Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan : Asma Bronkial

OLEH :
Said Muhammad Akbar Ali
Hanafi

142011028

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
TANJUNGPINANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas yang di
karakteristikkan dengan hipperresponsivitas, edema mukosa dan produksi
mucus. Inflamasi ini pada akhirnya bekembang menjadi episode gejala asma
yang berulang; batuk, sesak dada, mengi, dan dipsnea. Pasien asma mungkin
mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut yang
berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari.
Asma suatu penyakit kronik yang paling serius muncul pada masa
kanakkanak, dapat dialami oleh berbagai kelompok usia (faktor paling kuat)
dan terpapar zat iritan atau alergen dalam waktu yang lama, (misalkan:
rumput, serbuk sari, jamur, debu dan binatang). Pencetus yang paling sering
memunculkan gejala asma dan eksaserbasi mencakup iritan jalan nafas
(misalkan: pulutan, suhu dingin, bau menyengat, asap dan parfum), Latihan
fisik, stress, atau perasaan marah, obat-obatan, dan infeksi virus pada jalan
nafas (Brunner & Suddart, 2016)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan bersifat berulang namun reversible,
dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan
ventilasi yang lebih baik (Nurarif dan Kusuma, 2015) Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit asma adalah penyakit
pada sistem pernafasan yaitu suatu gagguan pada saluran bronkial yang
mempunyai ciri bronkospasme yang menyebapkan peningkatan
hipperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episode berulang
berupa wheezing, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
pada waktu malam atau dini hari.

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Sistem pernafasan dibagi dalam 2 bagian yaitu saluran pernafasan atas
(traktus respiratorius superior) dan saluran pernafasan bawah (traktus
respiratorius inferior). Saluran pernafasan atas terdapat diluar rongga
dada yaotu rongga hidung, faring, laring dan trachea bagian atas. Jadi
organ yang termasuk dalam sistem pernafasan yaitu hidung, rongga
hidung, faring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus dan paru (alveoli).
Udara masuk kedalam sistem pernafasan melalui mulut atau hidung,
selanjutnya ke rongga hidung (yang mengandung banyak arteri, vena dan
kapiler).
Gambar
Saluran nafas
(Sarpini, 2017)

Dari sini udara masuk ke faring, selanjutnya dari faring udara


bergerak kelaring, takea, kemudia trakea bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus dan akhirnya ke alveolus (yang terdapat dalam
parenkim paru). Selama udara masuk ke saluran pernafasan udara
disaring dari debu, asap, bakteri dan zat-zat bahaya lainnya yang
terbawa oleh udara
a. Hidung
Hidung terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (hidung bagian
luar/nasal eksternal) terletak di bagian tengah wajah dan bagian dalam
(rongga hidung/cavum nasi) yang dibagi oleh sebuah sekat (septum nasi)
menjadi rongga hidung kanan dan kiri. Hidung luar/ nasal eksternal
berbentuk pyramid. Dimana sudut atas atau atapnya berhubungan langsung
dengan dahi (pada bagian apex). Bagian dasarnya terdapat 2 buah lubang
hidung (nares) yang dipisahkan oleh sebuah sekat yang berjalan dari depan
sampai kebelakang rongga hidung (septum antero-posterior). Pada pinggir
lubang hidung terdapat sejumlah rambut (vibrissae) yang gunanya untuk
menahan kotoran atau debu yang masuk bersama udara pernafasan.
Permukaan lateral hidung pada bagian bawah agak membulat yang disebut
“ala nasi”, bagian atas permukaan lateral ini bersatu pada garis tengah
hidung yang disebut “dorsum nasi”. Pada bagian atas dorsum nasi
ditopang ole hos nasal (nasal bone). Rangak hidung bagian luar terdiri dari
tulang dan tulag rawan, ditutupi kulit dan dibagian rongga hidung dilapisi
oleh membrane mukosa. Rangak tulang menempati bagia atas dari hidung,
terdiri dari os nasal dan processus frontalis maxillae. Rangka tulang rawan
terdapat pada septum dan ala nasi. Pada bagian ini terdapat otot yang dapat
menggerakkan atau mengembang-kempiskan hidung bagian luar.
b. Faring
Faring terbagi menjadi dua bagian, bagian yang terletak dibelakang
rongga hidung disebut nasofaring, dibelakang rongga mulut disebut
orofaring. Saluran ini (orofaring) merupakan tempat lewat baik udara
maupun makanan atau minuman yang ditelan. Saat makanan ditelan, katub
tulang rawan yang disebut epiglottis menekan ke bawah untuk menutup
saluran nafas

Gambar
Faring
(Sarpini, 2017)
c. Laring
Laring terletak antara faring dan trakea. Pada laring terdapat kotak
suara (Adam’s apple) yang didalamnya terdapat jaringan elastis yang
melintang dan membelah dua dalam laring yang disebut pita suara. Udara
melintas kuat melalui kotak suara menyebabkan getaran pada pita suara
yang menimbulkan gelombang suara.
d. Trakea
Trakea terdapat dalam rongga dada dan bercangan dua kir dan
kanan.Dinding trakea terbuat dari tulang rawan berbentuk cincin yng lentur.
Cincin tulang rawan ini melindungi trakea membuat dia lentur (fleksibel)
dan mencegah kolaps atau melebar berlebihan.
Gambar
Trakea
(Sarpini, 2017)
e. Bronkus
Cabang trakea kiri dan kanan disebut bronkus. Cabang ini
diameternya lebih kecil dari trakea dan tiap bronkus masuk ke dalam paru-
paru.
f. Bronkiolus
Bronkiolus akan bercabang-cabang lebih banyak dan lebih kecil lagi.
Khususnya pada paru kanan yang mempunyai 3 lobus. Karena banyaknya
cabang-cabang ini disebut “pohon bronkhiolus”. Bronkus dan bronkiolus
mengandung jaringan otot polos. Jaringan otot ini mengontrol besar atau
diameter saluran nafas.
g. Alveoli
Ujung saluran nafas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara
yang disebut alveoli. Kelompok-kelompok alveoli yang sangat banyak ini
berbentuk seperti anggur dan disinilaag terjadi pertukaran gas O 2 dan CO2.
Dinding alveoli berupa selaput membran titpis dan elastis serta diliputi oleh
banyak kapiler. Membran ini memisahkan gas dari cairan. Gas yaitu udara
yang kita sedot saa menarik nafas dan cairan adalag darah dari kapiler. Jadi,
seluruh pertukaran dalam paru terjadi pada alveoli.
Gambar
Alveoli
(Sarpini, 2017)
h. Paru-paru
Paru merupakan organ paling besar dari organ pernafasan dan nada
dua buah kiri dan kanan. Kanan mempunyai 3 lobus dan sedikit lebih besar
dari paru kiri yang mempunyai 2 lobus. Kedua paru dipisahkan oleh ruang
disebut mediastinum yang berisi jantung, trakea, esophagus dan beberapa
limfe-nodus.

Gambar
Paru-paru
(Sarpini, 2017)

Paru dilapisi oleh selaput pelindung yang disebut pleura


dan dipisahkan dari rongga abdomen oleh diafragma. Selaput
pleura yang meliputi paru terdiri dari dua lapis, berisi cairan
yang diproduksi pleura. Fungsi cairan ini agar paru dapat
bergerak lebih leluasa dalam rongga dada selama bernafas.

2. Fisiologi
Fungsi sistem pernafasan yaitu untuk transport gas ke dan dari sistem
sirkulasi.
Sistem respirasi ini termasuk :
a. Respirasi eksternal pertukaran gas antara atsmosfer (udara bebas) dan
darah
b. Respirasi internal pertukaran gas antara darah sel-sel tubuh
c. Respirasi seluler atau respirasi aerobic oksigen untuk memecah glukosa
dalam sel.

Fungsi utama dari pernafasan yaitu memasukan oksigen kedalam tubuh dan
membawa gas-gas sisa metabolisme keluar tubuh. Udara yang masuk ke dalam
saluran pernafasn akan disaring. Saringan pertama terjadi pada hidung, dimana
hidung akan melakukan tiga hal

a. Menyaring udara oleh bulu-bulu hidung


b. Menghangatkan udara yang masuk oleh pembuluh darah yang banyak
pada lapisan mukosa di rongga hidung
c. Melembapkan udara oleh lapisan mukosa hidung (selaput lendir) yang
selalu basah dalam rongga hidung

3. Etiologi Asma
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang
membawa keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini
bakat alerginya yang diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak
sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar faktor
pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
. Faktor Presipitasi
a. Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu:
• Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok dan
serbuk sari bunga.
• Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut. Contohnya:
makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
• Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan atau jam
tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya persoalan
tentang asma pada anak sendiri keluargnya, akan menggagalkan usaha
pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat, sebagian penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama pada
bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus (RSV)
dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya pertusis dan
streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit seperti askaris.

4. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial. hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar,
seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi. Gejala
kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang. Gangguan asma
bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya
otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender dan pembentukan
timbunan lender yang berlebih.

2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasnya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.

Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah Ilmu
keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
a. Asma Episodik yang Jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini yaitu
infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali per
fahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan berat,
gejala lebih berat pada malam hari.
b. Asma Episodik Scring
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya
orangtua menghubungkan dengan perubahan udara, alergen, aktivitas fisik dan
stress. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasanya beberapa
hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13
tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik atau persisten.
c. Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan dan
75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing yang
lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan hampir selalu
terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk disertai
wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma, seringkali memerlukan
perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan penanganan anak dan
orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi
perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini biasanya tetap
menderita asma persisten.

Parameter Klinis, Asma Episodik Asma Episodik Asma Persisten


Kebutuhan Obat dan Jarang (Asma Sering (Asma (Asma Berat)
Faal Paru Ringan) Sedang)

1. Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering

2. Lama serangan <1 minggu 1 minggu Hampir sepanjang


tahun (tidak ada
remisi)

3. Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat

4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang &
malam

5. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu

6. Pemeriksaan fisik Normal (tidak Mungkin Tidak pernah


diluar serangan ditemukan kelainan) terganggu normal
(ditemukan adanya
kelainan)

7. Obat pengendali Tidak perlu Perlu, non steroid Perlu, steroid


(anti inflamasi)
5. Patofisiologi Asma
Asma merupakan inflamasi kronik saluran pemapasana. Berbagai sel inflamasi
berperan terutama sel mast, eosinophil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil, dan sel epitel.
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, jamur, parasit, alergi, iritan, cuaca, kegiatan
jasmani dan psikis akan merangsang reaksi hiperreaktivitas bronkus dalam saluran
pemafasan sehingga merangsang sel plasma menghasilkan imonoglubulin E (IgE). IgE
selanjutnya akan menempel pada reseptor dinding sel mast yang disebut sel mast
tersensitisasi. Sel mast tersensitisasi akan mengalami degranulasi, sel mast yang
mengalami degranulasi akan mengeluarkan sejumlah mediator seperti histamin dan
bradikinin. Mediator ini menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler sehingga timbul
edema mukosa, peningkatan produksi mukus dan kontraksi otot polos bronkiolus. Hal ini
akan menyebabkan proliferasi akibatnya terjadi sumbatan dan daya konsulidasi pada jalan
nafas sehingga proses pertukaran O: dan CO; terhambat akibatnya terjadi gangguan
ventilasi. Rendahnya masukan O; ke paru-paru terutama pada alvcolus menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan CO₂ dalam alveolus atau yang disebut dengan
hiperventilasi, yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO:
dalam kapiler (hipoventilasi) yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal ini
dapat menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran
gas yaitu membuang karbondioksida sehingga menyebabkan konsentrasi O, dalam
alveolus menurun dan terjadilah gangguan difusi, dan akan berlanjut menjadi gangguan
perfusi dimana oksigenisasi ke jaringan tidak memadai sehingga akan terjadi hipoksemia
dan hipoksia yang akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis.
6. Pathway Asma

7. Manifestasi Klinis Asma


Adapun manifestasi klinis menurut Medicafarm (2008) yang ditimbulkan antara lain:
a. Mengi atau Wheezing
b. Sesak nafas
c. Dada terasa tertekan
d. Adanya batuk dan pilek
e. Nyeri dada
f. nadi meningkat
g. Retraksi otot dada
h. Adanya nafas cuping hidung serta takipnea
i. Kelelahan dan lemah
j. Anoreksia
k. Sianosis
l. Gelisah

8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1) Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi
intensif.
2) Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3) Hipoksemia
Hipoksimia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara
sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
4) Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5) Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.

9. Pemeriksaan Diagnostik atau Pemeriksaan Penunjang


a. Foto rontgen, menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang memperburuk status
pernapasan.
b. Pemeriksaan fungsi paru akan terjadi penurunan volume tidal. penurunan kapasitas
vital, kapasitas bernapas maksimum juga menurun.
c. Jumlah eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
d. Jumlah leukosit akan meningkat pada infeksi.
e. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test, RAST) dilakukan untuk mencari
faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi positif pada
asma.
f. Analisa gas darah pada kasus berat akan meningkatkan pH, PaCO2 dan PaO2
turun, keadaan ini disebut alkalosis respiratori ringan akihat hiperventilasi;
kemudian penurunan pH, penurunan PaO2, dan peningkatan PaCO2, keadaan ini
disebut asidosis respiratori.
g. Pada pemeriksaan pulse oxymetry, jika hasilnya VEP1 < 50% dari perkiraan:
Asma berat, VFP1 50-70% Asma sedang, VEPI 71- 80%: Asma ringan.

10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Adapun beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality.
2. Menilai/memonitor herat asma secara berkala, Penilaian klinis berkala antara 1-6
bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan asma
bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
• Medikasi (obat-obatan).
• Tahapan pengobatan.
• Penanganan asma mandiri.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut.
6. Kontrol secara teratur pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu: tindak lanjut(follow-up) teratur, dan rujuk ke
ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan.
7. Pola hidup sehat seperti meningkatkan kebugaran fisik, berhenti atau tidak pernah
merokok, lingkungan yang bersih.

11. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian


Pengkajian yang biasa dilakukan pada pasien dengan asma, meliputi hal-hal sebagai
berikut:
3.1.1 Pengumpulan data
a. Identitas klien
1) Identitas anak (data dapat diperoleh dari orang tua penanggug jawab) yang
meliputi nama anak, umur, jenis kelamin, suku bangsa. agama, alamat, no RM,
Dx medis, tanggal masuk RS dan tanggal pengkajian.
2) Identitas orang tua penanggung jawab meliputi nama, usia, pendidikan,
pekerjaan, alamat, hubungan dengan pasien
b. Keluhan utama
Pada umumnya orang tua mengeluh anaknya batuk dengan atau tanpa produksi
mucus, sering bertambah berat saat malam hari atau dini hari sehingga membuat
anak sulit tidur. Jika asmanya berat maka gejala yang akan muncul yaitu perubahan
kesadaran seperti mengantuk, bingung, saat serangan asma, kesulitan bernafas
yang hebat, takikardia, kegelisahan hebat akibat kesulitan bernafas, berkeringat.
(Margaret Varnell Clark, 2013)
c. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pada anak dengan asma meliputi hal-hal sebagai berikut:
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang biasa ditemukan
menggunakan pendekatan PQRST, dimana P atau paliatif/provokative
merupakan hal atau faktor yang mencetuskan terjadinya penyakit, hal yang
memperberat atau meperingan. Q atau qualitas dari suatu keluhan atau penyakit
yang dirasakan, R atau region adalah daerah atau tempat dimana keluhan
dirasakan, S atau severity adalah derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut, T atau time adalah waktu dimana keluhan dirasakan, time juga
menunjukan lamanya atau kekerapan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu yaitu penyakit yang pemah diderita anak perlu
diketahui sebelumnya, karena mungkin ada kaitannya dengan penyakit
sekarang. Riwayat kesehatan menjelaskan tentang riwayat perawatan di RS,
alergi, penyakit kronis dan riwayat operasi. Selain itu juga menjelaskan tentang
riwayat penyakit yang pernah diderita klien yang ada hubungannya dengan
penyakit sekarang seperti riwayat panas, batuk.
filek, atau penyakit serupa pengobatan yang dilakukan.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Dikaji mengenai adanya penyakit pada keluarga yang berhubungan dengan
asma pada anak, riwayat penyakit keturunan atau bawaan seperti asma, diabetes
melitus, dan lain-lain.
4) Genogram
Merupakan gambaran struktur keluarga klien, dan gambaran pola asuh klien
terjadinya penyakit.
5) Riwayat imunisasi dan pemberian makan
• Riwayat imunisasi
Pada usia 9 bulan imunisasi harus sudah lengkap meliputi BCG, Hepatitis,
Polio, DPT. Campak, Thypoid. Bila anak belum mendapat imunisasi
tanyakan dan catat imunisasi apa saja yang sudah dan belum didapat serta
tanyakan alasannya.
• Riwayat pemberian makan
Catat pada pertama kali anak dan pada umur berapa diberikan makanan
tambahan. Selain ASI, baik berupa jenis, porsi dan frekuensi yang diberikan
dan tanyakan makanan apa yang lebih disukai oleh anak.

3.1.2. Pemeriksaan fisik


1. Keadaan umum
Biasanya keadaan umum pasien dengan asma adalah kelemahan fisik akibat
kurangnya nafsu makan, gelisah, kesulitan bernafas, kesulitan tidur, berkeringat,
takikardia.
2. Tanda-tanda vital
Akan ditemukan tanda-tanda vital yang berubah dari ukuran normal.
3. Antropometri
Dikaji untuk mengetahui status gizi, dapat ditemukan penurunan berat badan dari
normal.
Head to toe
• Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, kebersihan kepala pasien. lingkar kepala.
Pada asma tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan kepala.
• Mata
Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati kelopak mata terhadap
penetapan yang tepat, periksa alis mata terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan
rambutnya, amati distribusi dan kondisi bulu matanya, bentuk serta amati ukuran
iris apakah ada peradangan atau tidak, kaji adanya oedema pada mata. Pada asma
tidak ditemukan masalah pada saat dilakukan pemeriksaan mata.
• Hidung
Amati pasien, apakah pasien menggunakan nafas cuping hidung Mulut Periksa
bibir terhadap warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakan, lesi, periksa gusi
lidah, dan palatum terhadap kelembaban, keutuhan dan perdarahan, amati adanya
bau, periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi terhadap jumlah, jenis
keadaan. inspeksi faring menggunakan spatel lidah. Biasanya ditemukan pada
mulut terdapat nafas barbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan.
• Telinga
Periksa penempatan dan posisi telinga. amati penonjolan atau pendataran telinga,
periksa struktur telinga luar dan ciri-ciri yang tidak normal, periksa saluran telinga
luar terhadap hygiene; rabas dan pengelupasan. Lakukan penarikan aurikel apakah
ada nyeri atau tidak lakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang telinga
untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak.
• Leher
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang penuh. periksa leher terhadap
pembengkakan kelenjar getah bening, lakukan palpasi pada trakea dan kelenjar
tiroid.
• Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan dinding dada kedalam,
amati jenis pernafasan, amati gerakan pernafasan dan lama inspirasi serta ekspirasi,
lakukan perkusi diatas sela iga, hergerak secara simentris atau tidak dan lakukan
auskultasi lapang paru.
• Abdomen
Periksa kontur abdomen ketika sedang berbaring terlentang, periksa warna dan
keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi terhadap bising usus
serta perkusi pada semua area abdomen.

• Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah terdapat
sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas. •
Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia, posisi, uretra,
inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa anus adanya robekan,
hemoroid, polip.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresei yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hambatan upaya nafas.
3. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1. Mengetahui frekuensi
tidak efektif keperawatan diharapkan : Observasi pernapasan pasien sebagai
berhubungan dengan Bersihan jalan nafas Monitor pola pernapasan pasien indkasi dasar gangguan
adanya sekresei yang meningkat. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau pernapasan
tertahan Definisi : wheezing) Monitor sputum 2. Adanya bunyi napas
Kemampuan membersihkan Terapeutik
tambahan yang menandakan
sekret atau obstruksi jalan Berikan posisi nyaman seperti semi fowler
nafas untuk mempertahankan atau fowler gangguan pernapasan
jalan nafas tetap paten Berikan minum air hangat 3. Untuk mengetahui adanya
Kriteria hasil : Lakukan fisioterapi dada, jika perlu produksi sputum berlebih
- Batuk efektif Edukasi 4. Posisi semi fowler
meningkat Ajarkan teknik batuk efektif memingkinkan ekspansi paru
- Produksi sputum Kolaborasi lebih maksimal
menurun Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
- Mengi menurun 5. Minum air hangat dapat
- Wheezing menurun membantu mengencerkan
- Dispnea menurun dahak
- Sianosis menurun 6. Fisioterapi dada dapat
- Frekuensi nafas membantu untuk
menurun mengencerkan atau
- Pola nafas menurun mengeluarkan sekresi
7. Batuk efektif dapat membantu
pasien mengeluarkan secret
secara maksimal
8. Untuk membantu
proses pernapasan
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Mengetahui frekuensi, irama,
efektif tindakan keperawatan Observasi kedalaman dan upaya napas
berhubungan Pola nafas menmbaik Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan pasien
dengan adanya Definisi : upaya napas 2. Mengetahui pola napas
hambatan upaya Inspirasi atau ekspirasi yang Monitor pola napas (seperti bradipnea, pasien(seperti bradipneu,
nafas. memberikan verntilasi adekuat takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- takipneu, hiperventilasi,
Kriteria hasil Stokes, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
- Tekanan ekspirasi Biot, ataksik0 ataksik)
meningkat Monitor kemampuan batuk efektif 3. Mengetahui kemampuan batuk
- Tekanan inspirasi Monitor adanya produksi sputum efektif pasien
meningkat Monitor adanya sumbatan jalan napas 4. Mengetahui adanya produksi
- Dispena menurun Auskultasi bunyi napas sputum pada jalan napas
- Penggunaan otot bantu Monitor saturasi oksigen pasien
menurun Terapeutik 5. Mengetahui adanya sumbatan
- Frekuensi nafas membaik Atur interval waktu pemantauan respirasi jalan napas pada system
- Kedalaman nafas membaik sesuai kondisi pasien pernapasan pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan 6. Mengetahui kesimetrusan
Edukasi ekspansi paru pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 7. Mengetahui adanya perubahan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu saturasi oksigen pasien
8. Mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
9. Mengetahui fokus
keperawatan dan
mengevaluasi hasil
keperawatan serta sebagai
tanggung gugat perawat
10. Memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga terkait
tindakan yang akan diberikan
11. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai
kondisi terkait masalah
kesehatannya
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas 1. Untuk mengetahui sejauh
dengan adanya keperawatan diharapkan tingkat mana tingkat kecemasan klien
ansietas menurun 1. Monitor tanda anxietas (verbal dan non 2. Lingkungan yang nyaman
perubahan status verbal)
kesehatan. Dengan kriteria hasil mampu menurunkan
- Perilaku tegang 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk kecemasan
menurun menumbuhkan kepercayaan 3. Agar mengurangi kecemasan
- Gelisah menurun 3. Temani pasien untuk mengurangi
4. Agar rasa hargai pasien
kecemasan , jika memungkinkan mampu menurunkan
- Ekspresis tenang
4. Dengarkan dengan penuh perhatian kecemasan
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan 5. Informasi yang tepat mampu
meyakinkan menurunkan kecemasan
6. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
4. Implementasi Keperawata
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Akib, A. A. P. 2002. Asma pada Anak. Jurnal Sari Pediatri. 4(2): 78-82.

Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. Nursing Interventions Classification
(NIC) Edisi Keenum. Elsevier

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofistologi. Jakarta: EGC

Crockett, Antony. 1997. Penanganan Asma dalam Perawatan Primer. Jakarta:


Hipokrates

Dharmayanti, I., Hapsari, D., dan Azhar, K. 2015. Asma pada Anak di Indonesia
Penyebab dan Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4): 320-326,

Doenges, E. Mari Lynn. 2001

Anda mungkin juga menyukai