Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Pengertian
a. Laringomalasia adalah kelainan kongenital pada laring berupa
flaksiditas dan tidak ada koordinasi antara kartilago supraglotik,
mukosa aritenoid, plika ariepiglotika dan epiglotis. Akibatnya
terjadi kolaps dan obstruksi saluran napas yang menimbulkan
gejala utama berupa stridor inspiratoris kronik pada bayi dan
anak. (R. Ayu dkk.2015)
b. Laringomalasia adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan
mengempisnya jaringan laring ke dalam saluran nafas ketika pasie
n menarik nafas (Citra.2011)
c. Laringomalasia atau laring flaksid kongenital merupakan
penyebab tersering dari kelainan laring kongenital, berupa stridor
inspiratoris kronik pada anak. Keadaan ini merupakan akibat dari
flaksiditas dan inkoordinasi kartilago supraglotik dan mukosa
aritenoid, plika ariepiglotik dan epiglotis.Biasanya, pasien dengan
keadaan ini menunjukkan gejala pada saat baru dilahirkan, dan
setelah beberapa minggu pertama kehidupan secara bertahap
berkembang stridor inspiratoris dengan nada tinggi dan kadang
kesulitan dalam pemberian makanan. (Sinyoboyo.2011)

2. Anatomi dan Fisiologi


Pernafasan merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran
gas di dalam jaringan atau pernafasan dalam dan di dalam paru-paru
atau pernafasan luar.
Organ-organ sistem pernafasan yaitu:
a. Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernafasan dan indra penciuman. Bentuk dan struktur hidung
menyerupai piramid atau kerucut dengan alasanya pada prosesus
palatinus os maksilaris dan pars horizontal os palatum.
Rangka hidung bagain atas dibentuk oleh bagian-bagian berikut:
1) Lamini kibrosa asis etmoidalis dan pars nasalis ossis frontalis
2) Dinding lateral : oleh tulang keras dan tulang rawan
3) Sekat hidung (septum nasi) oleh tulang karang dan tulang
rawan
Bagian-bagian hidung terdiri Dari:
1) Batang hidung : Dinding depan hidung yang disebut oleh
ossa nasalis
2) Cuping hidung : bagian bawah dari lateral hidung yang
dibentuk oleh tulang rawan
3) Septum nasi : yang membatasi dua rongga hidung
4) Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi) terdiri atas dari
empat buah konka nasalis, empat buah meatus, dan antrum
(lekuk bagian lateral kavum nasi di depan konka nasalis dan
meatus nasalis)
Pembuluh darah hidung terdiri dari:
1) Arteri palatina
Bercabang dua yaitu arteri nasalis posterior lateralis dan
arteri nasalis posterior septi
2) Arteri nasalis anterior
Berasal dari arteri oftalmika yang mempunyai cabang
anteriores lateralis dan anteriores nasalis anterior septi
3) Vena hidung kribrosa
Jaringan pada daerah konka yang dikelilingi oleh serabut otot
sirkuler dan longitudinal, bermuara pada:
a) Pleksus venosus ptegoidues vena kanalis
b) Vena fasialis mengikuti cabang arteri alviolaris sup
c) Vena oftalmika
Fungsi hidung untuk menghangatkan udara: oleh permukaan
koka dan septum nasalis. Setelah melewati faring suhu udara ± 36
° C, sejumlah udara dilembabkan sebelum melewati hidung dan
saat mencapai faring kelembapan udara menjadi ± 75%
Reflek batuk merupakan cara paru-paru mempertahankan diri
untuk bebas dari benda asing. Bronkus dan trakea sangat sensitif
sehingga setiap benda asing atau penyebab iritasi lain akan
merangsang refleks batuk. Impulas aferen berasal dari jalan
pernafasan melalui nervus fagus ke medula oblongata. Proses
rangsangan secara otomatis dicetuskan oleh sirkuit neuron
medulla oblongata yang menyebabkan:
1) Sekitar 2,5 liter udara diinspirasikan
2) Epiglotis dan pita suara menutup rapat udara di dalam paru-
paru
3) Otot perut berkontraksi kuat mendorong diafragma
4) Pita suara dan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar sehingga udara
yang tertekan dalam paru-paru dengan cepat keluar, biasanya
udara yang bergerak cepat membawa benda asing yang
terdapat dalam bronkus dan trakhea
b. Faring
Terdiri dari nasofaring. Orofaring, laringo faring
1) Nasofaring
Bagian faring yang terdapat di dorsal kavum nasi dan
berhubungan dengan kavum nasi melalui konka dinding
lateral yang dibentuk oleh:
a) M. Tensor palatini
b) M. Levator vili palatini membentuk palatum mole
c) M. Konstruktor faringitis superior
Bagian lateral dinding nasofaring memiliki dua lubang.
a) Osteum faring yang terletak diantara nasofaring dengan
orofaring yang dibatasi oleh isthmus faringitis yaitu
suatu penyempitan faring yang dibentuk oleh permukaan
kranial palatum mole, arkus faringeo palatinus dan
dinding belakang nasofaring ke bawah dengan orofaring.
b) Lubang medial (tuba faringeo timpanika eustakii). Pada
dinding lateral terdapat penonjolan melalui penonjolan
ini terlihat suatu lipatan ke dalam lumen faring. Otot ini
dianggap sebagai begian dorsal M. Farongeo palatinus.
Pembesaran tonsil akan memperkecil konka sehingga
menganggu pernafasan melalui hidung dan dapat
menyebabkan kehilangan pendengaran.
2) Orofaring
Orofaring mempunyai 2 hubungan yaitu ventral dengan
kavum oris dan kaudal pada radiks lingua. Ventral dengan
kavum oris batas fausium terdiri atas palatum molle arkus
glasopalatinus dekstra dan sinistra dorsum lingua. Di antara
kedua arkus ini terdapat jaringan limpoid disebut tonsil
palatina (mandel) yang terdapat dalam lekukan yang disebut
fossa tonsilarus. Fossa ini seluruhnya ditempati oleh tonsil
untuk mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke
faring.
Kaudal ada radiks lingua memiliki lubang merupakan batas
antara laring dan faring. Selain itu juga terdapat lipatan antara
faring disebut epiglotis yang merupakan batas antara oral dan
laring.
3) Laringo faring
Bagian ini berhubungan dengan laring melalui mulut
yaitu auditus laringues. Dinding depan laringo faring
memiliki plika laringisi epiglotika. Lekuk ini mempunyai
dinding medial dan lateral. Kedua dinding etrsebut bersatu di
daerah ventral yang dapat dilihat sebagai tonjolan yang
disebut plika nervus laringici. Septum para faringeal
mempunyai hubungan ke ventrikel septum sublingual dan
submaksilaris. Antara arkus glassopalatinus dan arkus
faringeo palatinus terdapat tonsil palatine, sedangkan atap
nasofaring berhadapan dengan tonsil faringeal. Pada radiks
lingua terdapat bangunan seperti lingkaran, apabila tonsil
palatine membesar makan akan memperkecil istmus fausium.
c. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan adalah tabung berbentuk
pipa seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang rawan
disempurnakan oleh seplaput. Trakea terletak di antara vertebra
servikalis VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra
torakalis V, penjangnya sekitar 13 xm dan diameternya 2,5 cm,
selain itu juga dilapisi oleh otot polos. Trakea mempunyai dinding
fibroelastis yang tertanam dalam balok-balok hialin yang
berfungsi untuk mempertahankan trakea tetap terbuka. Ujung
bawah trakea terletak setinggi angulus sterni. Pada bagian bawah
trakea torakalis ke IV, trakea bercabang dua menjadi bronkus kiri
dan bronkus kanan. Trakea dibentuk oleh tulang-tulang rawan
berbentuk cincin yang terdiri dari 15-20 cincin. Diameter dari
trakea berbeda pada seluruh bagian, pada daerah servikal agak
sempit sedangkan bagian pertengahan agak sedikit melebar dan
mengecil dekat peradangan bronkus. Bagian dalam trakea
terdapat septum yang disebut karina yang terletak agak ke kiri
dari bidang median. Selain itu juga terdapat sel bersilia yang
berguna untuk mengeluarkan benda asing yang masuk ke jalan
pernafasan.
d. Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea terletak pada ketinggian
vertebra torakalis IV dan V. Bronkus mempunyai struktur yang
sama dengan trakea dan terletak mengarah ke paru-paru

Bronkus terdiri dari bagian-bagian berikut ini:


1) Bronkus prinsipalis dekstra
Panjangnya 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis. Paru-paru
kanan bercabang menjadi bronkus lobaris superior. Pada
waktu masuk ke hilus akan bercabang tiga yaitu bronkus
lobaris mesius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris
posterior, sedangkan di atasnya terdapat vena azigos dan di
bawahnya terdapat vena pulmonalis.
2) Bronkus prinsipalis sinistra
Lebih sempit dan lebih panjang dari pada bronkus kanan
sekitar 5 cm berjalan ke bawah ke aorta dan didepan esofagus
masuk ke hilus pulmonalis sinistra kemudian bercabang
menjadi bronkus lobaris superior dan bronkus lobaris
inferior.
Bronkiolus lobaris (bronkiol=cabang-bronkus) merupakan
cabang yang lebih kecil dari bronkus prinsipalis. Pada ujung
bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli seperti yang
telah dijelaskan di atas. Bronkus lobaris terdiri dari:
a) Bronkus lobaris superior dekstra
b) Bronkus lobaris media desktra
c) Bronkus lobaris inferior dekstra
d) Bronkus lobaris superior sinistra
e) Bronkus lobaris inferior sinistra
Struktur dalam bronkus berbeda dengan di luar bronkus.
Seluruh gabungan otot menekan bagian lumen yang lebih
dalam dari submukosa. Ketegangan otot tersebut
mempengaruhi rangkaian mukosa dan rangsangan berlebihan
akan menghalangi perjalanan pernafasan melalui cabang-
cabang tulang rawan yang makin sempit dan makin kecil
yang disebut bronkiolus. Dari tiap bronkiolus masuk ke
dalam lobus akan bercabang lebih banyak dengan dismeter
0,5 mm. Cabang bronkus yang terakhir akan membangkitkan
pernapasan dan melepaskan udara ke paru-paru. Pernafasan
bronkiolus terjadi dengan cara memperluas ruangan
pembuluh alveoli yang merupakan tempat terjadinya
pertukaran udara antara oksigen dan karbon dioksida.
e. Paru-paru
Paru-paru adalah salah satu organ sistem pernapasan yang
berada di dalam kantong yang dibentuk oleh pleura paretalis dan
pleuran viseralis. Kedua paru-paru sangat lunak, elastis, sifatnya
ringan terapung di dalam air dan berada dalam rongga torak.
Paru-paru berwarna biru keabu-abuan dan berbintik-bintik karena
danya partikel-partikel debu yang masuk dimakan oleh fagosit.
Hal ini terlihat nyata pada pekerja tambang. Paru-paru terletal di
samping mediatinum dan melekat pada perantaraan radiks
pulmonalis yang satu sama lainnya dipisahkan oleh jantung,
pembuluh darah besar, dan struktur lain dalam mediastinum.

3. Etiologi
Penyebab pastinya belum diketahui, namun di duga kelainan
kongenital laring pada laringomalasia kemungkinan merupakan akibat
dari kelainan genetik atau kelainan embriologik.
Selama perkembangan janin, struktur di laring mungkin tidak
sepenuhnya berkembang. Akibatnya, ada kelemahan dalam struktur
saat lahir, menyebabkan stuktur tersebut colaps atau runtuh saat
bernafas.
Selain itu terdapat juga hipotesis yang dibuat berdasarkan
embriologi yaitu epiglotis yang biasanya dibentuk oleh lengkung
brankial ketiga dan keempat, pada laringomalasia terjadi pertumbuhan
lengkung ketiga yang lebih cepat dibanding yang keempat sehingga
epiglotis melengkung ke dalam.
Meskipun laryngomalacia tidak terkait langsung dengan gen
tertentu, ada bukti bahwa beberapa kasus dapat diwariskan dan sering
di jumpai pada penderita Down Syndrome.
Selain itu ada juga dua teori besar yang diduga mengenai
penyebab kelainan ini adalah bahwa kartilago imatur kekurangan
struktur kaku dari kartilago matur, sedangkan yang kedua mengajukan
teori inervasi saraf imatur yang menyebabkan hipotoni. Sindrom ini
banyak terjadi pada golongan sosio ekonomi rendah, sehingga
kekurangan gizi mungkin merupakan salah satu faktor etiologinya.
Peneliti lain berpendapat bahwa penyakit refluks
gastroesofageal (naiknya asam lambung keesofagus dan laring) yang
ditemukan pada 63% bayi dengan laringomalasia, mungkin berperan,
karena menyebabkan edema supraglotis dan mengubah resistensi
aliran udara, sehingga menimbulkan obstruksi nafas

4. Patofisiologi
Laringomalasia dapat terjadi di epiglotis, kartilago aritenoid,
maupun pada keduanya. Jika mengenai epiglotis, biasanya terjadi
elongasi dan bagian dindingnya terlipat. Epiglotis yang bersilangan
membentuk omega, dan lesi ini dikenal sebagai epiglotis omega
(omega-shaped epiglottis). Jika mengenai kartilago aritenoid, tampak
terjadi pembesaran. Pada kedua kasus, kartilago tampak terkulai dan
pada pemeriksaan endoskopi tampak terjadi prolaps di atas laring
selama inspirasi. Obstruksi inspiratoris ini menyebabkan stridor
inspiratoris, yang terdengar sebagai suara dengan nada yang tinggi.
Matriks tulang rawan terdiri atas dua fase, yaitu fase cair dan
fase padat dari jaringan fibrosa dan proteoglikan yang dibentuk dari
rangkaian mukopolisakarida. Penelitian terhadap perkembangan
tulang rawan laring menunjukkan perubahan yang konsisten pada isi
proteoglikan dengan pematangan. Tulang rawan neonatus terdiri dari
kondroitin-4-sulfat dengan sedikit kondroitin-6-sulfat dan hampir
tanpa keratin sulfat. Tulang rawan orang dewasa sebagian besar
terdiri dari keratin sulfat dan kondroitin-6-sulfat. Dengan
bertambahnya pematangan, matriks tulang rawan bertambah, akan
menjadi kurang air, lebih fibrosis dan kaku. Bentuk omega dari
epiglotis yang berlebihan, plika ariepiglotik yang besar, dan
perlunakan jaringan yang hebat mungkin ada dalam berbagai tahap
pada masing-masing kasus.
Supraglotis yang terdiri dari epiglotis, plika ariepiglotis dan
kartilago aritenoid ditemukan mengalami prolaps ke dalam jalan
napas selama inspirasi. Laringomalasia umumnya dikategorikan ke
dalam tiga tipe besar berdasarkan bagian anatomis supraglotis yang
mengalami prolaps walaupun kombinasi apapun dapat terjadi. Tipe
pertama melibatkan prolapsnya epiglotis di atas glotis. Yang kedua
melipatnya tepi lateral epiglotis di atas dirinya sendiri, dan yang
ketiga prolapsnya mukosa aritenoid yang berlebihan ke dalam jalan
napas selama periode inspirasi.
Laringomalasia merupakan penyebab tersering dari stridor
inspiratoris kronik pada bayi. Bayi dengan laringomalasia memiliki
insidens untuk terkena refluk
gastroesophageal, diperkirakan sebagai akibat dari tekanan
intratorakal yang lebih negatif yang dibutuhkan untuk mengatasi
obstruksi inspiratoris. Dengan demikian, anak-anak dengan masalah
refluks seperti ini dapat memiliki perubahan patologis yang sama
dengan laringomalasia, terutama pada pembesaran dan pembengkakan
dari kartilago aritenoid

5. Tanda dan Gejala


Tiga gejala yang terjadi pada berbagai tingkat dan kombinasi
pada anak dengan kelainan laring kongenital adalah obstruksi jalan
napas, tangis abnormal yang dapat berupa tangis tanpa suara (muffle)
atau disertai stridor inspiratoris serta kesulitan menelan yang
merupakan akibat dari anomali laring yang dapat menekan esofagus.
Laringomalasia merupakan suatu proses jinak yang dapat
sembuh spontan pada 70% bayi saat usia 1-2 tahun. Gejala stridor
inspirasi kebanyakan timbul segera setelah lahir atau dalam usia
beberapa minggu atau bulan kemudian. Pada beberapa bayi tidak
menimbulkan gejala sampai anak mulai aktif (sekitar 3 bulan) atau
dipresipitasi oleh infeksi saluran nafas. Stridor yang terjadi bersifat
bervibrasi dan bernada tinggi. Stridor akan bertambah berat sampai
usia 8 bulan, menetap sampai usia 9 bulan dan kemudian bersifat
intermiten dan hanya timbul bila usaha bernafas bertambah seperti
saat anak aktif, menangis, makan, kepala fleksi, atau posisi supinasi.
Setelah itu keadaan makin membaik. Rata-rata stridor terjadi adalah
selama 4 tahun 2 bulan. Tidak ada korelasi antara lama
berlangsungnya stridor dengan derajat atau waktu serangan.
Stridor dapat disertai dengan retraksi sternum, interkosta, dan
epigastrium akibat usaha pernafasan, dan anak dapat ditemukan dalam
keadaan pektus ekskavatum.
Masalah makan sering terjadi akibat obstruksi napas yang berat.
Penderita laringomalasia biasanya lambat bila makan yang kadang-
kadang disertai muntah sesudah makan. Keadaan ini dapat
menimbulkan masalah gizi kurang dan gagal tumbuh. Berdasarkan
pemeriksaan radiologi, refluks lambung terjadi pada 80% dan
regurgitasi pada 40% setelah usia 3 bulan. Masalah makan dipercaya
sebagai akibat sekunder dari tekanan negative yang tinggi di
esophagus intratorak pada saat inspirasi.
Pneumonitis aspirasi dilaporkan terjadi pada 7% anak dengan
laringomalasia. Mekanisme kelainan ini belum jelas, namun mungkin
berhubungan dengan tekanan negative dan masalah makan.
Apne obstruksi tidur (23%) dan apnea sentral (10%) juga
ditemukan. Keadaan hipoksia dan hiperkapnia akibat hipoksia dan
hiperkapnia akibat obstruksi nafas atas yang lama akan berisiko tinggi
untuk terjadinya serangan apnea yang mengancam jiwa dan timbul
hipertensi pulmonal, yang dapat menyebabkan kor pulmonal, aritmia
jantung, penyakit paru obstruksi kronis, masalah kognitif dan personal
sebagai akibat sekunder dari laringomalasia.
6. Klasifikasi
Laringomalasia umumnya dikategorikan ke dalam tiga tipe besar
berdasarkan bagian anatomis supraglotis yang mengalami prolaps
walaupun kombinasi apapun dapat terjadi.
a. Tipe pertamayaitu prolaps dari mukosa kartilago aritenoid yang
tumpang tindih, melibatkan prolapsnya epiglotis di atas glotis.
b. Tipe kedua yaitu memendeknya plika ariepiglotika, melipatnya tepi
lateral epiglotis di atas dirinya sendiri
c. Tipe yang ketiga melekuknya epiglotis ke arah posterior,
prolapsnya mukosa aritenoid yang berlebihan ke dalam jalan napas
selama periode inspirasi.

7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna
atau kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau
reflex batuk hilang.
b. Abses paru adalah pengumpulan sputum dalam jaringan paru
yang meradang
c. Episema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
d. Infeksi sistemik.
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokaridal.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Tes Diagnostik
a. Flexible Laryngoscopy : Melalui pemeriksaan ini dinilai pasase
hidung, nasofaring dan supraglotis. Dengan cara ini bentuk
kelainan yang menjadi penyebab dapat terlihat dari atas. Pada
pemeriksaan ini akan nampak visualisasi langsung jalan napas
menunjukkan bentuk omega epiglotis yang prolaps menutupi
laring saat inspirasi. Selain itu juga  di temukan ada pembesaran
kartilago aritenoid yang prolaps menutupi laring selama inspirasi
juga bisa ditemukan pada pasien laringomalasi
b. Microlaryngoscopy dan Bronkoskopi : Tes ini dilakukan di ruang
operasi di bawah anestesi umum oleh dokter bedah THT. Dokter
melihat kotak suara dan tenggorokan dengan teleskop. Dokter
mungkin merekomendasikan tes ini jika tes X-ray menunjukkan
sesuatu yang abnormal atau jika dokter Anda memiliki kecurigaan
masalah saluran napas tambahan
c. CT scan dan MRI bermanfaat untuk melihat saluran nafas dan
struktur jaringan lunak di sekitarnya, termasuk bukti adanya
kompresi vaskule
d. Radiologi : Pemeriksaan radiologi leher posisi anteroposterior dan
lateral bermanfaat untuk menentukan ukuran adenoidal dan
tonsillar, ukuran dan ketajaman epiglotik, profil retropharyngeal
dan subglottic dan anatomi. 

9. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan pada klien anak dengan laringomalaise
adalah sebagai berikut:
a. Pada keadaan ringan, bayi diposisikan tidur telungkup, tetapi
hindari tempat tidur yang terlalu lunak, bantal dan selimut. Jika
secara klinis terjadi hipoksemia (saturasi oksigen kurang dari
90%), harus diberikan oksigenasi.
b. Pada keadaan yang berat adalah membuat jalan pintas berupa
trakeostomi sampai masalah teratasi. Namun pada anak-anak,
resiko morbiditas dan mortalitas trakeostomi berisiko tinggi
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita akan mengeluh batuk berdahak,
nyeri dada, sesak napas.
c. Riwayat penyakit
gejala nyeri dada, batuk berdahak , dan disertai sesak napas dan
adanya edema pada laring.
d. Riwayat penyakit dahulu
pasien sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan pasien pernah
menderita penyakit sebelumnya seperti: adanya riwayat merokok,
penggunaan alcohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral
e. Pemeriksaan fisik
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, keletihan, napas pendek.
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat. Perubahan irama
pernapasan. Takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya hipertensi.
Tanda : Kenaikan tekanan darah meningkat. Penampilan
kemerahan, atau pucat.
3. Integritas ego
Gejala : Perasaan takut akan kehilangan suara, mati,
terjadinya / berulangnya kanker.
Kuatir bila pembedahan mempengaruhi hubungan
keluarga, kemampuan kerja dan keuangan.
Tanda : Ansietas, depresi, marah dan menolak, Menyangkal.
4. Eliminasi
Gejala : gangguan saat ini atau yang lalu / obstruksi riwayat
penyakit paru
5. Makanan/cairan
Gejala : Kesulitan menelan.
Tanda : Kesulitan menelan, mudah tersedak.
Bengkak, luka.
(malnutrisi)
6. Neurosensori
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), Ketulian.
Tanda : Parau menetap atau kehilangan suara.
Kesulitan menelan.
Ketulian konduksi.
Kerusakan membranmukosa.
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada (meningkat oleh batuk) .
Tanda : Melindungi area yang sakit (tidur pada sisi yang sakit
untuk membatasi gerakan).
8. Pernafasan
Gejala : Adanya riwayat merokok/mengunyah tembakau.
Bekerja dengan debu serbuk kayu, kimia toksik/serbuk,
logam berat. Riwayat penggunaan berlebihan suara. Riwayat
penyakit paru kronis. Batuk dengan/tanpa sputum. Drainase
darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, Dispnea.
9. Keamanan
Gejala :
Terpajan sinar matahari berlebihan selama periode bertahun-
tahun atau radiasi. Perubahan penglihatan/pendengaran.
Tanda : Massa/pembesaran nodul.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Penggunaan alcohol berulang/riwayat
penyalahgunaan alkohol.
Tanda : DRG menunjukkan rerata lama dirawat :7,4 hari.
11. Rencana pemulangan: Bantuan dengan perawatan luka,
pengobatan, pengiriman :transpormasi, belanja, penyiapan
makanan, perawatan diri, perawatan / pemeliharaan rumah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian.
b. pola napas tidak efektif berhubungan dengan terdapatnya benda
asing dalam saluran pernapasan yang menyebabkan sumbatan.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan pengangkatan
laring dan terhadap edema.
d. Berisiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan (serebral,
cardial, dan pulmoner) yang berhubungan dengan menurunnya
suplai oksigen sekunder terhadap obstruksi saluran napas
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
. Keperawatan
1. Ansietas Setelah  Melaporkan  Mandiri: 1. Pemahaman bahwa
berhubungan dilakukan takut atau 1. Catat derajat perasaan (dimana
dengan adanya intervensi ansietas hilang ansietas dan berdasarkan situasi
ancaman kematian. selama 3x24 atau menurun takut. sters ditambah
jam sampai tingkat Imformasikan ketidak seimbangan
diharapkan yang dapat pasien/orang oksigen yang
tidak ada lagi ditangani. terdekat bahwa mengancam) normal
perasaan  Penampilan perasaannya dapat membantu
cemas rileks dan normal dan pasien meningkatkan
istirahat  atau dorong beberapa perasaan
tidur dengan mengekspresikan control emosi.
tepat. perasaan. 2. Menghilangkan
2. Jelaskan proses ansietas karena
penyakit dan ketidaktahuan dan
prosedur dalam menurunkan takut
tingkat tentang keamanan
kemampuan pribadi. Pada fase
pasien untuk dini penjelasan perlu
memahami dan diulang dengan
menangani sering dan singkat
informasi. Kaji karena pasien
situasi saat ini mengalami
dan tindakan penurunan lingkup
yang diambil perhatian.
untuk mengatasi 3. Membantu dalam
masalah. menurunkan ansietas
3. Tinggal dengan yang berhubungan
pasien atau dengan penolakkan
membuat adanya dispnea
perjanjian berat/ perasaan mau
dengan pingsan
seseorang untuk 4. Alat untuk
menunggu menurunkan stress
selama serangan dan perhatian tak
akut. langsung untuk
4. Berikan tindakan meningkatkan
kenyamanan mis. relaksasi dan
Pijatan kemampuan koping.
punggung, 5. Memberikan pasien
perubahan posisi tindakan mengontrol
5. Bantu pasien untukmenurunkan
untuk ansietas dan
mengidentifikasi ketegangan otot.
perilaku 6. Mekanisme koping
membantu, mis. dan partisipasi dalam
Posisi yang program pengobatan
nyaman, focus mungkin
bernapas, teknik meningkatkan
relaksasi. belajar pasien untuk
6. Dukung pasien menerima hasil yang
atau orang diharapkan dari
3.
4. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan Sesuai dengan intervensi yang telah
ditetapkan dan disesuaikan pula dengan situasi dan kondisi yang ada
pada klien

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai masalah sudah terasi, teratasi
sebagian atau belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Hardianti,dkk.2015. Gambaran Klinis Pasien Laringomalasia di Poliklinik


Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr. Hasan
Sadikin Bandung Periode Januari 2012 - Maret 2015. Universitas
padjajaran: Bandung

Novialdi.2017. Diagnosis dan Penatalaksanaan Laringomalasia dan


Trakeomalasia. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas: Padang

Somantri, irman.2007. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


sistem pernapasan. Salemba Medika:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai