Anda di halaman 1dari 7

2.

Refleks Tendon/ Refleks Periosteum


 Refleks Biceps (BPR) : berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi tangan
setengan ditekuk, maka respon lengan fleksi lengan pada persendian siku.
  Refleks Triceps (TPR) : lakukan ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan fleksi
pada sendi siku dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan ekstensi pada lengan bawah
bagian siku.
 Refleks Periosto Radialis : lakukan : ketukan pada periosteum ujung distal os
symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan fleksi
pada lengan bawah pada sendi siku dan supinasi.
 Refleks Periostoulnaris : jika diberian ketukan pada pada periosteum prosesus styloid
ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi, maka akan terjadi gerakan
pronasi pada tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
 Refleks Patela (KPR) : berikan ketukan pada daerah tendon patella dengan
menggunakan hammer , maka akan terjadi gerakan plantar fleksi longlegs karena kontraksi
m.quadrises femoris.
 Refleks Achilles (APR) : jika dilakukan ketukan pada tendon acilles, maka akan ada
gerakan plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
 Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal, maka akan terjadi
kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
 Refleks Klonus Kaki : posisikan klien dorsofleksi secara maksimal dan posisi tungkai
fleksi pada sendi lutut, maka akan terjadi kontraksi reflektorik otot betis selama stimulus
berlangsung.

1. JENIS REFLEKS
a. REFLEKS PENGECAPAN

Dari traktus solitarius, banyak sinyal pengecapan yang ditransmisikan ke dalam batang
otak sendiri ke nukleus salvitori inferior dan superior, dan area ini akan mentransmisikan
sinyal ke kelenjar submandibula, sublingual, dan parotid untuk membantu mengobtrol sekresi
saliva selama penelanan dan pencernaan makanan.

b. REFLEKS MASTIKASI

Pergerakan yg terkontrol dari mandibula dipergunakan dalam mengigit, mengunyah, dan


menelan makanan dan cairan, serta dalam berbicara. Aktivitas yang terintegrasi dari otot
rahang dalam merespon aktivitas dari neuron eferen pada saraf motorik di pergerakan
mandibular yang mengontrol hubungan antara gigi rahang atas dan bawah. Pergerakan rahang
adalah suatu pergerakan yang terintegrasi dari lidah dan otot lain yang mengontrol area
perioral, faring, dan laring. Mastikasi juga terjadi karena aktivitas gerak reflex otot yang
diinisiasi oleh stimulasi dari strukur orofacial.
Gerak refleks yang timbul dari area orofacial bermacam-macam, termasuk juga gerak lidah,
facial, dan berbagai gerak rahang. Dalam gerak refleks orofacial ini terdapat sekurang-
kurangnya satu motor nucleus dan beberapa sinaps, dan prosesnya termasuk sederhana bila
dibandingkan dengan refleks-refleks lain yang lebih kompleks (sebagai contohnya proses
penelanan).

Gerak refleks orofacial yang paling sering diteliti adalah gerak refleks pada jaw-closing
dan refleks jaw-jerk, yang dapat terjadi dengan mengetuk ujung dagu. Saat mengetuk ujung
dagu ini, muscle spindle pada otot-otot jaw-closing tertarik dan menhasilkan input sensori
yang akan menginisiasi gerak refleks. Setelah waktu yang singkat (sekitar 6 detik)
electromyography (EMG) menunjukkan adanya aktivitas yang terjadi pada otot masseter dan
temporalis. EMG juga menunjukkan output berupa gerak motorik pada otot yang akan
menutup rahang. Karena waktu terjadinya yang sangat singkat, gerak refleks ini sama dengan
gerak knee-jerk refleks dimana hanya satu sinaps yang bekerja (refleks monosynaptic). Input
refleks jaw-closing selain muscle spindle adalah stimulasi ligament periodontal, TMJ, dll
dapat menimbulkan refleks jaw-closing dalam waktu singkat. Hal ini dibuktikan dengan
percobaan anestesi yang diaplikasikan pada gigi dan rahang bawah menurunkan input tapi
tidak menghentikan refleks.

Proses jaw-opening diinisiasi oleh stimuli mekanik dari ligament periodontal dan
mekanoreseptor pada mukosa. Stimuli ini menghasilkan eksitasi otot jaw-opening dan inhibisi
pada otot jaw-closing. Proses ini tidak termasuk refleks monosynaptic dan sekurang-
kurangnya satu interneuron bekerja.

Proses mastikasi diinisiasi oleh stimuli elektrik dari cortex yang menyokong otot jaw-
closing dan jaw-opening. Begitu kompleks proses terjadinya gerak mastikasi, pada intinya
ritme mastikasi dihasilkan dari generator pada brain stem yang diaktivasi oleh pusat dibantu
dengan input peripheral yang pada akhirnya menghasilkan output ritmikal dengan frekuensi
yang sesuai dengan input yang terjadi.

Aktivitas motoneuron trigeminal saat proses pengunyahan diteliti menggunakan aktivitas


intrasel dari motoneuron α yang mengontrol otot masseter (jaw-closing) dan digastrics (jaw-
opening). Motoneuron masseter depolarisasi saat fase closing dan hiperpolarisasi (inhibisi)
saat fase opening. Motoneuron digastrics depolarisasi saat opening, akan tetapi tidak
hiperpolarisasi saat closing.
c. REFLEKS REGANG

Terjadi saat kapanpun otot diregang, maka eksitasi yang timbul pada kumparan akan
menyebabkan refleks konstraksi serat otot rangkaian besar dari otot yang sama dan otot-otot
sinergisnya. Contohnya adalah reflex tendon.

d. REFLEKS TENDON
1) REFLEKS BISEP
Uji gerak refleks Bisep dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan membiarkan
lengan untuk beristirahat di pangkuan subjek, atau membentuk sudut sedikit lebih dari 90
derajat di siku. Identifikasi tendon dengan meminta subjek memflexikan di siku sementara
pemeriksa mengamati dan meraba fossa antecubital. Tendon akan terlihat dan terasa seperti
tali tebal. Cara mengujinya yaitu berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi tangan
setengah ditekuk (ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada tendon m.biceps
brachii). Refleks Bisep berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n.
Musculocutaneus. Ketukan pada tendon m. Biceps brachii menyebabkan kontraksi m. Biceps
brachii. Reflek Biseps didapat melalui peregangan tendon Biseps pada saat siku pada keadaan
fleksi. Orang yang menguji menyokong lengan bawah dengan satu tangan sambil
menempatkan jari telunjuk dengan menggunakan palu reflek. Respon normal yang dihasilkan
yaitu fleksi lengan bawah pada persendian siku. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang
menekuk atau membengkok.

Gambar 9. Refleks Bisep


2) REFLEKS BRANCHIORADIALIS
Uji gerak refleks Branchioradialis dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan
membiarkan lengan untuk beristirahat di pangkuan subjek, atau membentuk sudut sedikit lebih
dari 90 derajat di siku. Identifikasi letak tendon di otot Branchioradialis, bagian ini biasanya
berada di lengan bawah yang sejajar dengan ibu jari (jari-jari sekitar 10 cm proksimal
pergelangan tangan. Cara mengujinya yaitu berikan pukulan pada tendon otot brakioradialis.
Refleks Branchioradialis berpusat di segmen servikal V-VI yang disalurkan melalui n.
Radialis. Ketukan pada periosteum ujung distal os radii menyebabkan kontraksi m.
Brachioradialis. Respon normal yang dihasilkan yaitu fleksi lengan bawah pada persendian
siku, supinasi pada siku dan tangan. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang menekuk atau
membengkok. Supinasi yaitu gerak menengadahkan atau membuka telapak tangan.

Gambar 10. Refleks Branchioradialis

1) Refleks Trisep
Uji gerak refleks Trisep dilakukan dengan posisi subjek duduk, dengan mengangkat
dan menahan lengan subjek ujicoba sehingga posisi siku sejajar dengan bahu atau bisa juga
dilakukan dengan posisi tangan subjek ujicoba bersandar di atas pinggang, mengidentifikasi
lokasi tendon Trisep, tendon akan terlihat dan terasa seperti tali keras. Cara mengujinya yaitu
dengan memukul tendon Trisep dengan menggunakan palu reflek (+ 5 cm di atas siku).
Refleks Trisep berpusat di segmen servikal VI-VII yang disalurkan melalui n. Radialis.
Ketukan pada tendo Triceps brachii menyebabkan kontraksi m. Triceps brachii. Respon
normal yang dihasilkan yaitu kontraksi otot Trisep dan ekstensi lengan bawah pada persendian
siku. Ekstensi yaitu gerak meluruskan anggota tubuh.

Gambar 11. Refleks Trisep

2) Refleks Pattela
Uji gerak refleks Pattela dilakukan dengan dua posisi yaitu subjek duduk dengan kaki
menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh lantai dan subjek berbaring telentang. Identifikasi
tendon patellar yaitu dengan melihat bagian yang terasa tebal tepat di bawah tempurung lutut
kaki dan dipilih bagian yang lebar dari pemukul refleks. Cara mengujinya yaitu untuk subjek
duduk, berikan pukulan pada tendon patellar tepat di bawah patella (tempurung lutut). Untuk
subjek berbaring telentang, dengan menahan bagian belakang lutut dengan satu tangan
kemudian memukulkan palu refleks pada bagian tendon Pattelar dengan tangan yang lain.
Refleks Patella berpusat di segmen lumbal II-IV yang disalurkan melalui n. Femoralis.
Ketukan pada tendo Patella menyebabkan kontraksi m. Quadriceps femoris. Respon normal
yang dihasilkan yaitu kontraksi quadriseps dan ekstensi tungkai bawah. Ekstensi yaitu gerak
meluruskan anggota tubuh.
Gambar 12. Refleks Pattelar

3) Refleks Achilles
Uji gerak refleks Achilles dilakukan dengan tiga posisi yaitu subjek duduk dengan
kaki menjuntai ke bawah dan tidak menyentuh lantai, subjek berbaring telentang dengan salah
satu lutut menumpangi lutut kaki yang lain dan subjek berbaring telentang dengan kedua kaki
lurus. Identifikasi tendon Achilles yaitu dengan melihat bagian yang tegang dan memiliki
struktur seperti tali dari bagian tumit sampai otot betis. Cara mengujinya yaitu untuk topang
bagian bawah kaki subjek dengan tangan (untuk subjek duduk), berikan pukulan pada tendon
Achilles tepat di tendon Achilles. Refleks Achilles berpusat di segmen lumbal V dan sacral I-
II yang disalurkan melalui n. Tibialis. Ketukan pada tendo Achilles menyebabkan
kontraksi m.Gastrocnemius. Respon normal yang dihasilkan yaitu
kontraksi m.gastroenemius dan fleksi telapak kaki. Fleksi yaitu gerak anggota tubuh yang
menekuk atau membengkok.
Gambar 13. Refleks Achilles

Anda mungkin juga menyukai