OLEH :
Said Muhammad Akbar Ali
Hanafi
142011028
A. Definisi Asma
Asma adalah penyakit inflamasi kronik pada jalan nafas yang di
karakteristikkan dengan hipperresponsivitas, edema mukosa dan produksi
mucus. Inflamasi ini pada akhirnya bekembang menjadi episode gejala asma
yang berulang; batuk, sesak dada, mengi, dan dipsnea. Pasien asma mungkin
mengalami periode bebas gejala bergantian dengan eksaserbasi akut yang
berlangsung dalam hitungan menit, jam, sampai hari.
Asma suatu penyakit kronik yang paling serius muncul pada masa
kanakkanak, dapat dialami oleh berbagai kelompok usia (faktor paling kuat)
dan terpapar zat iritan atau alergen dalam waktu yang lama, (misalkan:
rumput, serbuk sari, jamur, debu dan binatang). Pencetus yang paling sering
memunculkan gejala asma dan eksaserbasi mencakup iritan jalan nafas
(misalkan: pulutan, suhu dingin, bau menyengat, asap dan parfum), Latihan
fisik, stress, atau perasaan marah, obat-obatan, dan infeksi virus pada jalan
nafas (Brunner & Suddart, 2016)
Asma adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami
penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang
menyebabkan peradangan, penyempitan bersifat berulang namun reversible,
dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat keadaan
ventilasi yang lebih baik (Nurarif dan Kusuma, 2015) Berdasarkan beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penyakit asma adalah penyakit
pada sistem pernafasan yaitu suatu gagguan pada saluran bronkial yang
mempunyai ciri bronkospasme yang menyebapkan peningkatan
hipperresponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episode berulang
berupa wheezing, sesak nafas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama
pada waktu malam atau dini hari.
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Sistem pernafasan dibagi dalam 2 bagian yaitu saluran pernafasan atas
(traktus respiratorius superior) dan saluran pernafasan bawah (traktus
respiratorius inferior). Saluran pernafasan atas terdapat diluar rongga
dada yaotu rongga hidung, faring, laring dan trachea bagian atas. Jadi
organ yang termasuk dalam sistem pernafasan yaitu hidung, rongga
hidung, faring, laring, trachea, bronkus, bronkiolus dan paru (alveoli).
Udara masuk kedalam sistem pernafasan melalui mulut atau hidung,
selanjutnya ke rongga hidung (yang mengandung banyak arteri, vena dan
kapiler).
Gambar
Saluran nafas
(Sarpini, 2017)
Gambar
Faring
(Sarpini, 2017)
c. Laring
Laring terletak antara faring dan trakea. Pada laring terdapat kotak
suara (Adam’s apple) yang didalamnya terdapat jaringan elastis yang
melintang dan membelah dua dalam laring yang disebut pita suara. Udara
melintas kuat melalui kotak suara menyebabkan getaran pada pita suara
yang menimbulkan gelombang suara.
d. Trakea
Trakea terdapat dalam rongga dada dan bercangan dua kir dan
kanan.Dinding trakea terbuat dari tulang rawan berbentuk cincin yng lentur.
Cincin tulang rawan ini melindungi trakea membuat dia lentur (fleksibel)
dan mencegah kolaps atau melebar berlebihan.
Gambar
Trakea
(Sarpini, 2017)
e. Bronkus
Cabang trakea kiri dan kanan disebut bronkus. Cabang ini
diameternya lebih kecil dari trakea dan tiap bronkus masuk ke dalam paru-
paru.
f. Bronkiolus
Bronkiolus akan bercabang-cabang lebih banyak dan lebih kecil lagi.
Khususnya pada paru kanan yang mempunyai 3 lobus. Karena banyaknya
cabang-cabang ini disebut “pohon bronkhiolus”. Bronkus dan bronkiolus
mengandung jaringan otot polos. Jaringan otot ini mengontrol besar atau
diameter saluran nafas.
g. Alveoli
Ujung saluran nafas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara
yang disebut alveoli. Kelompok-kelompok alveoli yang sangat banyak ini
berbentuk seperti anggur dan disinilaag terjadi pertukaran gas O 2 dan CO2.
Dinding alveoli berupa selaput membran titpis dan elastis serta diliputi oleh
banyak kapiler. Membran ini memisahkan gas dari cairan. Gas yaitu udara
yang kita sedot saa menarik nafas dan cairan adalag darah dari kapiler. Jadi,
seluruh pertukaran dalam paru terjadi pada alveoli.
Gambar
Alveoli
(Sarpini, 2017)
h. Paru-paru
Paru merupakan organ paling besar dari organ pernafasan dan nada
dua buah kiri dan kanan. Kanan mempunyai 3 lobus dan sedikit lebih besar
dari paru kiri yang mempunyai 2 lobus. Kedua paru dipisahkan oleh ruang
disebut mediastinum yang berisi jantung, trakea, esophagus dan beberapa
limfe-nodus.
Gambar
Paru-paru
(Sarpini, 2017)
2. Fisiologi
Fungsi sistem pernafasan yaitu untuk transport gas ke dan dari sistem
sirkulasi.
Sistem respirasi ini termasuk :
a. Respirasi eksternal pertukaran gas antara atsmosfer (udara bebas) dan
darah
b. Respirasi internal pertukaran gas antara darah sel-sel tubuh
c. Respirasi seluler atau respirasi aerobic oksigen untuk memecah glukosa
dalam sel.
Fungsi utama dari pernafasan yaitu memasukan oksigen kedalam tubuh dan
membawa gas-gas sisa metabolisme keluar tubuh. Udara yang masuk ke dalam
saluran pernafasn akan disaring. Saringan pertama terjadi pada hidung, dimana
hidung akan melakukan tiga hal
3. Etiologi Asma
Ada beberapa hal yang mempengaruhi penyakit asma pada anak yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Keturunan (Genetik)
Risiko terbesar anak terkena asma adalah pada anak yang
membawa keturunan asma dari orangtuanya. Pada kasus asma ini
bakat alerginya yang diturunkan oleh orangtuanya sehingga anak
sangat mudah terkena penyakit asma jika terpapar faktor
pencetusnya. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya
juga bisa diturunkan.
. Faktor Presipitasi
a. Alergen asma dibedakan menjadi 3 yaitu:
• Inhalan merupakan alergen yang masuk melalui inhalasi atau saluran
pernafasan. Contohnya: debu rumah, kapuk, udara dingin, asap rokok dan
serbuk sari bunga.
• Ingestan merupakan alergen yang masuk melalui oral atau mulut. Contohnya:
makanan seperti udang, kepiting, susu dan telur.
• Kontaktan alergen yang masuk melalui kulit. Contohnya: perhiasan atau jam
tangan.
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
c. Faktor Psikis
Faktor psikis merupakan faktor pencetus yang tidak boleh diabaikan dan sangat
kompleks. Tidak adanya perhatian atau tidak mau mengakui adanya persoalan
tentang asma pada anak sendiri keluargnya, akan menggagalkan usaha
pencegahan. Sebaliknya terlalu takut terhadap adanya serangan atau hari depan
anak juga dapat mempererat serangan asma.
d. Olahraga/aktifitas jasmani yang berat, sebagian penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas
biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. e. Infeksi
Biasanya infeksi yang sering terjadi adalah infeksi akibat virus terutama pada
bayi dan anak. Virus yang menyebabkan adalah respiratory syncytial virus (RSV)
dan virus parainfluenza. Kadang-kadang karena bakteri misalnya pertusis dan
streptokokus, jamur misalnya aspergillus dan parasit seperti askaris.
4. Klasifikasi
Asma dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
1. Asma bronchial
Penderita asma bronchial. hipersensitif dan hiperaktif terhadap rangsangan dari luar,
seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan bahan-bahan penyebab alergi. Gejala
kemunculannya mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang. Gangguan asma
bronchial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya
otot polos saluran pernapasan, pembengkakan selaput lender dan pembentukan
timbunan lender yang berlebih.
2. Asma kardial
Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma kardial biasnya
terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang hebat. Kejadian ini disebut
nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur.
Pembagian derajat asma menurut Phelan dkk (dikutip dari buku kuliah Ilmu
keperawatan Anak FK UI tahun 1985) diantaranya adalah:
a. Asma Episodik yang Jarang
Biasanya terdapat pada anak usia 3-8 tahun. Pencetus utama dari asma ini yaitu
infeksi virus saluran nafas bagian atas, dengan banyaknya serangan 3-4 kali per
fahun. Lamanya serangan dapat beberapa hari, jarang merupakan serangan berat,
gejala lebih berat pada malam hari.
b. Asma Episodik Scring
Pada 2/3 golongan ini serangan pertama terjadi pada umur sebelum 3 tahun. Pada
permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran nafas akut.
Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi yang jelas. Biasanya
orangtua menghubungkan dengan perubahan udara, alergen, aktivitas fisik dan
stress. Frekuensi serangan 3-4 kali dalam setahun, tiap serangan biasanya beberapa
hari sampai beberapa minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada umur 8-13
tahun. Pada golongan lanjut kadang-kadang sukar dibedakan dengan golongan
asma kronik atau persisten.
c. Asma Kronik atau Persisten
Pada 25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum umur 6 bulan dan
75% sebelum umur 3 tahun. Pada lebih dari 50% anak terdapat wheezing yang
lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangannya episodic. Pada umur 5-6 tahun
akan lebih jelas terjadinya obstruksi saluran nafas yang peristen dan hampir selalu
terdapat wheezing setiap hari, dan pada malam hari terdapat batuk disertai
wheezing. Aktivitas fisik juga sering menyebabkan asma, seringkali memerlukan
perawatan di rumah sakit. Biasanya setelah mendapatkan penanganan anak dan
orangtua baru menyadari mengenai asma pada anak dan masalahnya. Obstruksi
jalan nafas mencapai puncaknya pada umur 8-14 tahun, baru kemudian terjadi
perbaikan. Pada golongan dewasa muda 50% golongan ini biasanya tetap
menderita asma persisten.
4. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang &
malam
8. Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:
1) Status Asmatikus
Status asmatikus adalah setiaop serangan asma berat atau yang kemudian menjadi
berat dan tidak memberikan respon (refrakter) adrenalin dan aminoilin suntikan
dapat digolongkan pada status asmatikus. Penderita harus dirawat dengan terapi
intensif.
2) Atelektasis
Atelektasis adalah pengerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat
dangkal.
3) Hipoksemia
Hipoksimia adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat kekurangan oksigen secara
sistemik akibat inadekuat intake oksigen ke paru oleh serangan asma.
4) Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan
kolapsnya paru.
5) Emfisema
Emisema adalah penyakit yang gejala utamanya adalah penyempitan (obstruksi)
saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung secara berlebihan dan
mengalami kerusakan yang luas.
10. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan mempertahankan
kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari. Adapun beberapa penatalaksanaan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortality.
2. Menilai/memonitor herat asma secara berkala, Penilaian klinis berkala antara 1-6
bulan dan monitoring asma oleh penderita sendiri mutlak dilakukan pada
penatalaksanaan asma.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus.
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang Penatalaksanaan asma
bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut sebagai asma terkontrol.
Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
• Medikasi (obat-obatan).
• Tahapan pengobatan.
• Penanganan asma mandiri.
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut.
6. Kontrol secara teratur pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang
penting diperhatikan oleh dokter yaitu: tindak lanjut(follow-up) teratur, dan rujuk ke
ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila diperlukan.
7. Pola hidup sehat seperti meningkatkan kebugaran fisik, berhenti atau tidak pernah
merokok, lingkungan yang bersih.
• Ekstremitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan jari, apakah terdapat
sianosis pada ujung jari, adanya oedema, kaji adanya nyeri pada ekstremitas. •
Genetalia dan anus
Kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi ukuran genetalia, posisi, uretra,
inspeksi adanya tanda-tanda pembangkakan, periksa anus adanya robekan,
hemoroid, polip.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya sekresei yang
tertahan
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya hambatan upaya nafas.
3. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan.
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan
1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas 1. Mengetahui frekuensi
tidak efektif keperawatan diharapkan : Observasi pernapasan pasien sebagai
berhubungan dengan Bersihan jalan nafas Monitor pola pernapasan pasien indkasi dasar gangguan
adanya sekresei yang meningkat. Auskultasi bunyi napas tambahan (ronkhi atau pernapasan
tertahan Definisi : wheezing) Monitor sputum 2. Adanya bunyi napas
Kemampuan membersihkan Terapeutik
tambahan yang menandakan
sekret atau obstruksi jalan Berikan posisi nyaman seperti semi fowler
nafas untuk mempertahankan atau fowler gangguan pernapasan
jalan nafas tetap paten Berikan minum air hangat 3. Untuk mengetahui adanya
Kriteria hasil : Lakukan fisioterapi dada, jika perlu produksi sputum berlebih
- Batuk efektif Edukasi 4. Posisi semi fowler
meningkat Ajarkan teknik batuk efektif memingkinkan ekspansi paru
- Produksi sputum Kolaborasi lebih maksimal
menurun Kolaborasi pemberian oksigen pada pasien
- Mengi menurun 5. Minum air hangat dapat
- Wheezing menurun membantu mengencerkan
- Dispnea menurun dahak
- Sianosis menurun 6. Fisioterapi dada dapat
- Frekuensi nafas membantu untuk
menurun mengencerkan atau
- Pola nafas menurun mengeluarkan sekresi
7. Batuk efektif dapat membantu
pasien mengeluarkan secret
secara maksimal
8. Untuk membantu
proses pernapasan
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Pemantauan respirasi 1. Mengetahui frekuensi, irama,
efektif tindakan keperawatan Observasi kedalaman dan upaya napas
berhubungan Pola nafas menmbaik Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan pasien
dengan adanya Definisi : upaya napas 2. Mengetahui pola napas
hambatan upaya Inspirasi atau ekspirasi yang Monitor pola napas (seperti bradipnea, pasien(seperti bradipneu,
nafas. memberikan verntilasi adekuat takipnea, hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne- takipneu, hiperventilasi,
Kriteria hasil Stokes, kussmaul, cheyne-stokes, biot,
- Tekanan ekspirasi Biot, ataksik0 ataksik)
meningkat Monitor kemampuan batuk efektif 3. Mengetahui kemampuan batuk
- Tekanan inspirasi Monitor adanya produksi sputum efektif pasien
meningkat Monitor adanya sumbatan jalan napas 4. Mengetahui adanya produksi
- Dispena menurun Auskultasi bunyi napas sputum pada jalan napas
- Penggunaan otot bantu Monitor saturasi oksigen pasien
menurun Terapeutik 5. Mengetahui adanya sumbatan
- Frekuensi nafas membaik Atur interval waktu pemantauan respirasi jalan napas pada system
- Kedalaman nafas membaik sesuai kondisi pasien pernapasan pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan 6. Mengetahui kesimetrusan
Edukasi ekspansi paru pasien
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 7. Mengetahui adanya perubahan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu saturasi oksigen pasien
8. Mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
9. Mengetahui fokus
keperawatan dan
mengevaluasi hasil
keperawatan serta sebagai
tanggung gugat perawat
10. Memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga terkait
tindakan yang akan diberikan
11. Meningkatkan pengetahuan
pasien dan keluarga mengenai
kondisi terkait masalah
kesehatannya
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas 1. Untuk mengetahui sejauh
dengan adanya keperawatan diharapkan tingkat mana tingkat kecemasan klien
ansietas menurun 1. Monitor tanda anxietas (verbal dan non 2. Lingkungan yang nyaman
perubahan status verbal)
kesehatan. Dengan kriteria hasil mampu menurunkan
- Perilaku tegang 2. Ciptakan suasana terapeutik untuk kecemasan
menurun menumbuhkan kepercayaan 3. Agar mengurangi kecemasan
- Gelisah menurun 3. Temani pasien untuk mengurangi
4. Agar rasa hargai pasien
kecemasan , jika memungkinkan mampu menurunkan
- Ekspresis tenang
4. Dengarkan dengan penuh perhatian kecemasan
5. Gunakan pedekatan yang tenang dan 5. Informasi yang tepat mampu
meyakinkan menurunkan kecemasan
6. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang
mungkin dialami
4. Implementasi Keperawata
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu
klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatuskesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana
keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Akib, A. A. P. 2002. Asma pada Anak. Jurnal Sari Pediatri. 4(2): 78-82.
Bulecheck, G.M., Butcher, H.K., Dochterman, J.M., dan Wagner, C.M. Nursing Interventions Classification
(NIC) Edisi Keenum. Elsevier
Dharmayanti, I., Hapsari, D., dan Azhar, K. 2015. Asma pada Anak di Indonesia
Penyebab dan Pencetus. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 9(4): 320-326,