Anda di halaman 1dari 110

KELOMPOK

TENGGOROK

PEMBIMBING:
dr. ROSMINI, Sp.THT-KL
dr. AGUSTINA, Sp.THT-KL
ANATOMI TENGGOROK

Tenggorok merupakan bagian dari leher di area depan hingga kolumna vertebra. Tenggorok
terdiri dari faring dan laring. Bagian yang terpenting dari tenggorok ialah epiglotis yang
berfungsi menutup jika ada makanan dan minuman yang lewat dan menuju ke esophagus
RONGGA MULUT

• Mulut terletak membentang dari bibir sampai


isthmus faucium (peralihan antara mulut dgn
faring)
• Mulut : Vestibulum Oris
: Cavitas Oris
 Vestibulum oris adalah ruang sempit antara bibir
dan pipi di satu bagian dan gigi serta ginggiva
dibag lain
 Cavitas Oris Terletak dalam arcus alveolaris, gusi
dan geligi, mempunyai atap yang dibentuk
palatum durum dan palatum molle
PALATUM
• Membentuk atap mulut dan dasar cavitas nasi
palatum : - Palatum Durum (2/3 anterior  dr tulang)
- Palatum Molle (1/3 posterior  dr otot & jaringan ikat

• Meluas ke posterior  tonjolan berbentuk kerucut (uvula)


• Ke lateral  berhubungan dengan dinding faring & dipersatukan lingua & faring o/ arcus
palatoglosus dan arcus palatopharingeus

• Tonsila Palatina merupakan dua gumpalan jaringan limfoid yang terletak


di sisi kanan dan kiri oropharynx. Masing-masing tonsil terletak di dalam
fossa supratonsilaris dan dibatasi oleh arcus palatoglosus, arcus
palatofaringeus dan lidah.
MARS JUPITER
LIDAH

• Lidah  organ muskular yang aktif. JUPITER MERCURY

• Otot dari lidah dipersarafi oleh N. hipoglosus.


• 2/3 lidah depan dipersarafi oleh saraf lingualis.
• 1/3 lidah bagian belakang dipersarafi oleh saraf glossofaringeus
Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid di lapisan subepitel dari


faring. Kumpulan tonsil-tonsil membentuk lingkaran, disebut
sebagai cincin Waldeyer, yang terdiri dari:
a. Tonsil Faringeal (Adenoid)
b. Tonsil Tubal
c. Tonsil Palatina
d. Tonsil Lingual
e. Nodulus-nodulus
TONSIL FARINGEAL (ADENOID)
• Dilapisi oleh epitel kolumnar berlapis semu bersilia,
terletak pada dinding posterosuperior nasofaring
• Merupakan massa limfoid yang berlobus & terdiri
dari jaringan limfoid
• Membesar secara fisiologis pada usia 6 tahun dan
menghilang pada usia 20 tahun
Adenoid di vaskularisasi oleh:
• a. Palatina ascendens
• a. FaringealCHILD
ascendens
CARE

• a. Maksilaris eksterna

RETIREMENT PLANS
TONSILA PALATINA
• Jaringan limfoid yang berbentuk ovoid
• Pada permukaan medial terdapat kripta
• Dibatasi oleh :
- Ant : arkus palatoglossal
- Post : m. palatofaringeus
- Lat : m. konstriktor faring superior
- Sup : palatum molle REQUIRED STUDIES
- Inf : tonsil lingual
VASKULARISASI
TONSILVASKULARISASI TONSIL

Tonsil Palatina di vaskularisasi oleh:


• a. palatina descendens
• a. palatina ascendens
• a. Tonsilar
• a. faring ascendens
• a. lingualis dorsal
TONSIL LINGUAL
• Terletak di dasar lidah & dibagi menjadi 2 oleh lig
glosoepiglotika
• Terdapat foramen sekum pada apeks  sudut
yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata
• Diliputi oleh stratified squamous epithelium dan
terpisah dari otot lidah
• Terdiri dari sejumlah elevasi berbetuk bulat atau
kawah pada bagian tengah jaringan limfoid
TONSIL TUBAL
• Terletak di dinding lateral nasofaring, tepatnya di sekitar
ostium tuba lateral kiri dan kanan
FARING

Faring merupakan saluran yang memiliki


panjang ± 14 cm berbentuk corong, dan
menghubungkan cavum nasi dan cavum
oris ke laring.

Terletak dibelakang cavum nasi, cavum oris


Dindingnya memiliki 3 lapisan : mukosa, fibrosa,
dan muskular

Berdasarkan letaknya Faring terbagi menjadi 3 bagian : Nasofaring


(Epifaring, Rinofaring), orofaring (Mesofaring), Laringofaring
(Hipofaring)
FARING TERDIRI DARI 2 LAPISAN OTOT :
Otot Faring
Sirkuler (Melingkar):
- M. Constrictor superior
- M. Constrictor medius
- M. Constrictor Inferior
Fungsi : kontraksi faring dan mendorong
bolus makanan

Longitudinal (memanjang):
- M. Salpingopharyngeus  elevasi faring
- M. Palatopharyngeus  elevasi faring dan
mempertemukan isthmus dan orofaring
- M. Stylopharingeus  elevasi faring
Vaskularisasi Faring

Arteri : Cabang utama A. Karotis eksterna:


a. a. pharyngea asenden,
b. a. Palatina asenden,
c. a. Facialis,
d. a. Maksilaris,
e. a. Lingualis,

Vena :
Superior : plexus pterigoid
Inferior : V. jugularis interna
Nasofaring

Terletak dibelakang rongga hidung & diatas palatum


molle. Mempunyai fungsi respiratorik.

Batas Nasofaring
Superior : Basis Cranii
Inferior : Palatum molle
Anterior : Rongga hidung
Posterior : Vertebra servikal

Berhubungan dengan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
limfoid pada dinding lateral faring yang di sebut fossa Rossen muller, torus tubarius,
kantong Rathke, choanae, foramen jugulare, dan muara tuba Eustachius.
Orofaring

● Terletak dibelakang cavitas oris. Meluas dari


palatum molle sampai ke tepi atas epiglotis

● Batas Orofaring
● Superior : Palatum molle
● Inferior : Epiglotis
● Anterior : Cavum oris
● Poaterior : Vertebra servikal

Struktur yang terdapat di rongga orofaring: Dinding


posterior, fosa tonsil, Tonsil palatine, Tonsil Lingual, Arcus
faring anterior Et posterior, Uvula, Foramen sekum
LARING

- Terletak di bagian anterior leher dan merupakan bagian terbawah dari


saluran napas bagian atas.
- Berbentuk seperti limas dengan bagian atas lebih besar dari bagian bawah
Letaknya setinggi vertebrae cervical III-VI.
- Larynx mengubungkan bag inferior faring dengan trachea.
-Berfungsi sebagai katup untuk melindungi agar jalan udara tetap terbuka
sewaktu menelan dan juga sebagai mekanisme fonasi untuk pembentukan
suara.
- Kerangka laring dibentuk oleh beberapa kartilago yang dihubungkan oleh
membrana dan ligamentum dan digerakan oleh otot
Kerangka laring dibentuk oleh 1 tulang hioid dan beberapa tulang rawan (kartilago) yang
dihubungkan melalui membran dan ligamen digerakkan oleh otot.
Kartilago penyusun laring:
- Kartilago krikoid - Kartilago tritisea
- Kartilago arytenoid - Kartilago thyroidea
- Kartilago kornikulata (kiri dan kanan) - Kartilago epiglotis
- Kartilago kuneiformis
Bagian-Bagian Laring

 Bagian Dalam Laring


• Aditus Laryngis
Menghadap ke belakang dan atas ke arah laryngopharynx , di
batasi di depan pinggir atas oleh epiglottis
• Cavitas Laryngis
- Vestibulum laryngis : terletak superior terhadap plica
vestibularis
- Ventriculus Laryngis : antara plica vestibularis dan diatas plica
vocalis
- Cavitas infraglotica : meluas dari plica vocalis ke tepi inferior
kartilago krikoid
 Plica vestibularis  meluas antara kartilago thyroidea dengan kartilago arytenoidea. Tidak berperan dalam proses
pembuat suara. Celah diantara plica vestibularis  rima vestibuli
 Plica Vocalis (tali suara sejati)  mengendalikan pembuat bunyi, berisi ligamentum vocale yang terbentang dari
kartilago thyroidea sampai procesus vocalis
 Antara plica vocalis dan plica vestibularis terdapat resesus kecil  sinus laryngis
Otot Laring
Gerakan dari laring dipengaruhi oleh otot intrinsik maupun otot
ekstrinsik :
Muskulus ekstrinsik menggerakkan laring saat menelan.
- Elevasi : M. Stylohyoid, M. Mylohyoid, M. Geniohyoid, dan M.
Digastricus  suprahioid
- Depresi : M. Sternothyroid, M. Sternohyoid, M. Thyrohyoid, dan
M. Omohyoid  infrahioid
Muskulus intrinsik  menggerakkan korda
vokalis (pita suara)
Adduktor (5 pasang)  bergerak ke medial.
- M. Cricothyroid,
- M. Cricoarytenoid Lateral,
- M. Arytenoid Obliqus dan Transversus,
- M. Thyroarytenoid/M. Vocalis.
Abduktor (1 pasang)  bergerak ke lateral.
- M. Cricoarytenoid Posterior.
Vaskularisasi dan inervasi Laring

VASKULARISASI :
- a. Laringis superior  mukosa dan otot-otot laring
- a. Laringis inferior mukosa dan otot
INERVASI :
- N. Laringeus superior  campuran motoris & sensoris
- N. Laringeus inferior/rekurren  motoris (abduksi & adduksi).
a. Sinistra : lebih panjang karena membelok di aorta
sebelum naik ke atas.
b. Dextra : melalui subclavia
Fisiologi Menelan
- Secara fisiologis proses menelan mempunyai hubungan koordinasi dengan respirasi dan mastikasi dimana
masing-masing proses tersebut di kontrol oleh brainstem. Menelan dibagi menjadi 3 fase berdasarkan
lokasi anatomi dari bolus. Ketiga fase ini juga bisa saling overlap dari segi waktu dan koordinasi.
Proses menelan dikendalikan oleh Nucleus tractus solitarius di batang otak, dan memiliki saraf eferen antara
lain : Nervus V (S. Trigerminal), Nervus IX (S. Glossofaringeal), Nervus X (S. Vagus)
Fase menelan

• Makanan dikunyah oleh mulut & didorong ke dinding


Fase ORAL posterior faring oleh gerak volunter lidah, lalu timbul
refleks menelan

• Refleks palatum molle & uvula menutup rongga hidung.


Fase FARINGEAL • Laring terangkat menutup glottis
• Kontraksi M.Kontriktor Faringeus mendorong bolus melewati epiglottis
menuju faring & memasuki esofagus

• Relaksasi M.Krokofaringeus > bolus masuk esofagus


Fase ESOFAGEAL • Gelombang peristaltik mendorong bolus menuju sfingter esofagus distal
• Terjadi relaksasi otot sfingter esofagus > bolus masuk ke lambung
Mekanisme menelan

1. Lidah mendorong bolus makanan ke dalam tenggorokan


2. Refleks nasofaring tertutup
3. Pernapasan dihambat, pita suara tertutup dan epiglottis menutup trakea
4. Sedangkan sfingter atas esofageal terbuka
5. Gelombang peristaltik / gerakan peristaltik mendorong bolus menuju lambung
PEMERIKSAAN FISIK
MULUT & TENGGOROK
Pemeriksaan Rongga Mulut
• Peralatan yang dibutuhkan pada pemeriksaan mulut & faring antar lain:

SPATEL LAMPU
LIDAH CERMIN XYLOCAIN
KEPALA
NASOFARING SPRAY

Prosedur pemeriksaan rongga mulut:


Pasien diminta membuka mulut, proyeksi cahaya lampu kepala diarahkan ke mulut pasien.
Pemeriksa menginspeksi keadaan bibir, mukosa rongga mulut, lidah, dan gerakan lidah
Pemeriksaan rongga mulut

Inspeksi :
• Trismus
• Gerakan bibir dan sudut mulut (nilai N.VII)
• Mukosa dan gingiva ( nilai apakah terdapat ulkus)
• Gigi-geligi
• Lidah (nilai apakah terdapat parese N.IX, atropi, atau tumor)
• Pergerakan palatum molle (nilai apakah terdapat tanda tumor atau ulkus) Palpalsi
• Bila terdapat ulkus pada lidah dan dugaan keganasan Perkusi
• Perkusi pada gigi akan terasa sakit pada gigi & geraham bila ada radang
Pemeriksaan tonsil & faring

Prosedur pemeriksaan :
• Pasien diminta untuk menunjukkan lidahnya dan kemudian
pemeriksa menggunakan spatel menekan lidah ke bawah dan
kemudian daerah faring dan tonsil dapat dievaluasi.
• Pasien diminta bernafas & santai, pasien tidak boleh menahan
nafas, tidak boleh bernafas keras, tidak boleh ekspirasi atau
mengucap kata “eh”
Pemeriksaan tonsil & faring

Inspeksi
a. Tonsil
• Warna: merah muda
• Tonsil meradang/infeksi: hiperemis
• Derajat pembesaran tonsil:
T0: Tonsil telah diangkat
T1: Tonsil masih berada dalam fossa tonsilaris
T2: Tonsil melewati arkus posterior hingga mencapai linea paramediana
T3: Tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai linea mediana
(pertengahan uvula)
T4: Tonsil melewati linea mediana (uvula)
• Mobilitas tonsil: terfiksir atau dapat digerakkan
• Permukaan tonsil: rata, berbenjol-benjol, atau kripte melebar
b. Dinding belakang faring
• Warna: merah muda
• Peradangan: hiperemis
• Infeksi kronis: pembesaran granul pada dinding belakang faring dan berwarna merah
• Nilai apakah ada ulkus dan terdapat parese atau paralisis
Pemeriksaan Fisik Laring
Pemeriksaan Laringoskopi Indirek
 Alat-alat yang dibutuhkan
Cermin laring, kasa, lampu kepala, lampu spiritus, xylocaine spray

Catatan: Cermin harus dipanaskan terlebih


dahulu dengan tujuan agar suhu cermin kurang
lebih sama dengan suhu tubuh sehingga ketika
cermin berada dalam faring dan mengenai udara
pernapasan, cermin tidak menjadi kabur.
 Prosedur pemeriksaan fisik laring
1. Anastesi faring dengan xylocaine spray (terutama bagi faring yang sensitif). Pemeriksaan dapat
dimulai kira-kira 10 menit setelah di anastesi
2. Cermin diuapkan terlebih dahulu
3. Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya
4. Ambil kasa dan pegang lidah dengan meggunakan tangan kiri. Jari di atas lidah, jari III di bawah
lidah, dan jari II menekan pipi
5. Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan di depan uvula) dan fokuskan cahaya pada
daerah tersebut
HAL YANG DAPAT DINILAI DARI PEMERIKSAAN
LARING :

1. Radiks Linguae, epiglotis dan sekitarnya


• Anatomi radiks lingue, epihotis, plika glossoepiglotica, valekula kiri dan
kanan.
• Nilai patologi yang terdapat pada struktur tersebut
• Nilai facies posterior tonsil : warna, ulkus
• Minta pasien mengucapkan huruf “iii” yang panjang sehingga laring tertarik ke
atas dan ke muka, epiglotis yang sebelumnya menutup introitus laringis
sekarang terbuka sehingga cahaya dapat masuk ke dalam laring dan trakea.
• Korda vokalis bergerak ke garis median.
2. Laring dan sekitarnya :
Nilai anatomi laring berupa:
Epiglottis dan pinggirnya
Aritenoid kiri & kanan
Dinding posterior & dinding lateral faring
Plika ventrikularis kiri & kanan
Komisura anterior & posterior
Korda vokalis kiei & kanan
Nilai apakah ada radang (pada laringitis akut & kronik), ulkus
(laringitis TB), udem, cairan & tumor
Nilai pergerakan korda vokalis kiri & kanan, simetris, ada
parese/tidak

3. Trakea →nilai anatomi, patologi mukosa, warna mukosa,


sekret, udem, tumor.
Info Tambahan
Kendala dalam melakukan pemeriksaan laringoskopi indirek :
Lidah pasien ditarik keluar sehingga frenulum lingue mungkin terjepit antara insisivus inferior kiri
dan kanan. Kalau terasa sakit, maka tangan kita akan ditolak oleh pasien
Lidah dipegang terlalu keras sehingga menimbulkan rasa sakit, akibatnya pasien menarik
lidahnya kedalam mulut , atau tangan dokter di tolak
Cermin dapat menimbulkan refleks muntah bila menyentuh faring. Jika cermin terlalu panas,
uvula terasa sakit, pasien akan berusaha menutup mulutnya.

Pemeriksaan Laringoskopi Direk


Alat yang dibutuhkan : Nasoendoskopi, xylocain spray
Prosedur :
1. Anestesi faring dengan xylocaine spray ( terutama bagi faring yang sensitif ).
2. Pemeriksaan dapat dimulai kira-kira 10 menit setelah anestesi.
3. Alat endoskopi diarahakan masuk ke laring dan didapatkan gambaran laring pada monitor
yang direkam melalui kamera yang terdapat dalam alat endoskopi.
PENYAKIT TENGGOROK
PENYAKIT – PENYAKIT TENGGOROK :

Tonsilitis
Faringitis
Laringitis
Carsinoma Laring
Benda Asing Tenggorok
TONSILITIS

Pendahuluan
• Merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan
bagian dari cincin Waldeyer
• Penyebaran infeksi melalui udara (air borne droplets),
tangan, dan ciuman
• Terjadi pada semua umur terutama anak
1. Tonsilitis akut

a. Tonsilitis viral
• Lebih menyerupai common cold disertai nyeri tenggorokan
• Penyebab tersering adalah virus Epstein Barr
• Hemofilus influenzae -> tonsilitis akut supuratif
• Virus coxschakie -> luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri

Terapi:
• Istirahat
• Minum cukup
• Analgetika
• Antivirus jika gejala berat
b. Tonsilitis bakteri Gejala:
• Masa inkubasi 2-4 hari
• Nyeri tenggorok
• Radang akut tonsil oleh • Nyeri saat menelan
kuman grup A • Demam tinggi
Terapi:
Streptokokushemolitikus • Lesu, nyeri sendi-sendi
• Antibiotik spektrum luas
• Tidak nafsu makan
• Infiltrasi pada lapisan epitel (penisilin, eritromisin)
• Nyeri telinga (otalgia)
jaringan tonsil menimbulkan • Antipiretik
• Obat kumur yang
reaksi radang -> keluarnya Tanda:
mengandung disinfektan
leukosit PMN sehingga • Tonsil membengkak, hiperemis, dan terdapat

terbentuk detritus -> detritus folikel, lakuna, atau tertutup membran


semu
tonsillitis folikularis dan
• Kelenjar submandibular membengkak dan
tonsilitis lakunaris
nyeri tekan
KOMPLIKASI

o Anak : Otitis media akut, sinusitis, abses peritonsil, abses parafaring,


bronchitis, glomerulonephritis akut, miokarditis, artritis, dan septikemia
akibat infeksi vena jugularis interna
o Hipertrofi tonsil: pasien bernapas melalui mulut, tidur mendengkur,
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS)
2. Tonsilitis Kronis

 Infeksi atau inflamasi tonsila palatina yang menetap.


 Proses radang berulang -> epitel mukosa + jar limfoid terkikis dan proses
penyembuhan jaringan limfoid diganti jaringan parut-> pengerutan sehingga kripti
melebar. Terjadi terus menerus -> menembus kapsul tonsil -> perlekatan dengan
jaringan fossa tonsilaris
 Kuman penyebab sama dengan tonsilitis akut namun kadang-kadang kuman
berubah menjadi kuman golongan gram negatif
● Faktor predisposisi, rangsangan menahun:
● Rokok, beberapa jenis makanan, hiegine mulut
buruk, cuaca, kelelahan fisik, dan pengobatan
tonsilitis akut yang tidak adekuat
Terapi:
• Terapi lokal ditujukan pada hiegene mulut dengan
berkumur atau obat isap
• Tonsilektomi jika infeksi yang berulang atau kronik, gejala
Tanda dan Gejala:
sumbatan, serta kecurigaan neoplasma
• Tonsil membesar dengan permukaan
tidak rata, kriptus melebar dan beberapa
kriptus terisi oleh detritus
Komplikasi:
• Rasa mengganjal di tenggorok
• Rhinitis kronis
• Dirasakan kering di tenggorok
• Perkontinuitatum -> sinusitis atau otitis media
• Napas berbau • Komplikasi jauh secara hematogen atau limfogen: endocarditis, artritis,
myositis, nefritis, uveitis, iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria,
furunkulosis
Tonsilektomi adalah suatu tindakan bedah yang mengangkat keseluruhan jaringan tonsil
palatina, termasuk kapsulnya dengan melakukan diseksi ruang peritonsiler di antara
kapsula tonsil dan dinding muskuler tonsil
REKOMENDASI TONSILEKLTOMI DALAM HEALTH
TECHNOLOGY, ASSESMENT (HTA) INDONESIA TAHUN 2004:

Indikasi absulot Indikasi relatif


- Hipertrofi tonsil yang menyebabkan: obstruksi - Terjadi 3 episode atau lebih infeksi
saluran napas misal pada OSAS, disfagia berat tonsil tiap tahun dengan terapi
yang disebabkan obstruksi, gangguan tidur, antibiotic adekuat
komplikasi kardiopulmoner, gangguan - Halitosis akibat tonsillitis kronik yang
pertumbuhan dentofasial, gangguan bicara tidak membaik dengan pemberian
- Riwayat abses peritonsil yang tidak membaik medis
dengan pengobatan medis dan drainase - Tonsilitis kronik atau berulang pada
- Tonsilitis yang membutuhkan biopsy untuk karier Streptokokus hemolitikus yang
menentukan patologi anatomi terutama untuk tidak membaik dengan pemberian
hipertrofi tonsil unilateral antibiotic resisten laktamase
- Tonsilitis yang ,menyebabkan kejang demam
GAMBAR TONSIL
Faringitis

Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis)  sebuah

Definisi penyakit yang menyerang tenggorokan atau faring.

Kadangkala juga disebut sebagai radang tenggorokan


Epidemiologi

• Di seluruh dunia penyebab faringitis yang sangat meluas adalah


S. Pyogenes. Morbiditas dan mortalitas dari faringitis
streptococcus memungkinan terjadinya komplikasi.

• Faringitis streptococcus dapat mengenai semua usia dengan


puncak kejadian pada anak-anak usia 5-15 tahun

• Faringitis virus dapat mengenai semua usia, terutama orang


dewasa
Etiologi
• Virus (40-60%): Rhinovirus, Parainfluenza, Morbili, Coxsackie,
Epstein Barr, Cytomegalovirus.
• Bakteri (5-40%): Streptococcus Beta Hemolitikus Grup A,
Gonorea
• Jamur: Candida
• Penyebab lain: alergi, trauma, toksin, dan lain-lain .
Patofisiologi

Penularan virus/bakteri melalui droplet udara yang berasal dari


pasien faringitis. Droplet ini dpt dikeluarkan melalui batuk dan
bersin

Bakteri hinggap pada sel di faring dan bermultiplikasi serta


mensekresikan toksin

Toksin menyebabkan kerusakan dan inflamasi pada sel yang


ditandai dengan adanya kemerahan pada faring.
Faringitis Akut

Definisi
Radang tenggorokan yang terjadi kurang dari 1 bulan

Etiologi
Bisa berupa infeksi virus (Rhinovirus, Influenza, Parainfluenza, Epstein Barr) maupun
bakteri (S. ß hemolitikus, S. Viridans, S. Pyogenes)

Patologi
Stadium awal terdapat hiperemis  edema dan sekresi meningkat.
Eksudat mula-mula serous menebal dan terbentuk mukus  mengering dan melekat
pada dinding faring.
Pada dinding faring bagian posterior tampak bercak-bercak yang membengkak dan
meradang.
Faktor Predisposisi

 Daya tahan tubuh ↓

 Gizi buruk, Penyakit sistemik (DM)

 Pengaruh cuaca ( Udara dingin, lembab)

 Kelelahann fisik

 Minum alkohol berlebihan


Faringitis virus
Definisi

• Faringitis dapat menjadi bagian dari infeksi saluran nafas atas atau infeksi
terlokalosir yang spesifik di faring.

• Pada sebagian besar kasus yang disebabkan oleh virus merupakan bagian
dari common cold dan influenza

Etiologi: Rhinovirus, Adenovirus, Virus Eipsten-Barr, HSV, Virus Influenza,


Virus Parainfluenza, Coronavirus, Enterovirus, Sitomegalovirus, HIV
Gejala Klinis

• Keluhan utama: Sakit tenggorokan pada pasien dengan


faringitis virus

• Gejala tambahan berupa demam disertai rinorea, mual dan


sulit menelan akibat nyeri tenggorokan.

• Umumnya gejala tidak membedakan antara penyebab


faringitis virus karena gejala dihasilkan oleh beberapa virus
yang dapat menyebabkan faringitis sama dan umumnya saling
melengkapi.
Pemeriksaan Fisik
o Inspeksi: Faring dan tonsil tampak hiperemis
o Ada eksudat tetapi umumnya kurang efusif dibandingkan
faringitis bakterial.
o Adenovirus pada anak dpt menimbulkan konjungtivitis.
o Epstain Barr Virus (EBV)  produksi eksudat banyak. Terdapat
pembesaran KGB di seluruh tubuh terutama retroservikal.

Diagnosis
o Faringoskopi: mukosa faring hiperemis dan edema
o Kultur dan usap tenggorokan
Tatalaksana

Terapi umum: istirahat, minum air Analgetik dan antipiretik: Ibuprofen,


yang cukup, kumur dengan air hangat, aspirin, acetaminophen
analgetik dan antipiretik bila perlu

Antiviral agent, seperti Acyclovir,


Valacyclovir.
Komplikasi Prognosis
Kebanyakan komplikasi faringitis virus Prognosis pasien dengan

berhubungan dengan common cold rendah. Otitis common cold baik. Pada umumnya orang
dewasa sembuh dalam seminggu dan anak-
media bakteri purulen dan sinusitis dapat terjadi.
anak sembuh dalam 2 minggu
Faringitis herpetica dapat menyebabkan

necrotizing tonsillitis, epiglotitis dan kekambuhan.

Pada influenza dapat terjadi komplikasi

pneumonia bakterial.
Faringitis Bakterial

Etiologi: Infeksi grup A streptokokus ꞵ hemolitikus


merupakan penyebab faringitis akut pada orang dewasa
(15%) dan pada anak (30%).

Gejala Klinis :
• Nyeri kepala yg hebat
• Nyeri tenggorokan,
• Demam dgn suhu yang sangat tinggi
• Malaise
• Pada anak-anak umumnya mual, muntah dan
nyeri abdomen, rhinorrhea, batuk, suara parau,
dan diare
Pemeriksaan Fisik
 Tampak tonsil membesar
 Faring dan tonsil tampak hiperemis dan terdapat eksudat
dipermukaannya
 Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada palatum dan faring
 Kelenjar limfe servikal membesar dan lunak; nyeri pada saat di tekan

Komplikasi
 Komplikasi supuratif dan non-supuratif dapat terjadi.
 Faringitis streptococcus jarang, tetapi dapat masuk melalui lubang dalam tubuh, penyebabnya
antara lain: Selulitis peritonsillar, Abses peritonsillar, Abses retrofaringeal, Abses parafaringeal,
Otitis media, Sinusitis, Mastoiditis, trombosis sinus venosus intrakranial, Pneumonia
Prognosis
 Faringitis streptococcus adalah penyakit yang sembuh sendiri. Pada pasien
dengan faringitis streptococcus yang tidak teratasi, gejala biasanya hilang
dalam 4-10 hari.
Pemeriksaan Penunjang dan Penatalaksanaan
Pemeriksaan laboratorium :
Kultur tenggorokan
Rapid Antigen Detection Test (RADTs)
Test antibodi Streptococcus

Penatalaksanaan
• Antiobiotik

Pencillin G Banzatin 50.000 U/kgBB, (i.m.) dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/kgBB dosis
dibagi 3 kali/hari selama 10 hari dan pada dewasa 3x500 mg selama 6-10 hari atau eritromisin
4x500 mg/hari.
• Kortikosteroid
• Deksamethason 8-16 mg (i.m.) 1 kali. Pada anak 0,08 – 0,3 mg/kgBB, (i.m.), 1 kali.
• Analgetika dan antipiretik : paracetamol/ibuprofen
• Kumur dengan air hangat atau antiseptik
Faringitis Kronis
Etiologi:

Definisi : • Rhinitis kronik

 Radang kronis yang mengenai mukosa faring • Sinusitis

dan jaringan limfo nodular di dinding faring. • Iritasi kronik oleh rokok dan minuman

 Terdapat 3 bentuk : beralkohol

a) Faringitis kronik hiperplastik • Debu dan inhalasi uap yang merangsang

b) Faringitis kronik atrofi mukosa faring

c) Faringitis spesifik • Kebiasaan bernafas melalui mulut karena


hidung yang tersumbat
Faringitis Kronik Hiperplastik
Pemeriksaan Fisik
• Tampak kelenjar limfa dibawah mukosa faring dan lateral bend
Gejala Klinis :
hiperplasi.
Mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya
• Pada pemeriksaan tampak dinding posterior tidak rata,
batuk berdahak.
bergranular.

Terapi
• Terapi lokal dengan melakukan kaustik faring menggunakan zat
kimia larutan nitras argenti atau dengan listrik (electro cauter)
• Simptomatis  obat kumur atau tablet hisap.
• Jika diperlukan  obat batuk antitusif atau ekspektoran.
Faringitis Kronik Atrofi

Gejala Klinis :
Umumnya tenggorok kering dan tebal serta mulut
berbau

Pemeriksaan Fisik
 mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental dan bila diangkat
tampak mukosanya kering

Terapi
 Pengobatan ditujukan pada rhinitis atrofi
 Untuk faringitis kronik atrofinya ditambahkan dengan obat kumur
dan menjaga kebersihan mulut.
Faringitis Kronik Spesifik
a. Faringitis Leutika
 Disebabkan oleh Treponema pallidum
 Gambaran klinis bergantung pada stadium.

1. Stadium Primer
3. Stadium Tersier
 Terdapat bercak putih pada lidah, palatum molle, tonsil dan
 Terdapat guma
dinding posterior faring.
 Guma pada palatum molle, bila sembuh akan
 Jika terus berlangsung dapat timbul ulkus pada faring.
menimbulkan gangguan fungsi palatum secara
permanen.
 Tampak predileksi pada tonsil dan palatum
2. Stadium Sekunder
 Terapi : penisilim
Eritema pada dinding faring
menjalar kearah laring.
b. Faringitis tuberkulosa
 Proses sekunder dari TB paru
 Terdapat 2 cara infeksi :
1. Eksogen: kontak dengan sputum yang terinfeksi atau inhalasi kuman melalui udara
2. Endogen: penyebaran melalui udara pada TB miliaris

Gejala dan tanda


 Anoreksia
Diagnosa
 Odinofagia
 Pemeriksaan sputum Terapi
 Nyeri yang hebat pada tenggorok
 Foto thoraks
 Otalgia Sesuai terapi TB
 Biopsi
 Pembesaran KGB servikal
LARINGITIS
Laringitis akut

Definisi

 “Peradangan akut (<3 minggu) pada laring yang


merupakan kelanjutan dari rinofaringitis (common
cold).”

 Pada anak, laringitis akut dapat menimbulkan sumbatan


jalan napas, sedangkan pada dewasa tidak secepat pada
anak.
Etiologi

Virus : Peradangan sistemik


- Virus influenza(tipe A dan B)
- Parainfluenza (tipe 1,2,3)
- Rhinovirus
- Adenovirus

Bakteri : Peradangan lokal


- Haemofilus influenzae
- Branhamella catarrhalis
- Streptococcus pyogenes
- Staphylococcus aureus
- Streptococcus pneumoniae
Faktor Resiko
Perubahan musim /cuaca
Penggunaan suara yang berlebihan

Zat iritatif : asap rokok dan minum-minum alkohol

Rhinitis Alergi
Malnutrisi
Makanan pedas atau air es
Menurunnya sistem imun
Tanda & Gejala

1. Gejala Umum Demam & malaise


:

2. Gejala Lokal:

Suara parau sampai afoni

Nyeri menelan (Odinofagi) atau berbicara

Gejala sumbatan laring (stridor inspirasi, sesak saat inspirasi, retraksi

supraclavicula, interkostal, epigastrial)

Batuk kering yang lama kelamaan disertai dahak kental


Diagnosis
Pemeriksaan fisik :
-
PF (Inspeksi & Palpasi)
-
Laringoskopi

 Pada pemeriksaan tampak mukosa laring


hiperemis dan edema
 Biasanya juga terdapat tanda radang akut di
hidung atau sinus paranasal atau paru .
Tatalaksana

 Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari.


 Menghirup udara lembab.
 Menghindari iritasi faring & laring.
 Antibiotika apabila peradangan berasal dari paru.
 Sumbatan laring (+), pasang pipa endotrakea, atau
trakeostomi
Benda Asing di Tenggorok
dan Leher

• Benda asing di tenggorok dapat terjadi di laring,


trakea, esofagus, faring atau tonsil, dan di dasar
Pendahuluan lidah
• Jenis benda asing yang ditemukan dapat berupa:
- Zat organik : kacang-kacangan, biji tumbuhan,
tulang ikan
- Zat anorganik : paku, uang logam, jarum, peniti,
batu
Patofisiologi

Laring
Proses Bolus masuk ke
ditutup
menelan jalan makan
epiglotis

Tertawa, Bolus masuk ke


menangis, teriak Laring
Inspirasi kuat jalan nafas
terbuka
dan dalam
Diagnosis

• Anamnesis : Keluhan (utama dan penyerta) = Gejala &


Tanda
• Pemeriksaan Fisik : Auskultasi & Palpasi, Bronkoskopi (gold
standar)
• Pemeriksaan Penunjang : radiologi dan endoskopi
Benda Asing Pada Laring
• Benda asing pada laring dapat menutupi laring, tersangkut pada pita suara atau
berada pada subglotis.
• Gejala sumbatan total laring : disfonia sampai afonia, apnea, sianosis, kematian.
• Gejala sumbatan parsial laring : suara parau, disfonia sampai afonia, batuk disertai
sesak, mengi, sianosis, hemoptisis, dispnea.

Tatalaksana :
• Anak : abdominal thrust dan chest thrust
• Dewasa : heimlich manuver
• Bila manuver-manuver ini gagal maka harus dilakukan krikotiroidotomi atau
trakeostomi
• Jika sudah tidak ada tanda kegawatan napas (pasien stabil), benda asing dapat
dikeluarkan dengan laringoskopi direk
Heimlich Manuver

Abdominal

Thrust

Chest
Thrust
Benda Asing Pada Trakea
• Gejala : batuk disertai rasa tercekik, napas berbunyi saat ekspirasi,
palpatory thud, audible slap, suara serak, dispnea, sianosis.
• Tatalaksana :
- Trakeostomi
- Bronkoskopi
- Endoskopi
Benda Asing Pada Esofagus
• Gejala : disfagia, nyeri di epigastrium, muntah setelah makan atau
minum
• Tatalaksana :
- Foto rotngen untuk menentukan
lokasi benda asing
- Esofagoskopi
- Pembedahan
Benda Asing Pada Faring atau Tonsil

Gejala : nyeri di tenggorok

Tatalaksana :

- Ekstraksi benda asing dengan menggunakan cunam


Benda Asing Pada Dasar Lidah

• Gejala : disfagia, nyeri di leher


• Tatalaksana :
- Mengeluarkan benda asing menggunakan kaca laring
dan cunam atau pinset
- Jika dengan tindakan di atas tidak berhasil,
Laringoskopi direk
KARSINOMA LARING
Definisi
Definisi: Karsinoma yang mengenai laring (supraglotik, glotik,
subglotik)

Etiologi

• Belum diketahui dengan pasti.


• Peneliti epidemiologik menggambarkan beberapa hal yang diduga
kuat menyebabkan terjadinya karsinoma laring ialah perokok,
peminum alkohol, dan terpajan oleh sinar radioaktif.
HISTOPATOLOGI

Karsinoma sel skuamosa meliputi 95%


sampai 98% dari semua tumor ganas
laring yang dibagi menjadi 3 tingkat
diferensiasi :
• Berdiferensiasi baik (grade 1);
• Berdiferensiasi sedang (grade 2);
• Berdiferensiasi buruk (grade 3);
Klasifikasi letak tumor

Tumor
Supraglotik Glotik Subglotik
ganas
- Mengenai pita transglotik
Mulai dari suara asli. Tumbuh lebih Tumor yang
daerah tepi atas - Batas dari 10 mm di menyeberangi
epiglotis sampai bawah tepi ventrikel
inferior :10
batas atas glotis bebas pita mengenai pita
mm di bawah
termasuk pita suara asli suara asli dan
tepi bebas pita
suara palsu dan sampai batas pita suara palsu,
suara.
ventrikel laring inferior atau meluas ke
- Batas superior subglotik lebih
krikoid.
: ventrikel dari 10 mm
laring
• Klasifikasi Tumor Ganas Laring (AJCC dan UICC 1988)

Tumor primer (T)


Supraglotik Glotik Subglotik
Tis Karsinoma insitu Karsinoma insitu Karsinoma insitu
T1 Pada satu sisi pita suara/pita suara palsu Pada 1 atau 2 sisi pita suara, tapi gerakan suara Terbatas di daerah subglotik
(gerakan masih baik) masih baik, atau tumor sudah terdapat pada
komisura anterior atau posterior

T2 Sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daerah Meluas ke supraglotik/subglotik, gerakan pita Meluas ke pita, pita suara
supraglotis dan glotis masih bisa bergerak suara masih dapat bergerak atau sudah masih dapat bergerak atau
(tidak terfiksir) terfiksasi (impaired mobility) sudah terfiksasi

T3 Terbatas di laring, fiksasi (+) dan atau meluas Meliputi laring dg fiksasi pita suara Tumor sudah mengenai laring
kedaerah krikoid bagian belakang, dinding dan pita suara sudah terfiksasi
medial dari sinus piriformis, dan ke arah
rongga pre epiglotis

T4 Sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi Tumor sangat luar dengan kerusakan tulang Tumor yang luas dengan
orofaring jaringan lunak pada leher atau sudah rawan tiroid atau sudah keluar dari laring destruksi tulang rawan atau
merusak tulang rawan tiroid perluasan ke luar laring
Klasifikasi Tumor Ganas Laring (AJCC dan UICC
1988)

Penjalaran ke kelenjar limfa (N) Metastasis jauh (M)

• Nx → kelenjar limfa tidak teraba • Mx → tidak terdapat/terdeteksi


• N0 → secara klinis kelenjar tidak teraba • M0 → tidak ada metastasis jauh
• N1 → teraba 1 kelenjar limfa dengan ukuran • M1 → terdapat metastasis jauh
diameter 3cm homolateral
• N2 → teraba kel.limfa tunggal, ipsilateral dengan
ukuran diameter 3-6cm
• N2a → 1 kel. Limfa ipsilateral, diameter > 3cm tapi
< 6cm
• N2b → multipel kel. Limfa ipsilateral, diameter
tidak lebih dari 6cm
• N2c → metastasis bilateral atau kontralateral,
diameter < 6cm
• N3 → metastasis kel.limfa > 6cm
GEJALA

• Serak → tergantung pada letak tumor,


• Dispnea & stridor.
• Nyeri tenggorok yang bervariasi.
• Disfagia & odinofagia.
• Batuk & hemoptisis.
• Nyeri alih ke telinga ipsilateral
• Halitosis.
• Penurunan BB.
• Pembesaran KGB leher.
• Nyeri tekan laring.
DIAGNOSIS

Anamnesa Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan penunjang
• Gejala dini : suara • Pemeriksaan THT:
parau ( > 2 minggu) • laringoskopi indirekta (LI),
• - Pemeriksaan laboratorium
• Gejala lanjut : • Laringoskopi direkta (LD)
• - Pemeriksaan radiologik:
dispnea & stridor, • laringoskopi serat optic • - Tomogram laring atau “CT-Scan”
(LSO)
kesulitan menelan • Pemeriksaan leher:
• - Biopsi

• Inspeksi (Perbesaran
kelenjar)
• Palpasi (pembesaran
membran krikotiroid /
tirohioid)
• Diagnosis pasti ditegakkan dengan
pemeriksaan patologi anatomi
Diagnosis Pasti • Bahan biopsi laring, dan biopsi
jarum halus pada pembesaran
kelenjar getah bening di leher.

• Tuberkulosis laring
• Tumor jinak laring (papiloma,
Diagnosa kista, polip)
Banding • Nodul vokal
Penatalaksanaan
1. Pembedahan
a. Laringektomi totalis atau parsial → berdasarkan
lokasi dan penjalaran tumor
b. Diseksi leher radikal → bila terdapat penjalaran ke
kel. Limfa

2. Radiasi → untuk mengobati glotis dan supraglotis T1-


T2
3. Obat sitostatika → diberikan pada stadium lanjut
sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif
Laring Normal Kars. Laring
(dg FOL) (dg FOL)
Laringektomi total

Stoma
REHABILITASI SUARA

Umum Khusus

Agar pasien dapat memasyarakat dan - Rehabilitasi suara (voice


mandiri kembali. rehabilitation) → pasien dapat
berbicara (bersuara) →
berkomunikasi verbal.
- Alat bantu suara:
a. Vibrator → di tempelkan di daerah
submandibula,
b. Esophageal speech → melalui
proses belajar.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai