Anda di halaman 1dari 15

A.

PENGERTIAN
Sebuah tumor otak merupakan sebuah lesi yang terletak pada intrakarnial yang menempati
ruang didalam tengkorak. Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola
tetapi juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan. Neoplasma terjadi akibat dari kompresi
dan infiltrasi jaringan. Akibat perubahan fisik bervariasi, yang menyebabkan beberapa atau semua
kejadian patofisiologis sebagai berikut:
-Peningkatan tekanan intrakranial dan edema cerebral
-Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
-Hidrosefalus
-Gangguan fungsi hipofisis
Tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20% dari semua penyebab kematian karena
kanker, dimana sekitar 20% sampai 40% dari semua kanker pasien mengalami metastase ke otak dari
tempat-tempat lain. Tumor-tumor otak jarang bermetastase keluar sistem saraf pusat tetapi jejas
metastase ke otak biasanya dari paru-paru, payudara, saluran gastrointestinal bagian bawah, pankreas,
ginjal dan kulit (melanoma).
Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade kelima, keenam dan ketujuh,
dengan tingginya insiden pada pria. Pada usia dewasa, tumor otak banyak dimulai dari sel glia (sel
glia membuat struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis) dan merupakan supratentorial
(terletak diatas penutup cerebellum). Jejas neoplastik di dalam otak akhirnya menyebabkan kematian
yang mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan dan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
(Keperawatan Medikal Bedah, Brunner & Suddarth, 2001, Jakarta : EGC. Hal: 2167)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Bagian – bagian Otak

CEREBRUM (OTAK BESAR)

Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral
Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia
dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa,
kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga
ditentukan oleh kualitas bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi empat bagian yang disebut Lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus
tersebut masing-masing adalah:
-Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini
berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan,
penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku seksual dan
kemampuan bahasa secara umum.
-Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti tekanan,
sentuhan dan rasa sakit.
-Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara.
-Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan visual yang
memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan,
yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri. Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel saraf di
bagian bawahnya. Secara umum, belahan otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan belahan otak kiri
mengontrol sisi kanan tubuh. Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan kemampuan artistik.
Sedangkan otak kiri untuk logika dan berpikir rasional.

CEREBELLUM (OTAK KECIL)

Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur sikap atau
posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak kecil juga
menyimpan dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap dan koordinasi gerak
otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak mampu memasukkan
makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu mengancingkan baju.

BRAINSTEM (BATANG OTAK)

Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian dasar
dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang belakang. Bagian otak ini mengatur
fungsi dasar manusia termasuk pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses
pencernaan, dan merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat
datangnya bahaya.

Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

 Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang
otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol
respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
 Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
 Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
 Limbic System (Sistem Limbik)
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat kerah baju.
Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh hewan
mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia. Komponen limbik antara lain hipotalamus,
thalamus, amigdala, hipocampus dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan,
mengatur produksi hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.

NEURON
Neuron atau sel saraf dan sel glia merupakan dua jenis sel penyusun sisem saraf. Neuron
merupakan sel fungsional pada system saraf, yang bekerja dengan cara menghasilkan potensi aksi dan
menjalarkan impuls dari satu sel ke sel berikutnya. Pembentukan potensi aksi merupakan cara yang
dilakukan sel saraf dalam memindahkan informasi. Pembentukan potensial aksi juga merupakan cara
yang dilakukan oleh system saraf dalam melaksanakan fungsi kendali dan koordinasi tubuh.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel saraf di dukung oleh sel glia. Jadi sel glia merupakan
sel yang berkaitan erat dengan neuron, yang berfungsi sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron,
namun tidak terlibat dalam fungsi penjalaran impuls. Dalam otak manusia, jumlah sel glia jauh lebih
besar daripada junlah neuron. Perbandingan antara jumlah sel glia dan neuron ialah 10:1. Sel glia
berfungsi utuk menjamin agar kondisi lingkungan ionic disekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu,
sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron.
Salah satu sel glia yang sangat dikenal ialah sel schwan. Sel schwan merupakan salah satu jenis sel
glia yang berungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang disebut selubung mielin.
Ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu neuron motorik, sensorik,
dan interneuron. Neuron sensorik ialah sel saraf yang berfungsi untuk membawa rangsang dari daerah
tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang atau medulla spinalis). Neuron
motorik ialah sel saraf yang berfungsi membawa rangsang dari pusat saraf ke daerah tepi (perifer
tubuh). Interneuron atau saraf penghubung ialah sel saraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi
penghubung antara neuron sensorik dan motorik. Di dalam neuron terdapat glia dan sawar darah otak.

GLIA
Sel nonneuronal didalam sel saraf pusat adalah Glia yang disebut juga dengan sel glia
neuroglia, dan makroglio. Astrosit, oligondendrosit, sel ependimal dan makroglia merupakan empat
tipe sel glia yang ada didalam sistem saraf pusat. Banyak leporan penelitian yang melaporkan bahwa
sel glia jauh lebih aktif terlibat dalam aktifitas neuronal. Reseptor untuk banyak neuro transmiter
dapat ditemukan di sel glia. Struktur penunjang untuk neuron diberikan oleh astrosit yang terlibat
dalam pembentukan parut di sistem saraf pusat jika neuron berdegenerasi.
Mielin pada sistem saraf pusat juga melakukan peranan yang memelihara neuron. Proses
fagositosis disitem saraf pusat melibatkan astrosit dan oligodendrosit. Sel ependimal melapisi
ventrikel otak dan kanalis sentralis medula spinalis permukaan ependima biasanya dilapisi oleh silia.
Silia berfungsi mempermudah pergerakan cairan serebrospinalis.

SAWAR DARAH OTAK


Sawar Darah Otak adalah semi permeabel, yang membolehkan beberapa material untuk
menembusnya, tetapi menghalangi material lainnya. Jaringan endotelial memiliki ruangan kecil di
antara tiap sel individu sehingga substansi dapat lewat di antara bagian luar dan dalam pembuluh
darah. Meskipun, pada otak, sel-sel endotel saling berhubungan dan substansi-substansi tidak dapat
melewati aliran darah. (beberapa molekul, seperti glukosa, ditranspor oleh darah dengan cara khusus).
Blood Brain Barrier mempunyai beberapa fungsi penting :
1. Melindungi otak dari “substansi asing” dari darah yang dapat melukai otak.
2. Melindungi otak dari hormon-hormon dan neurotransmitter di seluruh tubuh.
3. Mempertahankan lingkungan yang konstan pada otak.

STUKTUR OTAK SECARA KESELURUHAN


Didalam sistem sareaf pusat, substansi abu-abu mengandung badan sel, sedangkan substansi putih
mengandung akson neuronal yang bermielin. Tiga daerah substansi abu-abu korteks serebral, korteks
serebelar dan nukleus-nukleus serebral dan serebelar subkortikal. Hemisfer serebral kanan dan kiri
dihubungkan oleh korpus kalosum dan saluran komisura kecil. Korteks serebral sendiri sangat
berlipat-lipat dengan penonjolan atau lekukan. Batang otak terdiri dari medulla oblongata, pons, dan
mesensesalon.
A. Meningen
Merupakan selaput pembungkus otak paling luar. Meningen menutupi otak dan medulla spinalis.
Penutup yang paling luar dan kuat adalah dura mater yang melekat dengan bagian dalam tengkorak.
Dibawah dura meter adalah arachnoid dan pia mater yang berlekatan pada permukaan otak.
B. Sistem Ventrikular
Cairan serebrospinal berada dalam rongga didalam masing-masing hemisfer serebral. Rongga
tersebut merupakan sistem ventrikular. Ventrikel lateral dari masing-masing hemisfer dibagi menjadi
kornu anterior, bagian sentral, kornu posterior, dan kornu tempolaris. Kedua ventrikel lateral bersatu
dalam ventrikel ketiga tunggal melalui foramen interventrikularis munro. Ventrikel ketiga
berhubungan dengan ventrikel keempat melalui aquaduktus serebral.
C. Korteks Serebral
Jalur masuk utama ke korteks serebral mengandug informasi visual, auditoris, dan somato sensoris
dan masing-masing mengarah ke korteks osipitalis, temporalis dan parietalis. Fungsi keluar yang
terutama dan dapat diobservasi adalah berasal dari area motorik primer, area premotorik, dan area
broca yang menyebabkan pergerakan otot spesifik, dan terkoordinasi. Korteks serebral mengandung
kurang lebih 70% neuron di sistem saraf pusat. Korteks serebral merupakan lapisan tipis substansi
abu-abu yang menutupi permukaan hemisfer serebral.
D. Korteks Frontalis
Gangguan neurologis yang paling sering mengenai lobus frontalis adalah tumor, trauma, penyakit
serebro vaskuler, dan sklerosis multipel.

B. Etiologi
Tumor disebabkan oleh mutasi DNA di dalam sel. Akumulasi dari mutasi-mutasi tersebut
menyebabkan munculnya tumor. Sebenarnya sel manusia memiliki mekanisme perbaikan DNA (DNA
repair) dan mekanisme lainnya yang menyebabkan sel merusak dirinya dengan apoptosis jika
kerusakan DNA sudah terlalu berat. Apoptosis adalah proses aktif kematian sel yang ditandai dengan
pembelahan DNA kromosom, kondensasi kromatin, serta fragmentasi nukleus dan sel itu sendiri.
Mutasi yang menekan gen untuk mekanisme tersebut biasanya dapat memicu terjadinya kanker.
Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
• Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada meningioma,
astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota sekeluarga. Sklerosis tuberose
atau penyakit Sturge-Weber yang dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru,
memperlihatkan faktor familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-
buakti yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
• Sisa-sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan yang mempunyai morfologi
dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada kalanya sebagian dari bangunan embrional
tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal
itu dapat terjadi pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
• Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami perubahan degenerasi,
namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa
meningioma terjadi setelah timbulnya suatu radiasi.
• Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang dilakukan dengan
maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat
ini belum ditemukan hubungan antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf
pusat.
• Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini telah diakui bahwa
ada substansi yang karsinogenik sepertimethylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan
percobaan yang dilakukan pada hewan.
3. Jenis – jenis Tumor
Tumor yang jinak atau yang tidak ganas (non malignant) lambat tumbuhnya, tidak menyebar, dan
biasanya dikelilingi oleh penutup atau kapsul. Pertumbuhan yang seperti itu bisa disebut sebagai
enkapsuleted tumor atau tumor terbungkus. Tumor yang tidak ganas bisa dicabut dengan cara
pembedahan, terutama bila tumor itu menyebabkan organ – organ tubuh yang vital terdesak atau
tertekan. Jika tumor yang tidak ganas dicabut, tidak ada kemungkinan baginya tubuh untuk tumbuh
lagi.
Tumor ganas disebut sebagai kanker atau malignancy (cepat menjalar ke bagian tubuh yang lain).
Tumbuhnya cepat, tidak dikelillingi oleh penutup, dan menyebar ke bagian – bagian tubuh yang lain.
Sel – sel yang abnormal ini menyerang jaringan – jaringan yang berdekatan. Kanker ganas itu dibawa
pula ke bagian – bagian tubuh yang lain oleh getah bening dan darah. Pemindahan sel – sel ganas ke
bagian – bagian tubuh yang lain ini disebut metastasis. Tumbuhan baru yang dimulai dari sel – sel
bawaan ini disebut sebagai pertumbuhan metastasis atau tumbuhan kedua (tumor kedua anak tumor).
Pertumbuhan sel – sel tubuh yang cepat dan tak terkendali ini pada akhirnya mengancam keselamatan
jiwa orang itu sendiri.
(dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai Departemen
Kesehatan R.I. : Jakarta. Hal. 41)
a. Tumor benigna
Tumor ini dapat timbul dari sebagian besar jaringan tubuh.
1. Sel-sel epitel atau endotel
Papiloma timbul dari sel-sel ini, misalnya kulit, kandung kemih, kolon. Tumor ini bisa menjadi ganas.
2. Sel-sel pigmen kulit naevus (tahi lalat)
3. Kelenjar adenoma : payudara, parotis, tiroid.
4. Pembuluh darah-hemamioma : dua tipe.
a. Kapiler : tanda lahir ; “portwine stain”
b. Kavernosus : nodulus berwarna ungu yang memucat bila ditekan
5. Jaringan fibrosis – fibroma : terlihat sebagai nodulus. Pada sebagian besar keadaan dapat timbul.
6. Lemak – glikoma : benjolan lunak, paling sering subkutan.
7. Osteoma tumor pada tulang rawan dan tulang biasa
8. Chondroma
9. Myoma : tumor otot biasa, tempat yang paling sering terkena adalah uterus
b. Tumor maligna
1. Sel sel epitel atau endotel.
a. Karsinoma : karsinoma diberi nama menurut jaringan asalnya, misalnya karsinoma skuamosa
kulit. Transitional sel karsinoma pada kandung kemih.
b. Melanoma : tumor maligna sel – sel pigmen kulit
2. Jaringan kelenjar : adenokarsinoma, misalnya payudara atau lambung.
3. Jaringan ikat : sarkoma – keadaan ini lebih jarang ditemukan. Fibrosarkoma dari jaringan
fibrosus, sarkoma osteogenik dari tulang, myosarkoma dari otot.
4. Kelenjar limfe. Ragam penyakit keganasan (maligna) ditemukan pada jaringan limfoit (jaringan
retikulo endotelial) dengan berbagai derajat keganasan, misalnya limfoma, retikulo sarkoma, penyakit
Hodgkin.
5. Leukimia. Penyakit maligna pada sel – sel induk yang menghasilkan sel – sel darah putih.
4. Patofisiologi
Tumor intrakranial menyebabkan gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis pada tumor
intrakranial biasanya dianggap disebabkan karena 2 faktor, yaitu gangguan vokal olah tumor dan
peningkatan intrakranial.
Gangguan vokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi
langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron. Tentu saja dispensi yang paling
besar terjadi pada tumor yang tumbuh paling cepat (misalnya, gliobastoma multiform). Perubahan
suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan
otak. Gangguan suplai darah arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara
akut dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron dihubungkan dengan kompresi,
invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga
menekan parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis vokal. Peningkatan
tekanan intrakranial dapat diakibatkan oleh beberapa faktor:
1. Bertambahnya massa dalam tengkorak.
2. Terbentuknya edema sekitar tumor.
3. Perubahan sirkulasi cairan cerebrospinal.
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mengmbil tempat dalam
ruang yang relatif tetap dan ruangan kranial yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan edema dalam jaringan otak di sekitrnya. Mekanisnya belum sepenuhnya
dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.
Beberapa tumor menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena dan edema yang disebabkan oleh sawar
darah otak, semuanya menimbulkan peningkatan volume intrakranial dan menyebabkan tekanan
intrakranial. Obstruksi sirkulasi cairan cerebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan subarakhnoid
menimbulkan hidrosefalus.
Peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah satu
penyebab yang telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme kompensasi memerlukan waktu berhari-
hari atau berbulan-bulan unutk menjadi effektif oleh karen aitu tidak berguna apabila tekanan
itrakranial timbul dengan cepat. Mekanisme kompensasi ini antara lain bekerja menurunkan volume
darah intrakranial, volume cairan cerebrospinal, kandungan cairan intra sel, dan mengurangi sel-sel
parenkim.
Peningkatan tekanan yang tidak di obati mengakibatkan herniasi unkus atau cerebelum. Herniasi
unkus timbul bila girus medialis lobus temporalis tergeser ke inferior melalui insisura tentorial oleh
masa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan mesen sefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan
menekan saraf kranial ketiga. Pada herniasi cerebelum, tonsil cerebelum bergeser kebawah melalui
foramen magnum oleh suatu masa posterior. Kompresi medula oblongata dan henti pernafasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik (pelebran tekanan nadi), dan gangguan pernafasan.
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008, Jakarta:
Salemba Medika. Halaman : 477-478)
5. Tanda dan Gejala
Gejala umum yang terjadi disebabkan karena gangguan fungsi serebral akibat edema otak dan tekanan
intrakranial yang meningkat. Gejala spesifik terjadi akibat destruksi dan kompresi jaringan saraf, bisa
berupa nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, gangguan mental, gangguan visual dan
sebagainya. Edema papil dan defisit neurologis lain biasanya ditemukan pada stadium yang lebih
lanjut. Gejala-gejala tumor otak dapat meliputi, antara lain:
• Nyeri Kepala (Headache)
Nyeri kepala biasanya terlokalisir, tapi bisa juga menyeluruh. Biasanya muncul pada pagi hari setelah
bangun tidur dan berlangsung beberapa waktu, datang pergi (rekuren) dengan interval tak teratur
beberapa menit sampai beberapa jam. Serangan semakin lama semakin sering dengan interval
semakin pendek. Nyeri kepala ini bertambah hebat pada waktu penderita batuk, bersin atau mengejan
(misalnya waktu buang air besar atau koitus). Nyeri kepaia juga bertambah berat waktu posisi
berbaring, dan berkurang bila duduk. Penyebab nyeri kepala ini diduga akibat tarikan (traksi) pada
pain sensitive structure seperti dura, pembuluh darah atau serabut saraf. Nyeri kepala merupakan
gejala permulaan dari tumor otak yang berlokasi di daerah lobus oksipitalis.
• Muntah
Lebih jarang dibanding dengan nyeri kepala. Muntah biasanya proyektil (menyemprot) tanpa
didahului rasa mual, dan jarang terjadi tanpa disertai nyeri kepala.
• Edema Papil
Keadaan ini bisa terlihat dengan pemeriksaan funduskopi menggunakan oftalmoskop. Gambarannya
berupa kaburnya batas papil, warna papil berubah menjadi lebih kemerahan dan pucat, pembuluh
darah melebar atau kadang-kadang tampak terputus-putus. Untuk mengetahui gambaran edema papil
seharusnya kita sudah mengetahui gambaran papil normal terlcbih dahulu. Penyebab edema papil ini
masih diperdebatkan, tapi diduga akibat penekanan terhadap vena sentralis retinae. Biasanya terjadi
bila tumor yang lokasi atau pembesarannya menckan jalan aliran likuor sehingga mengakibatkan
bendungan dan terjadi hidrocepallus.

• Kejang
Ini terjadi bila tumor berada di hemisfer serebri serta merangsang korteks motorik. Kejang yang
sifatnya lokal sukar dibedakan dengan kejang akibat lesi otak lainnya, sedang kejang yang sifatnya
umum atau general sukar dibedakan dengan kejang karena epilepsi. Tapi bila kejang terjadi pertama
kali pada usia dekade III dari kehidupan harus diwaspadai kemungkinan adanya tumor otak.
6. Komplikasi
a. Ganguan Fungsi Luhur
• Komplikasi tumor otak yang paling ditakuti selain kematian adalah gangguan fungsi luhur.
Gangguan ini sering diistilahkan dengan gangguan kognitif dan neurobehavior sehubungan dengan
kerusakan fungsi pada area otak yang ditumbuhi tumor atau terkena pembedahan maupun radioterapi.
• Neurobehavior adalah keterkaitan perilaku dengan fungsi kognitif dan lokasi / lesi tertentu di otak.
Pengaruh negatif tumor otak adalah gangguan fisik neurologist, gangguan kognitif, gangguan tidur
dan mood, disfungsi seksual serta fatique.
• Gangguan kognitif yang dialami pasien tumor otak bisa dievaluasi dengan berbagai tes. Di
antaranya adalah Sickness Impact Profile, Minesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), dan
Mini mental State Examination (MMSE). Komponen kognitif yang dievaluasi adalah kesadaran,
orientasi lingkungan, level aktivitas, kemampuan bicara dan bahasa, memori dan kemampuan
berpikir, emosional afeksi serta persepsi.
b. Ganguan Wicara
• Gangguan wicara sering menjadi komplikasi pasien tumor otak. Dalam hal ini kita mengenal
istilah disartria dan aphasia.
• Disartria adalah gangguan wicara karena kerusakan di otak atau neuromuscular perifer yang
bertanggung jawab dalam proses bicara. Tiga langkah yang menjadi prinsip dalam terapi disartria
adalah meningkatkan kemampuan verbal, mengoptimalkan fonasi, serta memperbaiki suara normal.
• Afasia merupakan gangguan bahasa, bisa berbentuk afasia motorik atau sensorik tergantung dari
area pusat bahasa di otak yang mengalami kerusakan. Fungsi bahasa yang terlibat adalah kelancaran
(fluency), keterpaduan (komprehensi) dan pengulangan (repetitif). Pendekatan terapi untuk afasia
meliputi perbaikan fungsi dalam berkomunikasi, mengurangi ketergantungan pada lingkungan dan
memastikan sinyal-sinyal komunikasi serta menyediakan peralatan yang mendukung terapi dan
metode alternatif. Terapi wicara terdiri atas dua komponen yaitu bicara prefocal dan latihan menelan.
c. Ganguan Pola Makan
• Disfagi merupakan komplikasi lain dari penderita ini yaitu ketidakmampuan menelan makanan
karena hilangnya refleks menelan. Gangguan bisa terjadi di fase oral, pharingeal atau oesophageal.
Komplikasi ini akan menyebabkan terhambatnya asupan nutrisi bagi penderita serta berisiko aspirasi
pula karena muntahnya makanan ke paru. Etiologi yang mungkin adalah parese nervus glossopharynx
dan nervus vagus. Bisa juga karena komplikasi radioterapi.
• Diagnosis ditegakkan dengan videofluoroscopy. Gejala ini sering bersamaan dengan dispepsia
karena space occupying process dan kemoterapi yang menyebabkan hilangnya selera makan serta
iritasi lambung. Terapi untuk gejala ini adalah dengan sonde lambung untuk pemberian nutrisi enteral,
stimulasi, dan modifikasi kepadatan makanan (makanan yang dipilih lebih cair/lunak).
d. Kelemahan Otot
• Kelemahan otot pada pasien tumor otak umumnya dan yang mengenai saraf khususnya ditandai
dengan hemiparesis, paraparesis dan tetraparesis. Pendekatan terapi yang dilakukan menggunakan
prinsip stimulasi neuromusculer dan inhibisi spastisitas. Cara lain adalah dengan EMG biofeedback,
latihan kekuatan otot, koordinasi endurasi dan pergerakan sendi.
e. Ganguan Penglihatan Dan Pendengaran
• Tumor otak yang merusak saraf yang terhubung ke mata atau bagian dari otak yang memproses
informasi visual (visual korteks) dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti penglihatan ganda
atau penurunan lapang pandang.
• Tumor otak yang mempengaruhi saraf pendengaran - terutama neuromas akustik - dapat
menyebabkan gangguan pendengaran di telinga pada sisi yang terlibat otak.
f. Stroke
• Seseorang dengan stroke memiliki gangguan dalam suplai darah ke area otak, yang menyebabkan
otak tidak berfungsi. Otak sangat sensitif terhadap setiap gangguan dalam aliran darah. Sel-sel otak
mulai mati dalam beberapa menit kehilangan pasokan oksigen dan glukosa.
• Para gangguan aliran darah dapat terjadi oleh salah satu dari dua mekanisme, yaitu hemorrhagic
stroke disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah kecil yang memasok darah ke otak dan
Stroke iskemik disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah melalui arteri yang
memasok darah ke otak. Ada dua jenis stroke iskemik: Stroke trombotik stroke dan emboli. stroke
trombotik disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di dalam arteri otak. stroke emboli
disebabkan oleh gumpalan darah yang terbentuk di luar pembuluh darah otak, kemudian gumpalan
darah itu berjalan melaui aliran darah dan sampai pada pembuluh darah otak, gumpalan darah ini
selanjutnya menyumbat suplay darah ke otak.
• Pada tumor otak, komplikasi stroke yang timbul dapat berupa Hemorrhagic stroke yang terjadi
akibat pecahnya pembuluh darah otak yang tertekan akibat pembesaran tumor.
g. Epilepsi
• Kejadian sekitar 30% dari tumor otak. Alasannya sebagian besar disebabkan karena rangsangan
langsung atau represi dari tumor yang menyebabkan ganguan listrik pada otak dan juga tumor otak
dapat menyebabkan iritasi pada otak yang dapat menyebabkan kejang
h. Depresi
• Depresi dapat disebabkan karena tumor pada pusat emosi (system limbic) atau karena keadaan
klinis yang disebabkan oleh tumor tersebut, Gejala yang timbul dapat berupa menangis terus-menerus,
kesedihan yang mendalam, social withdrawal, Mudah marah, kecemasan, penurunan libido, gangguan
tidur, tingkah laku yang tidak wajar. Dapat juga karena efek steroid : mood and sleep changes,
ganguan bipolar (manicdepression).
i. Hidrosephalus
• Hidrosephalus terjadi apabila tumor yang terbentuk menghalangi aliran LCS, akibatnya aliran LCS
akan terhambat dan mengakibatkan terbentuknya hidrosephalus. Selain itu peningkatan tekanan
intrakranial juga dapat menghambat aliran LCS.

j. Cerebral Hernia
• Cerebral hernia adalah kondisi, progresif fatal di mana otak terpaksa melalui pembukaan dalam
tengkorak.
• Tumor otak akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, yang kemudian menyebabkan
penggeseran parenkim otak ke foramen Magnum atau transtentorial
k. Ganguan Seksualitas
• Tumor otak sendiri dapat mempengaruhi seksualitas, terutama jika tumor melibatkan daerah otak
yang mengontrol pelepasan hormon yang mempengaruhi libido, termasuk estrogen, progesteron
testosteron, dan. Daerah-daerah yang sama dari otak dapat rusak oleh terapi radiasi, yang yang dapat
juga mengurangi kesuburan dan libido selain itu dapat pula menyababkan menopouse dini.
l. Terbentuknya Gumpalan Darah
• Adanya Tumor otak mempunyai resiko tinggi terjadinya pembekuan darah. Pembekuan ini disebut
"trombosis vena dalam" (DVT) dan terjadi di pembuluh darah kaki. Gejala yang DVT meliputi nyeri
betis, bengkak, dan perubahan warna kaki, meskipun itu DVT juga bisa terjadi tanpa gejala. Bahaya
itu DVT adalah bahwa mereka dapat pecah dan dibawa oleh aliran darah ke paru-paru, di mana
mereka menyebabkan "thromboemboli paru" (PTE) pembekuan darah di arteri paru.
7. Pemeriksaan Penunjang
Adapun beberapa pemeriksaan penunjang untuk penyakit tumor otak antara lain :
• Computer Tomografik Scaning (CT SCAN) : CT SCAN digunakan lebih baik dari pada X- Ray,
CT SCAN dapat memberikan informasi tentang jumlah, ukuran, dan densitas (warna gelap/terang)
tumor, dapat memberikan informasi sistem ventrikuler.
• Magnetic Resonance Imaging (MRI) : MRI sangat penting untuk mendiagnosa tumor sampai lesi
terkecil dan tumor pada batang otak dan pituitary.
• Elektroensefalogram (EEG) : dapat mendeteksi gelombang abnormal pada otak yang disebabkan
tumor hal ini dapat mengevaluasi kajang yang ditimbulkan karena gangguan pada lobus temporal.
• Stereotatic Radiosurgery : meliputi penggunaan kerangka tiga dimensi yang meliputi lokasi tumor
yang sangat tepat, kerangka Stereotatic dan dan study pencitraan multipel (sinar – x) cara yang
digunakan untuk menemukam tumor dan lokasinya.
• Pemeriksaan cytologi : dapat mendeteksi keganasan pada sel yang disebabkan tumor sistem saraf
pusat.
• Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan memberikan
gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
• Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak
rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis
histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat untuk
membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
• Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan dasar-
dasar pengobatan dan informasi prognosis.
• Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
Penatalaksanaan Medis
Orang dengan tumor otak memiliki beberapa pilihan pengobatan. Tergantung pada jenis dan
stadium tumor, pasien dapat diobati dengan operasi pembedahan, radioterapi, atau
kemoterapi. Beberapa pasien menerima kombinasi dari perawatan diatas.
Selain itu, pada setiap tahapan penyakit, pasien mungkin menjalani pengobatan untuk
mengendalikan rasa nyeri dari kanker, untuk meringankan efek samping dari terapi, dan untuk
meringankan masalah emosional. Jenis pengobatan ini disebut perawatan paliatif.

a. Pembedahan
Pembedahan adalah pengobatan yang paling umum untuk tumor otak. Tujuannya adalah
untuk mengangkat sebanyak tumor dan meminimalisir sebisa mungkin peluang kehilangan
fungsi otak.
Operasi untuk membuka tulang tengkorak disebut kraniotomi. Hal ini dilakukan dengan
anestesi umum. Sebelum operasi dimulai, rambut kepala dicukur. Ahli bedah kemudian
membuat sayatan di kulit kepala menggunakan sejenis gergaji khusus untuk mengangkat
sepotong tulang dari tengkorak. Setelah menghapus sebagian atau seluruh tumor, ahli bedah
menutup kembali bukaan tersebut dengan potongan tulang tadi, sepotong metal atau bahan.
Ahli bedah kemudian menutup sayatan di kulit kepala. Beberapa ahli bedah dapat
menggunakan saluran yang ditempatkan di bawah kulit kepala selama satu atau dua hari
setelah operasi untuk meminimalkan akumulasi darah atau cairan.
Efek samping yang mungkin timbul pasca operasi pembedahan tumor otak adalah sakit
kepala atau rasa tidak nyaman selama beberapa hari pertama setelah operasi. Dalam hal ini
dapat diberikan obat sakit kepala. Masalah lain yang kurang umum yang dapat terjadi adalah
menumpuknya cairan cerebrospinal di otak yang mengakibatkan pembengkakan otak
(edema). Biasanya pasien diberikan steroid untuk meringankan pembengkakan. Sebuah
operasi kedua mungkin diperlukan untuk mengalirkan cairan. Dokter bedah dapat
menempatkan sebuah tabung, panjang dan tipis (shunt) dalam ventrikel otak. Tabung ini
diletakkan di bawah kulit ke bagian lain dari tubuh, biasanya perut. Kelebihan cairan dari otak
dialirkan ke perut. Kadang-kadang cairan dialirkan ke jantung sebagai gantinya.
Infeksi adalah masalah lain yang dapat berkembang setelah operasi (diobati dengan
antibiotic). Operasi otak dapat merusak jaringan normal. kerusakan otak bisa menjadi masalah
serius. Pasien mungkin memiliki masalah berpikir, melihat, atau berbicara. Pasien juga
mungkin mengalami perubahan kepribadian atau kejang. Sebagian besar masalah ini
berkurang dengan berlalunya waktu. Tetapi kadang-kadang kerusakan otak bisa permanen.
Pasien mungkin memerlukan terapi fisik, terapi bicara, atau terapi kerja.
b. Radiosurgery stereotactic
Radiosurgery stereotactic adalah tehnik "knifeless" yang lebih baru untuk menghancurkan
tumor otak tanpa membuka tengkorak. CT scan atau MRI digunakan untuk menentukan
lokasi yang tepat dari tumor di otak. Energi radiasi tingkat tinggi diarahkan ke tumornya dari
berbagai sudut untuk menghancurkan tumornya. Alatnya bervariasi, mulai dari penggunaan
pisau gamma, atau akselerator linier dengan foton, ataupun sinar proton.
Kelebihan dari prosedur knifeless ini adalah memperkecil kemungkinan komplikasi pada
pasien dan memperpendek waktu pemulihan. Kekurangannya adalah tidak adanya sample
jaringan tumor yang dapat diteliti lebih lanjut oleh ahli patologi, serta pembengkakan otak
yang dapat terjadi setelah radioterapi.
Kadang-kadang operasi tidak dimungkinkan. Jika tumor terjadi di batang otak (brainstem)
atau daerah-daerah tertentu lainnya, ahli bedah tidak mungkin dapat mengangkat tumor tanpa
merusak jaringan otak normal. Dalam hal ini pasien dapat menerima radioterapi atau
perawatan lainnya.
c. Radioterapi
Radioterapi menggunakan X-ray untuk membunuh sel-sel tumor. Sebuah mesin besar
diarahkan pada tumor dan jaringan di dekatnya. Mungkin kadang radiasi diarahkan ke seluruh
otak atau ke syaraf tulang belakang.
Radioterapi biasanya dilakukan sesudah operasi. Radiasi membunuh sel-sel tumor (sisa) yang
mungkin tidak dapat diangkat melalui operasi. Radiasi juga dapat dilakukan sebagai terapi
pengganti operasi. Jadwal pengobatan tergantung pada jenis dan ukuran tumor serta usia
pasien. Setiap sesi radioterapi biasanya hanya berlangsung beberapa menit.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yaitu penggunaan satu atau lebih obat-obatan untuk membunuh sel-sel kanker.
Kemoterapi diberikan secara oral atau dengan infus intravena ke seluruh tubuh. Obat-obatan
biasanya diberikan dalam 2-4 siklus yang meliputi periode pengobatan dan periode
pemulihan.
Dua jenis obat kemoterapi, yaitu: temozolomide (Temodar) dan bevacizumab (Avastin), baru-
baru ini telah mendapat persetujuan untuk pengobatan glioma ganas. Mereka lebih efektif,
dan memiliki efek samping lebih sedikit jika dibandingkan dengan obat-obatan kemo versi
lama. Temozolomide memiliki keunggulan lain, yaitu bisa secara oral.
Untuk beberapa pasien dengan kasus kanker otak kambuhan, ahli bedah biasanya melakukan
operasi pengangkatan tumor dan kemudian melakukan implantasi wafer yang mengandung
obat kemoterapi. Selama beberapa minggu, wafer larut, melepaskan obat ke otak. Obat
tersebut kemudian membunuh sel kankernya.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis Tumor Otak


1. Pemeriksaan fisik
a. BI (Breathing)
Inspeksi : pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata
didapatkan adanya kegagalan pernapasan.
Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian inspeksi pernapasan tidak ada
kelainan. Palpasi toraks didapatkan taktil premitus seimbang kanan dan kiri. Auskultasi tidak
di dapatkan bunyi napas tambahan.
b. B2 (Blood)
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada medula oblongata didapatkan
adanya kegagalan sirkulasi. Pada klien tanpa kompresi medula oblongata pada pengkajian
tidak ada kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan heart rate.
c. B3 (Brain)
Tumor intrakranial sering menyebabkan berbagai defisit neurologis, bergantung pada
gangguan fokal dan adanya peningkatan intrakranial . pengkajian B3 (Brain) merupakan
pemeriksaan fokus dan lebih lengkap di bandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias
Klasik tumor otak adalan nyeri kepala, muntah, dan papiledema. Pengkajian tingkat
kesadaran. Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling mendasar dan
parameter yang paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan
respon terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk disfungsi sistem persarafan.
Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat perubahan dalam kewaspadaan dan
keterjagaan.
Pada keadaan lanjut tingkat kesadarn klien tmor intrakranial biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor, dann semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma, penilaian GCS sangat
penting untuk menilai tingkat kesadaran klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan
pemberian asuhan.
Pengkajian fungsi serebral. Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual, dan
lobus frontal.
• Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan
aktivitas motorik klien. Pada klien tumor intarkranial tahap lanjut biasanya status mental klien
menglami perubahan.
• Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam ingatan dan memori, baik jangka pendek
maupun jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung dan kalkulasi. Pada beberapa
kasus klien mengalami ‘brain damage’ yaitu kesulitan untuk mengenal persamaan dan
perbedaan yang tidak begitu nyata.
• Lobus Frontal. Tumor lobus frontalis memberi gejala perubahan menta, hemiparesis,
ataksia, dan gangguan bicara.
Perubahan mental bermanifestasi sebagai perubahan ringan daam kepribadian. Beberapa klien
mengalami periode depresi, bingung, atau periode ketika tingkah laku klien menjadi aneh.
Perubahan yang paling sering adalah perubahan dalam memberi argumentasi yang sulit dari
perubahan dalam memberi penilaian tentang benar dan salah. Hemiparesis disebabkan oleh
tekanan pada area dan lintasan motorik di dekat tumor.
Jika area motorik terlibat, akan terjadi epilepsi Jackson dan kelemahan motorik yang jelas.
Tumor yang menyerang ujung bawah korteks prasentalis menyebabka kelemahan pada wajah,
lidah, dan ibu jari, sedangkan tumor pada lobulus parasentralis menyebabkan kelemahan pada
kaki dan ekstermitas bawah.
Tumor pada lobus frontalis dapat mengakibatkan gaya berjalan yang tidak mantap, sering
menyerupai ataksia serebelum. Jika lobus frontalis kiri atau yang dominan terkena, akan
terihat adanya afasia dan aparaksia.
Pengkajian saraf kranial. Pengkajian ini meliputi pengkajian saraf kranial I-XII.
• Saraf I. Pada klien dengan tumor intrakranial yang tidak mengalami kompresi saraf ini
tidak memiliki kelainan pada fungsi penciuman.
• Saraf II. Gangguan lapang pandang disebabkan lesi pada bagian tertentu dari lintasan
visual. Papiledema disebabkan oleh stasis vena yang menimbulkan pembengkakan papila
saraf optikus.
• Saraf III, IV, dan VI. Adanya kelumpuhan unilateral atau b V. Pada ilateral dari saraf VI
memberikan manifestasi pada suatu tanda adanya glioblastoma multiformis.
• Saraf V. Pada keadaan tumor intrakranial yang tidak menekan saraf trigeminus, tidak ada
kelainan pada fungsi saraf ini. Pada neorolema yang menekan saraf ini akan di dapatkan
adanya paralisis wajah ulilateral.
• Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah asimetris, dan otot wajah
tertarik ke bagian sisi sehat.
• Saraf VIII. Pada neorolema di dapatkan adanya tuli persepsi. Tumor lobus temporalis
menyebabkan tinitus dan halusinasi pendengaran yang mungkiin diakibatkan iritasi korteks
pendengaran temporalis atau korteks yang berbatasan.
• Saraf XI dan X. Kemampuan menelan kurang baik, dan terdapat kesulitan membuka
mulut.
• Saraf XI. Tidk ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapesiuz.
• Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada suatu sisi dan fasikulasi. Indra pengecap
normal.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi peningkatan intra kranial b.d desak ruang oleh rasa tumor intrakranial.
Tujuan
Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakarnial pada klien dalam waktu 3x24 jam
Kriteria Hasil
Klien tidak gelisah, klien tidak mengeluh nyeri kepala, mual-mual dan muntah, GCS : 4,5,6,
tidak terdapat papiledema, TTV dalam batas normal.
Intervensi :
1. Kaji faktor penyebab situasi atau keadaan individu atau penyebeb koma, atau penurunan
perkusi jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan tekanan intrakarnial.
2. Memonitor TTV tiap 4 jam.
3. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
Rasional :
1. Deteksi dini untuk memprioritaskan intervensi, mengkaji status neurologi atau tanda-
tanda kegagalan untuk munentukan perawatan kegawatan atau tindakan pembedahan.
2. Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebral terpelihara dengan baik atau fluktuasi di
tandai dengan tekanan darah sistemik penururnan dan autolegulator kebanyakan tanda
penurun difusilokal paskularisasi darah serebral.
3. Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan tekana intrakarnial oleh efek
rangsangan kumulatif.
b. Nyeri akut b.d traksi dan pegeseran sruktur peka nyeri dalam rongga intrakranial.
Tujuan
Nyeri berkurang atau hilang atau beradaptasi
Kriteria Hasil
Cara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat beradatasi. Dapat mengidetifikasi
aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri. Klien tidak gelisah.
Intervensi :
1. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan peredah nyeri non farmakologi dan non infasif.
2. Ajarkan relaksasi, teknik-teknik untuk mnurunkan ketengan untuk otot rangka, yang
dapat menurunkan intesitas nyri dan juga tingkatkan relaksasi masase.
3. Kolaborasi dengan dokter, pemberian analgetik
Rasional :
1. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah
menunjukan keefektifan mengurangi nyeri.
2. Akan menghasilkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen oleh jaringan akan
terpenuhi sehingga akan mengurangi nyeri.
3. Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri akan berkurang
(Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan, Muttaqin Ariff, 2008,
Jakarta: Salemba Medika).

C. PATHWAY Tumor Intrakranial (Tumor Otak)

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumor otak bisa mengenai segala usia. Tapi umumnya pada usia dewasa muda atau
pertengahan, jarang di bawah usia 10 tahun atau di alas 70 tahun. Sebagian ahli menyatakan
insidens pada laki-laki lebih banyak dibanding wanita, tapi sebagian lagi menyatakan tak ada
perbedaan insidens antara pria dan wanita.
Tumor otak atau tumor intrakranial adalah neoplasma atau proses desak ruang (space
occupying lesion) yang timbul di dalam rongga tengkorak baik di dalam kompartemen
supratentorial maupun infratentorial, mencakup tumor-tumor primer pada korteks, meningen,
vaskuler, kelenjar hipofise, epifise, saraf otak, jaringan penyangga, serta tumor metastasis dari
bagian tubuh lainnya.
Tumor otak menunjukkan manifestasi klinik yang tersebar. Tumor ini dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) serta tanda dan gejala lokal sebagai akibat dari tumor
yang menggangu bagian spesifik dari otak. Gejala yang biasanya banyak terjadi akibat
tekanan ini adalah sakit kepala, muntah, papiledema (edema saraf optik), perubahan
kepribadian dan adanya variasi penurunan fokal motorik, sensori dan disfiungsi saraf kranial.
2. Saran
Diharapkan perawat dapat menerapkan pengetahuan mereka tentang penyakit tumot otak ini
untuk diterapkan di tempat mereka bekerja. Dan juga diharapkan pula perawat dapat
menerapkan konsep asuhan keperawatan pada pasien tumor otak dengan semaksimal
mungkin. Dengan tujuan agar pasien – pasien pengidap penyakit tumor otak ini dapat segera
sembuh dan dapat menjalankan aktivitasnya kembali seperti saat sebelum sakit.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
dr. H. Mohamad Isa. Perawatan Penyakit Dalam & Bedah. Pusat Pendidikan Pegawai
Departemen Kesehatan R.I. : Jakarta.
Muttaqin Ariff. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan
Jakarta: Salemba Medika.
Oswari E. 1989. Bedah dan Perawatannya. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai