Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas, Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat, Pada tahun 1999,
sekitar 158.900 orang meninggal dunia karena kanker paru, Sejak pertengahan
tahun 1950, kanker paru menduduki peringkat pertama dari urutan kematian
akibat kanker pada pria, dan pada tahun 1987 kanker paru menggantikan kanker
payudara sebagai penyebab kematian akibat kanker yang paling sering pada
perempua.
Angka insiden kanker paru terus mencuat ketingkat membahayakan dan
prevalensi saat ini kira - kira 25 kali lebih tinggi daripada 50 tahun yang lalu.
Insiden penyakit pernyakit pernafasan kronik, terutama emfisema paru
kronik dan bronchitis semakin meningkat dan sekarang merupakan penyebab
utama cacat kronik dan kematian (Sylvia A. Price dan Lorraine M:2002)
berdasarkan data statistik pemerintah setiap kabupaten dan kecamatan
terdapat satu rumahSakit dan untuk cakupan daerah yang lebih kecil hanya
diwakili dengan Puskesmas Pembantu, Penyakit pernafasan sangat berpengaruh
terhadap masyarakat secara keseluruhan (dalam hal fisik, social maupun
ekonomi), sehingga 2 pencegahan, diagnosis, dan pengobatan gangguan
pernafasan mempunyai makna yang penting sekali.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori tentang patofisiologi Asma pada anak?
2. Bagaimana Asuhan keperawatan pada pasien Asma?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori tentang patofisiologi Asma pada anak.
2. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien Asma.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Anatomi Sistem Pernafasan


1. Definisi
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung (oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbon dioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini
disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

Jadi dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik
dari udara masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan melalui trakus respiratoris
(jalan pernapasan) dan masuk ke dalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri jantung (atrium sisnistra) ke
aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), di sini terjadi oksidasi
(pembakaran). Sebagai ampas (sisanya) dari pembakaran adalah CO2 dan zat ini
dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi
kanan/atrium dekstra) ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus
lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian sisa
metabolisme, sedangkan sisa metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenitalis dan kulit. Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung
masih terjadi perjalanan panjang menuju paru-paru (sampai alveoli). Pada laring
terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga
makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka
begitu seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat
serangan batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-
debu, kotoran dan benda asing. Adanya benda asing/kotoran tersebut bisa
dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian tersebut diatas udara
yang masuk ke dalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.

Tetapi kalau kita bernapas melalui mulut, udara yag masuk ke dalam
paru-paru tidak dapat disaring, dilembabkan/dihangatkan, ini bisa mengakibatkan
gangguan terhadap tubuh. Dan sel-sel bersilia (bulu-bulu getar) dapat rusak bila
adanya gas beracun dan dalam keadaan dehidrasi. Namun dalam keadaan tertentu
diharapkan kita bernapas melalui mulut misalnya, pada operasi hidung,
pengangkatan polip, karena setelah operasi pada kedua hidung diisi tampon
sehingga bernapas melalui mulut tidak merugikan.

2
2. Organ-Organ Pernapasan
a. Hidung
Hidung atau naso atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,
mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).
Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu dan
kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.

1) Bagian luar dinding terdiri dari kulit


2) Lapisan tengah terdiri dari otot-oto dan tulang rawan
3) Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang dinamakan
karang hidung (konka nasalis), yang berjumlah 3 buah :
a) Konka nasalis inferior (karang hidung bagian bawah)
b) Konka nasalis media (karang hidung bagian tengah)
c) Konka nasalis superior (karang hidung bagian atas)
Diantara konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah dan meatus
inferior (lekukan bagian bawah). Meatus-meatus inilah yang dilewati oleh udara
pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak,
lubang ini disebut koana. Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang
atas, ke atas rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut
sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis
pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus
etmoidalis pada rongga tulang tapis.

Pada sinus etmoidalis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang menuju


ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel penciuman, sel tersebut
terutama terdapat di bagian atas. Pada hidung di bagian mukosa terdapat serabut
saraf atau reseptor dari saraf penciuman (nervus olfaktoris).

Di sebelah belakang konka bagian kiri kanan dan sebelah atas dari langit-
langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan rongga tekak dengan
rongga pendengaran tengah. Saluran ini disebut tuba auditiva eustaki yang
menghubungkan telinga tengah dengan faring dan laring. Hidung juga
berhubungan dengan saluran air mata disebut juga tuba lakrimalis.

3
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan, terdapat dibawah dasar tengkorak, di belakang
rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring
dengan organ-organ lain; ke atas berhubungan dengan rongga hidung, dengan
perantaraan lubang yang bernama koana; ke depan berhubungan dengan rongga
mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium; ke bawah terdapat 2 lubang;
ke depan lubang laring; ke belakang lubang esofagus. Di bawah selaput lendir
terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat folikel getah bening.
Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid. Di sebelah belakang terdapat
epiglotis (empang tenggorok) yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan
makanan.

Rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :

1) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana disebut nasofaring
2) Bagian tengah yang sama tingginya dengan istmus fausium disebut orofaring
3) Bagian bawah sekali dinamakan laringofaring
c. Laring
Laring atau pangkal tenggorok merupakan saluran udara dan bertindak
sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian faring sampai kotinggian
vetebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Pangkal tenggorok itu
dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri
dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan
menutupi laring.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain :

1) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun (Adams Apple), sangat jelas terlihat pada
pria.
2) Kartilago aritenoid (2 Buah) yang berbentuk beker.
3) Kartilago krikoid (1 buah) yang terbentuk cincin
4) Kartilago epiglotis (1 buah)
Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglotis
yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis. Pita suara ini berjumlah 2 buah, dibagian
atas adalah pita suara palsu dan tidak mengeluarkan suara yang disebut dengan
ventrikularis. Di bagian bawah adalah pita suara yang sejati yang membentuk
suara yang disebut vokalis, terdapat 2 buah otot. Oleh gerakan 2 buah otot ini

4
maka pita suara dapat bergetar dengan demikian pita suara (rima glotidis) dapat
melebar dan mengecil, sehingga di sini terbentuklah suara.

d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang
berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dlam diliputi oleh selaput lendir
yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos. Sel-sel bersiia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang
masuk bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.

e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2
buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai
struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis set yang sama. Bronkus itu
berjalan ke bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru.bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar dari pada bronkus kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai
3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri
dari 9-12 cincin mempunyai 2 cabang. bronkus bercabang-cabang, cabang yang
lebih kecil disebut bronkiolus (bronkioli). Pada bronkioli tak terdapatcincin lagi,
dan pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru/gelembung hawa atau alveoli.

f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli). Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Jika di bentangkan lhas permukaannya lebih kurang 90 m2.
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2
dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih
700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan).

Paru-paru dibagi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belah paru),
lobus poimo dekstra superior, lobus media dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun
oleh lobulus. Paru-paru kiri terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus
inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus inferior,
dan 5 buah segmen pada superior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah
segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi
belahan-belahan yang bernama lobulus.

5
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobulus
terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang
banyak sekali, cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap-tiap duktus
alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm.

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga


dada/kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau
hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi dua; Pleura viseral (selaput dada
pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Pleura
Parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara kedua pleura
ini terdapat rongga (kavum) yang disebut kavum pleura. Pada keadaan normal,
kavum pleura ini vakum (hampa udara) sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaannya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding
dada sewaktu ada gerakan bernapas.

3. Fisiologi Pernapasan
Oksigen dalam tubuh dapat di atur menurut keperluan. Manusia sagat
membutuhkan oksigen dalam hidupnya, kalau tidak mendapatkan oksigen selama
4 menit akan mengakibatkan kerusakan pada otak yang dapat di perbaiki dan bisa
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan menimbulkan
kacau pikiran dan anoksia serebralis, misalnya orang yang bekerja pada ruangan
yang sempit, tertutup, ruang kapal, ketel uap dan lain-lain. Bila oksigen tidak
mencukupi maka warna darah hilang berganti kebiru-biruan misalnya yang terjadi
pada bibir, telinga, lengan dan kaki (sianosis).

4. Pernapasan Paru
Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbon dioksida
yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan melalui paru-paru atau pernapasan
eksterna, oksigen diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas yang
oksigen masuk pada trakea sampai ke alveoli berhubungan dalam kapiler
pulmonar. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran,
diambil oleh sel darah merah dibawa ke jantung dan dari jantung di pompakan ke
dalam seluruh tubuh.

Di dalam paru-paru karbon dioksida merupakan hasil yang menembus


membran alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa bronkus berakhir
sampai pada mulut dan hidung. Empat proses yang berhubungan dengan
pernapasan pulmoner:

6
1) Ventilasi pulmoner, gerakan pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
dengan udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh
tubuh, karbon dioksida dari tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian rupa dengan jumlah yang tepat
yang bisa dicapai untuk semua bagian
4) Difusi gas yang menembus membran alveoli dan kapiler karbon dioksida lebih
mudah berdifusi dari pada oksigen
Proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida terjadi ketika konsentrasi
dalam darah mengambil dan merangsang pusatpernapasan terdapat dalam otak
untuk memperbesar kecepatan dalam pernapasan sehingga terjadi pengambilan O2
dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin) yang banyak
mengandung oksigen dari seluruh tubuh masuk ke dalam jaringan yang akhirnya
mencapai kapiler. Darah mengeluarkan oksigen ke dalam jaringan, mengambil
karon dioksida untuk dibawa ke paru-paru dan di paru-paru terjadi pernapasan
eksterna.
Besarnya daya muat udara dalam paru-paru 4500-5000 ml (4,5-5 liter).
Udara yang diproses dalam paru-paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% +
500ml disebut juga udara pasang surut (ridal air) yaitu yang dihirup dan yang
dihembuskan pada pernapasan biasa. Kecepatan pernapasan pada wanita lebih
tinggi dari pada pria. Pernapasan secara normal, ekspirasi akan menyusul inspirasi
dan kemudian istirahat. Pada bayi ada kalanya terbalik, inspirasi-istirahat-
ekspirasi disebut juga pernapasan terbalik.

B. Defenisi Asma
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi
trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya
secara spontan atau dengan pengobatan.
Serangan asma dapat berupa sesak nafas ekspiratoir yang parok sismal,
berulang-ulang dengan wheezing dan batuk yang disebabkan oleh konstriksi atau
spasme otot bronkus, inflamasi mukosa bronkus dan produksi lendir kental yang
berlebihan.
Asma merupakan penyakit familier, diturunkan secara poligenik dan
multifaktorial. Telah ditemukan hubungan antara asma dan lokus
histokompatibilitas (HLA) dan tanda genetik pada molekul imunoglobunin
G(IgG).

7
C. Etiologi
Penyebab asma masih belum jelas. Diduga yang memegang peranan
utama ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus dan terjadi suatu obstruktif
jalan nafas yang reversibel yang disebabkan oleh:
1. Kontraksi otot di sekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas.
2. Pembengkakan membran bronkus.
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi


timbulnya serangan asthma bronkhial.
a. Faktor predisposisi.
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahuibagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor Presipitasi (Pencetus )


1) Alergen.
Dimana alergen dibagi menjadi tiga jenis , yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti debu, bulu binatang,
serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti makanan dan obat-obatan.
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam
dan jam tangan

c. Perubahan cuaca.
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
d. Stress.
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma,
selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress atau
gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya.
Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.

8
e. Lingkungan kerja .
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti
f. Olahraga atau aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

D. Patogenesis
Seperti telah dikemukakan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi
terjadinya asma, sehingga belum ada patogenesisi yang dapat menerangkan semua
penemuan pada penyelidik asma.
Salah satu sel yang memegang peran penting pada patogenesis asma
ialah sel mast. Sel mast dapat terangsang oleh berbagai pencetus misalnya
alergen, infeksi, ‘exercise’ dan lain-lain. Sel ini akan mengalami degranulasi dan
mengenaluarkan bermacam-macam mediator misalnya histamin, ‘slow reacting
substance or anaphylaxis’ (SRS-A) atau yang dikenal sebagai lekotrin,
‘eoxinophyl chemotactic of anaphylaxis’ (ECF-A), “neutrophyl chemotactic
factor of anaphylaxis” (NCF-A), ‘platelet activating faktor’ (PAF), bradikinin,
enzim-enzim dan peroksidase. Selain sel mast, sel basofil dan beberapa sel lain
dapat juga mengeluarkan mediator.
Bila alergen sebagai pencetus maka alergen yang masuk ke dalam tubuh
merangsang sel plasma pembentuk antibody lainnya untuk menghasilkan antibody
reagenik, yang disebut juga imunoglobulin E(IgE). Selanjutnya IgE akan beredar
dan menempel pada reseptor yang sesuai pada dinding sel mast. Sel mast yang
demikian disebut sel mast yang tersnsitisasi. Apabila alergen yang serupa masuk
ke dalam tubuh, alergen tersebut akan menempel pada sel mast dan kemudian
akan terjadi degradasi dinding dan degranulasi sel mast. Mediator dapat bereaksi
langsung dengan reseptor mukosa bronkus sehingga menurunkan siklik AMP
kemudian terjadi bronkokontriksi. Mediator dapat juga menyebabkan
bronkokontriksi dengan mengiritasi reseptor iritant.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari
wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada. pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan
waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan

9
tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test
provokasi bronkial di laboratorium.

2. Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada
klien setelah sembuh serangan.

3. Tingkat III :
Tanpa keluhan.Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya
obstruksi jalan nafas.Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan
mudah diserang kembali.

4. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang
reversibel. Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot
pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji faal paru.
2. Foto rontgen toraks.
3. Pemeriksaan darah, eosinofil dan uji tuberkulin.
4. Uji kulit alergi dan imunologi.
5. Spirometer: dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hidup
(nebulizer/inhaler), positif jika meningkat VEP/KVP > 20%

10
G. Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma:
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.

Penatalaksanaan asma:
Derajat asma Pengendali (Controller) Pereda (Reliever)

Persisten Terapi harian: Bronkodilator kerja cepat:


berat Anti inflamasi: kortikosteroid inhalasi (dosis ß2agonis inhalasi
tinggi) dan Intensitas terapi
tergantung pada seringnya
Bronkodilator kerja panjang: ß2 agonis eksaserbasi
inhalasi/tablet kerja panjang, theophylline
sustained-release atau
Kortikosteroid/Prednisone 2mg/kg/hari (max
60 mg perhari)

Anti inflamasi: kortikosteroid inhalasi (dosis


rendah atau dosis
tinggi)

Persisten sedang Terapi harian: Bronkodilator kerja cepat:


Anti inflamasi: salah satu dari kortikosteroidß-2 agonis inhalasi untuk
inhalasi (dosis rendah) atau cromolyn atau mengatasi gejala.
nedokromil (anak-anak biasanya dimulai dari Meski demikian,
kromolin atau nedokromil). penggunaan ß-2 agonis
lebih dari 3-4 kali perhari
Dan jika diperlukan: atau penggunaan teratur
setiap hari
Bronkodilator jangka panjang: salah satu dari mengindikasikan perlunya
b2-agonis inhalasi atau tablet kerja pengobatan tambahan
panjang, theophylline sustained-
release atau leukotriene receptor antagonist
(LRA)

11
Episodik ringan Tidak diperlukan terapi harian Bronkodilator kerja cepat:
ß2agonis inhalasi untuk
mengatasi gejala.
Intensitas terapi
tergantung pada seringnya
eksaserbasi

ß2 agonis inhalasi, cro-


molyn sebelum olahraga

H. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah
mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas, pneumonia,
bronkhiolitis, chronic persistent bronchitis, emphysema.

I. Klasifikasi
Pembagian asma menurut Phelan dkk (1983) adalah sebagai berikut :
1. Asma episodik jarang.
Ditandai oleh adanya episode < 1x tiap 4 -6 minggu, mengi setelah aktivitas
berat.
2. Asma episodik sering.
Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering dan timbul mengi pada
aktivitas sedang. Gejala kurang 1x/minggu.
3. Asma Persisten.
Ditandai oleh seringnya episode akut, mengi pada aktivitas ringan terjadi lebih
dari 3x/minggu.

12
Pembagian derajat penyakit asma pada anak
Parameter klinis, Asma episodik Asma episodik Asma persisten
kebutuhan obat jarang sering
dan faal paru
Frekuensi serangan < 1x/bulan > 1x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
Intensitas serangan Biasanya ringan Biasanya sedang Biasanya berat
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
Tidur dan aktifitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisis Normal (tidak Mungkin terganggu Tidak pernah
diluar serangan ditemukan (ditemukan normal
kelainan) kelainan)
Obat pengendali Tidak perlu Perlu Perlu
(anti inflamasi)
Uji faal paru PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 < 60%
(di luar serangan) Variabilitas 20-30%

Variabilitas faal Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
paru (bila ada
serangan)

13
Parameter Ringan Sedang Berat Ancaman
klinis, henti nafas
Fungsi paru,
Laboratorium
Sesak timbul- Berjalan Berbicara Istirahat
pada saat Bayi: Bayi : Bayi :
(breathless) menangis keras – Tangis pendek Tidak mau
dan lemah makan/minum
– Kesulitan
makan/minum
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang
lengan
Kesadaran Mungkin iritable Biasanya irritable Biasanya iritable Bingung
dan
mengantuk
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata/Jelas
Mengi Sedang, sering Nyaring, sepanjang Sangat nyaring, Sulit/tidak
(wheezing) hanya pada akhir ekspirasi, terdengar tanpa terdengar
ekspirasi inspirasi stetoskop
Sesak nafas Minimal Sedang Berat
Obat Bantu nafas Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan
paradok
torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah Dalam, ditambah Dangkal /
interkostal retraksi suprasternal nafas cuping hilang
hidung
Laju nafas Meningkat Meningkat Meningkat Menurun
Pedoman nilai baku laju nafas pada anak sadar :
Usia laju nafas normal
< 2 bulan < 60 / menit
2 – 12 bulan < 50 / menit
1 – 5 tahun < 40 / menit
6 – 8 tahun < 30 / menit

14
Laju nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pedoman nilai baku laju nadi pada anak sadar :
Usia laju nadi normal
2 – 12 bulan < 160 / menit
1 – 2 tahun < 120 / menit
3 – 8 tahun < 110 / menit
Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada,
paradoksus < 10 mmHg 10-20 mmHg > 20 mmHg tanda
(pemeriksaannya kelelahan
tidak praktis) otot nafas
PEFR atau
FEV1 (% nilai
dugaan/% nilai
terbaik)
– pra >60% >80% < 40%
bronkodilator
– pasca 40-60% 60-80% < 60%
bronkodilator Respon < 2 jam
SaO2 % > 95% 91-95% 90%
PaO2 Normal biasanya > 60 mmHg < 60 mmHg
tidak perlu
diperiksa
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg

J. Patofiologi
Asma ialah penyakit paru dengan cirri khas yakni saluran napas sangat
mudah bereaksi terhadap barbagai ransangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma. Kelainan yang didapatkan adalah: Otot bronkus akan
mengkerut ( terjadi penyempitan) Selaput lendir bronkus udema Produksi lendir
makin banyak, lengket dan kental, sehingga ketiga hal tersebut menyebabkan
saluran lubang bronkus menjadi sempit dan anak akan batuk bahkan dapat sampai
sesak napas. Serangan tersebut dapat hilang sendiri atau hilang dengan
pertolongan obat. Pada stadium permulaan serangan terlihat mukosa pucat,
terdapat edema dan sekresi bertambah. Lumen bronkus menyempit akibat spasme.
Terlihat kongesti embuluh darah, infiltrasi sel eosinofil dalam secret didlam
lumen saluran napas. Jika serangan sering terjadi dan lama atau menahun akan
terlihat deskuamasi (mengelupas) epitel, penebalan membran hialin bosal,
hyperplasia serat elastin, juga hyperplasia dan hipertrofi otot bronkus. Pada
serangan yang berat atau pada asma yang menahun terdapat penyumbatan bronkus
oleh mucus yang kental.

15
Pada asma yang timbul akibat reaksi imunologik, reaksi antigen –
antibody menyebabkan lepasnya mediator kimia yang dapat menimbulkan
kelainan patologi tadi. Mediator kimia tersebut adalah:
a. Histamin.
a. Kontraksi otot polos
b. Dilatasi pembuluh kapiler dan kontraksi pembuluh vena, sehingga terjadi
edema
c. Bertambahnya sekresi kelenjar dimukosa bronchus, bronkhoilus, mukosaa,
hidung dan mata

b. Bradikinin.
a. Kontraksi otot polos bronchus.
b. Meningkatkan permeabilitas pembuluh darah.
c. Vasodepressor (penurunan tekanan darah).
d. Bertambahnya sekresi kelenjar peluh dan ludah.
c. Prostaglandin.
bronkokostriksi (terutama prostaglandin F)

16
K. WOC

Alergi Cuaca Olga Faktor resiko

Alergen masuk Perubahan Bernafas dg Asap rokok


Ke dalam saluran temperatur mulut Asap kendaraan
Nafas Predisposisi
Genetik
Hidung meler Saluran nafas S. Nafas Kegemukan
Bersin – bersin iritasi menjadi L. Kerja
Iritasi
Sesak nafas Bersin dn Batuk
Sempitnya
Sesak nafas S. Nafas

ASMA

B1 B3 B5
Peradangan & Suplay O2 ke Suplay O2 ke
peenyempitan paru menurun paru menurun
Sal. Nafas

Terjadinya HB dalam
kerusakan darah menurun
Pola nafas
sistem
persyarafan
Anemia
Suplay O2 ke
paru menurun
Resiko cidera
Muntah2,
pusing, pucat,
Sesak nafas Batuk berdahak sering lelah

Pola nafas tdk Bersihan jalan Nutrisi kurang


efektif nafas tdk efektif dari kebutuhan
tubuh

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

B. Pengkajian
1. Identitas
Pada asma episodik yang jarang, biasanya terdapat pada anak umur 3-8
tahun.Biasanya oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada asma
episodikyang sering terjadi, biasanya pada umur sebelum 3 tahun, dan
berhubungan dengan infeksi saluran napas akut. Pada umur 5-6 tahun dapat terjadi
serangan tanpa infeksi yang jelas.Biasanya orang tua menghubungkan dengan
perubahan cuaca, adanya alergen, aktivitas fisik dan stres.Pada asma tipe ini
frekwensi serangan paling sering pada umur 8-13 tahun. Asma kronik atau
persisten terjadi 75% pada umur sebeluim 3 tahun.Pada umur 5-6 tahun akan lebih
jelas terjadi obstruksi saluran pernapasan yang persisten dan hampir terdapat
mengi setiap hari.Untuk jenis kelamin tidak ada perbedaan yang jelas antara anak
perempuan dan laki-laki.
2. Keluhan utama
Batuk-batuk dan sesak napas
3. Riwayat penyakit sekarang
Batuk, bersin, pilek, suara mengi dan sesak napas.
4. Riwayat penyakit terdahulu
Anak pernah menderita penyakit yang sama pada usia sebelumnya.
5. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit ini ada hubungan dengan faktor genetik dari ayah atau ibu, disamping
faktor yang lain.
6. Riwayat kesehatan lingkungan
Bayi dan anak kecil sering berhubungan dengan isi dari debu rumah,
misalnya tungau, serpih atau buluh binatang, spora jamur yang terdapat di
rumah, bahan iritan: minyak wangi, obat semprot nyamuk dan asap rokok dari
orang dewasa.Perubahan suhu udara, angin dan kelembaban udara dapat
dihubungkan dengan percepatan terjadinya serangan asma.
7. Riwayat tumbuh kembang
a. Tahap pertumbuhan
Pada anak umur lima tahun, perkiraan berat badan dalam kilogram
mengikuti patokan umur 1-6 tahun yaitu umur ( tahun ) x 2 + 8. Tapi ada rata-rata
BB pada usia 3 tahun : 14,6 Kg, pada usia 4 tahun 16,7 kg dan 5 tahun yaitu 18,7
kg. Untuk anak usia pra sekolah rata – rata pertambahan berat badan 2,3
kg/tahun.Sedangkan untuk perkiraan tinggi badan dalam senti meter
menggunakan patokan umur 2- 12 tahun yaitu umur ( tahun ) x 6 + 77.Tapi ada

18
rata-rata TB pada usia pra sekolah yaitu 3 tahun 95 cm, 4 tahun 103 cm, dan 5
tahun 110 cm. Rata-rata pertambahan TB pada usia ini yaitu 6 – 7,5
cm/tahun.Pada anak usia 4-5 tahun fisik cenderung bertambah tinggi.

b. Tahap perkembangan
1) Perkembangan psikososial ( Eric Ercson ) : Inisiatif vs rasa bersalah.Anak
punya insiatif mencari pengalaman baru dan jika anak dimarahi atau diomeli
maka anak merasa bersalah dan menjadi anak peragu untuk melakukan sesuatu
percobaan yang menantang ketrampilan motorik dan bahasanya.
2) Perkembangan psikosexsual ( Sigmund Freud ) : Berada pada fase oedipal/
falik ( 3-5 tahun ).Biasanya senang bermain dengan anak berjenis kelamin
berbeda.Oedipus komplek ( laki-laki lebih dekat dengan ibunya ) dan Elektra
komplek ( perempuan lebih dekat ke ayahnya ).
3) Perkembangan kognitif ( Piaget ) : Berada pada tahap preoperasional yaitu
fase preconseptual ( 2- 4 tahun ) dan fase pemikiran intuitive ( 4- 7 tahun ).
Pada tahap ini kanan-kiri belum sempurna, konsep sebab akibat dan konsep
waktu belum benar dan magical thinking.
4) Perkembangan moral berada pada prekonvensional yaitu mulai melakukan
kebiasaan prososial : sharing, menolong, melindungi, memberi sesuatu,
mencari teman dan mulai bisa menjelaskan peraturan- peraturan yang dianut
oleh keluarga.
5) Perkembangan spiritual yaitu mulai mencontoh kegiatan keagamaan dari ortu
atau guru dan belajar yang benar – salah untuk menghindari hukuman.
6) Perkembangan body image yaitu mengenal kata cantik, jelek, pendek-tinggi,
baik-nakal, bermain sesuai peran jenis kelamin, membandingkan ukuran
tubuhnya dengan kelompoknya.
7) Perkembangan sosial yaitu berada pada fase “ Individuation – Separation “.
Dimana sudah bisa mengatasi kecemasannya terutama pada orang yang tak di
kenal dan sudah bisa mentoleransi perpisahan dari orang tua walaupun dengan
sedikit atau tidak protes.
8) Perkembangan bahasa yaitu vokabularynya meningkat lebih dari 2100 kata
pada akhir umur 5 tahun. Mulai bisa merangkai 3- 4 kata menjadi kalimat.
Sudah bisa menamai objek yang familiar seperti binatang, bagian tubuh, dan
nama-nama temannya. Dapat menerima atau memberikan perintah sederhana.
9) Tingkah laku personal sosial yaitu dapat memverbalisasikan permintaannya,
lebih banyak bergaul, mulai menerima bahwa orang lain mempunyai pemikiran
juga, dan mulai menyadari bahwa dia mempunyai lingkungan luar.
10) Bermain jenis assosiative play yaitu bermain dengan orang lain yang
mempunyai permainan yang mirip.Berkaitan dengan pertumbuhan fisik dan

19
kemampuan motorik halus yaitu melompat, berlari, memanjat,dan bersepeda
dengan roda tiga.
8. Riwayat imunisasi
Anak usia pre sekolah sudah harus mendapat imunisasi lengkap antara
lain : BCG, POLIO I,II, III; DPT I, II, III; dan campak.
9. Riwayat nutrisi
Kebutuhan kalori 4-6 tahun yaitu 90 kalori/kg/hari.Pembatasan kalori
untuk umur 1-6 tahun 900-1300 kalori/hari. Untuk pertambahan berat badan ideal
menggunakan rumus 8 + 2n.
10. Status Gizi
Klasifikasinya sebagai berikut :
i. Gizi buruk kurang dari 60%
ii. Gizi kurang 60 % - <80 %
iii. Gizi baik 80 % - 110 %
iv. Obesitas lebih dari 120 %
11. Dampak Hospitalisasi
Sumber stressor :
a. Perpisahan
i. Protes : pergi, menendang, menangis
ii. Putus asa : tidak aktif, menarik diri, depresi, regresi
iii. Menerima : tertarik dengan lingkungan, interaksi
b. Kehilangan kontrol : ketergantungan fisik, perubahan rutinitas, ketergantungan,
ini akan menyebabkan anak malu, bersalah dan takut.
1) Perlukaan tubuh : konkrit tentang penyebab sakit.
2) Lingkungan baru, memulai sosialisasi lingkungan.

12. Pemeriksaan Fisik / Pengkajian Persistem


a. Sistem Pernapasan / Respirasi; Sesak, batuk kering (tidak produktif),
tachypnea, orthopnea, barrel chest, penggunaan otot aksesori pernapasan,
Peningkatan PCO2 dan penurunan O2,sianosis, perkusi hipersonor, pada
auskultasi terdengar wheezing, ronchi basah sedang, ronchi kering musikal.
b. Sistem Cardiovaskuler; Diaporesis, tachicardia, dan kelelahan.
c. Sistem Persyarafan / neurologi; Pada serangan yang berat dapat terjadi
gangguan kesadaran : gelisah, rewel, cengeng? apatis? sopor? coma.
d. Sistem perkemihan; Produksi urin dapat menurun jika intake minum yang
kurang akibat sesak nafas
e. Sistem Pencernaan / Gastrointestinal; Terdapat nyeri tekan pada abdomen,
tidak toleransi terhadap makan dan minum, mukosa mulut kering.
f. Sistem integument; Berkeringat akibat usaha pernapasan klien terhadap sesak
nafas.

20
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa 1:
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan:
Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing
berkurang/hilang, tanda vital dalam batas norma,l keadaan umum baik.
Intervensi:
a. Auskultasi bu nyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional: Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas.
Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas
(asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan
pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat
melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk
pada sandaran.
Rasional: Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan
untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional: batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia,
sakit akut/kelemahan.
e. Berikan air hangat.
Rasional: penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
f. Kolaborasi obat sesuai indikasi.
Bronkodilator spiriva 1×1 (inhalasi).
Rasional: Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

2. Diagnosa 2:
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal,
batuk berkurang, ekspansi paru mengembang.
Intervensi :

21
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya
pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional: kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi
tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan
atelektasis dan atau nyeri dada
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional: ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan
pernafasan.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional: duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan
pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional: Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional: dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan
ditambah ketidak nyaman upaya bernafas.
f. Kolaborasi
- Berikan oksigen tambahan
- Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional: memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan
kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.

3. Diagnosa 3:
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat.
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil:
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik,
klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit,
berat badan dalam batas normal.
Intervensi:
a. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
Rasional: menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional: peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien
dalam asuhan keperawatan.
c. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional:Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya
nutrisi.

22
d. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional: air hangat dapat mengurangi mual.
e. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
f. Kolaborasi
- Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional: menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
- Berikan obat sesuai indikasi.
- Vitamin B squrb 2×1.
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
- Antiemetik rantis 2×1
Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah.

4. Diagnosa 4:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan:
Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Kriteria hasil:
KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri,
kekuatan otot terasa pada skala sedang
Intervensi:
a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan
kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
Rasional: menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan
intervensi.
b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya
keseimbangan aktivitas dan istirahat.
Rasional: Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan
kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan.
c. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur.
Rasional: pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan
meja atau bantal.
d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan
peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan.
Rasional: meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen.
e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai
indikasi.
Rasional: menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

23
5. Diagnosa 5:
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi
Tujuan:
Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
Kriteria hasil:
Mencari tentang proses penyakit :
- Klien mengerti tentang definisi asma
- Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma
- Klien mengerti komplikasi dari asma
Intervensi:
a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan
harapan kesembuhan.
Rasional: informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas
dan masalah berlebihan.
b. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal.
Rasional: kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik.
c. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan.
Rasional: selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk
kambuh dari penyakitnya.
d. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan
kesehatan.
Rasional: upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah
meminimalkan komplikasi.
e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan,
misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik.
Rasional: menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada
patogen.

c.Evaluasi
1. Jalan nafas kembali efektif.
2. Pola nafas kembali efektif.
3. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
4. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
5. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

24
BAB IV
TINJAUAN KASUS

I. Biodata

A. IdentitasKlien
1. Nama/Nama panggilan : An. B

2. Tempat tgl lahir/usia : 42 bulan

3. Jeniskelamin : laki-laki

4. A g a m a : islam

5. Pendidikan :

6. Alamat :Jl.Pemuda No.1 kebumen

7. Tgl masuk :11 November 2015 (jam . 09.30)

8. Tgl pengkajian : 11 November 2015

9. Diagnosa medik : Asma

B. Identitas Orang tua


1. Ayah

a. N a m a : Tn. A

b. U s i a : 37 tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : PNS

e. A g a m a : Islam

f. Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen

25
2. Ibu

a. N a m a : Ny.N

b. U s i a : 30 tahun

c. Pendidikan : SMA

d. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

e. Agama : Islam

f. Alamat : Jl. Pemuda No.1 Kebumen

C. Identitas Saudara Kandung

No NAMA USIA HUBUNGAN STATUS KESEHATAN

1. An. D 8 tahun Saudara Kandung -

II. Riwayat Kesehatan

A. Keluhan Utama : Sesak nafas


Riwayat Keluhan Utama : Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 1
hari sebelum ke puskesmas, klien tidak batuk, klien ada alergi dingin kemudian
oleh ibunya diperiksakan di Puskesmas, menurut hasil dari pemeriksaan, klien
didiagnosa asma sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter
menganjurkan agar klien dibawa ke RS Hidayah. Pada tanggal 11 November 2015
pukul 09.30 WIB oleh keluarga klien dibawa ke IGD RS Hidayah. Ibu klien
mengatakan klien sesak nafas sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat
tarikan dinding dada ke dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien tampak pucat
dan gelisah. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Di IGD
TTV ; TD : 100/70 mmHg, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 37˚C, dan RR : 38 x/menit.
Terapi : Oksigen 3 liter/ menit,infus RL 20 tpm, dan nebulizer. Saat dikaji pada
tanggal 11 November 2015 pukul 11.00 WIB Ibu klien mengatakan klien sesak

26
nafas sejak 2 hari SMRS, klien tidak batuk, terdapat tarikan dinding dada ke
dalam, dan terdengar bunyi wheezing. Klien tampak pucat dan nafsu makan klien
menurun. Ibu klien mengatakan klien ada alergi terhadap udara dingin. Klien dan
ibu klien tampak gelisah dan cemas. Ibu klien belum mengetahui tentang penyakit
asma.

Keluhan Pada Saat Pengkajian :

B. Riwayat Kesehatan Lalu


1. Prenatal care

a. Ibu memeriksakan kehamilannya setiap minggu di bidan


Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu

ibu klien mengatakan tidak mempunyai masalah khusus, paling


hanya mual-mual.
b. Riwayat terkena radiasi : tidak ada
c. Riwayat berat badan selama hamil : 84 kg

e. Riwayat Imunisasi TT : tidak ada

f. Golongan darah ibu B Golongan darah ayah B

2. Natal

a, Tempat melahirkan : puskesmas

b. Jenis persalinan : Normal dan spontan

c. Penolong persalinan : bidan

e. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan : tidak ada kelainan bawaan dan tidak mempunyai
gangguan selama proses persalinan.

27
3. Post natal

a. Kondisi bayi : normal APGAR 6-7-8 (baik)

b. Anak pada saat lahir tidak mengalami : tidak ada kecacatan pada
anak
c. Klien pernah mengalami penyakit : sesak pada umur : 5 bulan
diberikan obat oleh : dokter
d. Riwayat kecelakaan : tidak ada

C. Riwayat Kesehatan Keluarga


Genogram

Ket :

= Laki–laki ---------- = Tinggal serumah

= Perempuan = Klien

Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit seperti
klien. Dan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti TBC, DM,
hipertensi maupun penyakit serius lainnya.

28
D. Riwayat Immunisasi (imunisasi lengkap)

Jenis Reaksi setelah


No. Waktu pemberian Frekuensi Frekuensi
immunisasi pemberian

1. Hepatitis B 12 jam post natal 1x

2. BCG 3 bulan 1x

3. Polio 1, 2, 3, 4 bulan 4x

4. DPT 2, 3, 4 bulan 3x

5. Campak 9 bulan 1x

E. Riwayat Tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan Fisik
a. Berat badan : 14 kg
b. Tinggi badan :100 cm.
c. Waktu tumbuh gigi 7 bulan
2. Perkembangan tiap tahap usia anak saat
a. Berguling : 4 bulan
b. Duduk : 6 bulan
c. Merangkak : 7 bulan
d. Berdiri : 1 tahun
e. Berjalan : 2 tahun
f. Senyum kepada orang lain pertama kali : 1 tahun
g. Bicara pertama kali : 1 tahun dengan menyebutkan : apa
h. Berpakaian tanpa bantuan : mencoba

29
F. Riwayat Nutrisi

1. Pemberian ASI
2. Pemberian susu formula
a. Alasan pemberian : pengganti ASI
b. Jumlah pemberian : 1x saat bangun tidur dan 1x sebelum tidur
c. Cara pemberian : botol dot
Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini

G. Riwayat Psikososial

1. Anak tinggal bersama : orang tua, kakak, kakek dan nenek di :


rumah
2. Lingkungan berada di : pedesaan
3. Rumah dekat dengan : taman kanak-kanak tempat bermain dalam
rumah dan halaman
4. kamar klien : sebelah kamar orang tua
5. Rumah ada tangga : tidak ada
6. Hubungan antar anggota keluarga : baik
7. Pengasuh anak : orang tua, kakek dan nenek
H. Riwayat Spiritual

1. Support sistem dalam keluarga : nasehat


2. Kegiatan keagamaan : ibu klien mengatakan klien tidak bisa mengaji,
klien hanya bisa berdoa.
I. ReaksiHospitalisasi

1. Pengalamankeluargatentangsakitdanrawatinap
a. Ibu membawa anaknya ke RS karena : An. B didiagnosa asma
sehingga klien harus menjalani pengobatan dan dokter
menganjurkan agar klien dibawa ke RS Hidayah
b. Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak : iya
c. Perasaan orang tua saat ini : geelisah dan cemas
d. Orang tua selalu berkunjung ke RS : iya

30
e. Yang akan tinggal dengan anak : ibu dan nenek
2. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Klien hanya tiduran dan apabila kesakitan klien hanya menangis dan rewel
J. Aktivitassehari-hari

1. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

a. Selera makan Ibu klien mengatakan


pasien susah makan.

b. Menu makan makan sedikit nasi dan


lauknya saja, dan tidak
suka sayur

makan 3x sehari porsi


c. Frekuensi
sedikit
makan 2x/sehari
sesuai diit dari RS
tetapi tidak habis
d. Pantangan makan
e. Cara makan

2. Cairan
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Jenis minuman
b. Frekuensi minum
Minum 6 gelas per hari Minum 4 gelas per
c. Kebutuhan cairan
hari.
d. Cara pemenuhan BB : 14,5 kg.
BB: 14 kg.
1400 liter

31
3. Eliminasi (BAB&BAK)
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Tempa
tpembuangan BAB 1x sehari dan Klien belum BAB
BAK 4-5x perhari sejak dirawat di RS,
b. Frekuensi (waktu)
BAK 2x,
c. Konsistensi BAB warna kuning
konsistensi lembek BAK warna kuning
berbau khas, BAK berbau khas.
d. Kesulitan warna kuning jernih
berbau khas.
e. Obat pencahar

4. Istirahattidur
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Jam tidur
- Siang
2 jam.
- Malam
9 jam/hari Lama tidur 7
jam/hari.
b. Polatidur
c. Kebiasaansebelumtidur
d. Kesulitantidur

Klien susah tidur


dan sering
terbangun pada
malam hari

32
5. Olah Raga
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Program olah raga


b. Jenis dan frekuensi
c. Kondisisetelaholah
raga

6. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit

a. Mandi
- Cara
Dimandikan orang tua Dilap dengan kain lap
- Frekuensi
2x/hari 1x sehari
- Alatmandi
Gayung Kain lap
b. Cucirambut
- Frekuensi
1x/hari Tidak cuci rambut
- Cara
Dibantu orang tua Tidak cuci rambut
c. Gunting kuku
- Frekuensi

- Cara 2 minggu 1x

d. Gosokgigi Dibantu
- Frekuensi

- Cara
2x Tidak gosok gigi

Dibantu Tidak gosok gigi

33
7. Aktifitas/MobilitasFisik
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Kegiatansehari-hari Klien aktif bermain Klien dibantu


b. Pengaturanjadwalharian dengan teman oleh ibunya
c. Penggunaanalat Bantu sebayanya dalam melakukan
aktifitas aktivitasnya,
d. Kesulitanpergerakantubuh seperti mandi,
makan, ganti
baju, dan pasien
hanya terlihat
berbaring
ditempat tidur.

8. Rekreasi
Kondisi SebelumSakit SaatSakit

a. Perasaansaatsekolah Belum sekolah


b. Waktuluang
c. Perasaansetelahrekreasi
d. Waktusenggangklg
e. Kegiatanharilibur

K. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : lemah


2. Kesadaran : compos mentis GCS : 4, 5, 6
3. Tanda – tanda vital :
a. Tekanan darah : 90/60 mmHg
b. Denyut nadi : . 80 x/menit
c. Suhu : .37,5 ˚C

34
d. Pernapasan : 36 x/menit
4. Berat Badan : 14 Kg
5. Tinggi Badan : 100 cm
6. Kepala : mesosepal
Inspeksi

Keadaan rambut & Hygiene kepala : bersih

a. Warna rambut : hitam


b. Penyebaran : merata
c. Mudah rontok : tidak
d. Kebersihan rambut : bersih
Palpasi

Benjolan : ada / tidak ada : tidak ada

Nyeri tekan : ada / tidak ada : tidak ada

Tekstur rambut : kasar/halus : lembut

7. Muka
Inspeksi

a. Simetris / tidak : simetris


b. Bentuk wajah : bulat
c. Gerakan abnormal : tidak ada
d. Ekspresi wajah : gelisah
Palpasi

Nyeri tekan / tidak : tidak

Data lain :

35
8. Mata
Inspeksi

a. Pelpebra : Edema / tidak


Radang / tidak

b. Sklera : Icterus / tidak


c. Conjungtiva : Radang / tidak
Anemis/ tidak

d. Pupil : - Isokor / anisokor


- Myosis / midriasis

- Refleks pupil terhadap cahaya : mengikuti

e. Posisi mata :
Simetris / tidak : simetris

f. Gerakan bola mata : normal


g. Penutupan kelopak mata : normal
h. Keadaan bulu mata : normal
i. Keadaan visus : normal
j. Penglihatan : - Kabur / tidak
- Diplopia / tidak

Palpasi

Tekanan bola mata : tidakada

Data lain :

9. Hidung & Sinus


Inspeksi

a. Posisi hidung : simetris


b. Bentuk hidung : normal
c. Keadaan septum : baik

36
d. Secret / cairan : tidak ada
Data lain : tidak ada polip, ada cuping hidung

terpasang Oksigen kanul nasal 2


lt/menit

10. Telinga
Inspeksi

a. Posisi telinga : simetris kanan + kiri


b. Ukuran / bentuk telinga : normal kanan + kiri
c. Aurikel : normal tidak ada aurikel
d. Lubang telinga : Bersih / serumen / nanah
e. Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi

Nyeri tekan / tidak

Pemeriksaan uji pendengaran

a. Rinne : memakai alat


b. Weber : memakai alat
c. Swabach : memakai alat
Pemeriksaan vestibuler : memakai alat

Data lain :

11. Mulut
Inspeksi

a. Gigi
- Keadaan gigi : baik
- Karang gigi / karies : tidak ada
- Pemakaian gigi palsu : tidak ada
b. Gusi
Merah / radang / tidak : tidak

37
c. Lidah
Kotor / tidak : tidak

d. Bibir
- Cianosis / pucat / tidak : pucat
- Basah / kering / pecah : kering
- Mulut berbau / tidak : tidak
- Kemampuan bicara : belum sempurna
Data lain : terdapat secret

12. Tenggorokan
a. Warna mukosa : merah
b. Nyeri tekan : tidak ada
c. Nyeri menelan : tidak ada
13. Leher
Inspeksi

Kelenjar thyroid : Membesar / tidak

Palpasi

a. Kelenjar thyroid : Teraba / tidak


b. Kaku kuduk / tidak : tidak ada
c. Kelenjar limfe : Membesar / tidak
Data lain :

14. Thorax dan pernapasan


a. Bentuk dada : simetris, ada tarikan
dinding dada ke dalam
b. Irama pernafasan :
c. Pengembangan di waktu bernapas : pergerakan dada cepat
d. Tipe pernapasan : ireguler
Data lain : ictus cordis

38
Palpasi

a. Vokal fremitus : tampak


b. Massa / nyeri :
Auskultasi

a. Suara nafas : Vesikuler /


Bronchial/Bronchovesikuler
b. Suara tambahan : Wheezing
Perkusi

Redup / pekak / hypersonor / tympani

Data lain : sonor

15. Jantung
Palpasi

Ictus cordis : tampak

Perkusi

Pembesaran jantung : tidak tampak

Auskultasi

a. BJ I : tidak terkaji
b. BJ II : tidak terkaji
c. BJ III : tidak terkaji
d. Bunyi jantung tambahan : tidak terkaji
Data lain : S1 dan S2 bunyi reguler

39
16. Abdomen
Inspeksi

a. Membuncit : tidak, bentuk datar


b. Ada luka / tidak : tidak
Auskultasi

Peristaltik : 20x/menit

Palpasi

a. Hepar : tidak ada


b. Lien : tidak membesar
c. Nyeri tekan : tidak ada
Perkusi

a. Tympani : tampak
b. Redup : tidak ada
Data lain :

17. Genitalia dan Anus : Laki-laki, tidak terpasang


DC
18. Ekstremitas
Ekstremitas atas

a. Motorik
- Pergerakan kanan / kiri : terpasang infus RL 20
tpm
- Pergerakan abnormal : tidak ada
- Kekuatan otot kanan / kiri : normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
- Koordinasi gerak : kesulitan karna adanya
infus

40
b. Refleks
: ada

c. Sensori
- Nyeri : tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : merespon

Ekstremitas bawah

a. Motorik
- Gaya berjalan : normal
- Kekuatan kanan / kiri : normal
- Tonus otot kanan / kiri : normal
b. Refleks
: ada

c. Sensori
- Nyeri :tidak ada
- Rangsang suhu : hangat
- Rasa raba : ada
Data lain :

19. Status Neurologi.


Saraf – saraf cranial

a. Nervus I (Olfactorius) : penghidu : normal


b. Nervus II (Opticus) : Penglihatan : normal
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlearis, Abducens)
- Konstriksi pupil : isokor
- Gerakan kelopak mata : normal
- Pergerakan bola mata : normal
- Pergerakan mata ke bawah & dalam : normal

41
d. Nervus V (Trigeminus)
- Sensibilitas / sensori : sensori
- Refleks dagu : ada
- Refleks cornea : normal
-
e. Nervus VII (Facialis)
- Gerakan mimik : baik, dapat berekspresi
- Pengecapan 2 / 3 lidah bagian depan : normal
f. Nervus VIII (Acusticus)
Fungsi pendengaran : normal

g. Nervus IX dan X (Glosopharingeus dan Vagus)


- Refleks menelan : normal
- Refleks muntah : normal
- Pengecapan 1/3 lidah bagian belakang : normal
- Suara : normal, lancar

h. Nervus XI (Assesorius)
- Memalingkan kepala ke kiri dan ke kanan : normal
- Mengangkat bahu : normal
i. Nervus XII (Hypoglossus)
- Deviasi lidah : normal
Tanda – tanda peradangan selaput otak

a. Kaku kuduk : tidak ada


b. Kernig Sign : tidak terkaji
c. Refleks Brudzinski : tidak terkaji
d. Refleks Lasequ : tidak terkaji
Data lain :

XI. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan (0 – 6 Tahun )

Denganmenggunakan DDST

42
1. Motorikkasar : berdiri 1 kaki selama 2 detik
2. Motorikhalus : menggambar garis lurus
3. Bahasa : mampu menyebut nama, umur, tempat
4. Personal social : bermain bersama teman

XII. Test Diagnostik

= Laboratorium

Tanggal 11 November 2015 pukul 11.00 WIB

Jenis Hasil Nilai Normal


Pemeriksaan

Hemoglobin 10.7 gr/dl Pria : 13-18 g/dl, wanita 11.5-16.5 g/dl.


Wanita hamil: 11- 16.5 g/dl. Anak : 12-34
g/dl

Hematokrit L 31 %

Leukosit 14.5 10^3/Ul

Eritrosit 4.1 10^6 /Ul

Diffferent count 0.10/1.40/49.60/40.50/0.40 Basofil : 0-2 %, eosinofil : 1-3%, netrofil


batang : 1-6%, netrofil segmen: 4-6 %,
limfosit 20- 40 %, monosit: 1-8%

MCV 75# 24-102#

MCH 26 Pg

MCHC 35 g/dl 20-32 /dl

= FotoRotgen, CT Scan, MRI, USG, EEG, ECG

43
XIII. Terapi saat ini (ditulis dengan rinci)

1) IVFD RL = 20 tetes/menit
2) Oksigen 2 L/menit nasal kanul
3) Nebu : Ventolin 4x2,5 mg
4) L Bio 2x1 sac
5) Diet Gizi seimbang

44
Analisa Data

No Hr/tgl/Jam Data focus Problem Etiologi


1. Senin,11 DS : bersihan jalan nafas Ketidakmampuan
november - Ibu klien tidak efektif mengeluarkan secret pada
2015 mengatakan jalan nafas
Jam 11.00 klien sesak
nafas
- Tidak ada
batuk
- Terdapat secret
yang berlebih
DO :
- RR : 36 x/menit
- Terdengar suara
wheezing
- Terdapat
pernafasan
cuping hidung
- Terdapat
tarikan dinding
dada ke dalam
2. Senin,11 DS : Ansietas Perubahan status kesehatan
november - Klien dan Ibu
2015 klien
Jam 11.00 mengatakan
cemas
- Klien sulit tidur
- Klien susah
makan
DO :
- Klien tampak
gelisah dan
rewel

3. Senin,11 DS : Kurang pengetahuan Kurang informasi tentang


november - Klien proses penyakit dan
2015 mengatakan perawatan dirumah

45
Jam 11.00 klien dan
keluarga belum
mengetahui
tentang penyakit
asma
- Klien dan
keluarga tampak
cemas
DO :
- Keluarga
tampak bingung
- Ibu klien
bertanya-tanya
tentang penyakit
asma

Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

a. bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Ketidakmampuan mengeluarkan secret


pada jalan nafas
b. Ansietas b.d Perubahan status kesehatan
c. Kurang pengetahuan b.d Kurang informasi tentang proses penyakit dan
perawatan dirumah

46
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

(Nursing Care Plan)

NO Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1. bersihan jalan Setelah dilakukan Sesak berkurang, 1. Pantau status pernafasan 1. Pernafasan dapat melambat dan
nafas tidak batuk berkurang,
tindakan keperawatan klien frekuensi ekspirasi memanjang
efektif b.d klien dapat
Ketidak 2x24 jalan napas mengeluarkan 2. Pertahankan oksigen 2 dibanding inspirasi.
mampuan kembali efektif. sputum, wheezing liter/menit
2. Mempermudah anak dalam
mengeluarkan berkurang/hilang, 3. Tempatkan posisi yang
secret pada tanda vital dalam nyaman : semi fowler bernafas, dan sirkulasi darah
jalan nafas batas norma,l
4. Anjurkan klien untuk banyak kembali normal.
DS : keadaan umum
baik. minum air hangat 3. Peninggian kepala tidak
- Ibu klien
5. Latih batuk efektif mempermudah fungsi
mengatakan pernafasan dengan
6. Lakukan suction
klien sesak menggunakan gravitasi.
7. Kolaborasi dengan dokter
nafas 4. penggunaan cairan hangat dapat
untuk pemberian obat
- Tidak ada menurunkan spasme bronkus.
bronkodilator sesuai indikasi
batuk 5. Batuk efektif dapat
- Terdapat
memudahkan dalam
secret yang
berlebih mengeluarkan sputum

47
DO : 6. Suction dapat mengeluarkan
- RR : refleks untuk batuk dan
36 x/menit Mengeluarkan sputum
- Terdengar
7. Membebaskan spasme jalan
suara
wheezing nafas, mengi dan produksi
- Terdapat mukosa.
pernafasan
cuping
hidung
a. -
Terdapat
tarikan
dinding
dada ke
dalam
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan Cemas hilang, 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengkaji tingkat kecemasan
Perubahan
tindakan keperawatan klien dapan (ringan, sedang, berat) anak dapat memudahkan dalam
status
kesehatan selama 2x24 jam mengungkapkan 2. Melibatkan anak dalam proses keperawatan.
DS : diharapkan klienmampu: perasaannya, bermain
2. Permainan dapat membuat anak
- Klien dan klien merasa 3. Berikan rasa nyaman
nyaman. 4. Beri dorongan

48
Ibu klien mengungkapkan mengalihkan perhatian dari rasa
mengatakan ketakutan/masalah sakitnya.
cemas 5. Libatkan keluarga untuk 3. Kenyamanan yang diberikan
- Klien sulit menenangkan klien
akan dapat memberi rasa
tidur
- Klien susah percaya pada anak.
makan 4. Dorongan berupa
DO : pujian/menghadiahkan sesuatu
- Klien
pada anak dapat membuat anak
tampak
menggungkapkan ketakutan/
gelisah dan
rewel masalah yang dia pendam.
5. Umumnya anak lebih terbuka/
merasanyaman dengan
keluarganya.

3. Kurang Setelah dilakukan Klien mengerti 1. Jelaskan proses penyakit 1. Klien dan keluarga dapat
tentang definisi
pengetahuan tindakan keperawatan 2. Berikan penkes mengetahui proses terjadinya
asma, Klien

49
b.d Kurang selama 2x24 jam mengerti tentang 3. Instruksikan untuk latihan asma.
penyebab dan
informasi diharapkan klien dan nafas, batuk efektif dan 2. Keluarga dapat mengetahui
pencegahan dari
tentang keluarga mampu: asma, latihan kondisi umum tentang penyakit asma dan cara
proses Klien mengerti 4. Diskusikan faktor individu
pencegahannya.
penyakit dan komplikasi dari yang meningkatkan kondisi
perawatan asma 3. Latian batuk efektif dapat
dirumah mengajarkan pada anak untuk
DS : batuk secara efektif itu seperti
- Klien
apa.
mengatakan
4. informasi dapat manaikkan
klien dan
keluarga koping dan membantu
belum menurunkan ansietas dan
mengetahui masalah berlebihan.
tentang
penyakit
asma
- Klien dan
keluarga
tampak
cemas
DO :
- Keluarga

50
tampak
bingung
- Ibu klien
bertanya-
tanya tentang
penyakit
asma

51
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : An. B No. RM :

Umur : 46 bulan Dx Medis :


Asma

Hari/Tgl Dx. Keperawatan Jam Implementasi TTD/ Evaluasi TTD/


Nama Nama
bersihan jalan 1. mengukur RR klien S: ibu klien mengatakan anak sudah
nafas tidak efektif mulai merasa nyaman.
2. mempertahankan oksigen 2
b.d O: TTV: TD: 100/60 mmHg
Ketidakmampuan liter/menit N : 80 x/mnt
mengeluarkan 3. Menginstruksikan klien untuk semi RR: 25 x/mnt
secret pada jalan fowler/ stgh duduk. T : 36 ˚C
nafas 4. Minta klien untuk lebih banyak A: masih ada batuk kecil
P: intervensi dilanjutkan
minum air hangat
5. melatih klien cara batuk efektif
6. melakukan proses/prosedur suction
7. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat bronkodilator

52
Ansietas b.d 1. inspeksi mimik muka klien S: ibu klien mengatakan rasa cemas
Perubahan status klien sudah berkurang
2. Memberikan mainan kesukaan klien
kesehatan O: klien sudah terlihat merasa nyaman
3. Mengajak bermain permainan kecil dan sudah tidak terlihat cemas
seperti (tebak gambar, menyusun A: tidak ada maslah
kata, dsb) P: tidak ada planing
4. Menjanjikan sebuah permen pada
anak.
5. Mengajak ibunya untuk
menenangkan klien.

Kurang 1. menjelaskan proses penyakit asma S: ibu klien mengatakan sudah


pengetahuan b.d mmengetahui tentang penyakit asma
2. memberikan pengertian dan
Kurang informasi O: ibu klien memberikan air hangat
tentang proses pencegahan pada penyakit asma. pada klien
penyakit dan 3. menginstruksikan untuk latihan A: tidak ada masalah
perawatan dirumah nafas, batuk efektif dan latihan P: tidak ada
kondisi umum pada klien
4. berdiskusi dengan keluarga guna
untuk mendapatkan informasi

53
tentang klien.

54
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Asma merupakan penyakit dengan karakteristik meningkatnya reaksi
trakea dan bronkus oleh berbagai macam pencetus disertai dengan timbulnya
penyempitan luas saluran nafas bagian bawah yang dapat berubah-ubah derajatnya
secara spontan atau dengan pengobatan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan asma adalah
mengancam pada gangguan keseimbanga asam basa dan gagal nafas, pneumonia,
bronkhiolitis, chronic persistent bronchitis, emphysema.

B. Saran
Kita sebagai perawat haruslah bisa membuat asuhan keperawatan. Dalam
menentukan sebuah penyakit maka perawat harus tahu tentang masalah penyakit-
penyakit yang nantinya akan memudahkan penentuan diagnosa penyakit yang
diderita oleh pasien salah satunya adalah pasien yang menderita Asma dan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Anatomi dan Fisiologi Sistem –Sistem. [Serial Online]


http://duniakeperawatan2011.blogspot.co.id/2011/05/anatomi-dan-
fisiologi-sistem-sistem.html

Dr, Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC

Icke.2011. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Asma. [Serial Online]


http://ickeyuliscday.blogspot.co.id/2011/11/asuhan-keperawatan-
pada-anak-dengan.html

Muttaqin, Arif. 2009. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Riski.2016. Askep Asma Pada Anak. [Serial Online]


http://riskialfinh25.blogspot.co.id/2016/01/askep-asma-pada-
anak.html

55

Anda mungkin juga menyukai