Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

Definisi benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari
luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.
Kerongkongan sebagai jalan masuknya makanan dan minuman secara anatomis terletak
di belakang tenggorokan (jalan nafas). Kedua saluran ini sama-sama berhubungan dengan
lubang hidung maupun mulut. Agar tidak terjadi salah masuk, maka di antara
kerongkongan dan tenggorokan terdapat sebuah katup (epiglottis) yang bergerak secara
bergantian menutup tenggorokan dan kerongkongan seperti layaknya daun pintu. Saat
bernafas, katup menutup kerongkongan agar udara menuju tenggorokan, sedangkan saat
menelan makanan, katup menutup tenggorokan agar makanan lewat kerongkongan.
Tersedak dapat terjadi bila makanan yang seharusnya menuju kerongkongan, malah
menuju tenggorokan karena berbagai sebab.1
Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering terjadi
pada saat makan, daging merupakan penyebab utama obstruksi jalan napas
meskipun demikian berbagai macam bentuk makanan yang lain berpotensi
menyumbat jalan napas pada anak-anak dan orang dewasa. 1
Keberadaan benda asing di hidung paling sering di temukan pada anak-
anak. Anak-anak cenderung memasukkan benda-benda kecil ke dalam hidung,
misalnya manik-manik atau potongan mainan, karet penghapus dan sebagainya.
Benda asing umumnya ditemukan pada bagian anterior vestibulum atau pada
meatus inferior sepanjang dasar hidung. Tidak satupun benda asing boleh
dibiarkan di dalam hidung karena bahaya nekrosis atau infeksi sekunder yang
mungkin timbul, dan kemungkinan aspirasi ke dalam saluran penapasan bawah.
Benda asing yang tidak di tangani atau tidak terdiagnosa dapat berkembang
menjadi rhinolit.
Benda asing ada yang dapat ditembus sinar x seperti : biji kacang, kedele, kayu,
duri, atau daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam. Gejala klinik tergantung
jenis dan letak, ditemukan stridor dan sumbatan jalan nafas. 4

BAB II

1
PEMBAHASAN

II.1 Anatomi Saluran Pernafasan

Sistem pernapasan terdiri dari jalan napas atas, jalan napas bawah dan paru-
paru. Setiap bagian ini memainkan peranan penting dalam proses pernapasan,
yaitu memasukan udara yang mengadung oksigen dan mengeluarkan udara yang
mengadung karbondioksida dan air 12.

Gambar : Anatomi Saluran Napas

Sistem pernapasan manusia sendiri dimulai dari 12 :


a. Rongga Hidung (Kavum Nasi)
Dengan adanya septum nasi maka kavum nasi dibagi menjadi dua ruangan
yang membentang dari nares sampai koana (apertura posterior).Kavum nasi ini
berhubungan dengan sinus frontal, sinus sfenoid, fossa kranial anterior dan fossa
kranial media. Batas – batas kavum nasi 12 :
1. Posterior : berhubungan dengan nasofaring

2
2. Atap : os nasal, os frontal, lamina kribriformis etmoidale, korpus
sfenoidale dan sebagian os vomer
3. Lantai : merupakan bagian yang lunak, kedudukannya hampir horisontal,
bentuknya konkaf dan bagian dasar ini lebih lebar daripada bagian atap.
Bagian ini dipisahnkan dengan kavum oris oleh palatum durum.
4. Medial : septum nasi yang membagi kavum nasi menjadi dua ruangan
(dekstra dan sinistra), pada bagian bawah apeks nasi, septum nasi dilapisi
oleh kulit, jaringan subkutan dan kartilago alaris mayor. Bagian dari
septum yang terdiri dari kartilago ini disebut sebagai septum pars
membranosa = kolumna = kolumela.
5. Lateral : dibentuk oleh bagian dari os medial, os maksila, os lakrima, os
etmoid, konka nasalis inferior, palatum dan os sfenoid.
Konka nasalis suprema, superior dan media merupakan tonjolan dari
tulang etmoid.Sedangkan konka nasalis inferior merupakan tulang yang
terpisah.Ruangan di atas dan belakang konka nasalis superior adalah
resesus sfeno-etmoid yang berhubungan dengan sinis sfenoid.Kadang –
kadang konka nasalis suprema dan meatus nasi suprema terletak di bagian
ini.

Fisiologi hidung sendiri, terdiri dari 12 :


1. Sebagai jalan napas
Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas
setinggi konka media dan kemudian turun ke bawah ke arah nasofaring, sehingga
aliran udara ini berbentuk lengkungan atau arkus. Pada ekspirasi, udara masuk
melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang sama seperti udara inspirasi.
Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian lain kembali ke
belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

2. Pengatur kondisi udara (air conditioning)


Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan
udara yang akan masuk ke dalam alveolus. Fungsi ini dilakukan dengan cara :
a. Mengatur kelembaban udara.Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir. Pada
musim panas, udara hampir jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit, sedangkan pada musim dingin akan terjadi sebaliknya.

3
b. Mengatur suhu.Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh
darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas,
sehingga radiasi dapat berlangsung secara optimal.Dengan demikian suhu
udara setelah melalui hidung kurang lebih 37o C.
3. Sebagai penyaring dan pelindung
Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri
dan dilakukan oleh :
a. Rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi
b. Silia
c. Palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut
lendir dan partikel – partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks
bersin. Palut lendir ini akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia.
d. Enzim yang dapat menghancurkan beberapa jenis bakteri, disebut lysozime.
4. Indra penghirup
Hidung juga bekerja sebagai indra penghirup dengan adanya mukosa
olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas
septum. Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.
5. Resonansi suara
Penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi. Sumbatan
hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga terdengar
suara sengau.
6. Proses bicara
Membantu proses pembentukan kata dengan konsonan nasal (m,n,ng)
dimana rongga mulut tertutup dan rongga hidung terbuka, palatum molle turun
untuk aliran udara.
7. Refleks nasal
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasan.Contoh : iritasi mukosa hidung
menyebabkan refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu
menyebabkan sekresi kelenjar liur, lambung dan pankreas.

b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan
dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang

4
faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita
vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar
dan terdengar sebagai suara12.
Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar
masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga
menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan12.
Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran
pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka.
Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas,
dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan
kesehatan12.
Adapun fisiologi menelan pada manusia terdiri dari 4 fase, yaitu 12 :
1. Fase persiapan oral. Pada tahap ini, manusia mengunyah makanan untuk
membentuk bolus.
2. Fase oral. Fase ini berlangsung selama 1-1,5detik, dimulai ketika lidah
yang mendorong bolus ke atas dan ke belakang terhadap permukaan
bawah palatum durum oleh kontraksi otot stilofaringeus.
3. Fase faringeal. Fase ini dimulai ketika bolus dipindahkan melalui faring
dan berakhir dengan terbukanya sfingter esofagus. Waktu transit normal
faring <2detik. Bolus yang berada di posterior faring akan menstimulasi
ephitelial swallowing receptor area di pilar tonsiler. Impuls itu akan
menyebabkan terjadi beberapa hal, yaitu :
a. Palatum molle akan tertarik ke ata, untuk mencegah makanan masuk
ke hidung.
b. Lipatan palatofaring di setiap sisi faring mendekat sehingga hanya
bolus yang berukuran kecil saja yang dapat lewat.
c. Laring akan tertarik ke atas seperyi epiglottis yang secara pasif
menutup jalan masuk.
d. Plika vokalis tertarik mendekat.
Pusat pernapasan di medulla oblongata dihambat oleh pusat menelan
dalam waktu yang singkat agar proses menelan dapat berlangsung. Hal

5
ini disebut deglutisi apneu. Dalam fase ini, saraf kranial V,IX,X dan
XII berperan untuk proses menelan yang baik. Muskulus sfingter
esofagus superior berelaksasi untuk memungkinkan makanan lewat,
yang setelah itu sejumlah otot konstriktor lurik di faring berkonstriksi
secara berurutan untuk mendorong bolus makanan turun ke esofagus.
4. Fase esofageal. Terdapat 2 jenis peristaltik pada fase ini, yaitu peristaltik
primer dan sekunder. Peristaltik primer merupakan kelanjutan dari akhir
fase faringeal yang terjadi selama 8-10detik. Jika peristaltik primer gagal
makan peristaltik sekunder yang akan menghasilkan distensi esofagus dan
melanjutkan pasase makanan ke lambung. Peristaltik sekunder diinisiasi
oleh sirkuit saraf instrinsik dalam system saraf mientrik.8

c. Laring
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan.
Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang
rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal
laring.Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran suara pada
laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat
keluar masuknya udara.8
Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang
membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok
(epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok
terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya
pada waktu kita bicara.8

6
Gambar : Anatomi laring dari arah anterior dan lateral.

d. Trakea
Trakea merupakan tabung yang terdiri dari tulang rawan dan otot yang
dilapisi oleh epitel thorak yang berlapis mulai dari bagian terbawah dari laring
setinggi vertebra servikal VI sampai ke karina yaitu percabangan bronkus utama
kanan dan kiri setinggi vertebra torakal V.12 Trakea berbentuk silendris dengan
bagian posteriornya datar, ukuran tergantung umur, terdiri dari cincin tulang
rawan yang jumlahnya bervariasi antara 16-20, pada dewasa panjang lebih kurang
11cm dan diameter 2-2,5 cm. Pada anak ukurannya lebih kecil dan lebih
mobile.Dinding tenggorokan bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.1

7
Gambar : Anatomi Trakea dan Bronkus

Bronkus utama kanan lebih besar, lebih pendek dan lebih vertikal dari
pada bronkus utama kiri dengan panjangnya ± 2,5 cm pada orang dewasa dan
mempunyai 6-8 cincin tulang rawan, sedangkan bronkus kiri lebih kecil namun
lebih panjang dari pada kanan, pada orang dewasa hampir 5 cm mempunyai 9-12
cincin tulang rawan. keadaan inilah yang menyebabkan benda asing lebih banyak
masuk ke bronkus kanan. Selanjutnya bronkus bercabang mengikuti anatomi paru,
bronkus utama kanan bercabang menjadi tiga yaitu superior, medius dan inferior
dan bronkus utama kiri bercabang menjadi superior dan inferior.1,4
Dinding Trakea dan bronkus ekstrapulmoner terdiri dari cincin tulang
rawan hialin yang tidak lengkap, jaringan ikat fibrosa, otot, mukosa dan kelenjar-
kelenjar, oleh karena itu pada waktu inspirasi lumen bronkus berbentuk bulat dan
pada waktu ekspirasi berbentuk seperti ginjal.12,16 Pada cabang bronkus yang lebih
kecil, dindingnya menjadi tipis dan pada bronkus yang diameternya 1 milimeter
tidak mempunyai tulang rawan. 1

e. Paru-paru

8
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)
yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2
lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak
mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian
ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus
terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi
duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembung-
gelembung yang disebut alveolus.8

II.2.BENDA ASING DI HIDUNG


II.2.1 Etiologi
Terdapatnya benda asing dalam hidung yaitu suatu massa yang mengalami
mineralisasi dan ditemukan di dalam kavum nasi disebut dengan Rhinolith.
Komposisi rhinolith termasuk kalsium, magnesium, fosfat, dan karbonat yang
memadat, kemudian menempel pada nukleus–nukleus, bakteri, darah, sel-sel pus
atau benda asing. Biasanya unilateral dan lokasinya tersering di dasar hidung,
ukuran dan bentuknya bermacam-macam. Dimulai sejak anak-anak dan setelah
beberapa tahun, rhinolith ini terus berkembang dan akhirnya menimbulkan
keluhan. Terjadinya proses mineralisasi umumnya akibat dari benda asing yang
tersumbat di cavum nasi. Keberadaan benda asing di hidung paling sering di
temukan pada anak-anak. Anak-anak cenderung memasukkan benda-benda kecil
ke dalam hidung, misalnya manik-manik atau potongan mainan, karet penghapus
dan sebagainya 2,4 .

9
II.2.2 Patogenesis
Beberapa faktor dapat dihubungkan dengan rhinolit, termasuk dengan
adanya benda asing dalam kavum nasi, inflamasi akut dan kronik, obstruksi dan
stagnasi sekresi nasal dan pelepasan garam mineral. Perkembangan dan
progresifitasnya terjadi bertahun-tahun. Umumnya mineralisasi yang terjadi
merupakan kejadian sekunder dari benda yang masuk dalam regio sinonasal.
Penyelubungan benda asing lengkap atau parsial, baik eksogenous maupun
endogenous, tergantung dari inti benda dimana penyelubungan terjadi.Rhinolit
juga dianggap sebagai suatu benda asing khusus yang biasanya diamati oleh orang
dewasa. Garam-garam tak larut dalam sekret hidung membentuk suatu massa
berkapur sebesar benda asing yang tertahan lama atau bekuan darah. Sekret sinus
kronik dapat mengawali terbentuknya massa seperti itu dalam rongga hidung7,8
.

II. 2.2.3 Gambaran klinis


Umumnya pasien dengan rhinolith datang karena adanya rhinore unilateral
dengan atau tanpa obstruksi nasi unilateral. Rhinore bersifat mukoid,
mokupurulen, dan kadang-kadang sekret bercampur darah. Gejala lainnya dapat
berupa epistaksis, fetor, sinusitis, sakit kepala, dan epifora 9 .

II. 2.2.4 Diagnosis 8,9


2.2.4.1. Anamnesis
Pada diagnosis rhinolit umumnya dapat ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Pada
anamnesis umumnya didapatkan rhinore unilateral disertai
obstruksi nasi unilateral sebagai keluhan utama dan keluhan
lain seperti napas berbau busuk,sekret berbau busuk.

10
2.2.4.2. Pemeriksaan fisis
Pada pemeriksaan intranasal, umumnya rhinolit dapat
ditemukan dengan rhinoskopi anterior berupa massa
kalsifikasi yang berwarna abu-abu dan gelap, dengan
konsistensi yang keras seperti batu dan permukaan yang
irregular.

2.2.4.3. Pemeriksaaan penunjang


Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk
menegakkan diagnosis adanya rhinolith :
• Pemeriksaan radiologis yaitu foto kepala dan CT scan
kepala
Gambaran radiologis radioopak pada foto kepala biasanya
letaknya di dasar kavum nasi. Pada CT scan didapatkan
massa hiperdens.

2.2.5 Penatalaksanaan
Rhinolit dapat dikeluarkan dengan menggunakan forseps yang
ujungnya dapat memegang dengan baik. Forceps alligator Hartman,
forceps bayonet atau wire loops umumnya digunakan. Dengan anestesi
lokal dapat dilakukan apabila pasien yang kooperatif sedangkan
penggunaan anestesi umum dapat dilakukan jika pasien tidak kooperatif.
Jika terlalu besar, rhinolit dapat dipecahkan terlebih dahulu dalam keping
yang lebih kecil dengan menggunakan ultrasound lithotripsy. Bila tidak
berhasil, dapat dilakukan rhinotomi lateral 9.

2.2.6 Komplikasi

11
Adanya benda asing pada hidung ini menyebabkan terjadinya obstruksi
hidung dan rinore, inflamasi lokal dan edema pada mukosa hidung. Dan pada saat
dilakukan tindakan pengeluaran juga benda asing ini dapat masuk ke dalam
saluran nafas jika terdorong kebelakang 9,10.

2.2.7 Diagnosis banding


Diagnosis banding adalah9,10 :
1. Gigi hidung
Yaitu gigi rahang atas yang tumbuh ke dalam hidung karena ada yang
menghalangi pertumbuhan ke bawah dan jumlah gigi yang berlebih. (1)
2. Benda asing lain dalam cavum nasi
Benda asing yang sering ditemukan biasanya pada anak-anak biasanya
manik-manik, kancing, karet penghapus, kelereng, kacang-kacangan, dan
lain-lain.
3. Polip Nasi
Polip nasi terdapat pada jaringan gelatin yang terbentuk dari proses alergi,
gejala klinis yang tampak obstruksi nasi, rasa tidak nyaman pada hidung
bagian dalam, rinolali, pada pemeriksaan fisis dan penunjang yakni
tampak massa yang bertangkai dan berwarna putih yang berada di konka
media.

2.2.8Prognosis(10)
Prognosis umumnya baik jika dilakukan penanganan secara dini dan tepat. Tidak
boleh dibiarkan dalam rongga hidung oleh karena bahaya nekrosis dan infeksi
sekunder yang mungkin timbul, dan kemungkinan aspirasi ke dalam saluran
pernapasan bawah.

II.3.2. BENDA ASING DI TENGGOROKAN

12
2.3.1. Etiologi dan Faktor Predisposisi
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran nafas
adalah : 2,3,6
1. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala
sesuatu ke dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks
menelan yang belum sempurna.
2. Jenis kelamin, lebih sering pada laki-laki.
3. Faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)
4. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran, keadaan
umum buruk, penyakit serebrovaskuler, dan kelainan neurologik.
5. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut, makan
dan minum tergesa-gesa.
6. Faktor medikal dan surgikal

Faktor fisiologik dan sosiologik lain yang juga merupakan faktor


predisposisi antara lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi
molar, belum dapat menelan makanan padat secara baik, kemampuan anak
membedakan makanan yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan belum
sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil tertawa, bicara menangis,
dan berlari. Pada orang tua, terutama yang mempunyai gangguan neurologis dan
berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol, stroke,
parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya
aspirasi 6 .

2.3.2 Patofisiologi

13
Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau cairan ke
dalam trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke faring dan
bagian atas esophagus diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan beberapa
melalui saraf cervical. Menelan memiliki beberapa stadium, yaitu stadium
volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium volunter, benda ditekan atau
didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan belakang
terhadap palatum, sehingga lidah memaksa benda ke pharing. Pada stadium
faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares posterior, sehingga
mencegah makanan balik ke rongga hidung. Lipatan palatofaringeal saling
mendorong ke arah tengah, kemudian pita suara laring berdekatan dan epiglottis
mengayun ke belakang, sehingga mencegah makanan masuk ke trakea. Pada
orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi
palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada
penderita gangguan jiwa.7
Bronkus dan trakea sangat peka dengan benda asing ataupun iritasi lain,
sehingga bisa menimbulkan refleks batuk. Lapisan mukus pada saluran nafas
mengandung factor-faktor yang efektif sebagai pertahanan, yaitu immunoglobulin
terutama IgA, PMNs, interferon dan antibodi spesifik. Gerakan silia
menyapu/saluran nafas. Silia dan mucus menjebak debu dan kuman, kemudian
memindahkannya ke pharing, karena silia bergetar ke arah pharing. Partikel asing
dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1cm/menit sepanjang permukaan trakea
ke pharing2. Begitu juga benda asing di saluran hidung, dimobilisasi dengan cara
yang sama ke pharing. Aktivitas silia bisa dihambat oleh berbagai zat yang
berbahaya. Sebagai contoh, merokok sebatang sigaret dapat menghentikan
gerakan silia untuk beberapa jam.7
Setelah benda asing teraspirasi, maka benda asing tersebut dapat
tersangkut pada tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari
semua aspirasi benda asing, 80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan
cabang-cabangnya. Pada orang dewasa, benda asing bronkus cenderung
tersangkut di bronkus utama kanan, karena sudut konvergensinya yang lebih

14
kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih besar lebih
banyak tersangkut di laring atau trakea. 2,8
Tujuh puluh lima persen dari benda asing dibronkus ditemukan pada anak
umur kurang dari 2 tahun, dengan riwayat yang khas, yaitu saat benda atau
makanan berada di dalam mulut, anak menjerit atau tertawa sehingga saat
inspirasi, laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat benda
asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang (paroksikmal),
sumbatan di trakea, mengi, dan sianosis Bila benda asing telah masuk ke dalam
trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24 jam atau lebih,
diikuti gejala pulmonum yang bergantung pada derajat sumbatan bronkus.2,8
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah
jadi lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa,
mukosa bronkus edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda
asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-
bronkitis, toksemia,batuk, dan demam yang iregular.2,8
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan lebih
mudah didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari metal
dan tipis seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih distal
dengan memberikan gejala batuk spasmodik.8

2.2.3 Gejala Klinis


Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan ditangani
dalam situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat menyebabkan berbagai
perubahan mulai dari gejala yang minimal dan bahkan tidak disadari, sampai
gangguan jalan napas dan dapat menimbulkan kematian. Gejala sumbatan benda
asing di dalam saluran napas tergantung pada lokasi benda asing, derajat
sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan ukuran benda asing. Benda
asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring, laring,
trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat tersangkut di
orofaring, hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat
juga tersedak masuk ke dalam laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul

15
bervariasi, dari tanpa gejala hingga kematian sebe- lum diberikan pertolongan
akibat sumbatan total. 2
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu
batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa
tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi jalan
napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua, gejala stadium
permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Hal ini karena benda asing
tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan akut
menghilang. Stadium ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan
diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing
karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium ketiga, telah terjadi gejala
komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi terhadap
benda asing, sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia dan abses
paru. 2,6,8
Benda asing di laring dapat menutup laring, tersangkut di antara pita
suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada besar,
2,8
bentuk dan letak (posisi) benda asing.
Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat biasanya
kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal ini
disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain disfonia
sampai afonia, apnea dan sianosis.2,8
Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai afonia,
batuk yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis, hemoptisis,
dan rasa subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk lehernya sesuai
dengan letak benda asing tersebut tersang- kut) dan dispnea dengan derajat
bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut di laring, dapat juga
benda asing sudah turun ke trakea, tetapi masih menyisakan reaksi laring oleh
karena adanya edema.2,8
Benda asing yang tersangkut di trakea akan menyebabkan stridor, dapat
ditemukan dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher

16
(palpatory thud). Jika benda asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan
jalan napas akut yang memerlukan tindakan segera untuk membebaskan jalan
napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan gejala pada anak. Bila anak
batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda asing di saluran
napas.3
Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena lebih
lebar dan lebih segaris dengan lumen trakea. Benda asing dapat menyumbat
secara total bronkus lobaris atau segmental dan mengakibatkan atelektasis atau
obstruksi parsial yang berfungsi seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk
ke paru- paru tetapi tidak dapat keluar, sehingga menyebabkan emfisema
8,9
obstruktif . Pasien pada benda asing di bronkus umumnya datang pada fase
asimptomatik kemudian benda asing bergerak ke perifer, sehingga udara yang
masuk terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan
mengi, Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk
kronik dan sesak napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia. 6
Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran nafas dengan
gejala laringotrakeobronkitis, toksmia, batuk, dan demam irregular. Tanda fisik
benda asing di bronkus bervariasi, karena perubahan posisi dari satu sisi ke sisi
lain dalam paru. 8
Benda asing di orofaring dan hipofaring dapat tersangkut di tosil, dasar
lidah, valekula, sinus piriformis menimbulkan rasa nyeri pada saat menelan.6,8
Anak bisa kemasukan suatu benda ke dalam hidung karena ulahnya sendiri,
bisa juga oleh kakak atau temannya yang memasukkan benda tersebut. Bisa jadi
hal tersebut lolos dari pengamatan orang tua dan baru ketahuan setelah 2-3 hari.
Ujung-ujungnya orang tua baru menyadari setelah timbul gejala, seperti keluar
cairan yang berdarah, atau lendir seperti pilek dan berbau busuk dari lubang
hidung, hidung tampak merah dan bengkak, dan napas anak berbau dan busuk.
Bau ini mungkin karena infeksi atau benda yang masuk itu, misalnya kacang
tanah, jadi membusuk. 10

17
18
2.3.4 Diagnosis 9
Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas
anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan
bronkoskopi.9

Anamnesis
Anamnesa yang teliti mengenai riwayat aspirasi dan gejala
inisial sangat penting dalam diagnosis aspirasi benda asing.
Kecurigaan adanya benda asing dan gejala inisial (choking) adalah
dua hal yang signifikan berhubungan dengan kasus aspirasi benda
asing. Pada anak-anak kadang-kadang episode inisial belum dapat
diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak
disaksikan oleh orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya
mirip dengan penyakit paru yang lain. Gejala yang sering
ditemukan pada kasus aspirasi benda asing yang telah berlangsung
lama antara lain batuk, sesak nafas, wheezing, demam dan stridor.
Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk, ukuran dan jenis
benda asing untuk mengetahui simtomatologi dan perencanaan
tindakan bronkoskopi.9

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi
benda asing sangat diperlukan. Kegawatan nafas atau sianosis
memerlukan penanganan yang segera. Pada jam-jam pertama
setelah terjadinya aspirasi benda asing, tanda yang bisa ditemukan
di dada penderita adalah akibat perubahan aliran udara di traktus

19
trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop. Benda asing
disaluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau
timbul suara abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru.9

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis penderita aspirasi benda asing harus
dilakukan. Dianjurkan untuk membuat foto berikut:
1. Foto jaringan lunak leher PA dan lateral posisi ekstensi
Dapat memperlihatkan benda asing radioopak dan kadang-
kadang bahkan benda asing radiolusen pada laring dan trakea.
2. Foto torak PA dan lateral
3. Foto torak akhir inspirasi dan ekspirasi
Dapat memperlihatkan atelektasis dan emfisema obstruktif.
Juga dapat terlihat bukti tidak langsung adanya benda asing
radiolusen.
4. Fluoroskopi/videofluoroskopi
Dilakukan pemeriksaan selama inspirasi dan ekspirasi pada
kasus yang meragukan untuk melihat adanya obstruksi parsial
paru.
5. Bronkogram
Untuk memastikan adanya benda asing radiolusen atau untuk
mengevaluasi bronkiektasis.9

Diagnosa benda asing di saluran nafas dapat ditegakkan pada


hampir 70% kasus. Harus diingat bahwa tidak terdapatnya kelainan
radiologis tidak berarti adanya benda asing dapat disingkirkan. Foto torak
cenderung memberikan gambaran normal pada 1/3 pasien yang didiagnosa
sebagai aspirasi benda asing dalam 24 jam pertama kejadian.CT Scan

20
berguna pada kasus yang tidak terdeteksi dengan foto sinar X, seperti
benda asing kacang yang bersifat radiolusen. 9
Anamnesis dan pemeriksaan radiologis sering menunjukkan
dugaan aspirasi benda asing, tetapi bukan diagnosa pasti. Pada keadaan ini
harus dibuktikan adanya benda asing dengan bronkoskopi untuk diagnosis
dan terapi. Bahkan Barrios et al menyarankan bronkoskopi harus
dilakukan pada anak-anak dengan riwayat gejala inisial aspirasi benda
asing (choking crisis)9

2.3.5 Penatalaksanaan
Benda asing dapat menyebabkan obstruksi jalan napas sebagian (parsial)
atau komplit (total). Pada obstruksi jalan napas partial korban mungkin masih
mampu melakukan pernapasan, namun kualitas pernapasan dapat baik atau buruk.
Pada korban dengan pernapasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat
melakukan tindakan batuk dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa
melakukan batuk dengan kuat sampai benda asing tersebut dapat keluar. Bila
sumbatan jalan napas partial menetap, maka aktifkan sistem pelayanan medik
darurat. Obstruksi jalan napas partial dengan pernapasan yang buruk harus
diperlakukan sebagai Obstruksi jalan napas komplit. 11
Obstruksi jalan napas komplit (total), korban biasanya tidak dapat berbicara,
bernapas, atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu jari dan
jari lainya. Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian
akan cepat terjadi jika tidak diambil tindakan segera. 2
Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan ce pat dan
tepat, perlu diketahui dengan baik lokasi tersangkutnya benda asing tersebut.
Secara prinsip benda asing di saluran napas dapat ditangani dengan
pengangkatan segera secara endoskopik dengan trauma minimum. Umumnya
penderita dengan aspirasi benda asing datang ke rumah sakit setelah melalui fase
akut, sehingga pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal
2
mungkin, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih.

21
Penderita dengan benda asing di laring harus mendapat pertolongan
segera, karena asfiksia dapat terjadi dalam waktu hanya beberapa menit. Cara
lain untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring secara total ialah
dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver), dapat dilakukan
pada anak maupun dewasa. Menurut teori Heimlich, benda asing yang masuk ke
dalam laring ialah pada saat inspirasi. Dengan demikian paru penuh dengan
udara, diibaratkan sebagai botol plastik yang tertutup, dengan menekan botol itu,
maka sumbatnya akan terlempar keluar. 2 Manuver Heimlich (hentakan
subdiafragmaabdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan peningkatan tekanan
pada diafragma sehingga memaksa udara yang ada di dalam paru- paru untuk
keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat mendorong atau mengeluarkan
benda asing yang menyumbat jalan napas. Setiap hentakan harus diberikan dengan
tujuan menghilangkan obstruksi, mungkin dibutuhkan hentakan 6 - 10 kali untuk
membersihkan jalan napas. 11
Komplikasi perasat Heimlich adalah kemungkinan terjadinya ruptur
lambung atau hati dan fraktur kosta. Oleh karena itu pada anak sebaiknya cara
menolongnya tidak dengan menggunakan kepa- lan tangan tetapi cukup dengan
dua buah jari kiri dan kanan. 2
Pada sumbatan benda asing tidak total di laring perasat Heimlich tidak
dapat digunakan. Dalam hal ini penderita dapat dibawa ke rumah sakit terdekat
yang memiliki fasilitas endoskopik berupa laringoskop dan bronkoskop. 2
Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit dengan
fasilitas bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera pada
pasien tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih turun ke
bronkus, benda asing dipegang dengan cunam yang sesuai dan dikeluarkan
melalui laring, bila bronkospi tidak tersedia, dilakukan trakeostomi dan benda
asing dikeluakan memakai cunam atau alat penghisap melalui stoma tersebut, jika
tidak berhasil dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas endoskopi.6,8
Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat
optik dan cunam yang sesuai, Tindakan ini harus segera di lakukan, apalagi benda
asing bersifat organik, bila tidak dapat di keluarkan, misalnya tajam, tidak rata,

22
dan tersangkut pada jaringan, dapat dilakukan servikotomi atau tarakotomi,
antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah endoskopi, Dilakukan
fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis purulenta, dan atelektasis,Pasien
dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan tidak demam, Pasca
bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak menghilang pada
keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara tepat dan
adekuat.6,8
Benda asing di dasar lidah di lihat dengan kaca tenggorokan yang besar,
pasien diminta menarik lidahnya sendiri dan pemeriksa memegang kaca
tenggorokan dengan tangan kiri, cunam dengan tangan kanan untuk mengambil
benda tersebut, Bila perlu dapat disemprotkan dengan silokain dan pantokain,
Untuk mengeluarkan benda asing di velekula dan sinus piriformis dilakukan
laringoskopi langsung.6,8Di Instalasi Gawat Darurat, terapi suportif awal termasuk
pemberian oksigen, monitor jantung dan pulse oxymetri dan pemasangan IV dapat
dilakukan. Bronkoskopi merupakan terapi pilihan untuk kasus aspirasi. Pemberian
steroid dan antibiotik preoperatif dapat mengurangi komplikasi seperti edema
saluran napas dan infeksi. Metilprednisolon 2 mg/kg IV dan antibiotik spektrum
luas yang cukup mencakup Streptokokus hemolitik dan Staphylococcus aureus
dapat dipertimbangkan sebelum tindakan bronkoskopi.3
Sebenarnya tidak ada kontraindikasi absolut untuk tindakan bronkoskopi,
selama hal itu merupakan tindakan untuk menyelamatkan nyawa (life saving).
Pada keadaan tertentu dimana telah terjadi komplikasi radang saluran napas akut,
tindakan dapat ditunda sementara dilakukan pengobatan medikamentosa untuk
mengatasi infeksi. Pada aspirasi benda asing organik yang dalam waktu singkat
dapat menyebabkan sumbatan total, maka harus segera dilakukan bronkoskopi,
bahkan jika perlu tanpa anestesi umum. 3

23
Gambar : Penanganan benda asing saluran nafas dengan Bronkoskopi

Benda asing di bronkus dapat dikeluarkan dengan bronkoskopi kaku


maupun bronkoskopi serat optik. Pada bayi dan anak-anak sebaiknya digunakan
bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan pemberian oksigen
yang adekuat, karena diameter jalan napas pada bayi dan anak-anak sempit. Pada
orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau serat optik, tergantung
kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga menentukan keberhasilan
tindakan. Keterampilan operator dalam bidang endoskopi juga berperan dalam
penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi. 3
Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih besar
variasi cunam lebih banyak, mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi benda
asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat. Selain
keuntungan di atas, penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai kendala yaitu
tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal, dapat menyebabkan patahnya
gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi bronkus dan perdarahan.
Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting diperhatikan bahwa ruang untuk
pernapasan menjadi sangat berkurang, sehingga lama penggunaan alat-alat ini

24
harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop serat optik dapat digunakan untuk
orang dewasa dengan benda asing kecil yang terletak di distal, penderita dengan
ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma servikal dan rahang. 3

Persiapan yang adekuat untuk ekstraksi benda asing antara lain : 9


1. Pendekatan pada orang tua/keluarga, diantaranya untuk memberikan informasi
mengenai resiko tindakan, kemungkinan trauma dan kegagalan ekstraksi.
2. Persiapan pasien:
−Foto torak: PA saat inspirasi dan ekspirasi, lateral
−Puasa 6 jam sebelum tindakan
−Pemberian cairan yang adekuat
−Pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, skrining perdarahan/ pembekuan,
elektrolit, gula darah,analisa urin)
3. Persiapan alat: harus tersedia bronkoskop dengan ukuran yang sesuai dengan
umur penderita
4. Penilaian duplikat benda asing untuk menentukan pilihan cunam yang akan
dipakai, apakah cunam dapat memegang dengan baik saat benda asing ditarik ke
luar.
5. Analisis masalah: perlu dilakukan diskusi antara ahli THT, paru dan anestesi
sebelum dilakukan tindakan ekstraksi mengenai kemungkinan resiko tindakan.
Ekstraksi
benda asing di traktus trakeobronkial merupakan problem mekanis yang
memerlukan perencanaan yan baik.
6. Persiapan tim: kerjasama tim yang lengkap terdiri dari operator, ahli anestesi
dan perawat yang berpengalaman sangat penting.

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan


kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu
melakukan bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan tenaga
medis dan para medis, dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi dan anak
kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang dewasa, karena

25
lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik menyebabkan lebih mudah
terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak capet menurun, dan cepat
terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan perubahan metabolisme,
termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan, vasokontriksi umum dan
perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di saluran napas akan
mengganggu proses respirasi, sehingga benda asing tersebut harus segera
dikeluarkan. 3
Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema laring
dan bronkospasme pascatindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan keadaaan
sakit berat, maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat diperbaiki
terlebih dahulu, misalnya: rehidrasi, memperbaiki gangguan keseimbangan asam
basa, dan pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis dapat terjadi akibat
kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun orang tua mengenai
riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan penanganan. Kesulitan
mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat sebanding dengan lama
kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing yang telah lama berada di
dalam saluran napas atau benda asing organik, maka mukosa yang menjadi edema
dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus, selain itu bila telah terjadi
pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka benda asing menjadi susah
terlihat. 3
Pada kasus yang tidak terdapat gejala sumbatan jalan napas total, maka
tindakan bronkoskopi dilakukan dengan persiapan operator, alat dan keadaan
umum penderita sebaik mungkin. Holinger menyatakan bahwa lebih baik dengan
persiapan 2 jam, maka benda asing dapat dikeluarkan dalam waktu 2 menit
daripada persiapan hanya 2 menit tetapi akan ditemui kesulitan selama 2 jam. Bila
benda asing menyebabkan sumbatan jalan napas total, misalnya benda asing di
laring atau trakea, maka tindakan harus segera dilakukan untuk menyelamatkan
penderita, bila perlu dilakukan krikotirotomi atau trakeostomi lebih dahulu. Jika
timbul kesulitan dalam mengeluarkan benda asing, maka dapat didorong ke salah
satu sisi bronkus. Snow menyatakan bahwa tindakan bronkoskopi tidak boleh
lebih dari 30 menit.

26
2.3.6 Komplikasi
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma
tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara
lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi
ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia, dapat
berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel
bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada
mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi
pneumomediastinum, pneumotorak. 9
Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3
hari akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran
mediastinum, pneumonia dan atelektasis.Komplikasi tindakan bronkoskopi antara
lain aritmia jantung akibat hipoksia, retensi CO2 atau tekanan langsung selama
manipulasi bronkus utama kiri. Komplikasi teknis yang paling mungkin terjadi
pada operator yang kurang berpengalaman adalah benda asing masuk lebih jauh
sampai ke perifer sehingga sulit dicapai oleh skop, laserasi mukosa, perforasi, atau
benda asing masuk ke segmen yang tidak tersumbat pada saat dikeluarkan. Bisa
juga terjadi edema laring dan reflek vagal.Komplikasi pasca bronkoskopi antara
lain demam, infiltrat paru dan pneumotorak, yang memerlukan bantuan ventilasi.9

27
BAB III
KESIMPULAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen (dari
luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan
normal benda tersebut tidak ada
Benda asing eksogen terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan,
tulang, dan lain-lain; dan zat anorganik seperti peniti, jarum dan lain-lain. Benda
asing endogen contohnya krusta, nanah, secret kental, darah atau bekuan darah,
dan mekonium
Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran
nafas adalah usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan (emosi,dan gangguan psikis)
kegagalan mekanisme proteksi, faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh
benda di mulut, makan dan minum tergesa-gesa.
Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik, mudah
jadi lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada mukosa,
mukosa bronkus edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi disekitar benda
asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat timbul laringotrakeo-
brokitis, toksemia,btuk, dan demam yang iregular.
Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan, dan
lebih mudah didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal dari
metal dan tipis seperti jarum, peniti, dapat masuk ke dalam bronkus yang lebih
distal dengan memberikan gejala batuk spamodik.
Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama yaitu violent paroxysms of coughing,
(choking), (gagging) dan obstruksi jalan napas dengan segera. Stadium kedua,
gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Stadium ketiga,
telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai
akibat reaksi terhadap benda asing.

28
Diagnosa benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan atas
anamnesis yang cermat, pemeriksaan fisik, radiologis dan tindakan bronkoskopi.
Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma tindakan
bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara lain sesak
nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung.

DAFTAR PUSTAKA

1. Suci,A.K. Makanan Nyangkut atau Tersedak . 2007


2. Perkasa,M.F. Ekstraksi Benda Asing Laring. Makasar.2009: 58-60
3. Almazini,P. Penatalaksanaan Benda Asing di Saluran Nafas.
4. Ahmad, Rofiq .Obstruksi Saluran Pernafasan . 2008
5. Asroel,H. Ekstraksi Benda Asing di Bronkus dan EsofagusMedan. 2007 : 156-
159
6. Darmawan. Corpus Aleneum.
7. Muluk,A. Pertahanan Saluran Nafas. Medan, Maret 2009 : 55-58
8. Junizaf,M.H. Buku Ajar Ilmu Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan
Leher. FK UI. Jakarta, 2007
9. Rahman,A. Benda Asing di Trakea. Medan . Juni 2007: 77-80
10. Firmansyah,R. Benda Asing dalam Tubuh Anak. Juni 2010.
11. Anonymous,Bantuan Hidup Dasar, . 2008
12. Scanlon VC, Sanders T, Davis FA. Essential of Anatomy and Physiology.
5thed. 2007

29

Anda mungkin juga menyukai