Oleh :
NIM : 21117138
2020
A. Pengertian
Obstruksi saluran nafas merupakan sekumpulan gejala dan tanda
yang diakibatkan oleh sumbatan di saluaran nafas. Sumbatan jalan nafas
karena benda asing sangat berbahaya dan harus segera dibersihkan karena
apabila tidak dapat bernafas, maka kita tidak dapat memberikan pernafasan
buatan.
Sumbatan airway pada penderita yang sadar dapat menyebabkan
henti jantung. Pada sumbatan total, pernafasan akan berhenti karena benda
tersebut menyumbat airway sepenuhnya. Beberapa menit kemudian
penderita yang sada akan menjadi tidak sadar (karna otak kekurangan
oksigen) dan kematian akan terjadi jika sumbatan tidak diatasi. Penyebab
sumbatan yang banyak ditemukan adalah “makanan”.
B. Etiologi
1. Kelainan kogenital hidung atau jaringan
a) Atresia koana
b) Stenosis supra glottis, glottis dan infra glottis
c) Kista dukstus tiroglosus
d) Kista brankiogen yang besar
e) Laringokel yang besar
2. Trauma
3. Tumor
4. Infeksi akut
5. Paralisis satu atau kedua plika vokalis
6. Pangkal lidah jatuh kebelakang pada pasien tidak sadar
7. Benda asing
Benda- benda asing tersebut dapat tersangkut pada :
a) Laring
Terjadi obstruksi pada laring dapat diketahui melalui tanda-
tanda sebagai berikut, yakni secara progresif terjadi stridor,
dispnoe, apnea, disfagia, hemoptisis, pernapasan otot-otot napas
tambahan atau dapat pula terjadi sianosis. Gangguan oleh benda
asing ini biasanya terjadi pada anak-anak yang disebabkan oleh
berbagai biji-bijian dan tulang ikan yang tak teratur bentuknya.
b) Saluran napas
Berdasarkan lokasi benda-benda yang tersangkut dalam saluran
napas maka dapat dibagi pada bagian atas pada trachea, dan pada
bronkus.
C. Anatomi Fisiologi
1. Hidung
Hidung adalah organ indra penciuman. Ujung saraf yang
mendeteksi penciuman berada di atap (langit-langit) hidung di area
lempeng kribriformis tulang etmoid dan konka superior. Ujung saraf ini
distimulasi oleh bau di udara. Impuls saraf dihantarkan oleh saran
olfaktorius ke otak dimana sensasi bau dipersepsikan. Ketika masuk
dihidung, udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Hal ini
dilakukan oleh sel epitel yang memiliki lapisan mukus sekresi sel
goblet dan kelenjar mukosa. Lalu gerakan silia mendorong lapisan
mukus ke posterior didalam rongga hidung dan ke superior saluran
pernapasan bagian bawah menuju faring. Nares anterior adalah
saluransaluran didalam lubang hidung. Saluran-saluran ini bermuara
kedalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum hidung. Rongga
hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah,
dan bersambung dengan lapisan farink dan selaput. Pada proses
pernafasan secara khusus rongga hidung berfungsi antara lain :
• Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
• Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-
bulu hidung.
• Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
• Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara
pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir atau
hidung.
5. Percabangan Bronkus
Bronkus, merupakan percabangan trachea. Setiap bronkus primer
bercabang 9 sampai 12 kali untuk membentuk bronki sekunder dan
tersier dengan diameter yang semakin kecil. Struktur mendasar dari
paru-paru adalah percabangan bronchial yang selanjutnya secara
berurutan adalah bronki, bronkiolus, bronkiolus terminalis, bronkiolus
respiratorik, duktus alveolar, dan alveoli. Dibagian bronkus masih
disebut pernafasan extrapulmonar dan sampai memasuki paru-paru
disebut intrapulmonar.
6. Paru-paru
D. Patofisiologis
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negatif dari pada tekanan
intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks
dan udara dari luar yang tekanannya nol (0) akan masuk ke bronchus
hingga sampai ke alveoli. Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga
dada sehingga tekanan intrapleura akan lebih tinggi dari tekanan di
alveolus maupun di bronchus, sehingga udara ditekan keluar malalui
bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan
napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu
batuk, bersin dan mengejan, karena pada keadaan ini epiglitis tertutup.
Apabila di bagian perifer dari bronchus atau alveolus ada bagian yang
lemah, bronchus atau alveolus itu akan pecah dan robek.
Pada waktu ekspirasi, udara yang masuk ke dalam rongga pleura
tidak mau keluar melalui lubang yang terbuka sebelumnya, bahkan udara
ekspirasi yang mestinya dihembuskan keluar dapat masuk ke dalam
rongga pleura. Apabila ada obstruksi di bronchus bagian proximal dari
fistel tersebut akan membuat tekanan pleura semakin lama semakin
meningkat sehubungan dengan berulangnya pernapasan. Udara masuk ke
rongga pleura saat ekspirasi terjadi karena udara ekspirasi mempunyai
tekanan lebih tinggi dari rongga pleura, terlebih jika klien batuk, tekanan
udara di bronchus akan lebih kuat dari ekspirasi biasa.
Secara singkat proses terjadinya pneumotoraks adalah sebagai
berikut:
a. Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek
dan udara masuk kearah jaringan peribronkhovaskular.
Apabila alveoli itu melebar, tekanan dalam alveoli akan
meningkat.
b. Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi
endobronkhial adalah faktor presipitasi yang memudahkan
terjadinya robekan
c. Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat
menggoyahkan jaringan fibrosis di peribronkhovaskular ke
arah hilus, masuk mediastinum, dan menyebabkan
pneumotoraks.
E. Pathway
Treptococus, Stapilococus
alveolus
Akumulasi Gangguan ventilasi pada Obstruksi edema Peningkatan Intake kurang Penurunan Ansietas
sektet saluran pernapasan saluran Freq. Nafas suplay O2
pernapasan atas Tingkat pendidikan
BatukBer anoreksia
Sesak nafas Kesulitan Kelemahan
rendah
dahak / penigkatan Gangguan bicara
freq. rasa nyaman Intoleransi
Gangguan
Bersihan Jalan aktivitas Kurang
pernapasan pemenuhan
Gangguan
Nafas Tidak Pengetahuan
Nyeri nutrisi
komunikasi
Efektif
Pola nafas verbal
tidak
efektif
F. Klasifikasi
Sumbatan parsial
Tersendak terjadi bila benda asing masuk kearah paru-paru dan
menyumbat jalan nafas kea rah paru-paru. Bila penderita bias
menghilangkan penyumbata denga cara batuk-batuk keras, maka tidak
perlu dilakukan pertolonga lagi. Tetapi bila penderita terus tersedak
sehingga sesak nafas maka perlu segera dilakukan pertologan pertama.
a) Gejala :
1) Tersedak, tetapi tetap bias bernafas batuk dan berbicara
2) Sesak bicara
2. Sumbatan total
Perlu tindakan segera dan anda hanya mempunyai waktu 3
menit untuk mengambil sumbatan, sebelum terjadi kerusakan otak
karena kekurangan oksigen.
b) Gejala :
1) Tersedak dan tidak bias bernafas, batuk atau bicara
2) Muka menjadi biru
Kelainan klinis yang terjadi ditentukan oleh 3 faktor :
1) Lokasi dari obstruksi yang terjadi
Bila obstruksi terjadi sebelum karina, maka obstruksi tersebut
berbahaya dibandingkan bila terjadi di bagian distal dari bronkus.
Hal ini disebabkan oleh karena obstruksi ini bersifat total,
disamping itu mekanisme konpensasi pada obstruksi distal lebih
baik dari obstruksi di proksimal.
G. Manifestasi Klinis
1. Tidak dapat bicara, bernafas, bersuara
2. Menunjukkan sikap tercekik (pasien memegang leher)
3. Cyanosis
4. Gerakan napas tidak teratur(tidak normal)
5. Colaps, tidak sadar
H. Komplikasi
1. Nyeri abdomen,ekimosis
2. Fraktur iga
3. Cedera atau trauma pada organ-organ di bawah abdomen dan dada.
4. Gagal nafas, kor pulmonal, septikemia
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperolah akan timbul
bayangan radiologi yang diakibatkan oleh dua sebab, yakni:
a. Bila benda asing itu bersifat radioopaque, maka bayangan yang
terjadi adlah disebabkan oleh benda asing itu sendiri.
b. Bila bayangan yang terjadi disebabkan karna komlikasi,
misalnya ateoetksis dan emfisema,maka akan terkantung pada
tipe obstruksi yang terjadi.
J. Tindakan Keperawatan
Beberapa metode tujuanya adalah mengeluarkan benda benda
asing sehingga jalan nafas tidak terhalang oleh benda asing
1. Pengambilan
Buka mulut pasien bersihakan benda asing yang ada didalam
mulut pasien dengan mengorek dan menyapukan dua jari penolong
yang telah dibukus dengan secarik kain, bebaskan jalan nafas dari
sumbatan benda asing
2. Dihisap
a. Posisikan kpasien terlentang/miring, kepala lebih rendah dari
rungkai.
b. Buka mulut korban lebar-lebar
c. Hisap dengan bahan yang dapt meresap cairan
d. Hisap pakai mulut dengan bantuan pipa penghisap atau hisap
dengan pipa karet menggunakan semprot penghisap atau hisap
dengan pipa karet menggunakan pipa penghisap mekanik/listrik.
3. Abdomen Thrust
Prosedur abdomen thrust
a. Jika pasien dalam keadaan berdiri atau duduk:
b. Anda berdiri di belakang klien
c. Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan terkepal,
kemudian pegang lengan kanan tersebut dengan lengan kiri.
Posisi lenan anda pada abdomen klien yakni dibawah prosesus
xipoideus dan diatas pusat atau umbilicus.
d. Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada
abdomen kea rah dalam dan atas. Jika diperlukan, ulangi
abdominal trust beberapa kali untuk menghilangkan obstruksi
jalan napas.
e. Kaji jalan napas sesering mungkin untuk memastikan
kebersihan tindakan ini.
Jika pasien dalam keadaan supine atau unconscious:
1) Anda mengambil posisi berlutut atau mengangkangangi paha
klien.
2) Tempatkan lengan kiri anda di atas lengan kanan anda yang
menempel di abdomen tepatnya di bawah prosesus xipoideus
dan di atas pusat atau umbilicus.
3) Dorong secara cepat (thrust quikly), dengan dorongan pada
abdomen kea rah dalam dan atas
4) Jika diperlukan, ulangi abdominal thrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas.
5) Kaji jalan naps secara seng untuk memasitikan keberhasilan
tindakan yang dilakukan.
6) Jika perlu, lihat secara langsung mulut dan paring klien
dengan laringoskopi dan jika tampak utamaka mengekstraksi
benda asing tersebut menggunakan Kelly atau megil forcep.
4. Chest trust
Tahap prosedur chest thrust
a. Jika posisi klien dudu atau berdiri
1) Anda berdiri di belakan klien
2) Lingkarkan lengan kanan anda dengan tangan kanan
terkepal di area midsternal di atas prosesus xipideus klien
(sama seperti pada posisi saat kompresi jantung luar).
3) Lakukan dorongan (thrust) lurus ke bawah kearah spinal.
Jika perlu ulangi chest trhrust beberapa kali untuk
menghilangkan obstruksi jalan napas
4) Kaji jalan napas secara sering untuk memastikan
keberhasilan tindakan ini.
• Indikasi
Untuk menghilangkan obstruksi pada jalan nafas atas yang di
tangai oleh beberapa atau semua dari tanda dan gejala beriktu ini:
1) Secara mendadak tidak dapat berbicara
2) Tanda-tanda umum tercekik dan rasa leher tercengkram
3) Bunyiberisik selama inspirasi
4) Penggunaan otot assesoris selama bernapas dan peningkatan
kesulitan bernapas.
5) Sukar batuk atau batuk tidak efektif atau tidak mampu untuk batuk
6) Tidak terjadi respirasi spontan atau sianosis
7) Bayi dan anak dengan distress respirasi mendadak disertai dengan
dengan batuk, stidor atau wising.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
2. Riwayat kesehatan yang lalu
a. Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru
sebelumnya
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat atau factor
lingkungan
c. Kaji riwayat perkerjaan pasien
3. Pengkajian keperawatan pasien yang mempunyai masalah pernapasan
difokuskan pada ventilasi, perfusi, kognisis, dan eliminasi
a. Ventilasi
1) Bunyi napas
Ronkhi basah atau mengi dapt terdengar pada bayak
masalah pernapasan. Hilangya atau berkurangnya bunyi
napas merupakan temuan yang signifikan dan mungkin
mengindikasikan pneumotoraks atau beberapa bentuk
konsolidasi alveolar. Bunyi napas dapat saja hilang atau
berkurang sebagai akibat konstriksi bronkus kanan yang
disebakan oleh adanya aspirasi benda asing.
2) Pernapasan
Tentukan karakter pernapasan. Frekuensi
pernapasan >50 pernapasan/menit pada bayi atau >40
pernapasan/ menit pada anak-anak usia <3 tahun merupakan
kondisi sensitive dan spensitifik adanya infeksi saluran
pernapasan bawat.
3) Laju aliran ekspirasi
Jika pasien PPOK atau asma, periksa laju aliran
ekspirasi puncak dengan menggunakan peak floemeter. Jika
nilainya kurang dari 200 l/menit, triase segera keruang
tindakan.
4) Saturasi oksigen
Tentukan tingkat SpO2 dengan oksimetri nadi
kontinu. Jika tingkat SpO2 91 % atau kurang, diperkirakan
pasien harus dirawat di rumah sakit.
5) Sputum
Jelaskan produsi seputum. Sputum merah muda
yang berbusa merupakan tanda edema alveoli paru
kardiogenik.
6) Dispnea
Kaji dispnea dengan menggunakan skala yang sudah
distandarisasi
b. Perfusi
1) Bunyi jantung
Bunyi jantung ketiga sering kali terdengar pada kasus-kasus
gagal jantung
2) Titik implus maksimal
Palpasi titik implus maksimal. Bagian apeks jantung
biasanya sampai pada dinding anterior dada atau dekat
dengan ruang interkosta lima kiri di faris midklavikula
3) Distensi vena junggularis
Tentukan ada tidaknya distensi vena jugularis. Ubah
posisi pasien menjadi semifowler dengan kepala miring ke
kanan atau ke kiri.
c. Kognisi
Lakukan pengkajian neurologis dan catat nilai GCS. Medikasi
misalnya teofilin dan alupent. Yang digunakan untuk mengatasi
gangguan pulmonal menimgulkan efek pada system saraf pusat,
seperti kegelisahan, takikardia, dan agitasi. Hipoksemia dan
hiperkapnia dapat menyebabkan kegelisahan dan penurunan
kesadaran.
1. Kondisi pernapasan
a. Dapat menjawab, lengkap tidak terputus-putus, tidak
tersendat-sendat tidak menggeh-menggeh dan fungsi
pernapasan baik
b. Bila menjawab terputus-putus, tersendat-sendat,
menggeh-menggeh dan pungsi pernapasan terganggu.
c. Bila tidak menjawab, tidak ada suara, tidak ada gerakan
nafas, tidak ada hawa nafas dan pernafasan berhenti.
Jika pengobatan mencakup pembedahan, penting
artinya jika perawatan mengetahui sifat dari pembedahan
sehingga dapat merencanakan asuhan yang sesuai. Jika
pasien diperkirakan akan tidak mempunyai suara lagi,
evaluasi paska operatif oleh terapi wicara diperlukan.
Kemampuan pasen untuk mendengarm melihat,
membaca, dan menulis dikaji, kerusakan visual dan buta
huruf fungsional dapat menimbulkan masalah tambahan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan bertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai
oksigen
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
trakheobronkial, edema dan peningkatan produksi sputum,
menurunnya fungsi fisiologis saluran pernapasan, ketidakmampuan
batuk, adanya benda asing (ETT, Corpus alienum)
C. Intervesnsi Keperawatan
TENSION PNEUMOTORAK
Oleh :
NIM : 21117138
2020
KASUS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn G
Usia : 25 Tahun
Agama : Islam
Alamat :
□ Hitam □ Hijau
2. PENGKAJIAN
PRIMARY SURVEY :
Spasme
Stridor Wheezing
Keluhan Lain: Tidak ada keluhan
RR : .40 x/mnt
Pucat : ✓ Ya Tidak
Sianosis : ✓ Ya Tidak
MAP :...................mmHg
Tidak Ada
Contusio : Ya ✓ Tidak
Abrasi : Ya ✓ Tidak
Laserasi : Ya ✓ Tidak
Edema : Ya ✓ Tidak
SECONDARY SURVEY
a. Anamnesis
Keluhan utama : Nyeri dada , Sesak Hebat,
Riwayat Penyakit Sekarang
: Lemas
b. Pemeriksaan Fisik
3 Kepala
Simet
ris Asimetris Perdarahan
Echymosi Nyeri
s tekan
Luka, ukuran:……………,
Lokasi:………
4 Mata
Kebiruan (Lingkaran
mata)
RC Midriasis Miosis
5 Telinga
Lecet/kemerahan/laserasi
6 Hidung
Lecet/kemerahan/laserasi
7 Leher
8 Dada/Paru
Luka
Luka tusuk sayat Ukuran : , Lokasi
BJ
Suara Jtg : I BJ II Murmur Gallop
Saat
✓ Nyeri dada aktivitas Tanpa aktivitas
Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
9 Abdomen
Luka
Luka tusuk sayat Ukuran:
10 Genetalia
Simetri
s Asimetris
11 Ekstremitas
Bengka
Kelainan bentuk Perdarahan k
Keterbatasan
Jari-jari hilang gerak
Fraktur, Lokasi: Kaku sendi
Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10
12 Kulit
Echymosis Ptechie
Gatal-gatal/pruritus
Nyeri, Skala: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10
4. KEBUTUHAN EDUKASI
Terdapat hambatan dalam pembelajaran:
Tidak Ya, Jika Ya Pendengaran Penglihatan
Kognitif Fisik
Budaya Emosi Bahasa
Lain-lainnya
Dibutuhkan penerjemah : Ya Tidak
Sebutkan : tidak ada
Kebutuhan edukasi (pilih topik edukasi pada kotak yang tersedia)
Diagnosa dan manajemen penyakit Obat-obatan/ terapi Diet
dan nutrisi
Tindakan Keperawatan Rehabilitasi Manajemen nyeri
Lain-lain, sebutkan: tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan
a. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
b. EKG
c. Rontgen (tanggal 23-9-2011) Cor : agak membesar, sinuses dan diafragma normal
Pulmo : hili normal, corakan bronchovaskuler
normal, tidak tampak infiltrat
Kesan :
- Pembesaran jantung ringan
- Tidak tampak TB paru aktif
2. Cairan
3. Therapi
Inisial pasien :
Nama obat Dosis Cara pemberian Waktu pemberian Fungsi/
indikasi
1.
2.
3.
dst
7. FORMAT ANALISA DATA
Kemungkinan
Data (Symptoms) Masalah (Problems)
Penyebab (Etiology)
Do: Pasien mengeluh Penurunan ekspansi Pola napas tidak
efektif
sesak hebat, nyeri dada, paru terhadap
lemas. peningkatan tekanan di
sianosis
TTV : TD :
100/80mmHg, T : 35,5 C,
N: 100x/m, RR : 40x/m
9. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b.d Penurunan ekspansi paru terhadap peningkatan
tekanan di dalam rongga pleura; pneumothorax
Rencana Keperawatan
DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN Intervensi
Tujuan (NOC) Rasional
(NIC)
TTV : TD :
100/80mmHg, T :
35,5 C, N:
100x/m, RR :
40x/m