anterior
abses peritonsil : tonsil terdesak ke medial, hiperemi
sekitar tonsil, udem
difteri : pseudomembran warna kotor, bull neck
korpus alienum : duri ikan, tulang
radang spesifik : tuberkulosa
6. Memeriksa paresis palatum mole
• Normal
saat istirahat : uvula menunjuk ke bawah, konkavitas
palatum mole simetris
ucapkan “aa, ee” : bergerak-gerak, tetap simetris
• Paresis bilateral
istirahat : seperti normal
ucapkan “aaa, eee” : mungkin uvula sedikit bergerak
• Paresis unilateral
istirahat : seperti normal
ucapkan “aaa, eee” : palatum mole terangkat ke sisi
sehat, uvula miring, menunjuk ke sisi sehat, konkavitas
asimetris
 tumor nasofaring, paresa N. X
Pemeriksaan Laring

1. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : warna dan keutuhan kulit, benjolan daerah
leher sekitar laring
Palpasi : - mengenal bagian kerangka laring dan
cincin trakea
- adakah oedem, struma, kista, metastase
- laring normal  mudah digerakkan
kanan kiri oleh pemeriksa
2. Laringoskopi Indirek
Melihat laring secara tidak langsung, menggunakan
cermin yang disinari dengan cahaya
Syarat :
- terdapat jalan lebar untuk cahaya yang dipantulkan
cermin dari faring ke laring
 lidah dikeluarkan  radiks lingua ke ventral
- tempat yang luas buat cermin, tidak tertutup uvula.
 penderita bernapas lewat mulut  uvula bergerak
ke atas menutup jalan nasofaring
Alat yang dipergunakan:
- sumber cahaya : lampu kepala
- cermin laringoskop
- kasa
- lampu spiritus
Bahan:
- Tetrakain larutan
Tahap-tahap pemeriksaan
memeriksa radiks linguae, epiglotis, dan sekitarnya
memeriksa lumen laring dan rima glotis
memeriksa bagian yang letaknya kaudal dari rima
glotis
Penatalaksanaan
• Anastesi faring dengan tetrakain. Pada umumnya
anastesi ini tidak digunakan, kecuali pada faring yang
sangat sensitif. Pemeriksaan dilakukan 10 menit
setelah disemprotkan larutan tetrakain
• Mulut harus dibuka lebar dan bernafas dengan mulut
• Penderita diminta menjulurkan lidah panjang-panjang
Bagian lidah yang ada diluar mulut
dibungkus dengan kain kasa, pegang dengan tangan
kiri, jari 1 diatas lidah, jari III di bawah lidah, dan jari II
menekan pipi, dipegang dengan tenaga yang optimal.
Lebih keras dari itu menyebabkan penderita merasa
saki, bila lebih lunak lidah akan terlepas.
Cara memegang cermin
• cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti
memegang pensil arah cermin kebawah
• cermin dipanasi dengan lampu spiritus (37oC), supaya
cermin tidak kabur, panas cermin dikontrol pada lengan
bawah kiri pemeriksa. Cermin dimasukan ke dalam
faring, dan mengambil posisi di muka uvula, kalau
perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan
punggung cermin, cermin disinari
Cara Pemeriksaan
• Penderita duduk tegak, pinggang membungkuk ke
depan, kepala sedikit tengadah
• Penderita membuka mulut dan menjulurkan lidah
• Lidah dipegang optimal dan dipertahankan dengan jari
tengah kiri menggunakan kasa
• Cermin dipanaskan diatas lampu spiritus, suhu
diperiksa pada punggung tangan pemeriksa sebelum
digunakan
• Cermin laring ditempatkan di depan palatum mole dan
diangkat ke atas sehingga tidak menyentuh lidah dan
faring posterior maka akan tampak pandangan
hipofaring dan laring
• Penderita diminta untuk mengucap e e e, tindakan ini
diulang beberapa kali untuk melihat gerakan pita suara
Perhatikan patologi laring :
- radang : semua merah  laringitis akut
- Ulkus : pada komisura posterior, korda vokalis
 laringitis TBC
- oedem : radang, alergi, tumor
- cairan : sputum hemoragis  TBC, keganasan
- tumor : benigna  papiloma, polip, nodul, kista
maligna  karsinoma
Perhatikan pergerakan korda vokalis:
- normal  simetris, gerakan abduksi dan adduksi
- tidak bergerak  paresa unilateral/ bilateral
3. Laringoskopi Direk

a.Laringoskop kaku
Endoskop model Brunings, Jackson, Mc.Intosh, Mc.Gill
Sumber Cahaya : Brunings proksimal, Jackson distal
Teknik :
Penderita ditidurkan terlentang di atas meja,
pemeriksaan baru dimulai kira-kira 10 menit setelah ke
dalam faring dan laring diteteskan tetrakain 1%
masing-masing 10 tetes. Pipa dimasukan sampai ke
dalam introitus laringis, lalu perhatikan laring seperti
pada laringoskopi indirekta
b. Laringoskopi Fleksibel
menggunakan fleksibel endoskop dan monitor video
(video laringoskopi) atau menggunakan Fiber Optic
Laringoscope
c. Mikrolaringoskop dengan memakai mikroskop
Pemeriksaan Kelenjar Leher
Kelenjar leher pada umumnya baru teraba apabila ada
pembesaran lebih dari 1 cm.palpasi dilakukan dengan
posisi pemeriksa berada di belakang penderita dan
dilakukan secara sistematis, dimulai dari submental
berlanjut ke arah angulus mandibula, sepanjang muskulus
sternokleidomastoi, klavikula, dan diteruskan sepanjang
saraf assesorius.
X-Foto Rontgen
Indikasi untuk membuat fotofraktung laring, karsinoma
laring
Daftar Pustaka

1. Efiaty, Nurbaiti, Jenny, Ratna. 2013. Buku Ajar Ilmu


Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan
Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
2. Herawti Sri dan Rukmini Sri. 2004. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Untuk Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC.
3. Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In :
Anatomy for surgeons. Volume 1 : Head and Neck. A
hoeber-harper international edition, 1966 : 425-456.
4. F.Paulsen & J.Waschke. 2012. Atlas Anatomi Manusia
“Sobotta”, Edisi 23 Jilid 1. Jakarta. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Rukmini Sri dan Herawati. 2000. Teknik Pemeriksaan
Telinga, Hidung, Tenggoroka. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai