PENDAHULUAN
WAHAM
Disusun Oleh:
A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya
a. Menolak makan
e. Mudah tersinggung
i. Mendominasi pembicaraan
j. Berbicara kasar
halusinasi
proses emosi
terorganisir
sosial
D. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi
Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya
waham
c. Faktor psikologi
d. Faktor biologis
Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di
e. Faktor genetik
E. Faktor presipitasi
Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti
b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi
c. Faktor psikologis
yang menyenagkan.
fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan
self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya.
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia
keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat
tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak
benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
f. Fase improving
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.
a. Waham agama
contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih
setiap hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat
b. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau
c. Waham curiga
kenyataan.
Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya
d. Waham somatik
Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau
kenyataan.
Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di
lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh
nya.
e. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan
Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.
8. Status metal
Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan
aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa
cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu
terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat.
Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di perhatikan bila terlihat ada nya
rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada orang lain.
Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat
penyakit berupa kerusakan pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan
terjatuh atau di dapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadi nya perubuhan
perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan.
orang lain.
A. PENGKAJIAN
Objektif :
bercukur.
a. Tujuan
b. Tindakan
membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam
b) Berjabat tangan
membicarakannya.
7) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas
dimilikinya
11) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional
klien
12) Berbicara dalam konteks realita
yang sesuai
14) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat,
jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang
benar)
15) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa
konsultasi
a. Tujuan
optimal
b. Tindakan keperawatan
follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk
klien.
POHON MASALAH
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo.
Capernito, Lynda Juall, (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, EGC, Jakarta
EGC
Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta: EGC
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco Media
Stuart, Gall W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC