Anda di halaman 1dari 34

ANATOMI

FISIOLOGI THT

oleh :

Ersabriana Victor Putri, S.Kep, Ns.


Fitriantika Alfi Nugraheni, S.Kep, Ns.
Ghina Atika Putri Joris, S.Tr.Kep, Ners.
ANATOMI
FISIOLOGI
TELINGA
ANATOMI TELINGA MANUSIA

TELINGA
TERBAGI
MENJADI 3
BAGIAN YAITU:

1. TELINGA
LUAR
2. TELINGA
TENGAH
3. TELINGA
DALAM
BAGIAN-BAGIAN TELINGA
FISIOLOGI PENDENGARAN
Gangguan yang sering Terjadi pada Telinga

A. Serumen
Merupakan kelenjar secret kelenjar sebasca dan apokrin yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang
telinga. Pada keadaan normal serumen terdapat di sepertiga liang telinga.

B. Benda asing
enda asing yang biasa ditemukan pada liang telinga berupa benda yang hidup seperti larva, kupu-kupu,
anak kecoa sedangkan benda mati yang bisa ditemukan pada liang telinga berupa mainan, manik-manik,
kacang hijau, ujung kapas pada cotton bud yang patah sering ditemukan terutama pada orang dewasa.

C. Otitis Eksterna
Merupakan radang telinga akut maupun kronis yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan
virus.

D. Keratosis Obturans dan Kolesteatoma eksterna


keratosis obturans terdapatnya gumpalan epidermis pada liang telinga yang dapat menyebabkan
terbentuknya sel epitel yang berlebihan dan tidak bermigrasi ke arah telinga luar.
TINDAKAN OPERASI YANG SERING TERJADI PADA TELINGA

A. Tindakan Mastoidektomi
Tindakan ini dilakukan untuk mengeluarkan sel udara mastoid sebagai
pengobatan infeksi telinga tengah atau bagian dari prosedur implantasi kokklear.

B. Tindakan Timpanoplasti
Merupakan Tindakan operasi telinga untuk memperbaiki gendang telinga
(membrane timpani) dengan atau tidak disertai memperbaiki telinga tengah serta
tulang pendengaran.
ANATOMI
FISIOLOGI
HIDUNG
HIDUNG

ANATOMI FISIOLOGI

1. Pengertian Hidung : organ


Fungsi hidung :
yang berfungsi sebagai alat
pernafasan (respirasi) dan indra 1. Respirasi
penciuman (pembau). Bentuk 2. Air conditioning
dan struktur hidung menyerupai 3. Filtrasi
piramid atau kerucut dengan
alasnya pada prosesus palatinus 4. Vocal resonance
osis maksilaris dan pars 5. Nasal refleck
Struktur hiduhorizontal osis 6. olfaction
palatum.
2. Struktur hidung :
- Nasus eksternus
- Nasus internus
Struktur Hidung : Nasus Eksternus
Bentuk Piramid di apertura
piriformis :
1. Pangkal (radix)
2. Batang (dorsum)
3. Puncak (apex)
4. Ala Nasi
5. Kolumela
6. Lubang (nares anterior)
KERANGKA HIDUNG LUAR :
Struktur Hidung : Nasus internus

Terdiri dari :
1. Lubang Hidung.
2. Bulu Hidung.
3. Septum
(Pemisah) Hidung.
4. Rongga Hidung.
5. Saraf Hidung (Saraf
Olfaktori)
6. Sinus Hidung.
7. Tulang Rawan Hidung.
8. Silia.
Hidung dalam :
- Cavum Nasi
1. Tulang : os vomer, krista maksila, krista palatine
2. Cartilago : lam perpendikularis ossis etmoidalis, cortilago
quadriangularis
- Nares
- Vestibulum
- Ala Nasi

Konka : Turbinate : Concha


- Terdiri dari: 1. konka superior
2. konka konka media
3. konka inferior
- Dinding lateral dari kedua sisi kavum nasi
- Tergantung pada lekukan : meatus nasi
-prosesus unsinatus
-bulla etmoidal
-hiatus semilunar
-infundibulum
- Dilapisi mukosa : epitel columnar ciliated
Batas Cavum Nasi:
- Dasar : Tulang Maksila dan
Palatina
- Atap : Os nasal lateral (muka),
lamina kribriformis(belakang)
- Post : Tulang sfenoid
PARANASAL SINUSES :
Fisiologi Fungsi hidung :
a. Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum nasalis setelah
melewati faring, suhu lebih kurang 360C
b. Udara dilembabkan, sejumlah besar udara yangmelewati hidung bila
mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75%
c. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel dirongga disaring oleh
rambut vestibular, lapisan mukosiliar dan lisozim (protein dalam air mata)
fungsi ini dinamakan fungsi air conditioning jalan pernafasan atas.
Kenaikan suhu melebihi 2-3% dari suhu tubuh. Uap air mencapai trakea
bagian bawah bila seseorang bernafas melalui tabung langsung masuk
trakea. Pendingin dan pengeringan berpengaruh oada bagian bawah paru
sehingga mudah terjadi infeksi paru.
d. Penciuman. Pada pernafasan, biasanya 5-10% udara pernafasan melalui
celah olfaktori. Dalam menghirup udara pernafasan melalui celah olfaktori
Pemeriksaan Hidung
1. Inspection

2. Palpation
KASUS TERKAIT HIDUNG YANG
SERING DITEMUI DIKAMAR
BEDAH :
1. Sinusitis adalah peradangan diarea sinus
2. Polip adalah pertumbuhan jaringan abnormal pada selaput
lendir
3. Rhinoplasty adalah prosedur pembedahan plastic untuk
merekonstruksi bentuk, mengembalikan fungsi, dan
mengaestetikan hidung.
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
TENGGOROKAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI
TENGGOROKAN

Tenggorokan merupakan bagian


dari leher depan dan kolumna
vertebra, terdiri dari faring dan
laring.

Faring berfungsi menyalurkan


aliran udara dari hidung dan
mulut untuk diteruskan ke trakea
(batang tenggorokan)
Anatomi
Tabung fibromuskular, Bentuk seperti corong, melekat pada dasar
tengkorak, dan Esofagus di bagian bawahnya

§ Dinding faring dibentuk oleh:


 Selaput lendir
 Fasia faringo basiler
 Pembungkus otot
 Sebagian fasia bukofaringeal.

§ Unsur faring meliputi:


 Mukosa
 Palut lendir
 Otot
Anatomi Faring
Berdasarkan letak, faring dibagi atas:
Nasofaring
Batas-batas:
 Superior: dasar tengkorak
 Inferior: palatum mole
 Anterior: rongga hidung
 Posterior: vertebra servikal

Struktur nasofaring:
 Adenoid
 Jaringan limfa pada dinding
nasofaring
 Muara tuba eustachius
 Koana (pintu masuk rogga
mulut ke nasofaring)
Orofaring (mesofaring)
Batas-batas:
 Superior: palatum mole
 Interior: tepi atas epiglotis
 Anterior: rongga mulut
 Posterior: vertebra servikal

Struktur penting di orofaring:


 Dinding posterior faring
 Tonsil palatina
 Fossa tonsil
 Arkus(lipatan membran mukosa)
anterior dan posterior
 Uvula
 Tonsil lingual (lidah)
 Foramen sekum
Laringofaring (hipofaring)
Batas-batas:
 Superior: tepi atas epiglotis
 Anterior: laring
 Inferior: esophagus
 Posterior: vertebra servikal

Struktur penting:
 Valekula atau kantong pil (pil
pocket)
 Epiglotis
Fungsi faring:
 Untuk respirasi
 Membantu pada waktu menelan
Fungsi menelan:
Terdiri dari 3 fase proses menelan, yaitu:
1. Fase oral
Bolus makanan --- faring (voluntary / disadari.)
2. Fase faringeal
Transfer bolus makanan --- faring (involuntary / tidak disadari)
3. Fase esofageal
Bolus makanan --- esophagus --- lambung.
 Resonansi suara
 Untuk artikulasi
Kelainan-Kelainan Faring

1. Hipertrofi adenoid
Akibat-akibat hipertropi adenoid (akibat infeksi daerah oral/yang
berulang-ulang).
Sumbatan koana:
 Face adenoid
 Faringitis dan bronchitis.
 Gangguan ventilasi/drainase sinus paranasal

Sumbatan tuba eustakhius.


 Otitis media akut residif
 Otitis media kronis
 Ketulian
2. Tonsilitis
Terbagi atas 2, yaitu:
 Tonsilitis akut
 Tonsilitis knonis

Bentuk:
 Tonsilitis folikularis (berbentuk merah dan kotoran berwarna putih folikel)
 Tonsilitis lakunaris (warna keputihan, ditutupi kotoran-kotoran)

Komplikasi
Tonsilektomi
 OMA
 Abses peritonsilar
 Abses parafaring
 Bronkhitis
3. Karsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring (KNF) merupakan jenis kanker ganas yang
muncul pada daerah nasofaring (area di atas tenggorok dan di
belakang hidung)

Penatalaksanaan bedah:
Karena nasofaring berdekatan dengan
banyak pembuluh darah dan saraf,
prosedur pembedahan dalam mengatasi
kanker nasofaring jarang digunakan.
Metode ini lebih sering dilakukan
untuk mengangkat kanker pada
kelenjar getah bening di leher.

Nasofaringkospi/nasoendoskopi
Laring Bagian terbawah saluran napas atas

Laring adalah bagian dari saluran


pernafasan bagian atas yang
merupakan suatu rangkaian
tulang rawan yang berbentuk
corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV – VI.

Laring pada umumnya selalu


terbuka, tertutup bila sedang
menelan makanan.

Laringoskopi
Rongga Laring
§ Batas-batas:
 Superior: aditus laring, hipofaring
 Inferior: kaudal kartilago krokoid, trakea
 Posterior : vertebra servikalis, otot-otot
prevertebral, dinding & cavum
laringofaring
 Anterior : Fascia, jar. Lemak, dan kulit

§ Fisiologi laring:
Fungsi
 Proteksi (epiglottis)
 Batuk
 Respirasi
 Sirkulasi
 Menela
 Emosi
 Fonasi (pembentukan suara).
Kelainan Laring

1. Epiglotitis, laringitis
2. Tumor/karsinoma laring
3. Obstruksi Saluran Napas Atas
(OSNA)
Jaffe Richard A. Anesthesiologist’s Manual of Surgical Procedures. 5th Ed.
Schmiesing C A, Golianu Breanda. Philadelpia: Lippincott Willian & Walkins, 2014.
820p

Puguh setyo N, Wiyadi HMS (2009) Anatomi dan fisiologi pendengaran. Jurnal
THT-KL.Vol.2. No.2.

Anda mungkin juga menyukai