Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PENDAHULUAN

WAHAM

Disusun Oleh:

EKA KRISPANDHA JULISETYA

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2015

1. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.

Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya

klien (Aziz R, 2003).

B.Tanda Dan Gejala

a. Menolak makan

b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri

c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan

d. Gerakan tidak terkontrol

e. Mudah tersinggung

f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

h. Menghindar dari orang lain

i. Mendominasi pembicaraan

j. Berbicara kasar

k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.


3. Rentang respon

Respon adaptif Respon mal adaptif

Pikiran logis kadang proses fikir tergangggu gangguan isi fikir

halusinasi

Persepsi akurat ilusi perubahan

proses emosi

Emosi konsisten dengan emosi berlebihan perilaku tidak

terorganisir

pengalaman berperilaku yang tidak biasa isolasi

sosial

perilaku sesuai menarik diri

hubungan sosail harmonis

Gambar 1.1. Rentan Respon Isolasi Sosial

D. Faktor predisposisi

a. Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal seseorang.

Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir dengan gangguan
presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga pematangan fungsi

intelektual dan emosi tidak efektif

b. Faktor sosial budaya

Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbul nya

waham

c. Faktor psikologi

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat menimbulkan

ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan

d. Faktor biologis

Waham di yakini terjadi karena ada nya atrofi otak, pembesaran ventrikel di

otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik

e. Faktor genetik

E. Faktor presipitasi

a. Faktor sosial budaya

Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang berarti

atau di asingkan dari kelompok

b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat menjadi

penyebab waham pada seseorang

c. Faktor psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk mengatasi

masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan

yang menyenagkan.

F. Fase- fase tejadinya waham

proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

a. Fase of human needm

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara

fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-

orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat

miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang

secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan

self ideal sangat tinggi.

b. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara

self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta dorongn
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah

melampaui kemampuannya.

c. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia

katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan

keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat

berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting

dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan

tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien

mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak

benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi

dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif

tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien

tidak merugikan orang lain.

d. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap

sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya

diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak

berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan

dosa saat berbohong.


e. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan

menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

f. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul

sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang

tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk

dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

G. Macam – macam waham

a. Waham agama

Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-ulang

tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih

setiap hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat

mengendalikan mahkluk nya

b. Waham kebesaran
Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau

kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan.

Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”

“ saya punya tambang emas !”

c. Waham curiga

Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau

mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup saya

karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.

d. Waham somatik

Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau

terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah di

lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada tubuh

nya.

e. Waham nihilistik
Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan

Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

8. Status metal

Berdandan dengan baik dan berpakian rapi, tetapi mingkin terlihat eksentrik dan

aneh.tidak jarang bersikap curiga atau bermusuhan terhadap orang lain.klien biasa

cerdik ketika di lakukan pemeriksaan sehingga dapat memanipulasi data selain itu

perasaan hati nya konsisten dengan isi waham.

9. Sensori dan kognisi

Tidak memiliki kelainan dalam orientasi kecuali klien waham spesifik

terhadap orang, tempat, dan waktu. Daya ingat atau kognisi lain biasa nya akurat.

Pengendaliaan implus pada klien waham perlu di perhatikan bila terlihat ada nya

rencana untuk bunuh diri, membunuh, atau mealuka kekerasan pada orang lain.

Gangguan proses pikir : waham biasa nya di awali dengan ada nya riwayat

penyakit berupa kerusakan pada bagian kortkes dan lindik otak. Bisa di karena kan

terjatuh atau di dapat ketika lahir. Hal ini mendukung terjadi nya perubuhan

emosional seseoramg yang tidak stabil. Bila berkepanjangan akan menimbulkan

perasaan rendah diri, kemudian mengisolasi diri dari orang lain dan lingkungan.

Waham kebesaran akan timbul sebagai manivestasi ketidakmampuan seseorang

dalam memenuhi kebutuhan nya. Bila respon lingkungan kurang mendukung


terhadap prilaku nya di mungkinkan aka timbul resiko prilaku kekerasan pada

orang lain.

2. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Defisit perawatn diri Subjektif :

· Klien mengantakan dirinya malas berdandan.


· Klien mengatakan ingin disuapi makan.

· Klien mengatakan jarang membersihkan alat

kelaminnya setelah BAB /BAK

Objektif :

· Ketidakmampuan mandi / membersihkan diri

ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit

berdaki dan berbau, kuku panjang dan kotor.

· Ketidakmampuan berpakaian / berhias

ditandai dengan rambut acak – acak, pakaian

kotor dan tidak rapi, pakaian tdk sesuai, tidak

bercukur.

Ketidakmampuan makan secara mandiri

ditandai dengan ketidakmampuan mengambil

makanan sendiri, makanan berceceran

· · Ketidakmampuan BAB / BAK secara

mandiri ditandai dengan BAB / BAK tidak

pada tempatnya, tidak membersihkan diri

dengan baik setelah BAB / BAK.


B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Perubahan proses pikir : waham

C. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

1. Tindakan keperawatan pada klien

a. Tujuan

1) Klien dapat berorientasi terhadap realitas secara bertahap

2) Klien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

3) Klien menggunakan obat dengan prinsip enam benar

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya

Sebelum memulai pengkajian pada klien dengan waham, saudara harus

membina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar klien merasa aman

dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus saudara lakukan dalam

rangka membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut :

a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan

c) Menjelaskan tujuan berinteraksi


d) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien.

2) Tindakan mendukung atau membantah waham klien

3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman

4) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

5) Diskusikan kebutuhan psikologis / emosional yang tidak terpenuhi karena

dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah

6) Jika klien terus-menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa

memberikan dukungan, atau menyangkal sampai klien berhenti

membicarakannya.

7) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan realitas

8) Diskusikan dengan klien kemampuan realistis yang dimilikinya pada saat

lalu dan saat ini

9) Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuan yang

dimilikinya

10) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga

menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah

11) Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional

klien
12) Berbicara dalam konteks realita

13) Bila klien mampu memperlihatkan kemampuan positifnya, berikan pujian

yang sesuai

14) Jelaskan pada klien tentang program pengobatannya (manfaa, dosis, obat,

jenis, dan efek samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang

benar)

15) Diskusikan akibat yang terjadi bila klien berhenti meminum obat tanpa

konsultasi

2. Tindakan Keperawatan Untuk Keluarga Klien

a. Tujuan

1) Keluarga mampu mengidentifikasi waham klien

2) Keluarga mampu memfasilitasi klien untuk memenuhi kebutuhan yang

belum terpenuhi oleh wahamnya

3) Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan klien secara

optimal

b. Tindakan keperawatan

1) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien


2) Diskusikan dengan keluarga tentang cara merawat klien waham di rumah,

follow up, dan keteraturan pengobatan, serta lingkungan yang tepat untuk

klien.

3) Diskusikan dengan keluarga kondisi klien yang memerlukan bantuan

POHON MASALAH

effect risiko tinggi perilaku kekerasan

core problem perubahan proses pikir: waham

causa harga diri rendah kronis

gambar 1.2 Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri


DAFTRAP PUSTAKA

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino

Gondoutomo.

Capernito, Lynda Juall, (2000), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, EGC, Jakarta

Doengoes, E Marllyn (2006). Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3 jakarta :

EGC

Keliat, Budi Anna dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2.Jakarta: EGC
Nurjannah (2005), Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco Media

Stuart, Gall W. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC

Suliswati (2005), Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC ; Jakarta

Anda mungkin juga menyukai