Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN JIWA


SKIZOFRENIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas


Profesi Ners mata ajar Keperawatan jiwa

Oleh:
Dedy Darminto
30190117094

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SANTO BORROMEUS
PADALARANG
TAHUN 2018

1
A. Konsep Dasar Skizophrenia
1. Pengertian
Skizofrenia adalah jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau
disharmoni antara proses berpikir, perasaan dan perbuatan. (Bleuler dalam
Maramis, 2009)
Skizofrenia berasal dari kata Yunani yang bermakna schizo artinya
terbagi, terpecah dan phrenia artinya pikiran. Jadi pikirannya terbagi atau
terpecah. (Rudyanto, 2007).
Skizofrenia berasal dari kata mula-mula digunakan oleh Eugene
Bleuler, seorang psikiater berkebangsaaan Swiss. Bleuler mengemukakan
manifestasi primer skizofrenia ialah gangguan pikiran, emosi menumpul
dan terganggu. Ia menganggap bahwa gangguan pikiran dan
menumpulnya emosi sebagai gejala utama daripada skizofrenia dan
adanya halusinasi atau delusi (waham) merupakan gejala sekunder atau
tambahan terhadap ini (Lumbantobing, 2007).
Skizofrenia dapat didefinisikan sebagai suatu sindrom dengan
variasi penyebab (banyak yang belum diketahui), dan perjalanan penyakit
(tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang
tergantung pada pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya (Kaplan and
Sadock, 2010).

2. Etiologi
a. Paktor keturunan
Pada penelitian menunjukan bahwa keturunan juga menentukan
timbulnya skizofrenia, angka kesakitan bagi saudara kandung 7 – 15 %
anak dengan slah satu orang tua menderita 40 – 68 % kembar
heterozogot 2-15%, kembar monosigot 61-86%
b. Faktor Biolgi
Hal ini di kemukakan berhubungan dengan serig munculnya
skizofronia pada waktu pubertas, kehamilan atau klimakterium juga
dapat disebabkan oleh gangguan metabolisme tubuh.

2
c. Faktor Sosial – Kultural Keluarga
1) Teori Adolf Meyer
Skizofrenia merupakan suatu keadaan maladaprasi
2) Teort sigmound freung
Skizofrenia merupakan kelemahan 90 oleh karena psikogenik atau
pun Somato genik, selain itu super ego di kesampingkan id
berkuasa sehingga terjadi regresi ke fase narcisarme dan kehilangan
kapastian untuk pemindahan.
3) Eligen Bleuler
Memberikan istilah “Skizofrenia” Ischizot = penuh belah atau
bercabang, phien = jiwa yaitu jiwa yang terpecah belah

3. Gejala
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi 2 kelompok gejala positif
dan gejala
negatif.
a. Gejala Negatif
Pada gejala negatif terjadi penurunan, pengurangan proses mental atau
proses perilaku (Behavior ).Hal ini dapat menganggu bagi pasien dan
orang disekitarnya.
1) Gangguan afek dan emosi
Gangguan dan emosi pada skizofrenia berupa adanya kedangkalan
afek dan emosi (emotional blunting), misalnya : pasien menjadi
acuh tak acuh terhadap hal-hal yang penting untuk dirinya sendiri
seperti keadaan keluarga dan masa depannya serta perasaan halus
sudah hilang, hilangnya kemampuan untuk mengadakan hubungan
emosi yang baik (emotional rapport), terpecah belahnya
kepribadian maka hal-hal yang berlawanan mungkin terdapat
bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci satu orang
yang sama atau menangis, dan tertawa tentang suatu hal yang sama
(ambivalensi)(Lumbantobing, 2007).

3
2) Alogia
Penderita sedikit saja berbicara dan jarang memulai percakapan
dan pembicaraan. Kadang isi pembicaraan sedikit saja maknanya.
Ada pula pasien yang mulai berbicara yang bermakna, namun tiba-
tiba ia berhenti bicara, dan baru bicara lagi setelah tertunda
beberapa waku (Lumbantobing, 2007).
3) Avolisi
Ini merupakan keadaan dimaa pasien hampir tidak bergerak,
gerakannya miskin. Kalau dibiarkan akan duduk seorang diri, tidak
bicara, tidak ikut beraktivitas jasmani (Lumbantobing, 2007).
4) Anhedonia
Tidak mampu menikmati kesenangan, dan menghindari
pertemanan dengan orang lain (Asociality) pasien tidak
mempunyai perhatian, minat pada rekreasi. Pasien yang sosial
tidak mempunyai teman sama sekali, namun ia tidak
memperdulikannya (Lumbantobing, 2007).
5) Gejala Psikomotor
Adanya gejala katatonik atau gangguan perbuatan dan sering
mencerminkan gangguan kemauan. Bila gangguan hanya kemauan
saja maka dapat dilihat adanya gerakan yang kurang luwes atau
agak kaku, stupor dimana pasien tidak menunjukkan pergerakan
sam sekali dan dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan
kadang bertahun-tahun lamanya pada pasien yang sudah menahun;
hiperkinese dimana pasien terus bergerak saja dan sangat gelisah
(Kaplan and Sadock, 2010).
b. Gejala Positif
Gejala positif dialami sensasi oleh pasien, padahal tidak ada yang
merangsang atau mengkreasi sensasi tersebut. Dapat timbul pikiran
yang tidak dapat dikontrol pasien.

4
1) Delusi(Waham )
Merupakan gejala skizofrenia dimana adanya suatu keyakinan yang
salah pada pasien. Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama
sekali tetapi pasien tidak menginsyafi hal ini dan dianggap
merupakan fakta yang tidak dapat dirubah oleh siapapun.Waham
yang sering muncul pada pasien skizofrenia adalah waham
kebesaran,waham kejaran,waham sindiran, waham dosa dan
sebagainya (Kaplan and Sadock, 2010).
2) Halusinasi
Memdengar suara, percakapan, bunyi asing dan aneh atau malah
mendengar musik, merupakan gejala positif yang paling sering
dialami penderita skizofrenia (Lumbantobing, 2007).

B. Pengkajian
Pengkajian merupakan awal dan dasar utama dari proses keperawatan
tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan
atau masalah klien.
Data yang dikupulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.
Pengelompokan data pada pengakajian kesehatan jiwa dapat pula berupa
faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilian terhadap stressoe, sumber
keping dan kemampuan kuping yang dimiliki klien (stant dan sunden, 1995).
Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional,
intelektual, sosial dan spiritual. Isi pengkajian meliputi :
1. Identitas klien
2. Keluhan utama/alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Dimensi fisik / biologis
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
7. Kebutuhan persiapan pulang
8. Mekanisme koping

5
9. Masalah psikososial dan lingkungan
10. Aspek medik
Data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung di sebut
data obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarga melalui wawancara perawatan disebut data subyektif.
Dari data yang dikumpulkan, perawatan langsung merumuskan masalah
keperawatan pada setiap kelompok data yang trkumpul. Umumnya sejumlah
masalah klien saling saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah (Fasio, 1983 dan INJF, 1996). Agar penentuan pohon masalah dapat di
pahami dengan jelas, penting untuk diperhatikan yang terdapat pada pohon
masalah : Penyebab (kausa), masalah utama (care problem) dan effect (akibat).
Masalah utama adalah priotas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki
oleh klien. Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau
keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini
diharapkan dapat menudahkan perawat dalam menyusun diagnosa keperawatan

6
C. Analisa data
POHON MASALAH

Kerusakan Komunikasi Verbal

Gangguan pola tidur Resti kekerasan

Sidroma detisit
perawatan diri
Halusinasi perdengaran

Harga diri rendah Koping indivian


tak efektif

Kerusakan Kerduka disfungsional


intruksi sosial

Kehilangan orang yang


dicintai

D. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
1 Resiko mencederai Tujuan Umum :
diri sendiri dan atau Klien tidak mencederi diri sendiri dan atau orang lain /
orang lain / lingkun- lingkungan Tujuan khusus :
gan berhubungan de- 1. Klien dapat hubungan saling percaya :
ngan perubahan per- a. Bina hubungan saling percaya
sepsi sensori / halu- - Salam terapeutik
sinasi - Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang

7
- Buat kontrak yang jelas pada setiap perte-
muan (topik, waktu dan tempat berbicara)
b. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan
perasaannya
c. Dengarkan ungkapan klien dengan empati
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
a. lakukan kontak sering dan singkat
rasional : untuk mengurangi kontak klien deng-an
halusinasinya
b. Obeservasi tingkah laku klien terkait dengan
halusinasinya; bicara dan tertawa tanpa stimu-
lus, memandang ke sekitarnya seolah – olah ad
teman bicara.
c. Bantu klien untuk mengenal halusinasinya;
- Bila klien menjawab ada, lanjutkan; apa
yang dikatakan ?
- Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengarnya.
- Katakan bahwa klien lain juga ada yang
seperti klien
- Katakan bahwa perawatan akan membantu
klien
d. Diskusikan dengan klien tentang ;
- Situasi yang dapat menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
(pagi, siang sore, malam atau bila sendiri
atau bila jengkel / sedih)
e. Diskusikan dengan klien tentang apa yang di-
rasakan bila terjadi halusinasi (marah / takut /
sedih / senang) dan berkesempatan mengung-

8
kapkan perasaan
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
a. Identifikasi bersama klien cara / tindakan yang
dilakukan bla terjadi halusinasi
(tidur/marah-/menyibukkan diri)
b. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien,
bila bermanfaat beri pujian.
c. Diskusi cara baru untuk memutus / mengontrol
timbulnya halusinasi :
- katakan “saya tidak mau dengan kamu”
(pada halusinasi)
- menemui orang lain (perawat / teman /
anggota keluarga untuk bercakap – cakap .
mengatakan halusinaasinya.
- Membuat jadwal kegiatan jsehari – hari agar
halusinasi tidak sempat muncul.
- Meminta orang lain (perawat / teman
anggota keluarga) menyapa bila tampak
bicara sendiri
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus /
mengontrol halusinasi secara bertahap
e. Berikan kesempatan untuk melakukan cara yang
telah dilatih, evaluasi hasilnya dan pujian bila
berhasil
f. Anjurkan klien untuk mengikuti tetapi aktivitas
kelompok (orientasi realisasi dan stimulasi
persepsi)
4. Klien dapat dukungan keluarga dalam mengotrol
halusinasinya :
a. Anjurkan klien memberitahu keluarga bila me-
ngalami halusinasi

9
b. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkun-
jung / pada saat kunjungan rumah)
- Gejala halusinasinya yang dialami klien
- Cara yang dapat dilakukan klien dan ke-
luarga untuk memutus halusinasi
- Cara merawat anggota keluarga yang ha-
lusinasi di rumah : Beri kegiatan, jangan
biarkan sensiri, makan bersama, berpergian
bersama
- Berikan informasi waktu follow up atau
kapan perlu mandapat bantuan; halusinasi tak
terkontrol dan resiko mencederai orang lain
5. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik :
a. Diskusi dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien memint sendiri obat pada perawat
merasakan manfaatnya.
c. Anjurkanklien bicara dengan dokter / perawat
tentang efek dan efek samping obat yang di-
rasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat tanpa kon-
sultasi.
e. Bantu klien menggunakan obat, dengan prinsip 5
(lima) benar (benar dosis, benar cara, benar
waktu)
Tujuan Umum :
2 Kerusakan komuni Klien dapat melakukan komunikasi verbal
kasi verbal berhubu Tujuan Khusus :
ngan dengan peru 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
bahan proses pikir a. Bina hubungan saling percaya dengan klien
(waham) b. Jangan membantah dan mendukung waham

10
klien.
- Katakan perawat menerima : saya mene rima
keyakinan anda, disertai ekspresi me nerima.
- Katakan perawat tidak mendukung : sadar
bagi saya untuk mempercayainya disertai
ekspresi ragu dan empati
- Tidak membicarakan isi waham klien.
c. Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan
terlindung
- Gunakan keterbukaan dan kejujuran
- Jangan tinggalkan klien sendirian
- Klien diyakinkan berada di tempat aman,
tidak sendirian
2. Klien dapat mengindentifikasi kemampuan yang
dimilki
a. Beri pujian pada penampilan dan kemampuan
klien yang realitas.
b. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
dimiliki paa waktu lalu dan saat ini yang realistis
c. Tanyakan apa yang bisa dilakukan (aktiviotas
sehari – hari)
d. Jika klien selalu bicara tentang wahamnya,
dengarkan sampai waham tidak ada
3. Klien dapat mengindentifikasi kebutuhan yang tidak
terpenuhi :
a. Observasi kebutuhan klien sehari – hari
b. Diskusi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi
baik selama di rumah / di RS.
c. Hubungan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan
timbulnya waham
d. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi

11
kebutuhan klien (buat jadwal aktivitas klien)
4. Klien dapat berhubungan dengan realitas :
a. Berbicara dengan klien dalam kontek realita (diri
orang lain, tempat, waktu)
b. Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok:
orientasi realitas
c. Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang
dilakukan klien
5. Klien dapat dukungan keluarga :
a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
6. Klien dapat menggunakan obat dengan benar
- Diskusikan dengan klien dan keluarga
tentang obat, dosis, frekuensi, efek samping
obat, akibat penghentian.
- Diskusikan perasaan klien setelah minum
obat
- Berikan obat dengan prinsip 5 tepat
Tujuan Umum :
Klien mampuan merawat diri sehingga penampilan diri
3 Difisit perawatan di- menjadi adekuat
ri berhubungan de- Tujuan Khusus :
ngan koping indivi- 1. klien dapat mengindentifikasi kebersihan diri
du tidak efektif a. Dorong klien mengungkakan perasaan tentang
keadaan dan kebersihan dirinya.
b. Dengan ungkapan klien dengan penuh perhatian
dan empati.
c. Beri pujian atas kemapuan klien mengungkapkan
perasaan tentang kebersihan dirinya.
d. Diskusi dengn klien tentang arti kebersihan diri

12
e. Diskusikan dengan klien tujuan kebersihan diri
2. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meni-
ngkatkan kebersihan dirinya.
a. Kaji tentang tingkat pengetahuan keluarga
tentang kebutuhan perawatan diri klien
b. Diskusikan dengan keluarga
c. Motivikasi keluarga daam berperan aktif
memenuhi kebutuhan perawatan diri klien.
d. Beri pujian ata tindakan positif yang telah
dilakukan keluaga
Tujuan Umum :
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap
4 Isolasi sosial : Tujuan Khusus :
menarik diri berhu- 1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
bungan dengan har- dengan perawat
ga diri rendah a. Bina hubungan saling percaya
- Salam terapeutik
- Perkenalan diri
- Jelaskan tujuan interaksi
- Ciptakan lingkungan yang tenang
- Bina kontrak yang jelas (topik, waktu,
tempak)
b. Beri kesempatan untuk mengungkapkan
perasaannya tentang penyakit yang diderita
c. Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
d. Katakan pada klien bahwa ia adalah seseorang
yang berharga dan bertanggung jawab Serta
mampu menolong dirinya sendiri.
2. Klien dapat mengindetifikasi kemampuan dan aspek
positf yang memiliki

13
a. Diskusikan kemampuan dan aspek yang di miliki
klien. Dapat dimulai dari bagian tubuh yang
masih berfungsi dengan baik, kemampuan lain
yang dimiliki oleh klien, aspek positif (keluarga,
lingkungan) yang dimiliki klien. Bila klien tidak
mampu mengindetifikasi maka dimulai oleh
perawat memberi pujian terhadap aspek positif
klien.

b. Setiap bertemu klien hindarkan memberi


penilaian negatif. Utamakan memberikan pujian
yang realistis.
3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat
digunakan
a. Diskusikan selama sakit
Misal : penampilan klien dalam “self care”,
latihan fisik dan ambulasi serta aspek asuhan
terkait dengan gangguan fisik yan dialami klien.
b. Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilan
jutkan penggunaanya setelah plan sesuai de ngan
kondisi sakit klien.
4. Klien dapat menetapkan / merencakan kegaitan
sesuai kemampuan yang dimiliki :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas bersama
klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan : kegiatan mandiri, kegiatan
dengan bantuan sebagian, kegiatan yang
membutuhkan bantuan total.
b. Tingkatkan kegiatan sesuai degan tolerasi
kondisi klien
c. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan tang boleh

14
klien lakukan (kadang klien takut me
laksanakannya)
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit
dan kemampuan.
a. Beri kesempatan pada klien untuk mencoba
kegiatan yang telah direncanakan
b. Beri pujian atas keberhasilan klien
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat menfaatkan sistem pendukung yang ada
a. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga
tentang cara merawat klien harga diri rendah
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien
dirawat
c. Bantuan keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah

15
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. 2010. Sinopsis Psikiatri Jilid 2. Terjemahan
Widjaja Kusuma. Jakarta: Binarupa Aksara

Lumbantobing. 2007. Serba-Serbi Narkotika, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia: Jakarta

16

Anda mungkin juga menyukai