Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA Tn. P PENDERITA


HIPERTENSI DI PATANGPULUHAN, WIROBRAJAN, YOGYAKARTA

Disusun oleh:

YOLA ALFINA
213203075

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PENGESAHAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN HIPERTENSI PADA PENDERITA


HIPERTENSI DI PATANGPULUHAN, WIROBRAJAN, YOGYAKARTA

Telah disetujui pada


Hari :
Tanggal :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Mata Ajar : Keperawatan Komunitas


Sub Pokok Bahasan : Penyuluhan Hipertensi
Waktu : 30 menit
Hari/tanggal : Rabu, 11 Mei 2022
Tempat : Patangpulihan, Wiribrajan, Yogyakarta
Sasaran : Tn. P

I. Latar Belakang
Hipertensi merupakan penyakit yang sudah tidak asing lagi di
masyarakat, oleh karena itu pengetahuan mengenai penyakit hipertensi dan
perawatannya di rumah merupakan informasi yang sudah selayaknya
diketahui oleh masyarakat. Insiden hipertensi tinggi dan terus meningkat di
masyarakat, selain itu komplikasi akibat penyakit hipertensi dapat berakibat
fatal bagi penderita jika tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang
adekuat (Kushariyadi. 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian di Dusun Kedung, diketahui warga yang
menderita hipertensi sebesar 25,0%. Terdapat resiko hipertensi yang
diturunkan dari warga kepada anggota keluarga lainnya. Warga mempunyai
kesadaran yang kurang dalam upaya penyembuhan penyakit ditunjukan
dengan kurangnya kontrol terhadap konsumsi natrium serta pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada misalnya berobat ke Puskesmas
Kalasan 1 atau praktek dokter swasta. Informasi-informasi tentang diit
hipertensi sangat menunjang upaya preventif dan promotif bagi warga. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan kepada warga mengenai diit hipertensi
tersebut perlu disampaikan (Baradeo, 2011).
II. Tujuan
a. Tujuan Umum :
Setelah selesai mengikuti penyuluhan tentang hipertensi selama 30
menit warga mampu memahami diit pada penyakit hipertensi.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
warga mampu menjelaskan:
1. Pengertian Hipertensi
2. Penyebab Hipertensi
3. Tanda dan gejala Hipertensi
4. Komplikasi Hipertensi
5. Makanan yang boleh dikonsumsi penderita hipertensi
6. Makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita hipertensi
7. Penatalaksanaan Hipertensi
III. Sasaran
Warga dengan penyakit hipertensi
IV. Media
a. Leaflet
V. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
VI. Strategi Pelaksanaan

KEGIATAN
NO WAKTU
PENYULUH PESERTA
1. 5 Menit Pembukaan
a. Salam pembukaan a. Menjawab salam
b. Perkenalan b. Memperhatikan
c. Apersepsi c. Berpartisipasi aktif
d. Mengkomunikasikan tujuan d. Memperhatikan
2. 20 Menit Kegiatan inti penyuluhan a. Memperhatikan
a. Menjelaskan penjelasan
definisi,hipertensi penyuluh
b. Menjelaskan penyebab dengan cermat
hipertensi b. Menanyakan
c. Menjelaskan tanda dan hal-hal yang
gejala hipertensi belum jelas
d. Menjelaskan makanan yang c. Menanyakan
boleh dikonsumsi pada hal-hal yang
pasien hipertensi belum jelas.
e. Menjelaskan makanan yang
tidak boleh dikonsumsi pada
pasien hipertensi
f. Menjelaskan komplikasi
dari hipertensi
g. Menjelaskan
penatalaksanaan hipertensi

3 5 Menit Penutup
a. Menyimpulkan materi yang a. Memperhatikan.
telah disampaikan.
b. Evaluasi penyuluhan dengan b. Menjawab
pertanyaan secara lisan.
c. Salam c. Menjawab
salam

VII. Kriteria Evaluasi


A. Evaluasi persiapan :
1. Menyiapkan materi dan media yang digunakan untuk penyuluhan
2. Koordinasi dengan masyarakat mengenai tempat, waktu dan
jumlah peserta
3. Koordinaasi intern anggota kelompok
4. Konfirmasi ulang dengan masyarakat
B. Evaluasi proses :
1. Acara berjalan sesuai dengan rencana
2. Masyarakat antusias selama proses penyuluhan

C. Evaluasi hasil :
1. Kehadiran jumlah peserta sebanyak 4 orang
2. Pengetahuan sebelum dilakukan penyuluhan adalah kurang baik
dan setelah diberikan penyuluhan meningkat menjadi baik.
3. Dilakukan tanya jawab di akhir penyuluhan. Pertanyaan meliputi:
a. Peserta mampu menyebutkan penyebab dari hipertensi
b. Peserta mampu menyebutkan tanda dan gejala dari
hpertensi
c. Peserta mampu menyebutkan komplikasi dari hipertensi
d. Peserta mampu menyebutkan diit makanan yang boleh
dikonsumsi penderita hipertensi
e. Peserta mampu menyebutkan diit makanan yang tidak
boleh dikonsumsi penderita hipertensi
Lampiran Materi
HIPERTENSI

A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang tidak menular dimana terjadi
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik, dengan tekanan darah
sistolik lebih dari 140mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg.

B. Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat
diidentifikasi dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor
(Smeltzer, 2013; Lewis, Dirksen, Heitkemper,& Bucher,2014).
Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan, akan tetapi bisa dikontrol
dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini faktor genetik mungkin
berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk
tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap
selama bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015).
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit.
a. Coarctationaorta,yaitu penyempitan aorta congenital yang
mungkin terjadi beberapa tingkat pada aorta toraksi atau aorta
abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah diatas area kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih
arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal.
Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien dengan hipertensi
disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim
ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, serta perubahan
struktur serta fungsi ginjal.
c. Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks
adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-
mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.

C. Faktor Risiko Hipertensi


1. Faktor yang dapat dirubah
a. Merokok
Kebiasan merokok yang dimiliki seseorang merupakan salah satu
penyebab terjadinya hipertensi, dimana pada individu yang
merokok terjadi vasokontriksi pembuludarah sehingga tekanan
akan lebih tinggi (Potter & Perry, 2009).
b. Pola makan
Pola makan dari individu yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
hipertensi misalnya, konsumsi alkohol serta konsumsi garam
secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan resiko tekanan
penyakit hipertensi. Mengonsumsi alkohol efeknya hampir sama
dengan karbon monoksida yaitu dapat meningkatkan keasaman
darah. Natrium dalam klorida yang terdapat dalam garam dapur
dalam jumlah yang normal dapat membantu keseimbangan cairan
yang mengatur tekanan darah. Namun natrium yang berlebih dapat
menahan air sehingga meningkatkan volume darah. Peningkatan
volume darah akan mengakibatkan tekanan pada dinding pembulu
darah meningkat. Akibatnya jantung berkerja keras untuk
memompa darah sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan
darah (Wahdah,2011).
c. Obesitas
Pada obesitas daya pompa jantung dan sirkulasi volume daah
penderita hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang
memiliki berat badan normal. Kegemukan merupakan ciri yang
khas dari hipertensi, hal ini dikarenakan orang yang obesitas
banyak membutuhkan darah untuk menyuplai oksigen dan nutrient
yang dibutuhkan jaringan tubuh. Ketika volume darah meningkat
melalui pembulu darah, maka tekanan pada dinding arteri juga
meningkat dan mengalami peningkatan tekanan darah (Ahmad,
2017).
d. Stress
Stress Hubungan stres dengan hipertensi diduga terjadi melalui
aktivitas saraf simpatik.Kegelisahan, ketakutan, nyeri, dan stres
emosional yang dapat mengakibatkan stimulasi simpatis yang
meningkatkan frekuensi denyut jantung, curah jantung, dan
resistensi vaskule. Efek simpatis ini meningkatkan tekanan darah
(Potter & Perry, 2009).
e. Olahraga atau aktivitas fisik
Banyak kegiatan atau aktivitas yang dapat dilakukan dengan cepat
dan praktis, sehingga kondisi seperti itulah yang menyebabkan
individu menjadi kurang aktivitas, dan kurang berolahraga. Orang
yang kurang aktif cenderung memiliki frekuensi denyut jantung
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras
pada setiap kontraksi, makin besar dan sering otot jantung
memompa, maka makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri
sehingga tekanan darah akan meningkat (Karim dkk, 2018)
2. Faktor resiko yang tidak bisa dirubah
a. Usia
Tekananan darah setiap orang bervariasi sesuai dengan usia.
Tekanan sistolik maupun diastolik cenderung meningkat seiring
dengan bertambahnya usia tekanan darah sistolik yang
berhubungan dengan penurunan elastisitas pembulu darah, tetapi
tekanan darah sama dengan atau lebih dari 140/90 mmHg
didefinisikan sebagai hipertensi dan meningkat resiko yang
berhubungan dengan penyakit hipertensi (potter & perry, 2009).
Seiring betambahnya usia dinding arteri akan mengalami
penebalan dan mengalami kekakuan karena arteriosclerosis
sehingga darah dipakasa untuk melewati pembulu darah yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan darah
(Iswahyuni, 2017).
b. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki struktur organ dan hormon
yang berbeda.Laki-laki berisiko lebih awal terkena penyakit
hipertensi. Laki-laki juga memiliki risiko lebih besar terhadap
mortalitas dan morbilitas kardiovaskular, sedangkan pada wanita
biasanya akan lebih rentan terhadap penyakit hipertensi ketika
sudah mencapai usia di atas 45 tahun hal ini disebabkan karena
wanita mengalami masa menepouse (Dalimartha dkk, 2008).
c. Keturunan atau genetik
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi
sangat berpeluang untung menderita hipertensi. Hipertensi juga
banyak terjadi pada penderita kembar monozigot, apabila salah
astu menderita hipertensi.Faktor genetik mempunyai peran dalam
terjadinya hipertensi (Dalimartha dkk, 2008).

D. Gejala Hipertensi
1. Sakit kepala dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah
akibat vasokonstriksi pembuluh darah.
2. Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak
hipertensi.
3. Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari
peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh
glomerulus.
4. Gelisah
5. Rasa sakit di dada
6. Jantung berdebar-debar

E. Klasifikasi Hipertensi
1. Normal apabila nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan
diastolik 80 mmHg
2. Pre Hipertensi apabila nilai tekanan sistolik 120-139 mmHg dan nilai
tekanan diastolik 80-89 mmHg
3. Hipertensi Tingkat 1 apabila nilai tekanan sistolik 140-159 mmHg dan
nilai tekanan diastolik 90-99 mmHg
4. Hipertensi Tingkat 2 apabila nilai tekanan sistolik >160 mmHg dan
nilai tekanan diastolik >100 mmHg

F. Komplikasi Hipertensi
1. Jantung
Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infarkmiokard
menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi
kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.
2. Ginjal
Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan
kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus
menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu
sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan
pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.
3. Otak
Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas darip
embuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi
apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini
menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.
Hipertensi yang tidak terkendali juga bisa menyebabkan pembekuan
darah di arteri karotis (arteri di leher). Bekuan darah tersebut bisa
menyebabkan stroke emboli bila memasuki otak.

G. Makanan yang diperbolehkan untuk penderita dengan hipertensi


1. Sumber karbohidrat
Beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, hunkwe, gula, makaroni, mi,
bihun, roti, biskuit, kue kering yang dimasak tanpa garam dapur
dan/atau baking powder dan soda.
2. Sumber protein hewani
Telur maksimal 1 btr/hari, daging sapi, ayam dan ikan maksimal 100
gr/har
3. Sumber protein nabati
Tempe, tahu, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedele, kacang
merah, dan kacang-kacangan lain yang dimasak tanpa garam dapur
4. Sumber lemak
Minyak goreng, mentega, dan margarin tanpa garam.
5. Sayuran dan buah-buahan
Sayur: Semua sayuran segar dan sayuran yang diawet tanpa garam
dapur dan natrium benzoat. Buah: semua buah kecuali durian, nangka.
6. Bumbu-bumbu
Semua bumbu yang tidak mengandung garam dapur dan ikatan
natrium yang lain
7. Minuman
Teh encer, coklat encer, jus buah seperti jus timun
(Kushariyadi. 2010)

H. Bahan Makanan yang Dibatasi


1. Untuk diet rendah garam ini, penggunaan daging/daging ayam/ikan
dibatasi paling banyak 100 gram per hari.
2. Telur ayam/telur bebek, paling banyak 1 butir sehari.
3. Susu paling banyak 200 cc sehari.
4. Minuman dan sari buah dalam kemasan.
(Kushariyadi. 2010)

I. Makanan yang Tidak Diperbolehkan


1. Otak, ginjal, paru-paru, jantung dan udang.
2. Semua makanan yang diberi garam natrium pada pengolahan, seperti :
a. Biskuit, bolu dan kue lain yang dimasak dengan garam
dapur atau soda
b. Dendeng, abon, ikan asin, ikan pindang, sarden, udang
kering, telur asin, telur pindang
c. Keju, selai kacang tanah
d. Margarine, mentega
e. Acar, asinan sayuran, sayur dalam kaleng
f. Asinan buah, manisan buah, buah da lam kaleng
g. Kecap, terasi, petis, dan saos tomat
(Arif, 2008)

J. Pencegahan Hipertensi
1. Berat badan ideal
2. Olahraga teratur
3. Kurangi makanan berlemak dan tinggi garam
4. Mengukur tensi secara rutin ke puskesmas/ posyandu lansia
5. Hindari stress

K. Penatalaksanaan Hipertensi
1. Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index
dengan rentang 18,5–24,9 kg/m2. Obesitas yang terjadi dapat
diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein dan
serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5–5 kg dapat menurunkan
tekanan darah diastolik sebesar 5mmHg (Dalimartha, 2008).
b. Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet
rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6gr
NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi
garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh
setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik sebesar 5 mmHg
dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan
dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok teh/hari
(Dalimartha, 2008).
c. Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau
lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan
darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol
dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan
jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi
buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat
membuat asupan potassium menjadi cukup. Cara mempertahankan
asupan diet potasium (>90 mmol setara 3500mg/hari) adalah
dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
e. Aromaterapi (relaksasi)
Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang
menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan
kenyamanan emosional, setelah aromaterapi digunakan akan
membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas
vasokonstriksi pembuluh darah, aliran darah menjadi lancar dan
menurunkan tekanan darah (Sharma,2009).
f. Terapi masase (pijat)
Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi
dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta
komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan aliran energi
tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat
diminimalisir (Dalimartha, 2008).

2. Penatalaksanaan Farmakologi
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam
tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
b. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis metildopa, klonidin dan reserpin merupakan
penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf
simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Fungsi dari obat
jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung,
dengan kontra indikasi pada penderita yang mengalami gangguan
pernafasan seperti asma bronkial.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan
relaksasi otot polos pembuluh darah.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Media


Aeusculapius FK-UI.

Baradeo, dkk. 2011. Klien Gangguan Kardiovaskuler Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta: ECG.
Kuncara, H.Y, dkk, 2008, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Lansia. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai