Anda di halaman 1dari 103

Tenggorok

Dr.rosmini sp.tht-kl

SMF THT RSUD Jayapura


Page 1
Mulut
• Rongga mulut terletak didepan batas
bebas palatum mole, arkus faringeus
anterior dan dasar lidah. Bibir dan pipi
terutama disusun oleh sebagian besar otot
orbikularis oris yang dipersarapi oleh nerv
us fasialis
• Palatum dibentuk oleh dua bagian:
remaksila yang berisi gigi seri dan berasal
rosesus nasalis media
dan palatum posterior baik palatum durum
dan palatum mole.
• Dibentuk oleh gabungan
dari prosesus palatum, oleh karena itu,
celah palatum terdapat garis tengah
belakang tetapi dapat terjadi kearah
maksila depan.

Page 2
Lidah
• Lidah dibentuk dari beberapa tonjolan epitel dida
sar mulut

• Lidah bagian depan terutama berasal dari daerah


brankial pertama dan dipersarafi oleh nervus
lingualis dengan cabang korda timpani dari saraf
fasialis yang mempersarafi cita rasa dan sekresi
kelenjar submandibula.

• saraf glosofaringeus mempersarafi rasa dari


sepertiga lidah bagian belakang.

• Otot lidah berasal dari miotom posbrankial yang


bermigrasi sepanjang duktus tiroglosus keleher.

Page 3
Anatomi dan Fisiologi Faring
• Suatu kantong fibromuskuler
yang berbentuk seperti corong,
yang di mulai dari dasar
tengkorak terus menyambung ke
esofagus.

Page 4
Bentuk mukosa bervariasi,
Mukosa tergantung letaknya.

Orofaring dan laringfaring :


Nasofaring
saluran cerna = epitel pipih berlapis,
saluran respirasi = mukosanya bersilia
tidak bersilia

Page 5
Otot

Page 6
Page 7
Berdasar letaknya faring dibagi atas :

1. Nasofaring
2. Orofaring
3. Laringofaring (hipofaring)

Page 8
Nasofaring
•Batas atas : dasar tengkorak

•Bawah :palatum mole

•Depan : rongga hidung

•Belakang : vertebra servikal

Berhubungan dengan erat dengan


beberapa struktur penting, seperti
adenoid, jaringan limfoid pada
dinding lateral faring, torus tubarius,
kantong Rathke, choanae, foramen
jugulare, dan muara tuba Eustachius.

Page 9
Orofaring/mesofaring

•Batas atas : palatum mole

•Batas bawah : tepi atas epiglotis

•Depan : rongga mulut

•Belakang : vertebra servikal

Struktur yang terdapat di


rongga orofaring:
1. Dinding posterior
2. fosa tonsil
3. tonsil
Page 10
Laringofaring (hipofaring)

Batas superior : tepi atas epiglotis

Batas anterior : laring

Batas Inferior : esofagus

Batas posterior : vertebra servikal

Struktur yang terdapat di sini


adalah vallecula epiglotica,
epiglotis, serta fossa piriformis.

Page 11
Anatomi laring

Page 12
Otot ekstrinsik (laring secara keseluruhan)
- Suprahioid : m. Digastrikus, m. Geniohioid, m. Stilohioid, m. Milohioid  fx: menarik laring
ke bawah
- Infrahioid : m. Sternohioid, m. Omohioid, m. Tirohioid  fx : menarik laring ke atas
Otot intrinsik ( bag. trtntu  gerakan pita suara)
- Lateral : m. Krikoaritenoid, m. Tiroepiglotika, m, vokalis, m. Tiroaritenoid, m. Ariepiglotika,
m.krikotiroid
- Posterior : m.aritenoid transversum, m.aritenoid oblik dan m.krikoaritenoid pesterior

Page 13
Vaskularisasi & persyrafan Pembuluh limfe

• a.laringis superior  mukosa dan otot2 laring


• a.Laringis inferior mukosa dan otot serta

Page 14
Fisiologi Menelan
Terdapat 3 fase dlm proses menelan :

~ Fase Oral : bolus dari mulut  faring 


voluntary
~ Fase faringeal : Saat transpor bolus makanan
melalui faring  involuntary
~ Fase esofagal : Bolus esofagus (gerakan peristaltik)
 lambung  involuntary

Page 15
Page 16
Pemerikaan Fisik TONSIL dan FARING

Alat – alat yang dibutuhkan: Spatel, lampu


kepala

Teknik pemeriksaan:
Pasien diminta untuk menjulurkan lidahnya
dan kemudian pemeriksa menggunakan
spatel menekan lidah ke bawah dan
daerah faring dan tonsil dievaluasi.

Evaluasi : dinding belakan faring, uvula, arkus


faring, tonsil, buccal, gusi, gigi geligi

Page 17
Besar tonsil ditentukan sebagai berikut :
T0 : tonsil sudah diangkat
T1 : bila masih dalam fossa tonsilaris
T2 : tonsil melewati arcus posterior hingga
mencapai linea paramediana
T3 : tonsil melewati linea paramediana hinnga
mencapai linea mediana (pertengahan uvula)
T4 : tonsil melewati linea mediana (uvula)

Page 18
Pemeriksaan Tenggorok

Laringoskopi Indireck

Page 19
Laringoskopi inderect

Alat – alat :
– Cermin laringoskop yang besar, lampu
spiritus, larutan tetrakain/xylocain
spray buat faring yang sensitif, kain
kassa yang dilipat

Tahap – tahap pemeriksaan :


– Memeriksa radix linguae, epiglotis dan
sekitarnya
– Memeriksa lumen laring dan rima
glotidis
– Memeriksa bagian yang letaknya
kaudal dari rima glotidis Page 20
Pelaksanaan :
– Anestesi faring dengan tetrakain. Pada umumnya anestesi ini
tidak diperlukan, kecuali untuk faring yang sangat sensitif.
Pemeriksaan dapat dimulai kira – kira 10 menit setelah
disemprotkan larutan tetrakain.
– Mulut harus dibuka lebar – lebar, harus bernapas dari mulut
– Penderita diminta menjulurkan lidah panjang – panjang.

Bagian lidah yang diluar mulut :


– Dibungkus dengan kain kassa, kita pegang dengan tangan
kiri, jari I di atas lidah, jari III di bawah lidah dan jari II
menekan pipi.
– Dipegang dengan tenaga yang optimal. Lebih keras dari itu
menyebabkan penderita merasa sakit, bila lebih lunak lidah
akan terlepas

Page 21
Laring
Cermin dipegang dengan tangan kanan, seperti memegang pensil arah
cermin ke bawah.
Cermin dipanasi (lebih sedikit dari 37ºC), supaya nanti tidak menjadi
kabur.
Panas cermin dikontrol pada lengan bawah kiri pemeriksa. Cermin
dimasukkan ke dalam faring, dan mengambil posisi di muka uvula.
Kalau perlu uvula didorong sedikit ke belakang dengan punggung
cermin, cermin disinari.

Page 22
Laring

Page 23
Untuk pemeriksaan laringoskopia inderekta kepala
penderita diatur dalam tiga posisi, yaitu :
– Posisi tegak (a)
– Posisi Killian : lebih jelas untuk melihat sekitar komisura
posterior (b)
– Posisi Turck’s lebih jelas untuk melihat sekitar komisura anterior
(c)
Tahap I : Radix lingue, epiglotis dan sekitarnya
– Kelihatan gambar dri radix linguae, epiglotis yang menutup
introitus laringitis, plica glossoepiglotika, valekula kiri dan
kanan.
– Perhatikan anatominya
– Perhatikan patologinya : oedem dari epiglotis, ulkus, tumor,
korpus alienum
– Facies psoterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa
yaitu pada awal tahap 1 atau pada akhir tahap 3
– Perhatikan : warna, aftae, ulkus

Page 24
– Untuk keperluan ini penderita disuruh
menngucapkan huruf “iii” yang panjang dan
yang tinggi.
– Akibat mengucapkan huruf “iii” yang tinggi itu,
ialah laring ditarik ke atas dan ke muka
– Dalam gerakan ke atas dan ke muka itu, ikut
pula serta epiglotis
– Epiglotis yang sebelumnya menutup introitus
laringis, sekarang terbuka sehingga cahaya
dapat masuk ke dalam laring dan trakea
– Korda vokalis bergerak ke garis median.

Page 25
Tahap 2 : melihat laring dan sekitarnya
Perhatikan anatomi laring, berupa :
– Epiglotis dan pinggirnya
– Aritenoid kiri dan kanan
– Plika ari-epiglotika kiri dan kanan sinus piriformis kiri dan kanan
– Dinding posterior dan dinding lateral faring
– Plika ventrikularis kiri dan kanan
– Komisura anterior dan posterior
– Korda vokalis kiri dan kanan

Page 26
Tahap 3 : melihat trakea
• Biasanya korda vokalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi
• Dalam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis,
sehingga mukosa trakea hanya dapat dilihat waktu belum ada
adduksi yang komplit, atau di waktu permulaan abduksi.
• Perhatikan anatomi, patologi mukosa, warna mukosa, sekret regio
subglotik, oedem, tumor

Page 27
Laringoskopi direct

Posisi Respirasi

Posisi Fonasi

Posisi Berbisik

Page 28
• Alat : Nasoendoskopi
• Prosedur : alat endoskopi diarahkan
masuk ke laring dan didapatkan gambaran
laring pada monitor yang direkam melalui
kamera yang terdapat dalam alat
endoskopi

Page 29
TONSILITIS AKUT

 Definisi :
Infeksi pada akut jaringan tonsil palatina
 Etiologi
 Virus (tersering)  Epsteins Barr virus
 H. influenzae
 Strep. beta-hemolitikus (30 – 40%)
 Insiden :
 Anak 3 – 10 tahun (sering)
 usia 15-25 tahun

30 Page 30
GEJALA KLINIS

Tenggorok rasa kering


 Nyeri tenggorok
 Nyeri telan hebat – mendadak
 Anak tidak mau makan
 “ Referred pain “ (sendi dan
telinga)
Panas tinggi  anak kejang
 Sakit kepala
 Mual / muntah / nyeri perut
Plummy voice/ hot potato
voice
31 Page 31
PEMERIKSAAN FISIK

Plummy voice “
 “ Foetor ex ore “
 Ptialismus (nyeri tekan hebat)
 Tonsil udem, hiperemis, dan detritus
 Edematous
 Ismus fausium menyempit
Palatum mole, arkus anterior dan arkus posterior
juga udem dan hiperemis.

32 Page 32
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Darah lengkap
b. Usap tonsil

DIAGNOSA BANDING

a. Faringitis.
b. Tumor tonsil.
c. Abses peritonsilar
Page 33
33
PENGOBATAN

 Istirahat
 Makan Lunak
 Minum Hangat

 Kausal  Antibiotik

 Simtomatik  Analgetik/Antipiretik/Kortikosteroid

34 Page 34
KOMPLIKASI

1. Lokal  Abses peritonsil, abses retrofaring, otitis

media akut, tonsilitis kronik.

2. Sistemik  septikemia, endokarditis, glomerulonefritis

akut, poliartrritis rematik indikasi tonsilektomi.

35 Page 35
EDUKASI

1. Mencegah penularan
 tdk bergantian alat makan / minum
 tutup mulut / hidung bila batuk / bersin
2. Meningkatkan kondisi badan
 olah raga teratur
 makanan bergizi
3. Meningkatkan daya tahan lokal
 menghindari iritan

36 Page 36
37 Page 37
TONSILITIS KRONIK

DEFINISI
Peradangan kronik dari tonsila palatina yang
merupakan kelanjutan dari tonsilitis akut
yang tidak sembuh.

ETIOLOGI

Streptococcus B-hemolyticus

Page 38
Gejala Klinik

o Nyeri telan ringan  hebat ( eksaserbasi akut )

o Rasa mengganjal

o Tenggorok terasa kering

o “ halitosis“

o Buntu hidung ( ngorok )  adenoid membesar

o Gangguan pendengaran ( adenoid membesar )

Page 39
PEMERIKSAAN FISIK

o Tonsil membesar
o Hiperemis
o Permukaan yang tidak rata,
o Kriptus melebar, dan kriptus berisi detritus.
o Pembesaran kelenjar limfe submandibula
o Tonsil yang mengalami perlengketan.

Page 40
Grade Tonsilitis

Rasio Perbandingan Tonsil Dengan Orofaring


Page 41
PENGOBATAN

 Serangan akut  sama dengan tonsilitis akut

 Tonsilektomi / adenotonsilektomi 

bila serangan >4 kali dalam satu tahun

42 Page 42
Health Technology Assessment (2004)

Indikasi Absolut

1. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran


nafas, disfagia berat, gangguan tidur dan komplikasi
kardiopulmonar
2. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan
medis dan drainase
3. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam
4. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan
patologi anatomi
Page 43
Indikasi Relatif

1. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan


terapi antibiotik adekuat
2. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik
dengan pemberian terapi medis
3. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptococcus
yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik laktamase
resisten.

Page 44
KOMPLIKASI

Lokal
Abses peritonsil, abses retrofaring, otitis
media akut, tonsilitis kronik

Sistemik

septikemia, endokarditis, glomerulonefritis


akut, poliartrritis rematik indikasi
tonsilektomi.
45 Page 45
Page 46
Tonsilitis Difteri

Defenisi
Anak < 10 tahun (2-5 tahun).
infeksi akut mukosa faring yg
spesifik oleh karena kuman
difteri.
Biasanya juga mengenai tonsil  difteri
faring dan tonsil
Etiologi (TONSILOFARINGITIS DIFTERI).
Juga dpt terjadi pd hidung, laring
Corynebacterium diphtheriae
(gram positif)

Page 47
Gejala Dan Tanda

• Gejala umum : subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu


makan, badan lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri
menelan
• Gejala lokal : tonsil membengkak ditutupi bercak
putih kotor (membran semu), dapat meluas ke
palatum mole, uvula, nasofaring, laring, trakea, dan
bronkus dan dapat menyumbat saluran nafas. Bull
neck, jika diangkat akan mengalami perdarahan.

Page 48
Lanjutan…

• Gejala akibat eksotoksin

miokarditis, decompensatio cordis, albuminuria,


kelumpulan otot palatum dan otot-otot pernapasan
(saraf kranial)

Page 49
Diagnosis

• Gambaran klinik

• Pemeriksaan preparat langsung kuman.

Page 50
TERAPI
o Terapi didasarkan gambaran klinik
o Anti Difteri Serum diberikan segera tanpa menunggu hasil
kultur, dengan dosis 20.000-100.000 unit tergantung umur
dan jenis kelamin.
o Antibiotik penisilin atau eritromisin 25-50 mg/kgBB/hari.
o Antipiretik untuk simptomatis dan pasien harus diisolasi.
o Perawatan harus istirahat di tempat tidur selama 2-3
minggu.

51 Page 51
52 Page 52
Abses Peritonsilar

Defenisi

Penyakit yang merupakan komplikasi dari tonsilitis akut yang


terjadi karena infeksi yang menjalar dari tonsil sehingga timbul
infiltrat di sebelah medial dari m. constrictor pharyngis superior lalu
menjadi abses (biasanya unilateral).

Etiologi

streptococcus beta hemolyticus


grup A.

Page 53
Gejala Klinis
• Demam
• sakit kepala
• Odinofagi hebat
• Foex ex ore
• Trismus  iritasi dari m. pterygoideus internus
• Sakit tenggorok

Page 54
Pemeriksaan Fisik

• Daerah sekitar tonsil (palatum molle) edema dan


hiperemis

• Tonsil terdorong ke tengah, depan, dan bawah

• Uvula bengkak dan terdorong ke sisi kontralateral

Page 55
Tatalaksana

• Antibiotik

• Simptomatik : analgetik/antipiretik

• Abses : insisi untuk mengeluarkan nanah

Page 56
Page 57
FARINGITIS AKUT
Faringitis merupakan peradangan dinding
faring yang disebabkan oleh virus (40-60%),
Defenisi
bakteri (5-40%), alergi, trauma, iritan, dan
lain-lain.

faktor lingkungan :
Fungal : candida
iritasi rokok
Etiologi

Bakteri : streptokokus beta hemolitikus grup Virus : rhino v., corona v., v.
A, B, C dan G, stafilokokus, hemofilus, influenza A & B, parainfluenza,
neisseria sp, korine bakterium sp, adeno v., resp. syncytial v., entero
v.

Page 58
Faktor Resiko

A. Paparan udara yang dingin.

B. Menurunnya daya tahan tubuh.

C. Konsumsi makanan yang kurang gizi.

D. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, makanan.

E. Refluks asam lambung

Page 59
Gejala klinis

• VirusDidahului rinitis akut, demam, rinorea dan


maul
• Bakteri nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai
demam dengan suhu yang tinggi, jarang disertai
batuk.
• Fungal nyeri tenggorok dan nyeri menelan

Secara garis besar faringitis menunjukkan tanda dan gejala


umum seperti lemas, anorexia, demam, suara serak, kaku dan
sakit pada otot leher.
Page 60
Pemeriksaan Fisik

Tampak faring dan tonsil hiperemis,


Faringitis Viral
eksudat, maculopapular rash.

Plak putih diorofaring dan pangkal


Faringitis Fungal lidah, sedangkan mukosa faring
lainnya hiperemis.

Page 61
Faringitis bakterial

• Tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan terdapat


eksudat di permukaannya.

• Bercak petechiae pada palatum dan faring.

• Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar,


kenyal dan nyeri pada penekanan.

Page 62
Pemeriksaan Penunjang

A. Pemeriksaan darah lengkap.

B. Terinfeksi jamur, menggunakan slide dengan pewarnaan


KOH.

C. Pemeriksaan mikroskop dengan pewarnaan gram.

Page 63
Penatalaksanaan

• Istirahat yang cukup

• Minum air putih yang cukup

• Berkumur dengan air hangat dan antiseptik

• Kausal : antibiotik

• Simtomatik : analgetik/antipiretik

• Jika fungal diberikan nystatin

• kortikosteroid

Page 64
Komplikasi

• Lokalis : otitis media, sinusitis, abses retrofaring,

abses peritonsilar

• Sistemik : nefritis, demam rematik, septikemia

Page 65
Edukasi

a. Menjaga daya tahan tubuh

b. Berhenti merokok

c. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi

d. Selalu menjaga kebersihan mulut

e. Mencuci tangan secara teratur

Page 66
Page 67
Faringitis Kronik

Definisi

Peradangan Kronik Dari


Mukosa Faring

Etiologi

• Infeksi pada mukosa faring yang


Infeksi Yang Meluas
berulang
Dari Hidung Atau
• Paparan lama terhadap berbagai macam
Tonsil.
iritan seperti alkohol, dan rokok

Page 68
Gejala klinis
Faringitis kronik
hiperplastik

mula-mula tenggorok kering,


gatal dan akhirnya batuk yang
berdahak

Faringitis kronik
atrofi

umumnya tenggorok kering


dan tebal serta mulut berbau.

Page 69
Pemeriksaan Fisik
• Faringitis kronik hiperplastik, kelenjar limfa di bawah
mukosa faring dan lateral lateral band hiperplasi.
Mukosa dinding posterior tidak rata dan bergranular
(cobble stone).

• Faringitis kronik atrofi mukosa faring ditutupi oleh


lendir yang kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering.

Page 70
Terapi

• Pada faringitis kronik hiperplastik, penyakit hidung


dan sinus paranasal harus diobati.

• Pada faringitis kronik atrofi pengobatan ditujukan


pada rhinitis atrofi.

• Pada faringitis kronik hiperplastik dilakukan kaustik


1x/hari selama 3-5 hari.

Page 71
Page 72
Benda Asing Tenggorok

DEFINISI

Benda asing di dalam suatu organ ialah benda yang


berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang
dalam keadaan normal tidak ada.Benda asing yang
berasal dari luar tubuh, disebut benda asing
eksogen, biasanya masuk melalui hidung atau
mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh,
disebut benda asing endogen

Page 73
PREDISPOSISI
• Pada anak :
 dental : molar belum tumbuh
 fisiologis : fungsi menelan belum sempurna

74
 kebiasaan : makan sambil tertawa, teriak
 kelalaian : memberi makanan yang keras
• Pada dewasa :
 kelalaian : gigi palsu tidak dilepas waktu tidur

 makanan / benda berada dalam mulut

Page 74
JENIS BENDA ASING
 organik : kacang
- iritasi mukosa (24 jam)
edema

75
sekret purulen
 non-organik : logam / plastik
- obstruksi parsial
- dapat ditoleransi lebih lama
- iritasi lebih ringan
- diagnosis lebih mudah

Page 75
DIAGNOSIS
 Anamnesis :
1. Batuk : - setelah / sedang makan sesuatu
- mendadak, bertubi-tubi

76
- sampai biru, ok : - obstruksi
- tak sempat inspirasi
 merupakan refleks : watch dog reflex
 benda asing dapat pindah tempat
masuk bronkus : fase tenang/tidak batuk
 anamnesis batuk selalu ada
2. Sesak napas inspiratoir
3. Suara parau : b.a. di pita suara / subglotik

Page 76
DIAGNOSIS ……
 Pemeriksaan
tergantung pada : - besar / kecil benda asing
- tempat
 Inspeksi :

77
- stridor inspirasi
- retraksi: supraklavikular , suprasternal ,
interkostal , epigastrium
- gerak dada pada pernapasan sisi sakit <
- parau bila benda asing pada : - pita suara
- subglotik

Page 77
DIAGNOSIS ……
 Palpasi :
gerak dada pada pernapasan sisi sakit
 Perkusi :
suara napas pada sisi sakit <

78
 Auskultasi :
bila baru : normal
lama : ronki (+)

Benda asing pada :


bronkus : suara napas D tidak sama dg S
trakea : suara napas D = S

Page 78
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

• foto toraks :

79
- hanya pada kasus tertentu
- benda asing radio-opaque

Page 79
PENATALAKSANAAN
Segera kirim ke RS
 untuk ekstraksi benda asing / bronkoskopi
 kirim dengan ambulans + oksigen
 tidak mungkin kirim :  trakeotomi

80
 Heimlich Maneuver

BA Jalan Napas  kasus gawat darurat


walaupun saat itu tidak sesak (fase tenang)
ok. benda asing dapat pindah tempat
 obstruksi jalan napas

Page 80
HEIMLICH MANEUVER

 Hanya pada obstruksi laring yang total


 Dasar :
dorongan elevasi diafragma tiba-tiba

 ekspulsi udara dari paru


(tidal volume + expiratory reserve)
 yang cepat dan kuat

81

mendorong benda asing keluar Page 81


CARA HEIMLICH MANEUVER
• Melakukan pendorongan pada abdomen di bawah
xyfoid, sedikit di atas umbilicus ke arah atas
dengan cepat

82
• Penderita berdiri :
dengan kepalan tangan kanan, sisi ibu jari &
jari telunjuk menempel pada abdomen
• Penderita berbaring :
dengan pangkal telapak tangan
• Penderita anak :
dengan ujung jari telunjuk + jari tengah

Page 82
Heimlich Maneuvre

83

Page 83
84

Page 84
Menolong
diri sendiri

85

Page 85
KOMPLIKASI
1. Obstruksi total laring – trakea
2. Atelektase ok obstruksi total
3. Emfisema

86
 udara dapat masuk tapi tak dapat keluar
yaitu, bila : - edema (+)
- tumpukan sekret (+)
ok. waktu inspirasi lumen bronkus melebar
ekspirasi lumen bronkus mengecil
4. Bronkitis
Page 86
PENCEGAHAN

1. Jangan biarkan anak memasukkan


mainan / barang kecil ke dalam mulut.

87
2. Jangan biarkan anak makan sambil
bergurau / berlari.
3. Jangan beri makanan keras pada anak
dengan geraham yang belum lengkap.

Page 87
DEFENISI
• Benda asing di esofagus :
benda yang tajam atau tumpul,
ataupun makanan yang tersangkut
dan terjepit di esofagus karena
tertelan,baik secara sengaja
ataupun tidak sengaja.
• Terjadi pada semua umur
• Sering di daerah penyempitan
fisiologis
• Komplikasi fatal jika sudah perforasi
Page 88
PATOGENESIS
Empat daerah penyempitan fisiologis :
1. Sfingter esofagus atas
2. Penyilangan dengan arkus aorta
3. Penyilangan dengan bronkus kiri
4. Sfingter esofagus bawah di esofagus
Atau adanya kelainan anatomis
Benda Asing diesofagus lama komplikasi

Inflamasi,toksisitas,perforasi
Page 89
MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri di daerah leher/tidak enak di
epigastrium
• Disfagia/odinofagia
• Hipersalivasi
• Regurgitasi
• Muntah
• Hematemesis
• Nyeri punggung :perforasi
• Gangguan napas :stridor,jika menekan
laring
• Lama : iritabilitas,gangguan pertumbuhan
pada anak
• Perforasi Sepsis: demam, syok
Page 90
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Riwayat ingesti
• Riwayat orangtua melihat anaknya
memasukkan benda ke dalam mulut
• Gejala,kadang asimptomatik terutama anak-
anak

PEMERIKSAAN FISIK
• Kekakuan lokal pada leher
• Perforasi ; mediatinitis,emfisema auskultasi
: suara getaran,palpasi : adanya krepitasi
• Tanda komplikasi lainnya
Page 91
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak terlalu berperan,kecuali sudah ada komplikasi

2.Pemeriksaan Radiologi
posisi AP dan lateral
foto ulangan untuk melihat benda asing berpindah/tidak
sangat jelas melihat benda radioopak seperti uang logam
benda radiolusen: dilihat apakah ada tanda inflamasi
periesofagus atau hiperinflamasi hipofaring dan esofagus
bagian proksimal.

Page 92
PENATALAKSANAAN
• Pengangkatan benda asing dengan esofagoskopi dan
cunam yang sesuai dengan benda asing
• Pasang NGT jika curiga perforasi kecil
• Tidak bisa dengan esofagoskopi :pembedahan
• Secara umum penatalaksanaan berdasarkan kondisi
pasien: stabil atau tidak stabil
• Tidak stabil : management airway, endoskopi urgensi
• Stabil : endoskopi (gold standar), observasi (jika benda
kecil),obat yang merelaksasi sfingter
• Endoskopi : tatalaksana yang paling direkomendasikan

Page 93
Page 94
Karsinoma Nasofaring
Tumor ganas yang
Defenisi menyerang daerah
nasofaring

Hampir 60% tumor ganas


Infeksi Epstein Barr Virus,
Etiologi kepala dan leher merupakan
Genetik, lingkungan
karsinoma nasofaring.

Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas
Epidemiologi
kepala dan leher yang
menempati urutan pertama.

Page 95
Gejala Klinis
Epistaksis, obstruksi nasi,
Hidung
blood stained rhinore.

Tiga Dari Empat Gejala

tinitus, rasa penuh,


Telinga
otalgia

Diagnosa KNF
Diplopia, neuralgia
Mata & saraf
trigeminus

Leherr Benjolan (Tumor Colli)

Page 96
• Rhinoskopi anterior : ada massa atau tidak, FPM negatif
Diagnosis
• Rhinoskopi posterior : ada massa atau tidak
• Nasoendoskopi
• Ct scan sinus paranasalis potongan axial
• Foto thoraks
• USG Abdomen
• Bone survey

Page 97
KLASIFIKASI TNM

T  tumor primer, besar dan perluasannya.


T1 : tumor terbatas pada nasofaring
T2 : tumor meluas ke orofaring dan/ atau fossa nasal.
T2a : tanpa perluasan ke parafaring
T2b : dengan perluasan ke parafaring
T3 : invasi ke struktur tulang dan/ atau sinus paranasal
T4 : tumor meluas ke intrakranial dan/atau mengenai saraf otak, fossa
infratemporal, hipofaring atau orbita.

Page 98
N  kelenjar limfe regional
N0 : tidak ada pembesaran kelenjar.
N1 : terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm.
N2 : terdapat pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm.
N3 : terdapat pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke
supraklavikular.

M metastasis jauh

M0 : tidak ada metastasis jauh.


M1 : terdapat metastasih jauh.

Page 99
Staging Menurut UICC (1992)
Stadium 1 T1 N0 M0

Stadium II T2 N0 M0

Stadium III T1/T2/T3 N1 M0

T3 N0 M0

Stadium IV T4 N0/N1 M0

T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0

T1/T2/T3/T4 N0/N1/N2/N3 M1

Page 100
Tatalaksana

• Karsinoma nasofaring merupakan kanker yang


sensitif terhadap radioterapi dan kemoterapi

Page 101
Page 102
Page 103

Anda mungkin juga menyukai